MAKALAH
HUBUNGAN HATI NURANI DENGAN KESADARAN MORAL, MORALITAS, DAN
PERILAKU
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah :
Ilmu Akhlak
Dosen pengampu :
Ghufron Dimyati, M.Si
oleh:
1.
Iko Murrukibah (2021114236)
2.
Faridatunnisa’
(2021114237)
3.
Faridzil
Athros (2021114238)
4.
Lina Susyanti (2021114239)
KELAS E
JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur bagi
kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul
“Hubungan Hati Nurani dengan Kesadaran Moral, Moralitas, dan Perilaku”ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan baik dan benar. Sholawat serta
salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya.
Makalah ini menjelaskan pengertian Kesadaran
Moral, Moralitas, dan perilaku. Dan yang paling utama akan menjelaskan Hubungan
Hati Nurani dengan Kesadaran Moral, Moralitas, dan Perilaku. Dengan demikian materi makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui etika yang baik
dan benar.
Penulis telah berupaya menyajikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya, meskipun tidak komprehensif. Disamping itu, apabila
dalam makalah ini didapati kekurangan dan kesalahan, baik dalam pengetikan
maupun isinya. Maka penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang
konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan penulisan berikutnya. Semoga makalah yang sederhana ini menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat
bagi pembaca.
Pekalongan, 10 September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR
ISI.......................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang
Masalah.....................................................................1
B. Rumusan
Masalah...............................................................................2
C. Metode Pemecahan
Masalah..............................................................2
D. Sistematika Penulisan
Makalah..........................................................3
BAB II
PEMBAHASAN................................................................................4
A. Moral…………….............................................................................4
B. Hati Nurani dan Kesadaran
Moral....................................................5
C. Moralitas...........................................................................................9
D. Perilaku............................................................................................10
E. Keterkaitan Hati Nurani Dengan Kesadaran
Moral, Moralitas dan
Perilaku............................................................................................10
BAB III
PENUTUP......................................................................................12
A. Kesimpulan.....................................................................................12
B. Saran-saran......................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia mempunyai pengalaman
tentang hati nurani dan mungkin pengalaman itu merupakan perjumpaan paling jelas dengan moralitas sebagai
kenyataan. Sulit untuk menunjukan pengalaman lain yang dengan begitu terus
terang menyingkapkan dimensi etis dalam hidup kita. Karena itu pengalaman
tentang hati nurani itu merupakan jalan masuk yang tepat untuk studi mengenai
etika. Kita mulai dengan memandang tiga contoh yang berbeda tentang pengalaman
hati nurani yang dipilih dengan cara demikian, sehingga dapat dipakai dalam analisis
selanjutnya. Mudah-mudahan
contoh-contoh ini sesuai dengan pengalaman pribadi kita tentang hati nurani.
Seorang hakim telah menjatuhkan vonis dalam suatu
perkara pengadilan yang penting. Malam
sebelumnya ia didatangi oleh wakil dari pihak terdakwa. Orang itu menawarkan
sejumlah besar uang, bila si hakim bersedia memenangkan pihaknya. Hakim yakin
bahwa terdakwa itu bersalah. Bahan bukti yang telah dikumpulkan dengan jelas
menujukan hal itu. Tapi ia tergiur oleh uang begitu banyak, sehinga tidak bisa
lain daripada menerima penawaran itu. Ia telah memutuskan terdakwa tidak
bersalah dan membebaskanya dari segala tuntutan hukum . Kejadian ini sangat
menguntungkan untuk dia. Sekarang ia sanggup menyekolahkan anaknya ke luar
negeri dan membeli rumah yang sudah lama diidam-idamkan oleh istrinya. Namun
demikian ia tidak bahagia,
dalam batinya ia merasa gelisah. Ia
seolah-olah “malu” terhadap dirinya sendiri. Bukan karena ia takut kejadian itu
akan diketahui oleh atasannya. Selain anggota keluarga terdekat
tidak ada yang tahu. Prosedurnya begitu hati-hati dan teliti, sehingga kasus
suap itu tidak akan pernah diketahui oleh orang lain. Namun kepastian ini tidak
bisa menghilangkan kegelisahannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud moral?
