Laman

new post

zzz

Sabtu, 14 Februari 2015

M-I-03: QURROTUL AINI


Metode Pembelajaran dalam Rumah Tangga
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi



Kelas: M
Di susun oleh:

 Qurotul Aini (2021213057)


JURUSAN TARBIYAH
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STAIN PEKALONGAN
2015



KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Allah yang memerintahkan melalui lisan nabinya agar rumah dijadikan tempat dzikrullah (mengingat Allah). Semoga shalawat dan salam di limpahkan kepada nabi kita muhammad kepada keluarga dan segenap sahabatnya. makalah ini di buat atas tugas yag diberikan dosen mata kuliah, yang berjudul “Metode Pembelajaran dalam Rumah Tangga”
            Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih, dan tak lupa penulis juga sadar makalah ini masih banyak kekurangan maka penulis sangat mengharapkan kritikan maupun saran yang sifatnya membangun  untuk kesmpurnaan penyusunan makalah selanjutnya.



BAB I
PENDAHULUAN

a.     Latar Belakang

Makalah ini merupakan karya tulis ilmiah, kedudukannyapun di perguruan tinggi  sangat penting dan merupakan bagian dari tuntutan formal akademik.
Dalam makalah ini kita akan mengetahui lebih dalam tentang hadis tarbawi II. Pada bagian ini, kita membahas metode pembelajaran dalam rumah tangga, yaitu menjelaskan isi hadis dalam pokok bahasan tersebut, semoga apa yang kami paparkan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umunya. Dengan tema “metode pembelajaran dalam rumah tangga” tersebut penulis berharap supaya pembaca dapat mengetahui cara atau metode pembelajaran dalam keluarganya yang bertujuan untuk membentuk atau membimbing agar anak-anak takut melakukan hal-hal yang tercela.
Pendidikan karakter akan berjalan efektif dan utuh jika melibatkan tiga institusi, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan karakter tidak akan berjalan dengan baik jika mengabaikan salah satu institusi, terutama keluarga. Pendidikan informal dalam keluarga memiliki peran penting dalam proses pembentukan karakter seseorang. Hal itu disebabkan keluarga merupakan lingkungan tumbuh dan berkembangnya anak sejak mulai usia dini hingga mereka menjadi dewasa.












BAB II
PEMBAHASAN

           
1.      Pengertian

Dari segi bahasa, metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui dan hodos berarti cara atau jalan yang harus di lalui untuk mencapai tujuan. [1]
                  Adapun pengertian metode secara terminologis menurut para ahli salah satunya yaitu Ahmad Tafsir mendefinisikan metode pendidikan ialah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik.
                   Secara etimologis, keluarga adalah orang-orang yang berada dalam seisi yang sekurang-kurangnya terdiri dari suami istri dan anak-anak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keluarga diartikan dengan satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat.
                  Menurut Zakiah Daradjat, terdapat tiga lingkungan yang bertanggung jawab dalam mendidik anak. Ketiga lingkungan tersebut adalah keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan tersebut tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Tetapi, dari ketiganya lingkungan keluarga memiliki tanggung jawab utama dan pertama dalam bidang pendidikan.
                  Dalam system pendidikan Nasional, keluarga termasuk jalur pendidikan informal atau jalur pendidikan keluar sekolah. Menurut undang-undang Nomor 20 th 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1, bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, informal dan non formal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan sekolah. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan pendidikan non formal adalah jalur pendidikan lingkungan atau masyarakat.
                  Menurut abdullah gymnastiar keluarga adalah sebuah organisasi kecil yang di dalamnya ada yang memimpin dan ada yang di pimpin.



2.      Materi Hadis

Ø  Jadikanlah Rumah sebagai tempat Dzikrullah (Mengingat Allah).
Karena itu rumah harus dijadikan sebagai tempat untuk melakukan berbagai macam zikir, baik itu zikir dalam hati maupun dengan lisan, sholat atau membaca sholawat dan Al-Qur’an atau mempelajari ilmu-ilmu agama atau membaca buku-buku lain yang bermanfaat. Saat ini betapa banyak rumah-rumah islam yang mati karena tidak ada dzikrullah di dalamnya.

Ø    Tidak Menampakkan Konflik keluarga di depan Anak-anak
Jika didalam keluarga terjadi konflik antara orangtua ayah dan ibu maka sebaiknya orangtua lebih baik diam. Antara orang tua harus bisa lebih menerapkan sikap kedewasaannya saat di depan anaknya. Dengan cara membicarakannya masalahnya di dalam ruang yang tertutup kepada ayah dan ibu.
Ø   Memberikan kesempatan untuk mendiskusikan persoalan-persoalan keluarga
واْمر هم شورى بينهم

Artinya: “ sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah diantara mereka.” (Asy Syura : 38).
            Dapat dijelaskan dari hadis diatas bahwa aspek tarbawi yang memuatnya yakni perlu juga dingatkan kepada bentuk lain dari pertamuan yang penting untuk diselenggarakan, yakni pertemuan keterbukaan antara kedua orang tua dan anak-anak. Beberapa kesulitan yang dihadapi oleh anak-anak yang telah baligh terkadang tidak mungkin untuk dipecahkan kecuali melalui pertemuan pribadi. Misalnya, bapak dengan anak laki-lakinya memperbincangkan secara terbuka berbagai persoalan yang menyangkut problematika anak remaja dan puber, hokum-hukum baligh. Demikian pula halnya ibu dengan putrinya membincangkan persoalan-persoalan tersebut sekaligus mengajarinya hokum-hukum yang berkaitan dengan wanita baligh .
            Ketika kepada anggota keluarga diberi waktu dan kesempatan untuk sama-sama duduk mendiskusikan persoalan intern dan ekstern keluarga, maka itulah pertanda bahwa keluarga tersebut memperhatikan keutuhan keluarga, peran dan saling kerjasamanya.
            Tidak diasingkan lagi, bahwa laki-laki yang diber amanah kepimpinan dalam rumah tangga adalah orang yang paling bertanggung jawab, penentu segala keputusan. Tetapi dengan memberikan kesempatan kepada yang lain , terutama kepada anak-anak yang menginjak dewasa, maka hal itu akan merupakan pendidikan tanggung jawab kepada mereka, disamping semua akan merasa lepas dan lapanh dengan perasaannya, karena pendapat mereka didengar dan dihargai.
Ø  Memisahkan antara anak laki-laki dengan anak perempuan dalam tidur
Inilah perbedaan cara menertibkan, antara orang yang taat beragama dengan orang yang samasekali tidak memperhatikan persoalan agama.
Ø  Mengatur waktu tidur dan makan
Sebagai rumah,  punya kondisi layaknya hotel, hampir penghuninya tidak mengenal satu sama lain, dan jarang sekali mereka bertemu.
Sebagian anak makan atau tidur kapan saja mereka suka sehingga menyebabkan mereka begadang dan menyia-nyiakan waktu, juga menumpuk antara makanan yang satu dengan yang lainnya. Kekacauan seperti ini menyebabkan runtuhnya tali ikatan, semangat dan waktu yang sia-sia serta membentuk jiwa tidak konsisten.[2]

Metode di kaitkan dengan pendidikan karakter, arti metode sebagai jalan untuk menanamkan karakter pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi objek sasaran. Untuk menanamkan karakter pada diri anak ada beberapa metode yang bisa di gunakan antara lain:
a.       Metode internalisasi
Adalah upaya memasukan pengetahuan dan ketrampilan melaksanakan pengetahuan kedalam diri seseorang sehingga pengetahuan itu menjadi kepribadiaannya dalam kehidupan sehari-hari.

            b. Metode keteladanan
Adalah peniru yang baik, ungkapan tersebut seharusnya di sadari oleh para orang tua sehingga mereka bisa lebih menjaga sikap dan tindakannya ketika berada atau bergaul dengan anak-anaknya.

           

c. Metode bermain
 “dunia anak adalah dunia bermain”. Ungkapan ini menujukan bahwa bermain dapat di jadikan salah satu metode dalam mendidik anak di keluarga. Belajar sambil bermain demikian istilahnya. Bermain merupakan cara yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai kompetensinya.

d. Metode Cerita
metode bercerita merupakan salah satu yang bisa digunakan dalam mendidik karakter anak.

e. Metode Nasihat
Metode nasihat merupakan penyampaian kata-kata yang menyentuh hati dan disertai keteladanan.[3]
            f. Metode Ibrah dan mau’idah
Menurut an-Nahlawi kedua kata tersebut memiliki perbedaan dari segi makna ibrah berarti suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada inti sari sesuatu yang disaksikan, dihadapi dengan menggunakan nalar yang menyebabkan hati mengakuinya. Adapaun kata mau’idah ialah nasehat yang lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya.

            g. Metode Targhib dan Tarhib
targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenkmatan akhirat yang disertai dengan bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang dilakukan[4]
           


Metode Pendidikan dalam Keluarga

3 - حدثنا إسحاق بن أبي إسرائيل قال حدثنا النضر بن علقمة أبو المغيرة عن داود بن علي عن أبيه عن بن عباس : { أن النبي صلى الله عليه و سلم أمر بتعليق السوط في البيت } (رواه البخارى فى الأدب المفرد, باب تعبيق السوط فى البيت : 1229 ) [ ص 422 ] قال الشيخ الألباني : صحيح
           
Mufrodat :
امر                    :  memperintahkan
بتعليق                 : dengan mengantungkan
السوط                : cemeti ( cambuk )

Artinya : “ Diceritakan kepada kami ishak ibn abi israil. Menceritakan kepada saya nadhor ibn al qomah bapaknya mughiroh dari abu daud ibn ali dari bapaknya Dari Ibnu Abbas ra, sesungguhnya Nabi Saw, menyuruh untuk menggantungkan cemeti (cambuk) di rumah (HR Bukhari).


Aspek Tarbawi

Dari contoh Hadis dapat kami simpulkan bahwa seorang ayah atau orangtua didalam keluarga harus mempunyai tanggung jawab atau kewajiban untuk mendidik atau membimbing keluarganya.
Bahwa di dalam keluarga seorang ayah harus mempunyai cara atau metode tersendiri untuk mendidik keluarganya dengan bertujuan untuk mendidik anak-anak agar mereka takut melakukan hal-hal yang tercela.
Dengan melihat alat untuk menghukum menjadikan orang-orang yang berniat jahat takut melakukannya, karena merasa ngeri dengan bentuk hukuman yang bakal diterimanya.  Memukul sama sekali bukan dasar dalam mendidik. Tidak dibolehkan menggunakannya kecuali jika seluruh cara mendidik telah habis atau membebaninya untuk melakukan ketaatan yang diwajibkan.





BAB III
PENUTUP


Kesimpulan :

            Alhamdulilah, demikianlah hadist tentang al-qur’an, dan kaitannya terhadap metode pembelajaran dalam rumah tangga yang dapat kami uraikan bahwa pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama tempat anak didik menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau keluarganya yang lain.  Seorang ayah  adalah kepala keluarga yang bertugas sebagai nahkoda dalam biduk rumah tangga. Dialah yang mengarahkan dan mengendalikan kemana keluarganya akan dibawa.
          Segala sesuatu yang dibuat oleh yang tidak sempurna pastilah sesuatu itu tidaklah sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak khususnya kepada bapak dosen dan teman-tema seperjuangan kami  Tarbiyah PAI. Semoga kritik dan saran tersebut dapat memberikan kita ilmu dan perbaikan kita dikemudian hari
















DAFTAR PUSTAKA

Al Munajjid, Muhammad Shaleh. 1997. 40 Nasehat Memperbaiki Rumah Tangga. Jakarta: Darul Haq.
An Nahlawi, Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press.
Syarbini, Amirulloh. 2014. Model Pendidika Karakter dalam Keluarga. Jakarta: PT Gramedia.

























TENTANG PENULIS
Qurotul Aini, lahir di Pekalongan.  Pendidikan tamatan di Sekolah Dasar Muh 05 Pekajangan , tamatan Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Wonoyoso kemudian melanjutkan jenjang pendidikan di SMA 02 Pekalongan di Pekajangan dan sekarang sedang belajar di STAIN Pekalongan jurusan Tarbiyah PAI.





[1] Amirullah syarbini. Model pendidikan karakter dalam keluarga. Pt. Elex media komputindo. Jakarta. Hal : 59
[2] Muhammad shaleh al munajid. 40 nasehat memperbaiki rumah tangga. Darul haq. Jakarta. Hal : 21, 55- 57, 67- 69
[3] Ibid,. Hal 59- 71
[4] Abdurrahman an nahlawi. Pendidikan islam di rumah, sekolah dan masyarakat. Gema insani press. Jakarta. Hal : 279

Tidak ada komentar:

Posting Komentar