KHUTBAH MEDIA MENYEBARKAN ILMU PENGETAHUAN
Mata kuliah
|
:
|
Hadits Tarbawi II
|
Disusun oleh :
Nur Khanifah 2021113067
Kelas G
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah
segala puji bagi Allah Tuhan pencipta alam semesta serta isinya. Shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad Saw dan
keluarganya serta para sahabatnya yang setia. Sebagaimana kita ketahui Khutbah
jumat merupakan pidato keagamaan yng termasuk tuntunan ibadah formal kepada
Allah swt. Berbeda dengan pidato atau ceramah pada umumnya, khutbah diikat oleh
rukun-rukun yang wajib dipenuhi di dalam pelaksanaannya. Di samping itu
ditetapkan juga adanya syarat-syarat khutbah serta sunah-sunahnya yang perlu
diperhatikan guna mencapai kesempurnaanya. Ketika akan melaksanakan shalat
jumat hendaknya suci dari hadas dan najis serta memakai pakaian putih. Untuk
lebih lanjutnya makalah ini akan membahas mengenai khutbah jumat di masjid.
Semoga makalah
ini dapat bermanfaat baik penulis maupun pembaca.
Pekalongan,
20 Februari 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
·
Latar Belakang
Khutbah
jumat merupakan pidato keagamaan yng termasuk tuntunan ibadah formal kepada
Allah swt. Berbeda dengan pidato atau ceramah pada umumnya, khutbah diikat oleh
rukun-rukun yang wajib dipenuhi di dalam pelaksanaannya. Di samping itu
ditetapkan juga adanya syarat-syarat khutbah serta sunah-sunahnya yang perlu
diperhatikan guna mencapai kesempurnaanya.
Ketika akan melaksanakan shalat
jumat hendaknya semuanya bersih, maka dari itu
di sunnahkan:
1. Mandi
(dengan niat mandi shalat jumat) bagi yang akan shalat jumat
2. Berhias atau
memakai pakaian yang baik atau yang berwarna putih
3. Memakai
harum-haruman atau minyak wangi
4. Memotong
kuku, kumis dan menyisir rambut
5. Bersegeralah
pergi ke masjid
6. Shalat
tahiyatul masjid
7. Membaca Al
Quran atau berdzikir sebelum berkhutbah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Khutbah jumat merupakan pidato keagamaan yng termasuk tuntunan ibadah formal kepada Allah swt. Berbeda dengan pidato atau ceramah
pada umumnya, khutbah diikat oleh rukun-rukun yang wajib dipenuhi di dalam
pelaksanaannya. Di samping itu ditetapkan juga adanya syarat-syarat khutbah
serta sunah-sunahnya yang perlu diperhatikan guna mencapai kesempurnaanya.[1]
Secara
etimologi, kata masjid berasal dari bahasa arab, kata pokoknya sujudan, fiil
madhinya sajada (ia sudah sujud) lalu menjadi isim makan masjidu, yang berarti
temapt sujud. Pengertian masjid sabagai tempat sujud sesuai dengan hadis nabi
yang artinya : Rasulullah bersabda “bumi ini dijadikan bagiku untuk (tempat sujud)
dan tempat suci.
Secara
terminologi untuk mendapatkan makna “masjid” yang integral, maka harus ditinjau
dari berbagai segi dari historis dan filosofis. Hal ini sebagaimana dikatakan
A. Mukti Ali (1987:49), bahwa masjid hendaknya dipahami bukan hanya gedung yang
dibuat dari batu/kayu, tetapi harus dimaknai sebagai satu jamaah umat islam
setempat. Dengan ini masjid menjadi sarana untuk persatuan dan kesatuan umat
islam.[2]
Masjid
bukan merupakan simbol kemegahan dan keberadaan umat islam yang tidak memberi
pengaruh kehidupan kaum muslimin, tetapi persoalan masjid adalah persoalan yang
menyangkut kualitas kehidupan umat islam. Hal ini terbukti dengan stategi yang
digunakan nabi Muhammad SAW dalam melakukan perjalanan ke Madinah, langkah yang
diambil adalah membangun masjid (masjid Quba) bukan membangun pasar atau
semacamnya. Masjid juga merupakan tempat ibadah dimana diajarkan, dibentuk,
ditumbuhkan dan dikembangkanpotensi manusia baik jasmani maupun rohani.
B.
Teori pendukung
Shalat jumat ialah hari
rayanya orang mukmin yang dikhususkan Allah Swt. untuk umat nabi Muhammad saw.[3]
حَدِيْثُ سَهْلٍ سَعْدٍ فِىِ اَمْرِ المِنْبَرِ تَقَدَّمَ وَذِكْرُ صَلَاتِهِ عَلَيْهِ وَرَجُوْعَهُ الْقَهْقَرِى
وَزَدَ فِى هَذِهِ الرِّوَايَةِ فَلَمَّ فَرَغَ اَقبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ:
(يَااَيَّهَا النَّاسِ إِنَّمَا صَنَعْتُ هَذَا لِتَأتَمَوا صَلَاتِى) : رواه
البخارى
“Hadits Sahal bin Said yang berkaitan dengan mimbar, sahal
menyebutkan bahwa nabi Muhammad saw mengerjakan shalat diatas mimbar, kemudian
kebelakang, dan pada hadits ini ditambahkan, “Setelah menyelesaikan shalat,
nabi saw menghadapkan wajah kepada orang-orang (yang makmum) dan berkata: Aku
melakukan ini agar kalian mengikuti dan mempelajari bagaimana aku mempelajari
shalat”.[4]
Rukun khutbah
jumat:
1.
Hamdalah, mengucapkan
puji-pujian kepada Allah Swt.
2.
Mengucapkan dua
kalimat syahadat
3.
Attasliyah,
membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw.
4.
Attausiyah,
berwasiat takwa dan memberi nasihat
5.
Membaca ayat
Al-Qur’an pada salah satu kedua khutbah
6.
Berdo’a untuk
orang-orang mukmin
7.
Berdiri bila
mampu
8.
Duduk sejenak
di antara dua khutbah.
Syarat-syarat
khutbah:
1.
Khutbah dimulai
sesudah matahari tergelincir
2.
Khatib harus
suci dari hadas dan najis
3.
Khatib harus
menutup auratnya
4.
Tertib, baik
rukun-rukun maupun jarak waktu antara dua khutbah, dan antara shalat jumat
harus berurutan.[5]
Sunah-sunah khutbah:
1.
Khatib memberi
salam dengan berdiri menghadap jama’ah, lalu duduk di atas mimbar
2.
Khutbah
disampaikan dengan bahasa yang fasih dan sederhana, tidak terlalu panjang dan
tidak terlalu singkat
3.
Bersuara keras
dan jelas
4.
Khatib bersikap
tenang, tidak banyak menggerakkan anggota badan
5.
Membaca surat
Al-Ikhlas ketika duduk antara dua khutbah
6.
Khutbah
dilakukan di atas mimbar atau tempat yang tinggi dan khatib dapat bersandar
dengan tongkat.[6]
C.Materi Hadist
عَنْ سَالِمٍ عَنْ أبِيهِ
قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّم يَخْطُبُ عَلَى
الْمِنْبَرِ فَقَالَ:{ مَنْ جَاءَ إلَى الْجُمُعَةِ فَلْيَغْتَسِلْ }(رواه البخارى فى الصحيح, كتاب الجمعة, باب الْخُطْبَةِ
عَلَى الْمِنْبَرِ)
Dari Salim
dari bapaknya, ia berkata, aku mendengar Rasul berkhotbah di atas mimbar beliau
bersabda: “Barang siapa yang hendak menghadiri shalat
Jum’at, maka hendaknya ia ghuzul terlebih dahulu” (Riwayat
Al Bukhari dalam As Shahihah, Kitab al Jumu’atu, Bab Khotbah di Mimbar).
D. Refleksi
hadits dalam kehidupan
Ketika akan melaksanakan shalat jumat hendaknya semuanya bersih, maka dari
itu di sunnahkan:
8.
Mandi (dengan niat mandi shalat jumat) bagi yang akan
shalat jumat
9.
Berhias atau memakai pakaian yang baik atau yang
berwarna putih
10. Memakai
harum-haruman atau minyak wangi
11. Memotong
kuku, kumis dan menyisir rambut
12. Bersegeralah
pergi ke masjid
13. Shalat
tahiyatul masjid
14. Membaca Al
Quran atau berdzikir sebelum berkhutbah
E.
Aspek Tarbawi
1.
Ketika akan melaksanakan shalat jumat di sunnahkan
mandi
2.
Dalam shalat jumat di sunnahkan suci dari hadas dan
najis serta memakai pakaian putih
BAB III
PENUTUP
·
Kesimpulan
Khutbah jumat merupakan pidato keagamaan yng termasuk tuntunan
ibadah formal kepada Allah swt. Berbeda dengan pidato atau ceramah pada
umumnya, khutbah diikat oleh rukun-rukun yang wajib dipenuhi di dalam
pelaksanaannya. Adapun rukun khutbah diantaranya:
1.
Hamdalah,
mengucapkan puji-pujian kepada Allah Swt.
2.
Mengucapkan dua
kalimat syahadat
3.
Attasliyah,
membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw.
4.
Attausiyah,
berwasiat takwa dan memberi nasihatMembaca ayat Al-Qur’an pada salah satu kedua
khutbah
5.
Berdo’a untuk
orang-orang mukmin
6.
Berdiri bila
mampu
7.
Duduk sejenak
di antara dua khutbah
Syarat-syarat khutbah:
1.
Khutbah dimulai
sesudah matahari tergelincir
2.
Khatib harus
suci dari hadas dan najis
3.
Khatib harus
menutup auratnya
4.
Tertib, baik
rukun-rukun maupun jarak waktu antara dua khutbah, dan antara shalat jumat
harus berurutan.
Sunah-sunah
khutbah:
1.
Khatib memberi
salam dengan berdiri menghadap jama’ah, lalu duduk di atas mimbar
2.
Khutbah
disampaikan dengan bahasa yang fasih dan sederhana, tidak terlalu panjang dan
tidak terlalu singkat
3.
Bersuara keras
dan jelas
4.
Khatib bersikap
tenang, tidak banyak menggerakkan anggota badan
5.
Membaca surat
Al-Ikhlas ketika duduk antara dua khutbah.
DAFTAR
PUSTAKA
Darusman,
M. Asykuri. Kaifiyah dan Hikmah Shalat. Jakarta
Masyhur, Mahar. Bulughul Maram Jilid 1. Jakarta: PT Rineke Cipta.
1992
Suyuti, Ahmad. Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Amani.
1998
Suyuti, Ahmad. Khotbah Jumat. Jakarta: Pustaka Amani. 1996
Yasin, A. Fatah. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN
Malang Press. 2008
Zainuddin, Imam, dkk. Ringkasan Shahih Al Bukhori Terjemah Cecep
Syamsul Hari dan Tholib Aris. Bandung: Mizan. 2000
BIODATA
Nama
: Nur Khanifah
TTL
: Batang, 23 April 1994
Alamat
: Wonopringgo
Hobi
: Membaca
Moto
: Hidup adalah pilihan.
[1]Ahmad
Suyuti, Selekta Khutbah Jumat, (Jakarta: Pustaka Amani, 1998), hlm.
202-203
[2]
A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang
Press, 2008), hlm. 202-205
[3]M.
Asykuri Darusman, Kaifiyah dan Hikmah shalat, Jakarta
[4]
Imam Zainuddin Ahmad bin Abdul Latif, Ringkasan shahih Al Bukhori Terjemah
Cecep Syamsul Hari dan Tholib Aris, (Bandung: Mizan, 200), hlm. 210
[5]
Ahmad Suyuti, Op. Cit., hlm. 202
[6]
Ahmad suyuti, khotbah cendekiawan, ( Jakarta: PT Pustaka
Amani, 1996), hlm. 188.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar