Laman

new post

zzz

Kamis, 03 Desember 2015

spi G 11 PERADABAN ISLAM DI INDONESIA



PERADABAN ISLAM DI INDONESIA

Kelas: G
1.      Mas’anah                           2021114066
2.      Nita Setiana                      2021114151
3.      M. Zakaria                         2021114276


TARBIYAH / PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PEKALONGAN
( STAIN ) PEKALONGAN
2015




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
            Perkembangan peradaban Islam di Indonesia tidak lepas dari campur tangan bangsa eropa yang saat itu menguasai hampir seluruh wilayah Indonesia, bangsa eropa datang ke Indonesia untuk menguasai perdagangan dengan menerapkan sistem monopoli.Dengan adanya campur tangan belanda dan sistem monopoli yang dilakukan, maka bangsa Indonesia menjadi geram dan menimbulkan banyak perlawan dari masyarakat Indonesia yang dipimpin oleh beberapa tokoh di daerah masing-masing.
Perlawanan semakin memanas terutama setelah belanda menerapkan sistem tanam paksa dan menetapkan pajak yang tinggi.Selain perlawanan secara fisik yang dilakukan oleh rakyat para ulama juga mendirikan organisasi-organisasi untuk melawan belanda secara Intelektual. Untuk lebih jelas mengenai peradaban Islam di Indonesia akan di bahas dalam makalah ini.
           
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditemukan suatu rumusan masalah berikut ini:
1.    Bagaiman Kedatangan Imperialisme barat ke Indonesia ?
2.    Bagaiman Keberadaan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ketika Belanda datang?
3.    Apa Maksud dan Tujuan Kedatangan Belanda  ke-indonesia ?
4.    Bagaiman Strategi Politik Belanda ?
5.    Bagaiman Perlawanan Rakyat terhadap Imperialisme ?
6.    Bagaiman Peradaban Indonesia ?
7.    Apa saja Organisasi Islam di Indonesia ?








C. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi literatur/metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku atau dari referensi yang lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan kajian dan sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisan serta pengorganisasian jawaban permasalahan.

D. Sistematika Penulisan Masalah
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab 1, bagian pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, perumusan masalah, metode pemecahan masalah, dan sistematika penulisan masalah. Bab II, adalah pembahasan. Bab III, bagian penutup yang terdiri dari simpulan


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Kedatangan Imperialisme Barat di Indonesia
Pada abad ke-16 mulai terdapat suasana baru diperairan indonesia. Selama berabad-abad perairan Nusantara hanya di layari oleh kapal-kapal dari indonesia dan Asia, seperti cina, pegu, Gujarat, Bengkala dll. Dan sejak abad-16 muncullah pelaut-pelaut dari Eropa. Kemajuan ilmu dan teknik pelayaran menyebabkan Eropa mampu berlayar ke perairan indonesia.
Orang-orang portugislah yang mula-mula muncul di indonesia. Kedatangan mereka keindonesia karena beberapa faktor yaitu ekonomi, mereka ingin mendpatkan untung besar dengan berniaga, mereka ingin membeli rempah-rempah dimaluku dengan harga yang murah dan dijual di ke Eropa dengan harga yang mahal. Faktor yang lainnya yaitu hasrat untuk menyebarkan agam kristen dan melawan orang islam. Sejak abad ke-8 kaum muslimin menguasai jazirah Andalusia, selama itu juga terjadi perang dan pertarungan antara orang kristen dan kaum muslmimin, baik di anadalusia maupun kemudian di Timur Tengah. Peperangan itu dikenal dengan perang salib.Faktor lain yaitu hasrat berpetualang yang timbul karena sikap hidup yang dinamis. Pelaut-pelaut portugis itu ingin melihat dunia diluar tanah airnya.Dengan faktor-faktor itulah orang-orang portugis berlayar menyusuri pantai barat Afrika terus keselatan dan melingkari Tanjung Harapan( Cope Town), dan menuju keindia.
Pada abad ke-16, perairan indonesia kedatangan orang eropa lainnya, yaitu orang belanda, inggris, Denmark, dan prancis. Maksud kedatangan orang belanda dan inggris ketanah air indonesia tidak berbeda dengan orang portugis dan spayol, yakni ingin memperoleh rempah-rempah dengan murah.
Setelah kompeni di kepalai oleh Gubernur Jendarl J.P Coen, maka tujuan mereka makin jelas, yakni menguasai perdagangan rempah rempah di indonesia, secara sendirian atau monopoli. Dalam upaya melakasanakan monopoli mereka tidak segan-segan menggunakan kekerasan.Kompeni mulai menguasai berbagai wilayah, baik secara langsunga atau tidak langsung. Praktek yang demikian sangat merugikan kerajaan kerajaan di indonesia.
Sekitar tahun 1618-1691, pihak belanda menyerang pangeran Wijayakrama dan dapat merebut Jayakarta; diatas runtuhnya kota tersebut dibangunlah kota baru yang diberinama Batavia. Banten yang menganggap dirinya berkuasa di Jayakarta tentu tidaktinggal diam, sehingga sejak itulah timbullah permusuhan antara banten dan belanda.[1]
Konsolidasi kekuasaan belanda atas jawa membuka jalan bagi ekspansi Belanda ke wilayah Hindia Timur lainnya.Selama rentang waktu 1824-1858, belanda telah menguasai seluruh Sumatra.Ekspansi komersil dan militer menimbulkan parmasalahan antara Belanda dengan Aceh, yaitu perebutan kekuasaan atas beberapa pelabuhan lada di wilayah Sumatra bagian Barat dan utara.[2]