2. Apa itu hati nurani dan kesadaran moral?
3. Apa yang dimaksud moralitas?
4. Apa yang dimaksud perilaku?
5. Bagaimana hubungan hati nurani dengan kesadaran moral, moralitas, dan
perilaku?
C. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui kajian pustaka, yaitu
dengan menggunakan beberapa referensi buku atau dari referensi lainnya yang
merujuk pada permasalahan yang dibahas. Langkah-langkah
pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang akan dibahas dengan
melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian, penentuan
tujuan dan sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari beberapa sumber, dan
penyintesisan serta pengorganisasian jawaban.
D.
Sistematika
Penulisan Makalah
Makalah ini
ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab I, bagian pendahuluan yang terdiri
dari: latar belakang masalah, perumusan masalah, metode pemecahan masalah, dan
sistematika penulisan makalah; Bab II, adalah
pembahasan; Bab III bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Moral
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata “moral” memiliki arti:
v Ajaran tentang baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila.
v Kondisi mental yang membuat orang tetap berani,
bersemangat, bergairah, berdisiplin, dan isi hati atau keadaan persaaan.
Beranjak dari pengertian moral diatas, pada
prinsipnya moral merupakan alat penuntun, pedoman, sekaligus alat kontrol yang
paling ampuh dalam mengarahkan kehidupan manusia. Seorang manusia yang tidak
memfungsikan dengan sempurna moral yang telah ada dalam diri manusia yang
tepatnya berada dalam hati, maka manusia tersebut akan menjadi manusia yang
akan selalu melakukan perbuatan akan tindakan-tindakan yang sesat. Dengan
demikian, manusia tersebut telah merendahkan martabatnya sendiri.
Sejalan dengan pengertian moral sebagaiman
disebutkan di atas, Bartens Sebagaimana dikutip oleh Kadir Muhammad, mengatakan
bahwa kata yang sangat dekat dengan “etika” adalah “moral”. Kata ini berasal
dari bahasa latin “mos” jamaknya “mores” yang juga berarti adat kebiasaan.
Perbedaanya hanya pada bahsa asalnya, etika berasal dari bahasa Yunani,
sedangkan moral berasal dari bahasa Latin.[1]
B. Hati Nurani dan Kesadaran Moral
a.
Hati Nurani
Dalam Bahasa Barat
dikenal dengan istilah-istilah: conscience, conscienta, gewissen, geweten.
Conscienta (Latin)
merupakan terjemahan dari Suneidesis (Yunani), yang arti umumnya “sama-sama
mengetahui” dan biasanya “sama-sama mengetahui perbuatan orang lain”. Jadi
“suneidesis” itu ditujukan kepada perbuatan sendiri, maka suneidesis dapat
diterjemahkan dengan “sadar akan perbuatannya sendiri”. Dalam Bahasa Latin
“conscienta” juga mempunyai arti umum, yaitu mengetahui dan sadar, belum menjurus
ke suatu hubungan dengan baik buruknya manusia.
Hati nurani
berkaitan erat dengan kenyataan bahwa manusia mempunyai kesadaran. Untuk
mengenal hal ini perlu kita bedakan antara pengenalan dan kesadaran. Kita
mengenal bila kita melihat, mendengar atau merasakan sesuatu tapi pengenalan
ini tidak merupakan monopoli manusia. Seekor binatang pun bisa mendengar bunyi
atau mencium bau busuk dan karena itu bisa mengenal. Malah ada binatang yang
dalam hal pengalaman indrawi lebih unggul daripada manusia. Tapi hanya manusia
yang mempunyai kesadaran. Dengan kesadaran kita maksudkan kesanggupan manusia
untuk mengenal dirinya sendiri dan karena itu berefleksi tentang dirinya.[2]
Rasulullah SAW
bersabda:
إِنَّ فيِ الجَسَدِ مُضْغَةٌ فَإِذَا
فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَ إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ
أَلَا وَهُوَ القَلْبُ
“ Sesungguhnya
didalam tubuh ada segumpal darah, jika segumpal darah tersebut baik, maka akan
baik pulalah seluruh tubuhnya. Adapun jika segumpal darah itu rusak, maka akan
rusak pulalah seluruh tubuhnya. Ketahuilah segumpal darah tersebut adalah
hati”. (H.R. Bukhari dan Muslim).
b.
Kesadaran Moral
Kesadaran moral
merupakan faktor penting untuk memungkinkan tindakan manusia selalu bermoral,
berperilaku susila. Lagipula tindakannya akan sesuai dengan norma yang berlaku.
Kesadaran moral didasarkan atas nilai-nilai yang benar-benar esensial dan
fundamental.[3]
Memang harus diakui,
bagaimanapun manusia itu pada umumnya tahu akan adanya baik dan buruk. Bukan
selalu mengetahui dalam tindakannya tak tentu, bahwa ia menjalankan sesuatu
yang baik atau yang buruk. Kami hanya mengatakan bahwa manusia pada suatu
ketika dan pada umumnya tahu ada baik dan buruk. Pengetahuan bahwa ada baik dan
buruk itu disebut kesadaran etis atau kesadaran moral.
Kesadaran moral ini tidak
selalu ada pada manusia sama halnya dengan kesadaran pada umumnya. Yang kami
maksud disini tidaklah kalau manusia karena sesuatu hal, misalnya pingsan,
sakit, tidur atau kena pengaruh lain kebetulan tidak sadar akan dirinya, jadi
tidak tahu akan yang diperbuat, melainkan adalah waktunya manusia tidak (belum)
sadar akan tindakannya, yaitu waktu ia masih kecil. Waktu manusia dilahirkan memang
mempunyai daya-daya yang walaupun ada, tetapi belum dapat dipergunakan, misalnya
daya mengeluarkan pikirannya dengan kata, daya mengadakan putusan dan daya tahu
yang sebenarnya. Ini semuanya memerlukan kesadaran, memang sadar dan tahu itu
sama.[4]
Unsur Kesadaran Moral Van Magnis menyebut 3 unsur
kesadaran moral, yaitu :
1.
Perasaan
Wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral itu ada, dan
terjadi di dalam setiap hati sanubari manusia, siapapun, dimana pun dan kapan
pun. Kewajiban tersebut tidak dapat ditawar-tawar, karena sebagai kewajiban. Maka andaikata dalam
pelaksanaannya tidak dipatuhi berarti suatu pelanggaran moral.
2.
Rasional,
kesadaran moral dapat dikatakan rasional, karena berlaku umum, lagi pula
terbuka bagi pembenaran atau penyangkalan. Dinyatakan pula sebagai hal yang
objektif dapat diuniversalisasikan, artinya dapat disetujui, berlaku pada
setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang
sejenis. Dalam masalah rasionalitas kesadaran moral itu manusia menyakini bahwa
akan sampai pada pendapat yang sama sebagai suatu masalah moral, asal manusia
bebas dari paksaan dan tekanan, tidak mencari keuntungan sendiri, tidak berpihak, bersedia untuk bertindak sesuai dengan kaidah yang
berlaku umum, pengetahuan jernih dan mengetahui informasi.
3.
Kebebasan Atas kesadaran Moralnya seseorang
bebas untuk menaatinya. Bebas dalam menentukan perilakunya dan di dalam
penentuan itu sekaligus terpampang pula nilai manusia itu sendiri.
Prof. Notonegoro
1.
Sebelum
melakukan tindakan, kata hati sudah memutuskan satu di antara 4 hal, yaitu :
memerintahkan, melarang, menganjurkan, dan atau membiarkan.
2.
Sesudah
melakukan tindakan, bila bermoral diberi penghargaan, bila tidak bermoral
dicela, atau dihukum.[5]
C. Moralitas
Banyak perbuatan manusia berkaitan dengan baik dan
buruk, tapi tidak semua ada juga perbuatan yang netral dari segi etis.
Ilmu-ilmu seperti antropologi, budaya, dan sejarah yang memberi tahukan kita
bahwa pada semua bangsa dalam segala zaman ditemukan tentang baik dan buruk,
tentang yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
Dan sebaliknya, ada hal-hal yang di zaman dahulu
sering dipraktikkan dan dianggap biasa saja, tapi akan ditolak sebagai tidak
etis oleh hampir semua bangsa beradab sekarang ini. Sebagai contoh dapat
disebut: Kolonialisme, Perbudakan, dan Diskriminasi terhadap wanita.
Moralitas hanya terdapat pada manusia dan tidak
pada manusia dan tidak terdapat pada makhluk lain. Dan moralitas merupakan
suatu ciri khas manusia yang tidak dapat ditemukan pada makhluk di bawah
tingkat manusiawi.[6]
Menurut Sumaryono
ada 3 faktor penentu moralitas perbuatan manusia:
v
Motivasi
v
Tujuan Akhir
v
Lingkungan Perbuatan[7]
D. Perilaku
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku di
definisikan yaitu tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan luas, antara lain: berbicara, berjalan, bekerja, dll. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak
dapat diamati langsung oleh pihak luar.[8]
E. Keterkaitan Antara Hati Nurani
dengan Kesadaran Moral, Moralitas dan Perilaku
Hati nurani dengan kesadaran moral, moralitas,
dan perilaku sangat berkaitan. Jika hati nurani kita sudah bisa menyadari mana
yang baik dan mana yang buruk (kesadaran moral), maka ia akan melakukan
perbuatan atau tindakan yang baik dan tidak melakukan perbuatan atau tindakan
yang buruk, dan perbuatan atau tindakan itu akan senantiasa dilakukan setiap
hari yang kemudian akan menjadi kebiasaan dalam hidupnya (perilaku).
Contoh dari keterkaitan antara hati nurani dengan
kesadaran moral, moralitas dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yaitu
seseorang yang sudah mengerti dan sadar bahwa mencuri itu adalah perbuatan atau
tindakan yang tidak baik, maka ia tidak akan mencuri dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada hakikatnya meskipun manusia sudah mengerti
dan sadar bahwa mana yang baik dan mana yang buruk, tetapi manusia seringkali
melakukan yang sebaliknya. Untuk membentuk manusia dengan moral yang baik
memang harus diajarkan sejak usia dini. Tentunya ini menjadi tugas bagi kita
semua, terutama mahasiswa prodi Pendidikan Agama Islam sebagai calon pengajar
dan pendidik yang nantinya agar bisa mendidik dan mengajarkan moral yang baik
kepada santri-santrinya atau murid-muridnya nanti. Amin.......
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian tentang hubungan hati nurani dengan kesadaran moral, moralitas dan
perilaku pada bagian pembahasan dapat disimpulkan bahwa hati nurani merupakan
salah satu hal yang mempengaruhi kita dalam bertindak, berperilaku dan berbuat.
Dengan hati nurani, kita dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Maka
kita diharapkan mampu memiliki atau mempunyai moral yang baik.
B.
Saran-saran
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca khususnya mahasiswa-mahasiswi
STAIN PEKALONGAN. Penulis pula berharap
pembaca bisa memberikan penilaian, saran dan
kritik lebih
lanjut terhadap makalah yang sederhana
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jazairi, Abu Bakr Jabir.
2007. Ensiklopedi Muslim Minhajul Muslim.
Jakarta: PT Darul Falah
Bertens, K. 1999. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Poedjawiyatna. 1982. Etika Filsafat Tingkah Laku. Jakarta :
Rineke Cipta.
Supriadi. 2006. Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum di
Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Zubair, Achmad Charis. 1987. Kuliah Etika. Jakarta : Rajawali Pers.
[1]Supriadi, Etika & tanggung jawab hukum
di Indonesia(Jakarta: Sinar Grafika, 2006) hal. 12
[2]
Ibid hal. 12
[3]Achmad Charis Zubair, Kuliah Etika
(Jakarta: Rajawali Pers, 1987) hal. 51
[4]Poedjawiyatna, Etika filsafat tingkah laku
(Jakarta: Rineka Cipta, 1982) hal.26-27
[5]Achmad Charis Zubair, Kuliah Etika
(Jakarta: Rajawali Pers, 1987) hal. 54-55
[6]K. Bertens, Etika (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1999) hal.11-12
[7]Supriadi, Etika &tanggung jawab hukum
di Indonesia(Jakarta: Sinar Grafika, 2006) hal. 14
[8]Kamus Besar Bahasa Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar