MASJID SEBAGAI PUSAT
PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN
Mata Kuliah : Hadis
Tarbawi II
Disusun oleh
Endah Sriyani 2021113181
KELAS: G
JURUSAN TARBIYAH/
PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah atas
segala limpahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah, Mata Kuliah Hadis Tarbawi II yang berjudul “Masjid
Sebagai Pusat Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan”, dengan lancar dan baik.
Dalam upaya penyelesaian tugas ini, tidak hanya diperoleh dari hasil kerja keras
penulis sendiri melainkan ada beberapa pihak yang memberikan bantuan motivasi,
dukungan, saran dan bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berkenaan dengan hal tersebut penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Bapak
Muhammad Hufron Dimyati, M.S.I selaku dosen pengampu dan pembimbing Mata Kuliah
Hadis Tarbawi II
2.
Ayah
dan Bunda atas segenap kasih sayang dan doa restunya.
3.
Teman-teman atas
dukungan dan motivasinya..
4.
Semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang
budiman.
Pekalongan, 20 Februari 2015
Penulis
PENDAHULUAN
Pembangunan masjid di zaman sekarang sudah semakin banyak dan
berkembang, seiring dengan bertambahnya jumlah penganut agama Islam di belahan
dunia. Banyak masjid yang dibangun dengan seni dan gaya arsitektur yang menarik
serta memiliki nilai sejarah yang tinggi. Namun seiring perkembangan zaman,
masjid-masjid tersebut hanya dijadikan sebagai tempat ibadah dan wisata religi
bahkan tempat peristirahatan, sehingga suasana masjid menjadi ramai ketika
waktu tertentu saja. Hal tersebut yang menjadi permasalahan utama bagi umat
Islam yang perlu ada pengkajian ulang tentang fungsi Masjid.
Jika kita menelusuri kembali tentang fungsi Masjid di zaman
Rasulullah dan para sahabatnya dapat dikatakan bahwa bangunan masjid pada waktu
tersebut memiliki fungsi yang sangat
kompleks dan menyeluruh, karena seluruh kegiatan baik ibadah maupun muamalah (sosial)
dilakukan di tempat tersebut, terutama dalam hal pengajaran dan pembelajaran
ilmu agama serta ilmu-ilmu pengetahuan yang lainnya. Dengan demikian, masjid dapat
dikatakan sebagai pusat pembinaan umat Islam dan membangun peradaban umat Islam
yang gemilang.
Oleh karena itu, untuk lebih lengkapnya mengenai fungsi masjid dan
peranannya bagi umat Islam, akan penulis uraikan di dalam bab pembahasan pada
makalah ini.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Masjid
Pengertian masjid secara bahasa (etimologis), berasal dari
bahasa Arab, akar katanya sajada yang berarti sujud atau tunduk. Menurut
Yulianto Sumalyo dalam bukunya Arsitektur Masjid (Sumalyo, 2000:1) menyebutkan
bahwa kata Masjid disebut sebanyak dua puluh delapan kali di dalam al-Qur’an,
kata tersebut berasal dari kata sajada-sujud yang berarti patuh,
taat serta tunduk dengan hormat dan takzim.[1]
Sedangkan secara terminologi, Masjid diartikan sebagai tempat
beribadah umat Islam khususnya dalam menegakkan shalat. Masjid sering disebut Baitullah
(Rumah Allah) yaitu bangunan yang didirikan sebagai sarana untuk mengabdi
kepada Allah.[2]
Kemudian jika ditinjau dari segi akar katanya yaitu mengandung arti tunduk dan
patuh, maka hakikat dari masjid adalah tempat untuk melakukan segala aktivitas
yang berhubungan dengan kepatuhan kepada Allah swt.[3]
Misalnya mengerjakan shalat, dzikir kepada Allah, dan untuk hal-hal yang
berhubungan dengan dakwah islamiyah[4]
Jadi dapat disimpulkan bahwa masjid selain sebagai tempat beribadah
umat Islam tetapi juga tempat untuk melakukan segala aktivitas yang berhubungan
dengan upaya pengabdian kepada Allah swt dan hubungan sesama umat Islam.
2.
Fungsi dan Peranan Masjid bagi Umat Islam
Sebelum kita menuju ke fungsi dan
peranan masjid, sebaiknya kita perlu mengingat kembali sejarah tentang fungsi
masjid yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah. Sebagaimana yang terdapat dalam
firman Allah swt sebagai berikut:
فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ
تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ
وَالْآصَالِ⌂ رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ
اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ۙ يَخَافُونَ يَوْمًا
تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ⌂
Artinya:
“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang
telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada
waktu pagi dan waktu petang, “Laki-laki yang tidak
dilalaikan oleh transaksi (urusan) dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat
Allah dan dia mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut pada suatu
hari dimana hati dan penglihatan mereka terguncang”. (QS. An-Nur: 36-37)
Penerapan dari ayat tersebut telah dicontohkan oleh Rasulullah saw yaitu ketika
Rasulullah saw berhijrah ke Madinah, langkah pertama yang dilakukan adalah
membangun masjid kecil yang diberi nama Masjid Quba. (Abdullah Idi, 2006:
79-80). Saat dibangun masjid ini berlantaikan tanah, dan beratap pelepah kurma.
Dari masjid yang kecil inilah selanjutnya Rasulullah membangun peradaban Islam
yang besar.[5]
Kemudian
beliau membangun Masjid yang kedua yaitu Masjid Nabawi di Madinah. Menurut
Samsul Munir Amin, dalam bukunya “Sejarah Peradaban Islam” menyatakan bahwa
Madinah merupakan pusat kebudayaan dan peradaban Islam di Arab,
karena kota tersebut menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kota perjuangan Nabi
dalam menegakkan agama Islam.[6]
Masjid
tersebut juga berperan sebagai “Islamic Center” tempat membina
hubungan manusia dengan Allah swt dan hubungan manusia dengan manusia. Di
Masjid tersebut Rasulullah juga menerima wahyu dari Allah dan memberikan
motivasi perjuangan untuk menegakkan kalimat Allah dengan motivasi “mencari
ridha Allah” dengan bekerja atau beramal dengan segala keterbatasan umur.
Kehidupan yang sebentar inilah harus dimanfaatkan dengan efektif dan efisien
untuk menghadapi kehidupan kelak di akhirat.[7]
Dalam
praktek kehidupan, Rasulullah sangat memperhatikan perkembangan Ilmu
pengetahuan dan mendorong umat Islam untuk menguasai ilmu, jangan karena jauh
dan kesulitan digunakan sebagai alasan keterbatasan untuk mencari ilmu. Dengan
demikian, pada awalnya pendidikan Islam termasuk sebagai kegiatan memakmurkan
masjid dan hal tersebut sesuai dengan prinsip yang dianut oleh umat Islam bahwa
ilmu itu datangnya dari Allah, karena itu masjid lebih utama digunakan untuk
mencari ilmu pengetahuan.[8]
Dalam
kaitannya dengan pendidikan Islam, masjid mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi
edukatif dan fungsi sosial (Abdurrahman al-Nahlawi, 1989: 190-191). Sebagaimana
sejarah telah mencatat, bahwa masjid Nabawi di Madinah telah mampu melaksanakan
dua fungsi itu secara optimal. Sehubungan dengan kedua fungsi tersebut, Quraish
Shihab (1996: 462), menyebutkan 10 peranan masjid, yaitu
a)
Tempat
ibadah,
b)
Tempat
konsultasi dan komunikasi,
c)
Tempat
pendidikan,
d)
Tempat
santunan sosial,
e)
Tempat
latihan militer,
f)
Tempat
pengobatan,
g)
Tempat
perdamaian dan pengadilan,
h)
Aula
dan tempat menerima tamu,
i)
Tempat
tawanan,
j)
Pusat
penerangan dan pembelaan agama.[9]
Namun
pada perkembangan selanjutnya, pendidikan bagi anak-anak tidak dilaksanakan di
rumah masing-masing, tetapi di kuttab-kuttab (surau). Hal ini
dimaksudkan ada kekhawatiran bahwa anak-anak akan merusak suasana masjid.
Terlebih anak-anak yang belum terbiasa untuk memelihara kebersihan masjid. Dari
tinjauan sekilas di atas terlihat bahwa masjid berfungsi sebagai salah satu
lembaga pendidikan Islam, bahkan laksana markas pendidikan. Di masjid, kaum
Muslimin belajar agar tetap berpegang teguh pada keimanan, mencintai ilmu
pengetahuan, mempunyai kesadaran sosial yang tinggi, dan mampu menjalankan hak
dan kewajibannya. Masjid dibangun guna merealisasikan ketaatan kepada Allah,
mengamalkan syariat Islam, dan menegakkan keadilan (Abdurahman An-Nahlawi ,
1995: 190). Melalui lembaga masjid, kaum Muslimin terdahulu mampu memberikan
dampak edukatif bagi perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak didik sehingga
menjadi manusia Muslim yang mampu membawa peradaban Islam menuju puncak
kejayaan.[10]
3.
Hadis tentang Masjid sebagai Pusat Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
حَدَّثَنَا
الْحُسَيْنُ بْنُ حُرَيْثٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُسَيْنِ بْنِ وَاقِدٍ
حَدَّثَنِي أَبِي حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ قَال سَمِعْتُ أَبِي
بُرَيْدَةَ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَخْطُبُنَا إِذْ جَاءَ الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ عَلَيْهِمَا قَمِيصَانِ
أَحْمَرَانِ يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ فَنَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْمِنْبَرِ فَحَمَلَهُمَا وَوَضَعَهُمَا بَيْنَ يَدَيْهِ
ثُمَّ قَالَ صَدَقَ اللَّهُ { إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ }
فَنَظَرْتُ إِلَى هَذَيْنِ الصَّبِيَّيْنِ يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ فَلَمْ
أَصْبِرْ حَتَّى قَطَعْتُ حَدِيثِي وَرَفَعْتُهُمَا
Husain bin Huraits menceritakan kepada kami, Ali bin Husain bin
Waqid menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, Abdullah bin
Buraidah menceritakan kepadaku, ia berkata: Aku mendengar Abu Buraidah berkata,
"Rasulullah SAW sedang menceramahi kami, tiba-tiba Hasan dan Husain datang
dengan mengenakan baju berwarna merah. Keduanya berjalan
tertatih-tatih. Rasulullah kemudian turun dari atas mimbar, menggendong
keduanya dan meletakkannya di hadapannya. Beliau kemudian bersabda, "Maha
Benar Allah, 'Bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan '.
" (Qs. Al Anfaal [8]: 28). Aku kemudian menatap kedua anak itu yang
sedang berjalan dengan tertatih-tatih. Namun aku tidak sabar sehingga aku
memotong pembicaraanku, dan mengangkat keduanya.(H.R. At-Turmudzi)[11]
4.
Refleksi Hadis
Dari hadis
tersebut dapat kita pahami bahwa Rasulullah menggunakan Masjid sebagai sarana
untuk berdakwah yaitu dengan menyampaikan ceramah di depan para sahabat dan
kaum Muslimin. Kemudian beliau juga bertindak sebagai guru utama yang
mengajarkan hukum-hukum Islam dan dasar-dasar agama Islam. Selain itu, di dalam
masjid juga diadakan kegiatan diskusi tentang pemecahan berbagai masalah yang
dihadapi umat Islam pada waktu itu, baik di bidang agama, politik, sosial,
budaya, dan hukum. Oleh karena itu, masjid memiliki peranan dan fungsi yang
sangat penting bagi perkembangan umat Islam terutama di bidang pendidikan dan
ilmu pengetahuan.
Adapun jika melihat
fungsi masjid di era sekarang, ada sebagian masjid yang sudah menerapkan fungsi
masjid di zaman Rasulullah, yaitu dalam bidang pendidikan, misalnya Masjid
Nabawi dan Universitas al-Azhar di Kairo yang hingga sekarang masih digunakan
sebagai pusat pendidikan dan diskusi serta pengkajian beberapa ilmu pengetahuan
di samping fungsinya sebagai tempat ibadah.
Kemudian jika kita melihat di Indonesia sendiri juga sudah ada
kesadaran masyarakatnya untuk mengembangkan Ilmu Pengetahuan selain Ilmu agama,
misalnya dengan adanya ruang perpustakaan, dan lembaga pendidikan Islam misalnya
pondok pesantren, madrasah atau taman pendidikan al-Qur’an, dan Perguruan Tinggi Islam. Meskipun lembaga
pendidikan tersebut dibangun dengan ruang tersendiri namun masih berdekatan
dengan Masjid. Hal tersebut dilakukan
dalam upaya membangun peradaban Islam yang kuat dalam tauhidnya maupun secara
akhlak dan budi pekertinya.
5.
Aspek Tarbawi
Nilai-nilai kependidikan yang dapat
kita ambil dari hadis diatas yaitu:
1.
Kita
perlu mempelajari dan mengkaji kembali tentang sejarah peradaban Islam agar
kita bisa memperoleh hal-hal yang positif bagi perkembangan umat Islam di zaman
sekarang.
2.
Masjid
merupakan tempat yang paling mulia sehingga kita perlu menjaga dan
menghormatinya. Selain itu, kita sebagai umat Islam, khususnya para pemuda
Islam juga perlu meramaikannya dengan melakukan berbagai kegiatan yang
bermanfaat bagi diri kita sendiri maupun orang lain sehingga dapat mempererat tali persaudaraan antar sesama
Muslim selain mempererat hubungan kita kepada Allah SWT.
3.
Masjid
menjadi kunci utama dalam membangun peradaban umat Islam yang gemilang salah
satunya di bidang pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, sehingga kita perlu berusaha
untuk mengoptimalkan kembali fungsi mesjid.
4.
Masjid
merupakan identitas dan kekuatan umat Islam sehingga kita perlu menjaga dan
meningkatkan fungsinya agar tidak tergeser oleh perkembangan zaman.
PENUTUP
Kesimpulan
Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam yang memiliki peranan dan
fungsi yang sangat penting bagi perkembangan umat Islam termasuk dalam
membangun peradabannya. Masjid menjadi bangunan pertama yang dibangun oleh
Rasulullah dalam menegakkan agama Allah dan membina umat Islam. Masjid tersebut
berfungsi sebagai tempat unyuk melaksanakan segala aktivitas yang berhubungan
dalam upaya pengabdian kepada Allah dan persatuan umat Islam (ukhuwah
Islamiyah) salah satunya pusat pendidikan dan Ilmu Pengetahuan baik ilmu agama
maupun ilmu dunia yang bermanfaat bagi segala bidang kehidupan umat Islam.
Demikian akhir dari pembahasan makalah ini. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan mengingat bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna maka penulis meminta kritik dan saran bagi para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah
N. Handryant. 2010. Masjid sebagai Pusat Pengembangan
Masyarakat;
Integrasi Konsep habluminallah,
habluminannas, dan habluminal’alam. Malang: UIN Maliki Press.
Anggy
Tri Setyawan. 2012. Skripsi tentang Manajemen Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan sebagai Upaya
Meningkatkan Aktivitas Keagamaan
Masyarakat Pondok Indah. Jakarta:
UIN Syarif Hidyatullah.
Imam
Sadiana A. 2009. Skripsi tentang Tempat di Bumi yang paling Dicintai oleh Allah. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Imam Nasruddin1. Masjid Lembaga Pendidikan Islam ( Suatu Kajian menurut Pendidikan
Islam). http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/masjidlembagapendidikanislam.pdf
Muhammad Isa bin Surah At-Tirmidzi. 1992. Tarjamah Sunan
At-Tirmidzi, Semarang:
Asy-Syifa’.
Samsul Munir Amin. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Supardi dan Tengku Amiruddin. 2001. Konsep Manajemen Masjid; Optimalisasi Peran Masjid, (Yogyakarta: UII Press,
2001)
BIODATA PENULIS
Nama lengkap :
Endah Sriyani
Tempat, Tanggal Lahir :
Purworejo, 16 Feruari 1995
Alamat lengkap :
Desa Rowoyoso RT/RW 18/07 Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah
No. Handphone :
085600032779
Hobi :
Membaca, Menyanyi, Mendengarkan Musik Religi dan India
Motto Hidup :
Man Jadda Wa Jadda “ Siapa yang bersungguh- sungguh pasti ia berhasil”
Riwayat Pendidikan :
TK Muslimat NU Rowoyoso
SDN 03 Rowoyoso
SMPN 02 Wonokerto
SMA 1 Wiradesa
STAIN Pekalongan, mohon doanya agar segera lulus
Pengalaman Organisasi :
KIR, dan Paduan Suara
(Endah Sriyani)
[1] Aisyah N. Handryant, Masjid sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat;
Integrasi Konsep habluminallah, habluminannas, dan habluminal’alam,
(Malang: UIN Maliki Press, 2010), hal. 51-52,
[2] Imam Sadiana A, Skripsi tentang Tempat di Bumi yang paling Dicintai oleh Allah, (Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga, 2009), hal. 19
[3] Aisyah N. Handryant, Masjid sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat….., hal. 52
[4] Anggy Tri Setyawan, Skripsi
tentang Manajemen Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Masyarakat Pondok Indah, (Jakarta: UIN Syarif
Hidyatullah, 2012), hal. 23
[5] Imam
Nasruddin1, Masjid Lembaga Pendidikan Islam ( Suatu Kajian
menurut Pendidikan Islam), hal.2. http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/masjidlembagapendidikanislam.pdf
[6] Samsul Munir
Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 283
[7] Supardi dan
Tengku Amiruddin, Konsep Manajemen Masjid
; Optimalisasi Peran Masjid, (Yogyakarta: UII Press, 2001), hal. 132-133
[8] Ibid,
hal. 131
[10] Ibid,
hal. 7
[11] Muhammad Isa
bin Surah At-Tirmidzi, Tarjamah Sunan
At-Tirmidzi, (Semarang: Asy-Syifa’, 1992), hal. 714
Tidak ada komentar:
Posting Komentar