B.  Keberadaan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia Ketika Belanda Datang
Menjelang kedatangan belanda di indonesia pada akhir abad 16 dan awal abad ke-17 keadaan kerajaan-kerajaan islam di indonesia tidaklah sama. Perbedaan tersebut bukan hanya berkenaan dengan politik, tetapi juga dalam proses pengembangan islam dikerajan-kerjaan tersebut. Misalnya di sumatra, penduduk sudah memeluk islam sekitar tiga abad. Sementara di Maluku dan sulawesi penyebaran agama islam baru saja berlangsung.
Disumatra setelah malaka jatuh ketangan portugis, percaturan politik dikawasan selat malaka merupakan perjuangan segi tiga: Aceh, portugis, dan Johor yang merupakan kelanjutan dari kerajaan malaka islam. Pada abad ke-16, tampaknya aceh lebih dominan, terutama karena para pedangang muslim menghindar dari malaka , dan memilih Aceh sebagai pelabuhan transit. Aceh berusaha menarik perdagangan internasional dan antarkepulauan Nusanatara.Kemenangan aceh atas Johor, membuat kerajaan terahir ini pada tahun 1564 menjadi daerah vassal dari Aceh.
Ketika itu memang Aceh sedang mengalami kejayaan dibawah pimpinan Sultan iskandar muda.Ia wafat pada usia 46 tahun pada 27 Desember 1636. Ia digantikan oleh iskandar Tsani. Sultan ini masih mampu mempertahankan kebesaran aceh. Akan tetapi, setelah ia meninggal dunia, 17 februari 1641, Aceh kemudian secara berturut-turut dipimpin oleh 3 orang wanita selama 59 tahun. Dan pada masa ini Aceh mulai mengalami kemunduran.
Dijawa pusat kerajaan islam sudah pindah dari pesisir kepedalaman, yaitu dari demak kepajang kemudian kemataram. Berpindahan tersebut membawa pengaruh besar untuk perkembangan sejarah islam di jawa. Pada tahun 1691, seluruh jawa timur praktis sudah berada dibawah kekuasaan mataram.Yang ketika itu dibawah pemerintahan Sultan Agung.Pada masa ini kontak-kontak bersenjata antara kerajaan mataram dan VOC mulai terjadi.
Di sulawesi, pada ahir abad ke-16, pelabuhan makasar berkembang dengan pesat. Letaknya memang strategis yaitu tempat persingggahan ke maluku, Filipina, Cina, Batani, kepulauan Nusa Tenggara, dan kepulauan indonesia bagian barat. Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang mempercepat perkembangan itu, dianatarnya sebagai berikut:
1.    Penduduk malaka oleh portugis mengakibatkan terjadinya migrasi
2.    Arus migrasi melayu bertambah besar  setelah Aceh mengalami ekspedisi
3.    Blokade belanda terhadap malaka dihindari oleh pedagang-pedagang baik indonesia maupun india, Asia barat dan Asia timur.
4.    Merosotnya pelabuhan jawa timur .[3]

C.  Maksud dan Tujuan Kedatangan Belanda
Tujuan Kedatangan bangsa belanda di Indonesia pada mulanya didorong oleh keinginan mendapatkan rempah-rempah secara langsung di Indonesia, karena waktu itu dibarat mengalami kesukaran memperoleh rempah-rempah. Maka pada tahun 1506 bersandarlah empat buah kapal belanda di banten, tapi usaha pertama ini dapat dikatakan gagal, karena sifat sombong orang-orang belanda terhadap penduduk setempat, disamping itu juga orang-orang portugis tidak senang kedatangan belanda sebagai saingannya.
            Pelayaran pertama disusul pelayaran selanjutnya dan berhasil, namun timbul persaingan antara orang-orang belanda sendiri, maka untuk menghilangkan persaingan itu dibentuklah perserikatan yang terkenal dengan VOC pada bulan maret 1962 M.[4]
Dibentuknya VOC karena melihat hasil yang diperoleh perseroan Amsterdam, yang mengirimkan empat angkatan, yang pertama tahun 1595 oleh cornelis dehout man, kedua tahun 1598 oleh Van Nede Heem Skerck dan Van Warwijck, ketiga tahun 1599 oleh Vander Hagen dan terakhir tahun 1600 oleh Van Neck, yang mana banyak perseroan lain berdiri yang juga ingin berdagang dan berlayar ke Indonesia. Sehingga VOC ini dibentuk dan disahkan oleh Staten General republic dengan satu piagam yang memberi hak khusus kepada VOC untuk berdagang, berlayar dan memegang kekuasaan di kawasan antara tanjung harapan dan kepulauan Solomon.
            Di samping itu secara khusus hak-hak istimewa yang diminta VOC, seperti:
1.  Hak monopoli di daerah sebelah timur tanjung harapan hingga selat Magelhaens.
2.  Diijinkan mengadakan perjanjian dengan raja-raja Indonesia atas nama pemerintah Belanda.
3. Diijinkan membuat benteng-benteng.
4. Diperkenankan diangkat seorang.  
5. Diperbolehkan membentuk tentara.
            Pada tahun 1798 M. VOC dibubarkan dengan saldo kerugian sebesar 134,7 juta Golden. Ini terjadi karena ada beberapa faktor, di antaranya, pembukuan yang curang, pegawai yang korup, dan sistem monopoli serta sistem tanam paksa dalam pengumpulan bahan-bahan hasil tanaman yang menimbulkan kemerosotan moral baik penguasa maupun penduduk.
            Setelah bubar, secara resmi Indonesia pindah ketangan Belanda pada pergantian abad ke-18.Pemerintah belanda berlangsung sampai tahun 1942 dan hanya diinterupsi oleh inggris selama beberapa tahun, pada tahun 1811-1816.Pemerintah belanda tidak berubah sama sekali, bahkan 1816. Belanda memanfaatkan daerah jajahan untuk menanggulangi kemerosotan ekonomi akibat kebangkrutan perang. Dan tahun 1830 M. pemerintah Hindia Belanda menjalankan sistem tanam paksa dan politik liberal di Indonesia setelah terusan suez dibuka dan industri belanda berkembang.[5]

D.  Strategi Politik Belanda
Raja Mataram ( jawa) sultan Agung sejak semula sudah melihat bahwa Belanda adalah Ancaman. Pada tahun 1628 dan 1629, mataram dua kali melakukan serangan ke Batavia, tetapi gagal.Masuknya pengaruh belanda kepusat kekuasaan mataram adalah karena Amangkurat II (1677-1703) meminta bantuan VOC untuk memadamkan pemberontakan Trunojoyo, adipati madura, dan pemberontakan Kajoran. Pada masa Amangkurat III mataram menglami krisis, sementara Belanda .Belanda harus dibayar dengan wilayah dan konsesi dagang.
Dalam jaringan perdagangan di indonesia bagian barat, kedudukan malaka, Johor, dan Banten adalah sangat penting maka Belanda bermaksud untuk menguasainya. Ahirnya mereka memilih Jakarta, daerah yang paling lemah sebagai basis kegiatanya.Meluasnya pengaruh Belanda dalam pemerintahan Mataram, di percepat dengan konflik intern dalam istana. Oleh karenanya pada tahun 1755 mataram terpecah menjadi dua yaitu: Surakarta dan Yogyakarta, tahun 1757 muncul kekuasaan mangkunegara, dan ahirnya pada tahun 1813 muncul kekuasaan pakualam.Hubungan banten dengan belanda beruncing ketika sultan Ageng tirtayasa naik tahta tahun 1651.Ia sangat memusuhi Belanda karena Belanda dipandang menghalangi usaha Banten memajukan usaha perdagangan.
Disulawesi, Gewo tallo melakukan ekpedisi ke Buton, Solor, Sumbawa, Ende, Bima tahun 1626, dan pada tahun berikutnya ke Limboto yang dianggap sebagai daerah kekuasaan ternate.[6]

E.  Perlawanan Rakyat Terhadap Imperialisme Belanda
Penjajahan Belanda terhadap bangsa Indonesia, mendapat perlawanan sengit dari rakyat dan bangsa indonesia pada umumnya.Perlawanan tersebut tidak hanya bermotif politik kebangsaan, melainkan juga motif Agama. Penjajahan Belanda disamping ingin menguasai indonesia mereka juga menyebarkan agama mereka ke penduduk pribumi yaitu agama kristenisasi. Pada abad ke-17 perlawanan terhadap penjajahan Belanda dilakukan oleh sbb:
1.    Sultan Agung Mataram
2.    Sultan Iskandar Muda Mahkota  Alam Aceh
3.    Sultan Hasanudin Makasar
4.    Sultan Ageng Tirtayasa
5.    Raja Iskandar Minangkabau
6.    Trunojoyo Madura
7.    Karaeng Galesong dari Makasar
8.    Untung Surapati, Adipati Aria Jaya, Dll
Disamping itu perlawanan-perlawanan rakyat terhadap penjajahan juga berlangsung terus menerus saling berkesinambungan di satu wilayah dan wilayah lainnya. Perlawanan-perlawanan tersebut adalah Sbb:
1.    Perang Padri di Minangkabau
Perang ini tejadi antara tahun 1821-1837. Perang ini dipimpin oleh Tuanku imam Bonjol, dan dibantu oleh ulama yang lain. Walaupun islam sudah masuk pada abad ke-16, tetapi proses sinkretisme berlangsung lama. Pemurnian islam dimulai oleh Tuanku Koko Tuo dengan pendekatan damai. Akan tetapi pendekatan ini tidak diterima oleh murid-muridnya yang lebih Radikal, Terutama Tuanku Nan Renceh.
Kelompok radikal ini mendapat kekuatan baru tahun1803, ketika tiga ulama; HAJI Miskin dari pandai sikat, Haji Sumanik dari VIII kota, dan Haji Piobang dari lima puluh kota pulang dari Mekah. Mereka datang membawa semangat yang diilhami oleh gerakan wahabi yang puritan.[7]
Setelah takluknya minangkabau akibat perang Padri kebijakan belanda mencoba menahan pengaruh para guru agama dengan mengasingkan mereka sejauh mungkin dari urusan rakyat dan dengan menegakan wewenang para kepala adat yang sah.Pada tanggal 21 Februari 1921 M terjadi permulaan peperangan antara kaum adat dan Belanda.Peperangan pertama Belanda gagal, sehingga Belanda mengajak perdamaian melalui perjanjian pada 22 Januari 1824.Namun Belanada mengkhianati begitu pula peperangan selanjutnya.[8]
2.    Pangeran Diponegoro
Peristiwa yang memicu peperangan adalah rencana pemerintah Hindia Belanda untuk membuat jalan yang merobos tanah milik Pangeran Diponegoro dan harus membongkar makam keramat.Belanda ingin berunding dengan pangeran Diponegoro yang mencabut patok-patok yang ditanam dan mengalihkan jalan patih Daniarejo harus diganti.Pada tahun 1825 M pangeran Diponegoro bangkit berontak melawan pemerintahan kolonial yang kafir.Pangeran diponegoro menggunakan taktik gerilya, dimana pasukan Belanda dikepung oleh prajurit pangeran Diponegoro di Yogya.
Pada tahun 1826 M. Banyak korban berguguran dipihak Belanda, yang memunculkan dengan memperkuatkan diri dengan melakukan benteng untuk mempersempit gerakan tentang Pangeran Diponegoro. Di tahun 1827 M. Pangeran Diponegoro ditawan karena beliau membangkang untuk berunding dengan Belanda dan ahirnya tahun 1830 M. Dibuang ke Manado, lalu tahun 1834 M. Dipindah meninggal dalam 70 tahun pada 8 Januari 1855 M.
3.    Perang Banjarmasin
Pengangkatan Pangeran Tamjid menjadi Sultan menimbulkan kekecewaan dikalangan rakyat dan pembesar lainnya.Dari kericuhan itu Belanda kembali memasuki persoalan politik untuk mengambil keuntungan yang lebih besar.Ketika itulah perang Banjarmasin di mulai, Andresen yang didatangkan dari Batavia menyimpulkan bahwa sultan Tamjid merupakan sumber kericuhan.Dan ahirnya diturunkan dari tahta dan kekuasaanya diambil alih oleh Belanda.
Perlawanan rakyat berkobar-kobar di daerah yang semula ditunjukan untuk sultan Tamjidil kepada Belanda.Perlawanan ini dipimpin oleh Pangeran Antasari dengan 3.000 pasukan untuk menyerbu pos-pos Belanda.Awalnya Belanda banyak korban, tetapi dengan taktik dan kelicikan Belanda berhasil mengalahkan beberapa pembesar kerajaan satu persatu dan pangeran Hidayat tertangkap dan dibuang ke jawa.
Sebelashari setelah pembuangan Pangeran Hidayah, pangeran Antasari memproklamirkan kemerdekaan Banjarmasin, yang beribu kota Sumatra Tengah, markas besar perjuangan melawan Belanda. Namun 9 bulan setelah proklamasi, Pangeran Antasari wafat di Temeh tanggal 11 Oktober 1862 M. Karena sakit.Dan kemudian digantikan oleh anaknya Pangeran Muhammad.
4.    Perang Aceh
Perang Aceh tanggal 26 Maret 1873 M., ketika Terusan Suez dibuka negara Belanda berlomba-lomba mencari jajahan baru dan mendesak untuk mengadakan perundingan.Pada ahirnya ini memberi peluang kepada Belanda untuk meneruskan agrerisnya.Perang ini juga disebut perang Rakyat karena seluruh rakyat Aceh terlibat secara aktif melawan kolonial.
Pada tanggal 5 Apri 1873 M. Tentara belanda menyerang masjid dengan 3.000 personil, yang akhirnya karena kuatnya tentara Aceh, dapat di rebut kembali oleh pasukan Aceh. Dan pada bulan November pada tahun ini juga belanda dapat menguasai masjid kraton.Setelah meninggalnya sultan Belanda berunding tapitidak ditanggapi Aceh.Sehingga Belanda memakai sistim pasifikasi.Akan tetapi sistim ini gagal.
Setelah gagalnya sistem pasifikasi belanda menerapkan sistim konsentrasi kota raja sebagi pusatnya, akan tetapi sistem ini justru memberi peluang kepada pejuang Aceh untuk menggagalkan perang gerilya. Aceh besar mulai bergejolak, ketika Teuku Umar membelot dari Belanda tahun 1896 dan Belanda Melakukan ofensif yang memaksa pihak Aceh bersipat defensif.Teuku Umar gugur dalam perang ini kemudian ia digantikan oleh Nya’Dien. Ahirnya Belanda meninggalkan indonesia (1942 M).[9]

F.   Peradaban Islam di Indonesia
1.    Sistem Birokrasi Keagamaan
Oleh karena penyebaran islam di Indonesia pertama-tama dilakukan oleh para pedagang, pertumbuhan komunitas Islam bermula di berbagai pelabuhan penting di Sumatra, Jawa dan pulau lainnya. Kerajaan islam yang pertama berdiri juga didaerah pesisir. Seperti: kerajaan samudra pasai, Aceh, Demak, Banten, Cirebon, Ternate, dan Tidore.
            Ibu kota kerajaan selain merupakan pusat politik dan perdagangan, juga tempat berkumpul para ulama dan mubaligh islam. Raja-raja Aceh mengangkat para ulama menjadi penasihat dan pejabat di bidang keagamaan.Kedudukan jabatan ulama yang terkuat diantaranya adalah di Aceh dan di Banten.
            Birokrasi keagamaan juga berlangsung dibeberapa kerajaan Islam seperti di Kesultanan Demak di Jawa.Semasa menjadi raja Demak dengan gelar senopati jimbun ngabdurrahman panembahan Palembang sayyidin panatagama.Demikian pula yang berlaku di Kerajaan Mataram Islam, Sultan Agama bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma Sayyidinpanata Agama Khalifatullah ing Tanah Jawi.Sultan Agung bahkan memberlakukan kebijakan perpaduan tahun Jawa Saka disesuaikan dengan tahun hijriyah.Hal ini menunjukan perpaduan akulturasi budaya setempat (Jawa) dengan tradisi hukum Islam yang dituangkan dalam sistem birokrasi keagamaan. Demikian pula yang berlaku di beberapa kerajaan lain di Indonesia pada umumnya.
2.    Peran Para Ulama dan Karya-Karyanya
Penyebaran dan pertumbuhan kebudayaan umat islam di Indonesia terutama terletak di pundak para ulama. Paling tidak ada dua cara yang dilakukan: Pertama, membentuk para kader ulama yang akan bertugas sebagai mubaligh ke berbagai daerah yang lebih luas. Kedua, melalui karya-karya yang tersebar dan dibaca di berbagai tempat yang jauh.Pada abad ke-16 dan 17, banyak sekali bermunculan tulisan para cendekiawan Islam di Indonesia.
Para tokoh-tokoh ulama pertama di Indonesia adalah Hamzah Fansuri, seorang sufi yang berasal dari Fansur (pansur), Sumatra Utara. Karyanya yang terkenal berjudul Asarul Arifin fi Bayan ila Suluk wa At-Tauhid, suatu uraian singkat tentang sifat-sifat dan inti ilmu kalam menurut teologi Islam. Karyanya yang bersifat mistik (tasawuf) adalah Syair Perahu. Karya-karya yang lain adalah Syair Burung Pingai, Syair Dayang, Syair Jawi.
Syamsudin As-Sumatrani adalah murid Hamzah Fansuri. Syamsuddin mengarang buku berjudul Mir’atul Mu’minin (Cermin Orang Beriman) pada tahun 1601 M. Karya lainnya adalah Jauhar Al-Haqaid, Risalah At-Tubayyin Mulahazat Al-Muwahidin ‘ala Al-Mulhidin fi Dzikrillah, Kitab Al-Haraqah dan Nur Ad-Daqaiq.
Di Sulawesi, pemikiran tasawuf yang sama juga berkembang, terutama melalui Syaikh Yusuf Al-Makassari (1626-1699M). Karya-karya Syaikh Yusuf al-Makassari yang sebagian dalam bidang tasawuf diperkirakan berjumlah 20 buah.
Pada abad ke-19 M, pemikiran tasawuf mulai bergasar ke pamikiran fiqh seperti yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari (1710-1812) yang menulis kitab Sabibul Muhtadin dan kitab Perukunan Melayu.Kiai Haji Ahmad Rifai (1786-1875) yang menulis banyak buku, di antaranya Husnul Mathalib, Asnal Maqashid dan Jam’ul Masa’il.
Di Semarang, terdapat ulama terkenal, Syaikh Shaleh Darat (1820-1903). Karya-karyanya antara lain: Kitab Tafsir Faidhur Rahman (1891 M), Kitab Lathaifuth Thaharat (fiqh), KitabJauharatut Tauhid (tauhid), dan lain-lain.
Disamping mareka yang disebutkan di atas, masih banyak para ulama lain yang sangat berjasa dalam pengembangan agama islam di Indonesia melalui karya-karyanya.
3.    Corak Bangunan Arsitek
Hasil seni bangunan pada zaman pertumbuhan dan berkembangan Islam di Indonesia antara lain masjid kuno Demak, Masjid Agung Ciptarasa Kesepuhan di Cirebon, Masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Masjid Ampel di Surabaya. Masjid-masjid itu menunjukan keistimewaan dalam denahnya yang berbentuk persegi empat atau bujur sangkardengan bagian kaki yang tinggi serta pejal, atapnya bertumpang dua, tiga, lima atau lebih, dikelilingi parit atau kolam air di bagian depan atau sampingnya yang berserambi.Selain itu, pada pintu gerbang, baik di keraton maupun di makam orang yang dianggap keramat berbentuk candi bentar, kori agung yang menunjukan corak pintu gerbang sebelum islam.
Beberapa bangunan arsitektur Islam di Indonesia, memiliki ciri khas tersendiri dengan mengadaptasi budaya sebelumnya.[10]
4.    Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga-lembaga pendidikan islam sebenarnya sudah berkembang sejak zaman penjajahan belanda. Salah satu bentuk pendidikan islam tertua di Indonesia adalah pesantren. pesantren sebagai lembaga pendidikan islam mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam pembentukan budaya masyarakat Islam di Indonesia.
Setelah merdeka, pendidikan islam mulai mendapat kedudukan yang sangat penting dalam sistem pendidikan nasional. Terutama setelah dibentuknya Departemen Agama pada tanggal 3 Desember 1946 yang bertugas mengurusi penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah umum dan madrasah serta pesantren-pesantren.
Pada tahun 1958 pemerintah terdorong untuk mendirikan Madrasah Negeri.Perkembangan pendidikan islam terus di ditingkatkan. Tuntutan untuk mendirikan Perguruan Tinggi juga meningkat. Sebelum kemerdekaan di Minangkabau sudah berdiri perguruan tinggi pertama, yaitu Sekolah Islam Tinggi yang didirikan oleh persatuan Guru-guru Agama Islam (PGAI) di padang. Di Jakarta didirikan STI (Sekolah Tinggi Islam) pada juli 1945, karena pergolakan kemerdekaan STI dipindah ke Yogyakarta dan pada 22 Maret 1945 STI berubah menjadi UII (Universitas Islam Indonesia). Setelah kemerdekaan di Yogya juga dibuka UGM (Universitas Gadjah Mada).Di Jakarta dibuka ADIA (Akademik Dinas Ilmu Agama).Pada bulan Mei 1960 Departemen Agama menggabungkan PTAIN dengan ADIA menjadi IAIN yang berkedudukan di Yogya dan bercabang di Jakarta. Di Banda  Aceh juga didirikan Fakultas Agama Islam Negeri. Tahun 1960 FAIN diubah menjadi Fakultas Syariah Banda Aceh yang merupakan Cabang IAIN Yogyakarta.Setelah beberapa tahun Departemen Agama memisahkan IAIN menjadi dua yang masing-masing berdiri sendiri, yaitu IAIN Yogyakarta dan IAIN Jakarta.
IAIN bertambah pesat, selain itu ditambah dengan tumbuhnya perguruan tinggi swasta, diantaranya UNJ, UM, UNISBA, UNISMA.Pendidikan Islam mengalami kemajuan dalam mengiringi modernitas. Terakhir  pada tahun 2002, IAIN Syarif Hidayatullah berubah menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidatullah yang didalamnya menyenggarakan pendidikan  fakultas agama, dan juga membuka Fakultas Psikologi. Di samping itu sedang dirancang pendirian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.[11]

G. Organisasi-Organisasi Islam di Indonesia
Beberapa organisasi islam di Indonesia telah memiliki andil yang cukup besar terhadap proses pengembangan agama Islam. Di antara organisasi- oarganisasi Islam di Indonesia adalah sebagai berikut.
1.    Al-Jami’at Al-Khairiyah
Organisasi yang lebih dikenal dengan nama Jami’at Khair ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905. Anggota organisasi ini    mayoritas orang-orang Arab, tetapi untuk  seiap muslim bisa menjadi anggota tanpa diskriminasi asal usul.
            Dua bidang yang sangat diperhatikan oleh organisasi ini ialah, pertama, pendirian dan pembinaan satu sekolah pada tingkat dasar dan, kedua, pengiriman anak-anak muda ke turki untuk melanjutkan studi. Selain itu jami’at khair adalah organisasi pertama dengan bentuk modern dan mendirikan suatu lembaga pendidikan dengan sistem yang modern.[12]
2.    Syarikat Islam (SI)
Syarikat Islam (SI) awalnya adalah Serikat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh KH.Samanhudi pada tahun 1950 M di Solo.Kemudian pada tahun 1912 M, SDI berubah menjadi Syarikat Islam (SI) yang diprakarsai oleh HOS. Cokroaminoto, Abdul Muis, H. Agus Salim. Awalnya SI merupakan organisasi yang bergerak di bidang keagamaan, tetapi kemudian menjadi gerakan politik.[13]
3.    Muhammadiyah
Organisasi islam yang didirikan oleh K.H.A. Dahlan pada tahun 1912. Pada awalnya, Dahlan dengan organisasinya dianggap sebagai tokoh controversial karena jalan pikirannya menentang arus, tidak sejalan dengan sistem pendidikan islam tradisional. Namun sebenarnya di situlah letak gagasan “pembaruan” Dahlan dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia ia mengambil alih sistem pengajaran barat dengan ilmu pengetahuan ‘umum’ dan sekaligus mengajarkan ilmu-ilmu keislaman.Usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan menyiratkan gerak aktivitas yang beragam dan bersekala luas, yaitu sejak dari pendidikan taman anak-kanak hingga perguruan tinggi.[14]
4.    Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi massa Islam yang didirikan oleh para ulama pesantren dibawah pimpinan KH. Hasyim Asy’ari, di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926.Lapangan usaha NU meliputi bidang pendidikan, dakwah, dan sosial.NU memiliki pendok pesantren besar yang menyebar di Indonesia.Di samping pesantren pendidikan yang dikelola NU adalah sekolah-sekolah formal sejak MI, MTs, MA, juga SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi.
5.    Jam’iyatul Washliyah
Suatu organisasi Islam yang diresmikan pendiriannya pada 30 November 1930 M didirikan di Medan. Para Ulama yang ikut mendirikan Jam’iyatul Washliyah antara lain: Ismail Banda, Abdurrahman Syihab, M Arsyad Thahir Lubis. Al-Jam’iyatul Wasliyah banyak memiliki sekolah madrasah yang telah mengeluarkan lulusannya sebagai tokoh terkemuka di masyarakat.[15]
6.    Al-Islah Wal Irsyad (Al-Irsyad Al-Islamiyyah)
Organisasi ini didirikan pada tahun 1914 oleh Syaikh Ahmad Surkati yang dilahirkan di Dunggala, Sudan pada tahun 1872.kemudian  organisasi ini terkenal dengan sebutan Al-Irsyad, yang terdiri dari golongan-golongan awali. Pada tahun 1915 berdirilah sekolah Al-Irsyad yang pertama di Jakarta, yang kemudian disusul oleh beberapa sekolah dan pengajian lain yang sehaluan dengan itu.[16]

7.    Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI)
Organisasi ini didirikan pada 20 Mei 1930 di Bukittinggi Sumatra Barat oleh sejumlah ulama terkemuka di Minangkabau, di bawah pimpinan Syaikh Sulaiman Ar-Rasuli.PERTI memiliki bidang usaha dalam bidang pendidikan dan dakwah.PERTI pernah terjun di bidang politik praktis sebagai partai politik.
8.    Persatuan Umat Islam (PUI)
Persatuan Umat Islam (PUI) didirikan oleh KH. Abdul Halim, seorang ulama pengasuh pondok pesantren di Majalengka Jawa Barat tahun 1911. Dalam perkembangan berikutnya PUI memiliki banyak sekolah dan pondok pesantren yang menyebar di Wilayah Jawa Barat.[17]
9.    Persatuan Islam (PERSIS)
Organisasi massa Islam yang didirikan oleh para ulama yang beraliran pembaharu di Bandung pada 12 September 1923. Para ulama pendiri PERSIS adalah KH.Zamzam dan A. Hassan.persis merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang pembaruan.Bidang usahanya meliputi bidang dakwah, pendidikan dan penerbitan.
10.              Majlis Ulama Indonesia (MUI)
Didirikan pada 26 Juli 1975.Lembaga ini bertugas memberikan fatwa dan nasihat seputar masalah keagamaan dan kemasyarakatan sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam menjalankan pembangunan.
            Disamping organisai Islam yang disebutkan di atas, sebenarnya masih terdapat berbagai organisasi Islam lainnya, baik yang bersifat nasional maupun local yang bergerak dalam bidang dakwah islamiyah.Semua organisasi tersebut memiliki andil dan kontribusi yang sangat besar bagi pengembangan dakwah Islamiyah di negeri Indonesia.
           




BAB III
PENUTUP
Simpulan
            Dalam perkembangannya bangsa Indonesia banyak mendapat rintangan baik dalam bidang Agama, Sosial dan Ekonomi.Hal itu disebabkan adanya Imperialisme barat yang ingin menguasai kekayaan alam bangsa ini serta menjadikan rakyat sebagai alat untuk mencapai tujuan mereka.Tetapi para ulama dan rakyat tidak tinggal diam dengan hai ini, mereka melakukan perlawanan agar terbebas dari kekangan bangsa belanda.
Saran
Pembahasan dalam makalah yang kami susun ini memang jauh dari suatu kesempurnaan, maka dari itu kami mengharap kepada Pembaca makalah ini agar mencari refrensi dan buku bacaan yang mendukung terhadap pembahasan mengenai “Peradaban Islam di Indonesia” dan kami sangat mengharap saran dan kritikannya yang tak lain hal tersebut  kami butuhkan untuk memperbaiki makalah selanjutnya. Kami ucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. 2002. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Lesfi.
Amin, Samsul Munir. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Asmuni, Yusran. 1996. Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
Ismail, Faisal. 1997. Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Titian Ilahi press.
Nizar, Samsul. 2007. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Sunanto, Musyrifah. 2010. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: Rajawali pers
Syukur, Fatah. 2012. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra

















ANGGOTA  KELOMPOK 10

Nama   : Masanah
NIM    : 2021114066
TTL     : Pemalang, 28 Agustus 1994
Riwayat Pendidikan   : - TK Salafiyah ,Sawangan-Bulakan, Kec Belik, Kab Pemalang
-                                                                                   MI Raudlatut Thalibin, Sawangan-Bulakan, Kec Belik, Kab pemalang
-       MTS Miftahul Ulum, Bulakan, Kec Belik, Kab pemalang
-       M.A.S,  Karang tengah, Kec Warung Pring, kab Pemalang
-       Pondok Pesantren As-Shintana, Karang tengah, Kec Warung Pring, Kab Pemalang
-       STAIN Pekalongan
-       Pondok Pesantren Al-Hadi, Pekalongan
Alamat     : Bulakan-Sawangan Rt 02/06, Kec Belik, Kab Pemalang
Facebook : Masanah
Hobby      : Mengoleksi Buku-Buku. Dll.

Nama   : Nita Setiana
NIM    : 2021114151
TTL     : Pekalongan, 29 februari 1996
Riwayat Pendidikan   : - TK Budhi Asih, DS. Pringsurat, Kec Kajen, Kab Pekalongan
-       SDN 01 Pringsurat, Kec Kajen, Kab pekalongan
-       SMPN 04 Kajen, Kab pekalongan
-       SMA Yapenda Karanganyar, Kab Pekalongan
-       STAIN Pekalongan
Facebook   : Nita Setiana
Hobby        : Membaca dan Menulis
ff.jpgNama   : M. Zakaria
NIM    : 2021114276
TTL     : Tegal, 26 Januari 1996
Riwayat Pendidikan   :
 - MI MAMBAUL ULUM KOTA TEGAL
- MTs.MAMBAUL ULUM KOTA TEGAL
- MA.SALAFIYAH SYAFIIYAH PEKALONGAN
- STAIN PEKALONGAN
Facebook  : Zakaria Idris
       Hobby               : bermain keyboard























[1]Samsul Munir Amin,Sejarah Peradaban Islam, cet 5,(Jakarta: Amzah, 2015), hlm372-374                              
[2]Dudung  Abdurrahman et all, Sejarah Peradaban Islam, cet 1,(Yogyakarta: Lesfi, 2003), hlm 404
[3]Samsul Munir Amin, opcit., hlm 374-377
[4] Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah II, cet 1,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),hlm 22
[5]Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, cet 4,(Semarang: Pustaka Rizki, 2012),hlm 214-215
[6]Samsul Munir Amin, op.cit., hlm 380-381
[7] Samsul Munir Amin,op.cit, hlm. 384.
[8]Fatah Syukur, op.cit.,hlm 219.
[9]  Ibid, hlm 220-221
[10] Samsul Munir Amin, op.cit.,hlm 408-416.
[11]Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia,(Jakarta: Rajawali pers, 2010), hlm 128-131
[12]Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, cet 1,(Jakarta: Kencana, 2009), hlm 353-354
[13]Samsul Munir Amin, op.cit.,hlm 423.
[14]Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam, cet 2,(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), hlm 100.
[15]Samsul Munir Amin, op.cit.,hlm 425
[16] Samsul Nizar,op.cit., hlm 356
[17] Samsul Munir Amin,op.cit., hlm 426.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar