Laman

new post

zzz

Sabtu, 21 Februari 2015

G-2-07: Endah Sriyani



 MASJID SEBAGAI PUSAT PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN
Mata Kuliah : Hadis Tarbawi II
Disusun oleh
Endah Sriyani   2021113181


KELAS: G
JURUSAN TARBIYAH/ PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015




KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah, Mata Kuliah Hadis Tarbawi II yang berjudul “Masjid Sebagai Pusat Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan”, dengan lancar dan baik.
Dalam upaya penyelesaian tugas ini,  tidak hanya diperoleh dari hasil kerja keras penulis sendiri melainkan ada beberapa pihak yang memberikan bantuan motivasi, dukungan, saran dan bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung. Berkenaan dengan hal tersebut penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Bapak Muhammad Hufron Dimyati, M.S.I selaku dosen pengampu dan pembimbing Mata Kuliah Hadis Tarbawi II
2.      Ayah dan Bunda atas segenap kasih sayang dan doa restunya.
3.      Teman-teman atas dukungan dan motivasinya..
4.      Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang budiman.
Pekalongan, 20 Februari 2015
                                                                                               

Penulis






PENDAHULUAN
Pembangunan masjid di zaman sekarang sudah semakin banyak dan berkembang, seiring dengan bertambahnya jumlah penganut agama Islam di belahan dunia. Banyak masjid yang dibangun dengan seni dan gaya arsitektur yang menarik serta memiliki nilai sejarah yang tinggi. Namun seiring perkembangan zaman, masjid-masjid tersebut hanya dijadikan sebagai tempat ibadah dan wisata religi bahkan tempat peristirahatan, sehingga suasana masjid menjadi ramai ketika waktu tertentu saja. Hal tersebut yang menjadi permasalahan utama bagi umat Islam yang perlu ada pengkajian ulang tentang fungsi Masjid.
Jika kita menelusuri kembali tentang fungsi Masjid di zaman Rasulullah dan para sahabatnya dapat dikatakan bahwa bangunan masjid pada waktu tersebut  memiliki fungsi yang sangat kompleks dan menyeluruh, karena seluruh kegiatan baik ibadah maupun muamalah (sosial) dilakukan di tempat tersebut, terutama dalam hal pengajaran dan pembelajaran ilmu agama serta ilmu-ilmu pengetahuan yang lainnya. Dengan demikian, masjid dapat dikatakan sebagai pusat pembinaan umat Islam dan membangun peradaban umat Islam yang gemilang.
Oleh karena itu, untuk lebih lengkapnya mengenai fungsi masjid dan peranannya bagi umat Islam, akan penulis uraikan di dalam bab pembahasan pada makalah ini.






PEMBAHASAN
1.      Pengertian Masjid
Pengertian masjid secara bahasa (etimologis), berasal dari bahasa Arab, akar katanya sajada yang berarti sujud atau tunduk. Menurut Yulianto Sumalyo dalam bukunya Arsitektur Masjid (Sumalyo, 2000:1) menyebutkan bahwa kata Masjid disebut sebanyak dua puluh delapan kali di dalam al-Qur’an, kata tersebut berasal dari kata sajada-sujud yang berarti patuh, taat serta tunduk dengan hormat dan takzim.[1]
Sedangkan secara terminologi, Masjid diartikan sebagai tempat beribadah umat Islam khususnya dalam menegakkan shalat. Masjid sering disebut Baitullah (Rumah Allah) yaitu bangunan yang didirikan sebagai sarana untuk mengabdi kepada Allah.[2] Kemudian jika ditinjau dari segi akar katanya yaitu mengandung arti tunduk dan patuh, maka hakikat dari masjid adalah tempat untuk melakukan segala aktivitas yang berhubungan dengan kepatuhan kepada Allah swt.[3] Misalnya mengerjakan shalat, dzikir kepada Allah, dan untuk hal-hal yang berhubungan dengan dakwah islamiyah[4]
Jadi dapat disimpulkan bahwa masjid selain sebagai tempat beribadah umat Islam tetapi juga tempat untuk melakukan segala aktivitas yang berhubungan dengan upaya pengabdian kepada Allah swt dan hubungan sesama umat Islam.

2.      Fungsi dan Peranan Masjid bagi Umat Islam
Sebelum kita menuju ke fungsi dan peranan masjid, sebaiknya kita perlu mengingat kembali sejarah tentang fungsi masjid yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah swt sebagai berikut:
فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ⌂ رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ۙ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ⌂
Artinya:
Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, “Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh transaksi (urusan) dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah dan dia mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut pada suatu hari dimana hati dan penglihatan mereka terguncang”. (QS. An-Nur: 36-37)
Penerapan dari ayat tersebut telah dicontohkan oleh Rasulullah saw yaitu ketika Rasulullah saw berhijrah ke Madinah, langkah pertama yang dilakukan adalah membangun masjid kecil yang diberi nama Masjid Quba. (Abdullah Idi, 2006: 79-80). Saat dibangun masjid ini berlantaikan tanah, dan beratap pelepah kurma. Dari masjid yang kecil inilah selanjutnya Rasulullah membangun peradaban Islam yang besar.[5]
Kemudian beliau membangun Masjid yang kedua yaitu Masjid Nabawi di Madinah. Menurut Samsul Munir Amin, dalam bukunya “Sejarah Peradaban Islam” menyatakan bahwa Madinah merupakan  pusat kebudayaan dan peradaban Islam di Arab, karena kota tersebut menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kota perjuangan Nabi dalam menegakkan agama Islam.[6]
Masjid tersebut juga berperan sebagai “Islamic Center” tempat membina hubungan manusia dengan Allah swt dan hubungan manusia dengan manusia. Di Masjid tersebut Rasulullah juga menerima wahyu dari Allah dan memberikan motivasi perjuangan untuk menegakkan kalimat Allah dengan motivasi “mencari ridha Allah” dengan bekerja atau beramal dengan segala keterbatasan umur. Kehidupan yang sebentar inilah harus dimanfaatkan dengan efektif dan efisien untuk menghadapi kehidupan kelak di akhirat.[7]
Dalam praktek kehidupan, Rasulullah sangat memperhatikan perkembangan Ilmu pengetahuan dan mendorong umat Islam untuk menguasai ilmu, jangan karena jauh dan kesulitan digunakan sebagai alasan keterbatasan untuk mencari ilmu. Dengan demikian, pada awalnya pendidikan Islam termasuk sebagai kegiatan memakmurkan masjid dan hal tersebut sesuai dengan prinsip yang dianut oleh umat Islam bahwa ilmu itu datangnya dari Allah, karena itu masjid lebih utama digunakan untuk mencari ilmu pengetahuan.[8]
Dalam kaitannya dengan pendidikan Islam, masjid mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi edukatif dan fungsi sosial (Abdurrahman al-Nahlawi, 1989: 190-191). Sebagaimana sejarah telah mencatat, bahwa masjid Nabawi di Madinah telah mampu melaksanakan dua fungsi itu secara optimal. Sehubungan dengan kedua fungsi tersebut, Quraish Shihab (1996: 462), menyebutkan 10 peranan masjid, yaitu
a)      Tempat ibadah,
b)      Tempat konsultasi dan komunikasi,
c)      Tempat pendidikan,
d)     Tempat santunan sosial,
e)      Tempat latihan militer,
f)       Tempat pengobatan,
g)      Tempat perdamaian dan pengadilan,
h)      Aula dan tempat menerima tamu,
i)        Tempat tawanan,
j)        Pusat penerangan dan pembelaan agama.[9]
Namun pada perkembangan selanjutnya, pendidikan bagi anak-anak tidak dilaksanakan di rumah masing-masing, tetapi di kuttab-kuttab (surau). Hal ini dimaksudkan ada kekhawatiran bahwa anak-anak akan merusak suasana masjid. Terlebih anak-anak yang belum terbiasa untuk memelihara kebersihan masjid. Dari tinjauan sekilas di atas terlihat bahwa masjid berfungsi sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam, bahkan laksana markas pendidikan. Di masjid, kaum Muslimin belajar agar tetap berpegang teguh pada keimanan, mencintai ilmu pengetahuan, mempunyai kesadaran sosial yang tinggi, dan mampu menjalankan hak dan kewajibannya. Masjid dibangun guna merealisasikan ketaatan kepada Allah, mengamalkan syariat Islam, dan menegakkan keadilan (Abdurahman An-Nahlawi , 1995: 190). Melalui lembaga masjid, kaum Muslimin terdahulu mampu memberikan dampak edukatif bagi perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak didik sehingga menjadi manusia Muslim yang mampu membawa peradaban Islam menuju puncak kejayaan.[10]


3.      Hadis tentang Masjid sebagai Pusat Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ حُرَيْثٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُسَيْنِ بْنِ وَاقِدٍ حَدَّثَنِي أَبِي حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ قَال سَمِعْتُ أَبِي بُرَيْدَةَ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُنَا إِذْ جَاءَ الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ عَلَيْهِمَا قَمِيصَانِ أَحْمَرَانِ يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ فَنَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْمِنْبَرِ فَحَمَلَهُمَا وَوَضَعَهُمَا بَيْنَ يَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ صَدَقَ اللَّهُ { إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ } فَنَظَرْتُ إِلَى هَذَيْنِ الصَّبِيَّيْنِ يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ فَلَمْ أَصْبِرْ حَتَّى قَطَعْتُ حَدِيثِي وَرَفَعْتُهُمَا
Husain bin Huraits menceritakan kepada kami, Ali bin Husain bin Waqid menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, Abdullah bin Buraidah menceritakan kepadaku, ia berkata: Aku mendengar Abu Buraidah berkata, "Rasulullah SAW sedang menceramahi kami, tiba-tiba Hasan dan Husain datang dengan mengenakan baju berwarna merah. Keduanya berjalan tertatih-tatih. Rasulullah kemudian turun dari atas mimbar, menggendong keduanya dan meletakkannya di hadapannya. Beliau kemudian bersabda, "Maha Benar Allah, 'Bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan '. " (Qs. Al Anfaal [8]: 28). Aku kemudian menatap kedua anak itu yang sedang berjalan dengan tertatih-tatih. Namun aku tidak sabar sehingga aku memotong pembicaraanku, dan mengangkat keduanya.(H.R. At-Turmudzi)[11]
4.      Refleksi Hadis
Dari hadis tersebut dapat kita pahami bahwa Rasulullah menggunakan Masjid sebagai sarana untuk berdakwah yaitu dengan menyampaikan ceramah di depan para sahabat dan kaum Muslimin. Kemudian beliau juga bertindak sebagai guru utama yang mengajarkan hukum-hukum Islam dan dasar-dasar agama Islam. Selain itu, di dalam masjid juga diadakan kegiatan diskusi tentang pemecahan berbagai masalah yang dihadapi umat Islam pada waktu itu, baik di bidang agama, politik, sosial, budaya, dan hukum. Oleh karena itu, masjid memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting bagi perkembangan umat Islam terutama di bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Adapun jika melihat fungsi masjid di era sekarang, ada sebagian masjid yang sudah menerapkan fungsi masjid di zaman Rasulullah, yaitu dalam bidang pendidikan, misalnya Masjid Nabawi dan Universitas al-Azhar di Kairo yang hingga sekarang masih digunakan sebagai pusat pendidikan dan diskusi serta pengkajian beberapa ilmu pengetahuan di samping fungsinya sebagai tempat ibadah.
Kemudian jika kita melihat di Indonesia sendiri juga sudah ada kesadaran masyarakatnya untuk mengembangkan Ilmu Pengetahuan selain Ilmu agama, misalnya dengan adanya ruang perpustakaan, dan lembaga pendidikan Islam misalnya pondok pesantren, madrasah atau taman pendidikan al-Qur’an, dan  Perguruan Tinggi Islam. Meskipun lembaga pendidikan tersebut dibangun dengan ruang tersendiri namun masih berdekatan dengan Masjid.  Hal tersebut dilakukan dalam upaya membangun peradaban Islam yang kuat dalam tauhidnya maupun secara akhlak dan budi pekertinya.
5.      Aspek Tarbawi
Nilai-nilai kependidikan yang dapat kita ambil dari hadis diatas yaitu:
1.      Kita perlu mempelajari dan mengkaji kembali tentang sejarah peradaban Islam agar kita bisa memperoleh hal-hal yang positif bagi perkembangan umat Islam di zaman sekarang.
2.      Masjid merupakan tempat yang paling mulia sehingga kita perlu menjaga dan menghormatinya. Selain itu, kita sebagai umat Islam, khususnya para pemuda Islam juga perlu meramaikannya dengan melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi diri kita sendiri maupun orang lain sehingga dapat  mempererat tali persaudaraan antar sesama Muslim selain mempererat hubungan kita kepada Allah SWT.
3.      Masjid menjadi kunci utama dalam membangun peradaban umat Islam yang gemilang salah satunya di bidang pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, sehingga kita perlu berusaha untuk mengoptimalkan kembali fungsi mesjid.
4.      Masjid merupakan identitas dan kekuatan umat Islam sehingga kita perlu menjaga dan meningkatkan fungsinya agar tidak tergeser oleh perkembangan zaman.




PENUTUP
Kesimpulan
Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam yang memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting bagi perkembangan umat Islam termasuk dalam membangun peradabannya. Masjid menjadi bangunan pertama yang dibangun oleh Rasulullah dalam menegakkan agama Allah dan membina umat Islam. Masjid tersebut berfungsi sebagai tempat unyuk melaksanakan segala aktivitas yang berhubungan dalam upaya pengabdian kepada Allah dan persatuan umat Islam (ukhuwah Islamiyah) salah satunya pusat pendidikan dan Ilmu Pengetahuan baik ilmu agama maupun ilmu dunia yang bermanfaat bagi segala bidang kehidupan umat Islam.
            Demikian akhir dari pembahasan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan mengingat bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna maka penulis meminta kritik dan saran bagi para pembaca.









DAFTAR PUSTAKA
Aisyah N. Handryant. 2010.  Masjid  sebagai  Pusat  Pengembangan          Masyarakat;    Integrasi Konsep habluminallah, habluminannas, dan   habluminal’alam.  Malang: UIN Maliki Press.
Anggy Tri Setyawan. 2012. Skripsi tentang Manajemen Masjid Raya Pondok         Indah Jakarta Selatan sebagai Upaya Meningkatkan  Aktivitas          Keagamaan Masyarakat  Pondok Indah. Jakarta: UIN Syarif Hidyatullah.
Imam Sadiana A. 2009. Skripsi tentang Tempat di Bumi yang paling Dicintai oleh Allah. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Imam Nasruddin1. Masjid  Lembaga Pendidikan Islam  ( Suatu Kajian  menurut    Pendidikan Islam). http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/masjidlembagapendidikanislam.pdf
Muhammad Isa bin Surah At-Tirmidzi. 1992. Tarjamah Sunan At-Tirmidzi,            Semarang: Asy-Syifa’.
Samsul Munir Amin. 2010. Sejarah  Peradaban  Islam. Jakarta: Amzah.
Supardi dan Tengku Amiruddin. 2001.  Konsep Manajemen Masjid;           Optimalisasi  Peran Masjid, (Yogyakarta: UII Press, 2001)


BIODATA PENULIS
Description: G:\IMG0613A.jpg
Nama lengkap                         : Endah Sriyani
Tempat, Tanggal Lahir            : Purworejo, 16 Feruari 1995
Alamat lengkap                       : Desa Rowoyoso RT/RW 18/07 Kecamatan                                                                           Wonokerto Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah
No. Handphone                      : 085600032779
Hobi                                        : Membaca, Menyanyi, Mendengarkan Musik Religi                                                   dan India
Motto Hidup                           : Man Jadda Wa Jadda “ Siapa yang bersungguh-                                                       sungguh pasti ia berhasil”
Riwayat Pendidikan               : TK Muslimat NU Rowoyoso
                                                  SDN 03 Rowoyoso
                                                  SMPN 02 Wonokerto
  SMA 1 Wiradesa
STAIN Pekalongan, mohon doanya agar segera    lulus
Pengalaman Organisasi           : KIR, dan Paduan Suara



(Endah Sriyani)


[1] Aisyah N. Handryant, Masjid  sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat; Integrasi Konsep habluminallah, habluminannas, dan habluminal’alam, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hal. 51-52,
[2] Imam Sadiana A, Skripsi  tentang Tempat di Bumi yang  paling Dicintai oleh Allah, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009), hal. 19
[3] Aisyah N. Handryant,  Masjid  sebagai Pusat Pengembangan  Masyarakat….., hal. 52
[4] Anggy Tri Setyawan, Skripsi tentang Manajemen Masjid Raya Pondok Indah Jakarta  Selatan  sebagai  Upaya  Meningkatkan  Aktivitas  Keagamaan  Masyarakat  Pondok Indah, (Jakarta: UIN Syarif Hidyatullah, 2012), hal. 23
[5] Imam Nasruddin1, Masjid  Lembaga  Pendidikan Islam  ( Suatu Kajian  menurut Pendidikan Islam), hal.2. http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/masjidlembagapendidikanislam.pdf
[6] Samsul Munir Amin, Sejarah  Peradaban  Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 283
[7] Supardi dan Tengku Amiruddin, Konsep Manajemen  Masjid ; Optimalisasi Peran Masjid, (Yogyakarta: UII Press, 2001), hal. 132-133
[8] Ibid, hal. 131
 [9] Imam Nasruddin1, Masjid  Lembaga Pendidikan Islam ,……hal. 5-6
[10] Ibid, hal. 7
[11] Muhammad Isa bin Surah  At-Tirmidzi, Tarjamah Sunan At-Tirmidzi, (Semarang: Asy-Syifa’, 1992), hal. 714

Tidak ada komentar:

Posting Komentar