Metode Pembelajaran dalam Rumah Tangga
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi
Kelas:
M
Di
susun oleh:
Qurotul Aini (2021213057)
JURUSAN
TARBIYAH
PROGAM
STUDI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
STAIN
PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang memerintahkan melalui lisan
nabinya agar rumah dijadikan tempat dzikrullah (mengingat Allah). Semoga
shalawat dan salam di limpahkan kepada nabi kita muhammad kepada keluarga dan
segenap sahabatnya. makalah ini di buat atas tugas yag diberikan dosen mata
kuliah, yang berjudul “Metode Pembelajaran dalam Rumah Tangga”
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat
bantuan untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih, dan tak lupa penulis
juga sadar makalah ini masih banyak kekurangan maka penulis sangat mengharapkan
kritikan maupun saran yang sifatnya membangun untuk kesmpurnaan
penyusunan makalah selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Makalah
ini merupakan karya tulis ilmiah, kedudukannyapun di perguruan tinggi sangat penting dan merupakan bagian dari
tuntutan formal akademik.
Dalam makalah ini kita
akan mengetahui lebih dalam tentang hadis tarbawi II. Pada bagian ini, kita membahas metode
pembelajaran dalam rumah tangga, yaitu menjelaskan isi hadis dalam pokok
bahasan tersebut, semoga apa yang kami paparkan dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umunya. Dengan tema “metode pembelajaran dalam rumah tangga”
tersebut penulis berharap supaya pembaca dapat mengetahui cara atau metode
pembelajaran dalam keluarganya yang bertujuan untuk membentuk atau membimbing
agar anak-anak takut melakukan hal-hal yang tercela.
Pendidikan karakter akan berjalan efektif dan utuh
jika melibatkan tiga institusi, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pendidikan karakter tidak akan berjalan dengan baik jika mengabaikan salah satu
institusi, terutama keluarga. Pendidikan informal dalam keluarga memiliki peran
penting dalam proses pembentukan karakter seseorang. Hal itu disebabkan
keluarga merupakan lingkungan tumbuh dan berkembangnya anak sejak mulai usia
dini hingga mereka menjadi dewasa.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Dari segi bahasa, metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta
berarti melalui dan hodos berarti cara atau jalan yang harus di lalui untuk
mencapai tujuan. [1]
Adapun pengertian
metode secara terminologis menurut para ahli salah satunya yaitu Ahmad Tafsir
mendefinisikan metode pendidikan ialah semua cara yang digunakan dalam upaya
mendidik.
Secara
etimologis, keluarga adalah orang-orang yang berada dalam seisi yang
sekurang-kurangnya terdiri dari suami istri dan anak-anak. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, keluarga diartikan dengan satuan kekerabatan yang sangat
mendasar dalam masyarakat.
Menurut Zakiah
Daradjat, terdapat tiga lingkungan yang bertanggung jawab dalam mendidik anak.
Ketiga lingkungan tersebut adalah keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga
lingkungan tersebut tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Tetapi, dari
ketiganya lingkungan keluarga memiliki tanggung jawab utama dan pertama dalam
bidang pendidikan.
Dalam system
pendidikan Nasional, keluarga termasuk jalur pendidikan informal atau jalur
pendidikan keluar sekolah. Menurut undang-undang Nomor 20 th 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1, bahwa jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, informal dan non formal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan sekolah. Pendidikan
informal adalah jalur pendidikan keluarga dan pendidikan non formal adalah
jalur pendidikan lingkungan atau masyarakat.
Menurut
abdullah gymnastiar keluarga adalah sebuah organisasi kecil yang di dalamnya
ada yang memimpin dan ada yang di pimpin.
2. Materi Hadis
Ø Jadikanlah Rumah sebagai
tempat Dzikrullah (Mengingat Allah).
Karena itu
rumah harus dijadikan sebagai tempat untuk melakukan berbagai macam zikir, baik
itu zikir dalam hati maupun dengan lisan, sholat atau membaca sholawat dan
Al-Qur’an atau mempelajari ilmu-ilmu agama atau membaca buku-buku lain yang
bermanfaat. Saat ini betapa banyak
rumah-rumah islam yang mati karena tidak ada dzikrullah di dalamnya.
Ø Tidak Menampakkan Konflik
keluarga di depan Anak-anak
Jika didalam
keluarga terjadi konflik antara orangtua ayah dan ibu maka sebaiknya orangtua
lebih baik diam. Antara orang tua harus bisa lebih menerapkan sikap
kedewasaannya saat di depan anaknya. Dengan cara membicarakannya masalahnya di
dalam ruang yang tertutup kepada ayah dan ibu.
Ø Memberikan kesempatan untuk mendiskusikan
persoalan-persoalan keluarga
واْمر
هم شورى بينهم
Artinya: “ sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah diantara
mereka.” (Asy Syura : 38).
Dapat dijelaskan dari
hadis diatas bahwa aspek tarbawi yang memuatnya yakni perlu juga dingatkan
kepada bentuk lain dari pertamuan yang penting untuk diselenggarakan, yakni
pertemuan keterbukaan antara kedua orang tua dan anak-anak. Beberapa kesulitan
yang dihadapi oleh anak-anak yang telah baligh terkadang tidak mungkin untuk
dipecahkan kecuali melalui pertemuan pribadi. Misalnya, bapak dengan anak
laki-lakinya memperbincangkan secara terbuka berbagai persoalan yang menyangkut
problematika anak remaja dan puber, hokum-hukum baligh. Demikian pula halnya
ibu dengan putrinya membincangkan persoalan-persoalan tersebut sekaligus
mengajarinya hokum-hukum yang berkaitan dengan wanita baligh .
Ketika kepada anggota
keluarga diberi waktu dan kesempatan untuk sama-sama duduk mendiskusikan
persoalan intern dan ekstern keluarga, maka itulah pertanda bahwa keluarga
tersebut memperhatikan keutuhan keluarga, peran dan saling kerjasamanya.
Tidak diasingkan lagi,
bahwa laki-laki yang diber amanah kepimpinan dalam rumah tangga adalah orang
yang paling bertanggung jawab, penentu segala keputusan. Tetapi dengan
memberikan kesempatan kepada yang lain , terutama kepada anak-anak yang
menginjak dewasa, maka hal itu akan merupakan pendidikan tanggung jawab kepada
mereka, disamping semua akan merasa lepas dan lapanh dengan perasaannya, karena
pendapat mereka didengar dan dihargai.
Ø Memisahkan antara anak
laki-laki dengan anak perempuan dalam tidur
Inilah perbedaan cara menertibkan, antara orang yang taat beragama dengan
orang yang samasekali tidak memperhatikan persoalan agama.
Ø Mengatur waktu tidur dan makan
Sebagai rumah, punya kondisi
layaknya hotel, hampir penghuninya tidak mengenal satu sama lain, dan jarang
sekali mereka bertemu.
Sebagian anak makan atau tidur kapan saja mereka suka sehingga menyebabkan
mereka begadang dan menyia-nyiakan waktu, juga menumpuk antara makanan yang
satu dengan yang lainnya. Kekacauan seperti ini menyebabkan runtuhnya tali
ikatan, semangat dan waktu yang sia-sia serta membentuk jiwa tidak konsisten.[2]
Metode di
kaitkan dengan pendidikan karakter, arti metode sebagai jalan untuk menanamkan
karakter pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi objek sasaran. Untuk
menanamkan karakter pada diri anak ada beberapa metode yang bisa di gunakan
antara lain:
a.
Metode internalisasi
Adalah upaya memasukan pengetahuan
dan ketrampilan melaksanakan pengetahuan kedalam diri seseorang sehingga
pengetahuan itu menjadi kepribadiaannya dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Metode keteladanan
Adalah peniru yang baik, ungkapan
tersebut seharusnya di sadari oleh para orang tua sehingga mereka bisa lebih
menjaga sikap dan tindakannya ketika berada atau bergaul dengan anak-anaknya.
c. Metode
bermain
“dunia anak adalah dunia bermain”.
Ungkapan ini menujukan bahwa bermain dapat di jadikan salah satu metode dalam
mendidik anak di keluarga. Belajar sambil bermain demikian istilahnya. Bermain merupakan cara yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan
anak sesuai kompetensinya.
d. Metode
Cerita
metode bercerita merupakan
salah satu yang bisa digunakan dalam mendidik karakter anak.
e. Metode Nasihat
Metode
nasihat merupakan penyampaian kata-kata yang menyentuh hati dan disertai keteladanan.[3]
f. Metode Ibrah dan mau’idah
Menurut
an-Nahlawi kedua kata tersebut memiliki perbedaan dari segi makna ibrah berarti
suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada inti sari sesuatu yang
disaksikan, dihadapi dengan menggunakan nalar yang menyebabkan hati
mengakuinya. Adapaun kata mau’idah ialah nasehat yang lembut yang diterima oleh
hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya.
g. Metode Targhib dan Tarhib
targhib
ialah janji terhadap kesenangan, kenkmatan akhirat yang disertai dengan
bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang dilakukan[4]
Metode Pendidikan dalam Keluarga
3 - حدثنا إسحاق بن أبي إسرائيل قال حدثنا النضر بن علقمة أبو
المغيرة عن داود بن علي عن أبيه عن بن عباس : { أن النبي صلى الله عليه و سلم أمر
بتعليق السوط في البيت } (رواه البخارى فى الأدب المفرد, باب تعبيق السوط فى البيت
: 1229 ) [ ص 422 ] قال الشيخ الألباني : صحيح
Mufrodat :
امر : memperintahkan
بتعليق : dengan mengantungkan
السوط
: cemeti ( cambuk )
Artinya : “ Diceritakan
kepada kami ishak ibn abi israil. Menceritakan kepada saya nadhor ibn al qomah
bapaknya mughiroh dari abu daud ibn ali dari bapaknya Dari Ibnu Abbas ra,
sesungguhnya Nabi Saw, menyuruh untuk menggantungkan cemeti (cambuk) di rumah
(HR Bukhari).
Aspek Tarbawi
Dari contoh Hadis dapat kami
simpulkan bahwa seorang ayah atau orangtua didalam keluarga harus mempunyai
tanggung jawab atau kewajiban untuk mendidik atau membimbing keluarganya.
Bahwa di
dalam keluarga seorang ayah harus mempunyai cara atau metode tersendiri untuk
mendidik keluarganya dengan bertujuan untuk mendidik anak-anak agar mereka
takut melakukan hal-hal yang tercela.
Dengan
melihat alat untuk menghukum menjadikan orang-orang yang berniat jahat takut
melakukannya, karena merasa ngeri dengan bentuk hukuman yang bakal
diterimanya. Memukul sama sekali bukan
dasar dalam mendidik. Tidak dibolehkan menggunakannya kecuali jika seluruh cara
mendidik telah habis atau membebaninya untuk melakukan ketaatan yang
diwajibkan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Alhamdulilah, demikianlah
hadist tentang al-qur’an, dan kaitannya terhadap metode pembelajaran dalam
rumah tangga yang dapat kami uraikan bahwa pendidikan keluarga merupakan lembaga
pendidikan pertama dan utama tempat anak didik menerima pendidikan dan
bimbingan dari orang tuanya atau keluarganya yang lain. Seorang ayah adalah kepala keluarga
yang bertugas sebagai nahkoda dalam biduk rumah tangga. Dialah yang mengarahkan
dan mengendalikan kemana keluarganya akan dibawa.
Segala sesuatu yang dibuat oleh yang tidak sempurna pastilah sesuatu itu
tidaklah sempurna. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
khususnya kepada bapak dosen dan teman-tema seperjuangan kami Tarbiyah PAI. Semoga kritik dan saran
tersebut dapat memberikan kita ilmu dan perbaikan kita dikemudian hari
DAFTAR
PUSTAKA
Al
Munajjid, Muhammad Shaleh. 1997. 40
Nasehat Memperbaiki Rumah Tangga. Jakarta: Darul Haq.
An
Nahlawi, Abdurrahman. 1995. Pendidikan
Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press.
Syarbini,
Amirulloh. 2014. Model Pendidika Karakter
dalam Keluarga. Jakarta: PT Gramedia.
TENTANG PENULIS
Qurotul Aini, lahir di Pekalongan. Pendidikan tamatan di Sekolah Dasar Muh 05
Pekajangan , tamatan Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Wonoyoso kemudian
melanjutkan jenjang pendidikan di SMA 02 Pekalongan di Pekajangan dan sekarang
sedang belajar di STAIN Pekalongan jurusan Tarbiyah PAI.
[1] Amirullah syarbini. Model
pendidikan karakter dalam keluarga. Pt. Elex media komputindo. Jakarta. Hal :
59
[2] Muhammad shaleh al
munajid. 40 nasehat memperbaiki rumah tangga. Darul haq. Jakarta. Hal : 21, 55-
57, 67- 69
[4] Abdurrahman an nahlawi.
Pendidikan islam di rumah, sekolah dan masyarakat. Gema insani press. Jakarta.
Hal : 279
Tidak ada komentar:
Posting Komentar