Kontribusi Islam terhadap Ilmu, Pengetahuan
dan Filsafat Islam
Oleh:
1.
Dewi Astini (2021114034)
2.
YayanIsmiNurhidayah (2021114196)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI(STAIN)
PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Kontribusi Islam terhadap Ilmu, Pengetahuan
dan
Filsafat Islam” ini dengan baik.
Penyusunan makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Sejarah Peradaban Islam “tentang bagaimana
filsafat seruan islam, siapa ilmuan dan para cendekiawan islam, serta karya-karya
yang delah diciptakannya dan perkembangan islam di negara iran”. Makalah ini
bertujuan supaya kita sebagai pelajar muslim mengetahui sunber-sumber yang ilmu
yang kita pelajari dan dengan mengertinya penemu-penemu ilmu pengtahuan
ternyata orang muslim sehingga dapat memicu semangat kita dalam mempelajari
semua ilmu pemgetahuan..
Dalam pembuatan makalah
ini pemakalah sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, jika kiranya ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini kami menerima
kritik dan saran supaya untuk kedepannya kami dapat membuat makalah dengan jauh
lebih baik.
Pekalongan, 13
Oktober 2015
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
- Latar belakang masalah
Proses
perkembangan pemikiran muslim, terdapat dalam tiga fase dan erat kaitanya
dengan sejarah islam.
Sehingga
mengakibatkan adanya perubahan masyarakat dari tradisional menjadadi masyarakat
modern, dan pandangan cakrawala berpikir yang regional menjadi yang lebih luas
lagi kehidupan pribadi makin lama makin kompleks, menimbulkan masalah-masalah
baru yang memerlukan pemecahan.
Sedangkan
tujuan semula keberadaan filsafat Yunani itu untuk menguji kebenaran ajaran
agama, maka pengetahuan keagamaan yang dapat dibenarkan oleh akal pikiran
dinamakan filsafat dan yang tidak sesuai disebut cerita agama.
Setalah orang
islam meyakini kebaikan nilai-nilai pengetahuan yang diterjemahkan, maka makin
bertambahlanh kegiatan untuk mempelajari pengetahuan Yuanani itu dengan jalan
bagaimanapun.
Kemudian hal tersebut
melahirkan para penemu-penemu ilmu pengetahuan dari kalangan orang-orang muslim
serta pekembangan aliran dalam negara Iran, adapun untuk pembahasan lebih
mendalam akan dijabarkan didalam makalah
- Rumusan masalah
1.
Apa yang dinamakan filsafat seruan islam?
2.
Siapa sajakah ilmuwan dan para cendekia muslim?
3.
Siapa penemu ilmu pengetahuan dan tehnologi di
kalangan cendekiawan muslim?
4.
Bagaimana representasi Islam Modern iran?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat Seruan Islam
Proses perkembangan pemikiran muslim, terdapat dalam tiga
fase dan erat kaitanya dengan sejarah islam. Pertama, akibat adanya pergolakan
politik pada masa kekhalifahan Ali, menimbulkan perang siffin dan perang
Jamal.Adanya perang ini menjadi faktor utama munculnya golongan khawarij.
Kedua, akibat eksoansi Islam kebarat ke spanyol dan prancis, ke selatan sampai
ke sudan, Ethiopia dan seterusnya, ke timur sampai ke India dan seterusnya dan
ke utara sampai ke Rusia.
Ketiga, akibat eksoansi Islam kebarat ke spanyol dan prancis,
ke selatan sampai ke sudan, Ethiopia dan seterusnya, ke timur sampai ke India
dan seterusnya dan ke utara sampai ke Rusia.Akibat adanya perubahan masyarakat
dari tradisional menjadadi masyarakat modern, dan pandangan cakrawala berpikir
yang regional menjadi yang lebih luas lagi kehidupan pribadi makin lama makin
kompleks, menimbulkan masalah-masalah baru yang memerlukan pemecahan.
Ketiga faktor-faktor yang dikemukakan diatas sangat
membantu lahirnya pemikiran-pemiran baru bagi umat islam.Pemikiran Filsafat
yunani mulai berkembang pada abad VI SM. Filsafat yang berkembang itu bukanlah
hasil pemikiran filosof Yunani semata pada waktu itu, tetapi lebih tepat
dikatan hasil proses perkembangan
berpikir dan kumpulan dari pilihan-pilihan kebudayaan sebelum masa filosof itu.
Tujuan semula keberadaan filsafat Yunani itu untuk
menguji kebenaran ajaran agama, maka pengetahuan keagamaan yang dapat
dibenarkan oleh akal pikiran dinamakan filsafat dan yang tidak sesuai disebut
cerita agama.
Salah seorang yang berjasa dalam menyebarkan kebudayaan
yunanai adalah Alexander Agung yang pada tahun 331 SM dapat menguasai Persia
(Darius), namun di negeri jajahan itu , ia selalu berusaha menyatukan
kebudayaan Yunani dengan kebudayaan jajahannya , antara lain, dengan cara
perkawinan, berpakaian dan pengangkatan pegawai atau pengiringnya.
Sekitar abad ke-7 dan 8 M. Islam telah menyebarkan
sayap-sayapnya ke Syiria, mesir, Afrika Utara dan sebagian Spanyol. Melalui
filosof-filosof kristen di Syiria orang-orang islam mengenal filsafat Yunani.
Dengan demikian filsafat Yunani yang sampai ke dunia
islam bukanlah langsung dari Yunani akan tetapi melalui filosof diluar yunani
dan bahkan telah bercampur aduk dengan pemikiran-pemikiran di mana filsafat itu
berkembang.
Faktor yang mendorong orang islam Mempelajari Filsafat
1. Bahwa ajaran islam menganjurkan kepada pemeluk untuk
mempelajari ilmu pengetahuan.
2. Kaum muslimin melihat adanya manfaatmempelajari filsafat
Yunani itu, terutama untuk memperkuat akidah islamiah dan berguna pula untuk
berpolemik atau berapologi , dengan orang-orang yang tidak seagama atau ynag
menyimpang dari ajaran islam.
3. Situasi dan kondisi memerlukan adanya
terjemahan-terjemahan terutama ilmu-ilmu yang tidak mrninggung masalah
keagamaan, karena masyarakatnya makin maju.
Setalah orang islam meyakini kebaikan
nilai-nilai pengetahuan yang diterjemahkan itu, maka makin bertambahlanh
kegiatan untuk mempelajari pengetahuan Yuanani itu dengan jalan bagaimanapun.
Namun setalah kekhlalifahan Makmun yaitu zaman zaman kekhalifahan al-Mutawakkil
penerjamahan buku-buku tidak lagi banyak dilakukan (terutama buku filsafat)
bahkan akhirnya dilarang.[1]
B. Ilmuan dan Para Cendikiawan Muslim
1.
Al-Thabari
Nama kengkapnya Abu Ja’far Muhammad Ibnu Jarir
al Thabari. Lahir di Amul, Thabaristan yang terletak di pantai selatan laut
Thabaristan (laut Qazwayn) pada tahun 225 H/839 M dan meninggal di Baghdad pada
tahun 310 H/923 M. Ia adalah seorang sejarawan besar, ensiklopedis, ahli
tafsir, ahli qira’at, ahli hadist dan ahli fikih.
Karya al-Thabari dalam bidang sejarah yang
sangat terkenal, yaitu dalam bidang sejarah umum, ber judul Tarikh al-Umam
wa al-Muluk (sejarah bangsa-bangsa dan raja-raja) atau Tarikh al-Rusul
wa al-Anbiya’ wa al-Muluk wa al-Khulafa’ (sejarah para Rasul, para Nabi,
para Raja, dan para Khalifah).
2.
Al-Mas’udi
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan Ali ibn
Husayn ibn Ali (Baghdad- fustat, mesir 956 M).Ia adalah seorang sejarahwan dan
ahli geografi, ahli geologi, dan ahli zoologi muslim, juga mempelajari ilmu
kalam (theologi), akhlaq, politik, dan ilmu bahasa.
Diantara karyanya yang dapat diketahui adalah
sebagai berikut. (1) Dzakhair al-Ulum wa Ma Kana fi Sa’ir al-Duhur
(khazanah ilmu pada setiap kurun), (2) al-Istidzkar Lima Marra fi Salif
al-A’mar tentang peristiwa-peristiwa masa lalu. (3) Tarikh fi Akhbar
al-Umam min al-‘Arab wa al-‘Ajam (sejarah bangsa-bangsa, Arab dan Persia
3.
Al-Biruni
Nama lengkapnya
adalah Abu Rayhan Muhammad Ibn Ahmad al-Biruni al-Khawarizmi. Dia lahir di
Khawarizm, Turkmenia pada bulan Dzulhijjah 362 H/ September 973 M dan meninggal
dunia di Ghazna pada bulan Rajab 448 H/ 13 Desember 1048 M. Ia menguasai
ilmu-ilmu sejarah, matematika, fisika, ilmu falak, kedokteran, ilmu-ilmu
bahasa, geologi, geografi, dan filsafat. Dia adalah seorang yang terkenal
banyak mengarang dan menerjemahkan karya-karya tentang kebudayaan India kedalam
bahasa Arab.
4.
Ibnu Khaldun
Nama lengkapnya adalah Waliyuddin ‘Abd
al-Ramhan ibn Muhammad ibn Muhammad ibn abu Bakar Muhammad ibn al-Hasan ibn
Khaldun. Dia lahir di Tunisia di awal bulan Ramadhan 732 H (27 Mei 1333 M) dan
wafat di Kairo pada tanggal 25 Ramadhan 808 H/ 19 Maret 1406 M. Keluarganya
berasal dari Khadrolmaut dan silsilahnya sampai kepada sahabat Nabi yang
bernama Wayl ibn Hujr dari kabilah Kindah.
Dia mengarang kitab monumentalnya kitab
al-I’bar wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Ayyam al-A’rab wa al-‘Ajam wa
al-Barbar wa man Siwahum min Dzaw al-Sulthan al-Akbar (di singkat al-I’bar)
yang terdiri dari tujuh jilid besar. Kitab ini berisi kajian sejarah, dan
didahului oleh sebuah pembahasan tentang masalah-masalah sosial manusia yang
dikenal dengan nama Muqaddimah ibn Khaldun yang merupakan jilid pertama dari
kitab al-I’bar.
Kitab Muqaddimah itu membuka lebar-lebar jalan
menuju bahasan ilmu-ilmu sosial. Oleh karena itu, dalam sejarah islam Ibnu
Khaldun dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dalam islam.[2]
5.
Al-Kindi (194-260 H/809-875), buku karanganyya
sebanyak 236 judul
6.
Al-Farabi, orang menyebutnya Alfarobius
7.
Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H)
8.
Ibnu Thufail (wafat tahun 581)
9.
Ibnu Sina (370-428H/980-1037M), orang eropa
menyebutnya Aviecena. Di samping seorang filosof ia juga seorang doktor dan
ahli musik, karanganya yang terkenal adalah Shafa, Najat, Qonun.lsafiyah,
mizanu Amal dan lainya.
10.
Al-Ghazali (450-505H/ 1058-1101M), ia digelari
sebagai hajjatul islam, buku karanganya ada 70 judul. Karanganya adalah :
Al-Munqiz minand Dhalal, Tuhfatul Falsafiyah dan lainya.
11.
Ibnu Rusyd (520-595H/1126-1198M), di Barat
namanya dikenal Oveoes. Diantara buku karanganya adalah: Mabadiul
Falasafiyah, Kulliyat, Tafsir Urjuja dan lain-lain.[3]
12.
Al-Khawarizmi
Dalam
pendidikan telah dibuktikan bahawa al-Khawarizmi adalah seorang tokoh Islam
yang berpengetahuan luas.Pengetahuan dan keahliannya bukan hanya dalam bidang
syariat tapi di dalam bidang falsafah, logika, aritmatika, geometri, musik,
ilmu hitung, sejarah Islam dan kimia.
Beliau telah
menciptakan pemakaian Secans dan Tangen dalam penyelidikan trigonometri dan
astronomi. Dalam usia muda beliau bekerja di bawah pemerintahan Khalifah
al-Ma’mun, bekerja di Bayt al-Hikmah di Baghdad. Beliau bekerja dalam sebuah
observatory yaitu tempat belajar matematika dan astronomi.
13.
Jabir Ibnu Hayyan/ Ibnu Geber
Ditemukannya
kimia oleh Jabir ini membuktikan, bahwa ulama di masa lalu tidak melulu lihai
dalam ilmu-ilmu agama, tapi sekaligus juga menguasai ilmu-ilmu umum.“Sesudah
ilmu kedokteran, astronomi, dan matematika, bangsa Arab memberikan sumbangannya
yang terbesar di bidang kimia,” tulis sejarawan Barat, Philip K Hitti, dalam
History of The Arabs.Berkat penemuannya ini pula, Jabir dijuluki sebagai Bapak
Kimia Modern.[4]
C.
Penemuan Ilmu dikalangan Cendikiawan Muslim
Sumbangan dari Intelektual islam di berbagai bidang ilmu
pengetahuan, di antaranya di bidang:
1.
Astronomi,
dalam literatur islam astronomi disebut ilmu falak ( untuk mengetahui sistem
perputaran benda-benda langit). Bidang
ilmu ini amat mendukung peribadatan islam, yaitu seperti dalam menentukan awal
dan akhir bulan Ramadhan, hari raya idhul fitri/adha dan lain sebagainya.
Diantara para ahli astronomi muslim yang tersohor:Al-batani, yang menemukan
keiringan bulan ; ali ibn Younis.
2.
Matematika,
dalam bahasa arab disebut Alabar (perhitungan), sedangkan istilah algoritme
berasal dari nama penemunya yaitu, alkhawarizmi. Ialah seorang ahli matematika
muslim terkenal di masa khalifah al-mamun, yang menulis aljabar berjudul
Al-jabr Wa’l-maakalala (perhitungan dan simbol).
3.
Fisika, ilmu fisika juga berhubungan erat dengan ilmu
astronomi. Sehingga karya-karya tentang optik seperti yang ditulis Hassan ibn
Haitam (965-1039 M) juga merupakan dasar bagi bangunan ilmu fisika, yakni dasar
bagi pengadaan teropong dan fotografi. Di samping itu, penelitianyya mengenai
kaca pembesar telah memberi inspirasi kepada Bacon dan Kepler yang menemukan
teleskop maupun mikroskop.
4.
Kimia.
Meskipun bangsa Yunani telah mengenal sejumlah zat kimia, namun mereka tidak
tahu apa-apa mengenai subtansi unsur-unsur zat kimia, seperti alkohol, asam
sulfur, maupun asam nitrat. Di antara ilmuan muslim dibidang kimia adalah abu
Musa Jakfar Al-kufi (Djeber), telah menulis semacam ensiklopedia dan rangkuman
ilmu kimia. Serta abu Bakar Zakaria m.Razi (Razez) dalam bukunya Al_hawi yang
menguraikan bagaimana membuat asam sulfur atau alkohol. Di bidang industri
adalah berupa penemuan mesiu untuk keperluan senjata dan pengelolaan kertas
dari bahan kapas.
5.
Ilmu
Hayat.Farmapodia atau sejenis ensiklopedia
tertumbuhan obat yang disusun bangsa arab
muslim berisi berbagai tumbuhan
dan bahan-bahan obat yang belum dikenal bangsa Yunani, termasuk kamper dan daun
senna, tamarin, kasia dan mauna.
6.
Bidang
Seni Ukir, Bard dari Tariff, denagn hasil seni ukirnya pada botol tinta, papan
catur, payung , vas, burung-burungan dan pohon-pohonan.
7.
Kedokteran,
salah seorang ahli kedokteran muslim yangg terkenal di dunia barat adalah Abu
Ali Al-Husaen ibn abdallah Ibnu sina. Bukunya yang berjudul Canun Fi’l Tib atau
petunjuk tentang kedokteran, berisi tentang lima hal: fisiologi, kebersihan,
patologi, pengambilan terapi, dan materi pengobatan.
Ada
beberapa perguruan tinggi kedokteran yang terkenal yaitu:
a.
Sekolah
Tinggi Kedokteran di Hirran, Syeria.
b.
Sekolah
Tinggi Kedokteran di Baghdad.
Para
Dokter dan ahli kedokteran isam yang terkenaladalah :
a.
Jabir
ibn Hayyan sebagai bapak ilmu Kimia
b.
Hunain
ibn Ishaq, ahli mata yang terkenal
c.
Tabib
ibn Qurra,
d.
Ar-Rajji[5]
8.
Filsafat,
selain kedokteran ibnu sina merupakan ahli filsafat. Karya-karya utamanya
adalah: Kitab al-shifa (buku tentang kesehatan), Al-Hidayat fi’l Hikinat
(petunjuk kearah kebijaksanaan), kitab Al-isharat Wa’l Tanbihat (pegangan bagi
pengajaran dan peringatan)
9.
Sastra,
para ilmuan muslim juga memberikan kontribusi yang besar terhadap dunia barat
di bidang sastra. Hal ini terbukti dari karya-karya surealis dalam islam dan
atas buku La Devina Comedia karya Dante Aleghery serta novel bernilai
filsafat dari ibn Tufayl, Hayy ibn
Haqzan (hidup sang putra waspada) yang telah di terjemahkan ke berbagai bahasa
eropa. Dunia barat juga mengenal dan mengagumi karya sastra oemar khayyam.
10.
Geogarfi
dan Sejarah, seperti karya Nasrudin Tusi maupun hasil observasi Al-koshaji yang
telah berhasil menyusun hasil petualanganya di Cina dan mengoreksi perhitungan
garis lintang bumi maupun ukuran bumi. Sedangkan ibn maskawaih merupakann
sejaraawan muslim terkenal dalam bukunya yang berjudul tajarib al-umam (pengalaman
bangsa), ia memaparkan kisah sejarah bangsa Persia dan Arabsampai dengan masa
hidupnya.
11.
Sosiologi
dan Ilmu Politik, Ibn Khaldun merupakan seorang pemikir filsafat sosiologi dan
sejarah yang terkenal dalam peradaban barat. Salah satu bukunya yaitu membahas
refleksi umum sejarah manusia sebagai hasil dari peradaban iklim, adat
istiadatserta latar belakang peradaban yang berbeda termasuk kelembagaan
sosial.sedangkan Al-Farabi menulis buku yang sangat terkenal tentang filsafat
politik yang berjudul Madinatul Fadhilah (negara Utama).ysng menjelaskan
pemimpin sutau negara harus mampu memberikan jaminan agar penduduk mencapai
kehidupan yang sejahtera, baik di dunia dan di akhirat.
12.
Arsitektur
dan seni Rupa, tampak dalam benntuk istana maupun masjid yang gemerlapan yang
kemudian berpengaruh pada bangunan gereja pada abad pertengahan di eropa.
13.
Musik,
seorang musikus muslim bernama Abul Hasan Ali Ibn Nafis atau di panggil Ziriyab
telah mendirikan konservatorium musik-musik andalusia.[6]
Pada masa
Dinasti Abasiyah (750-950) perkembangan luar biasah dialami dalam bidang
keilmuan. Dukungan yang kuat dari pemerintahan yang berkuasa telah meniscayakan
percepatan-percepatan dalam perkembangan intelektual umat islam. Aktivitas
penerjemahan karya-karya Yunani dalam bidang kedokteran, filsafat dan sains
lainya ke dalam bahasa Arab telah memperkaya hazanah intelektual umat islam di
smaping juga pematangan dalamimu-ilmu agama seperti ilmu hadis, tafsir dan
ushul fiqih. Halini terus berlanjut hingga abad ke-12 di mana kekuasaan islam
telah mencapai daratan Eropa.
Tercatat hingga abad ke-12 dalam perkembangan intelektual islam telah
melingkupi berbagai bidang keilmuan seperti filsafat, astronomi, matematika,
filologi, kedokteran, kimia, geografi, sejarah, optik di samping juga ilmu-ilmu
agama.[7]
D.
Representasi
Islam Modern Iran
Iran dahulu dikenal dengan sebutan
Persia, merupakan negara yang memiliki sejarah panjang dalam peradaban manusia,
bahkan dianggap sebagai salah satu dari 15 negara yang menjadi tempat lahir dan
pembentuk kebudayaan manusia. Wilayahnya yang terdiri atas gunung-gunung,
lembah dan padang pasir tandus itu, telah dihuni oleh masyarakat manusia lebih
dari 100 ribu tahun silam. Namun, sejarah Persia umumnya dimulai dari
migrasinya suku bangsa Mediadan Persia dari kawasan Asia Tengah, yang datang
dan menetap di Persia (Iran) pada abad ke-16 SM.
Terjadi saling perebutan kekuasaan,
dan suku Media lebih awal berkuasa (728-550 SM), sampai kemudian bangsa Persia
berkuasa di bawah kepemimpinan Raja Cyrus Agung.Pada saat itu, Persia menjadi
sebuah wilayah kerajaan besar meliputi Babilonia, Palestina, Suriah, seluruh
Asia Kecil dan Mesir.Kejayaan itu berlangsung lebih dari dua abad lamanya,
hingga tahun 330 SM, bersamaan dengan munculnya kekuasaan Romawi.Pada saat itu,
Persia ditaklukkan Alexander the Great (Alexander Agung).
Wilayah ini akhirnya menjadi rebutan
kekuasaan yang silih berganti, dari Dinasti Arcasida dan Kekaisaran Parthia
(248 SM-224 M).dan dilanjutkan dengan Kekaisaran Sassanid (226-651M), hingga
masuk masa Islam, yaitu pada masa Khulafa al-Rasyidin di Arab, Islam masuk ke
Persia. Sejak tahun 640 M hingga sekarang, seluruh wilayah Persia telah
dikuasai Pemerintahan Islam. Hanya saja, terjadi perebutan kekuasaan antar
dinasti-dinasti Islam sejak masa Khulafa al-Rasyidin, Dinasti Umayyah, Dinasti
Abbasiyah, Dinasti Safawi, Dinasti Qajar, Dinasti Pahlavi, hingga Republik
Islam Iran. Menurut kronologisnya, Iran mulai mendapat campur tangan Eropa pada
1779, saat Dinasti Qajar berkuasa.
Memasuki Abad ke-20, tepatnya tahun
1921, pasca Perang Dunia pertama, terjadi kudeta yang dilakukan oleh Reza Khan
untuk merebut kekuasaan dari pemerintahan Qajar. Pada tahun 1925 Reza Khan
menjadi penguasa dan mengganti namanya menjadi Reza Pahlevi. Kerjasamanya
dengan Nazi, menyebabkan sekutu yang selama ini mendukungnya, memaksanya turun tahta.Ia
digantikan oleh putranya Mohammad Reza Shah Pahlevi. Pada 1935 Persia berganti
nama menjadi Iran, dan Muhammad Reza Pahlevi, menyatakan bahwa kedua nama
tersebut (yaitu Persia dan Iran) boleh digunakan. Pemerintahan Syah Iran ini
bertahan hingga 1979, saat Ayatullah Khumaini meruntuhkan kekuasaanya melalui
perlawanan panjang dalam sebuah revolusi yang meonumental. Sejak itu Iran
menjadi Negara modern non-monarki dengan nama Republik Islam Iran.
Transformasi syiah ke wilayah iran
Iran wilayah yang memiliki luas
hampir 1,65 km², memiliki kedudukan unik sebagai satu-satunya negeri Islam yang
menjadikan syiah sebagai mazhab resmi dan mayoritas penduduknya bermazhab
syiah, lebih tepat lagi mazhab syiah Itsna ‘asyariyah. Memang, terdapat
kelompok besar syiah itsna ‘asyariyah yang penting di Irak dan
kelompok-kelompok kecil di Libanon, Bahrain serta daerah-daerah lainya.Namun
secara keseluruhan, komunitas syiah itsna ‘asyariyah hanya 8 persen dari
komunitas umat Islam dunia, dibandingkan pengikut mazhab sunni yang berjumlah
90 persen. Syiah itsna ‘asyariyah mempunyai banyak nama sebutan yang lain
seperti syiah Imamiyah, mazhab ja’fari, atau mazhab ahlul bait.
Transformasi syiah ke Iran (Persia)
mencerminkan proses historis yang panjang dengan beberapa faktor pembentuknya,
diantaranya :
Tiadanya fanatisme kebangsaan,
kepentingan-kepentingan kelompok, dan motif-motif kesukuan pada masyarakat
Iran.Sebab, mereka tidak bernisbat pada salah satu kabilah diantara
kabilah-kabilah Quraisy atau kabilah-kabilah lain yang ada di Semenanjung
Arab.Kefanatikan dan kepentingan kelompok tidak menghalangi mereka dari jalan
dan mazhab ahlul bait.
Tradisi keilmuan yang telah
berkembang di Iran memberi mereka semangat untuk mengkaji Islam yang mengklaim
memerintahkan pada ilmu pengetahuan dan membuang taklid buta.Oleh karena itu,
para penganut Majusi di tengah mereka menjadi bimbang dan ragu-ragu setelah
mempelajari Islam.Mereka berdialog dengan kaum muslimin dan mendalami ajaran
Islam, kemudian masuk Islam tanpa dipaksa.
Kepribadian Imam Ali bin Abi Thalib
yang mengesankan bagi masyarakat Iran. Misalnya, sewaktu para tawanan dari Iran
di bawa ke Madinah, Imam Ali membela dan memberikan hak-hak mereka yang saat
itu sebagian telah diabaikan. Terutama terhadap putri Kisra, Syah Zanan dan
Syahr Banu yang mana, Imam Ali menyuruh dua orang putri Kisra untuk memilih
pemuda Islam untuk menikahinya. Syah Zanan memilih Muhammad bin Abu Bakar,
sedangkan Syahr Banu memilih Imam Husain. Dari keturunan keduanya kelak lahir
para Imam-Imam Syiah. Ini merupakan salah satu sebab penting ketertarikan
penduduk Iran pada pribadi Imam Ali
Hubungan penduduk Iran dengan Salman
al-Farisi yang memiliki keagungan dan kemuliaan serta menjadi pengikut setia
Imam Ali.
Namun demikian tahap terpenting
perkembangan Syiah di Iran terjadi pada masa berkuasanya Dinasti Buwaihi dan
Dinasti Safawid pada abad ke-16.Yang mana pada saat itu terbentuk suatu
jaringan ulama utuh, menyeluruh dan terbuka secara progresif.
Sejak abad ke-15 M, pengikut Syiah
bertaburan di seluruh pelosok negeri Islam dalam kelompok-kelompok kecil,
termasuk orang Arab maupun Iran. Suatu perubahan besar terjadi pada 1501 ketika
seorang pemimpin – belakangan dikenal sebagai Syah Ismail – menaklukkan
sebagian besar daerah Iran, dan mendirikan Dinasti Safawid dengan menjadikan
mazhab Imamiyah sebagai mazhab resmi di wilayah kekuasannya. Secara bertahap
penaklukan ini mengarah kepada suatu pemusatan kaum syiah di Iran, di samping
sekelompok besar masyarakat Irak di mana terdapat tempat-tempat suci Imamiyah
yang penting, dan beberapa kelompok kecil di daerah lainnya.
Setelah menaklukkan Iran awal abad
ke-16, Syah Ismail mengundang para ulama syiah dari berbagai daerah lainnya ke
Iran. Menurut Olivier Roy, hal ini ia lakukan untuk membersihkan diri dari asal-usul
mereka yang murni kesukuan dan sektarian agar bisa membangun negara yang
stabil. Mereka memilih syiah itsna ‘asyariyah sebagai mazhab resmi negara, dan
para Syah Iran mengklaim memerintah pada saat gaibnya Imam kedua belas.
Kendatipun pada awalnya, ulama-ulama
ini sangat tergantung kepada Syah Ismail, namun secara bertahap mereka
memapankan diri dan diterima secara umum.Hanya mereka yang mengepalai
pengadilan-pengadilan agama, meskipun terdapat pengadilan-pengadilan adat
lainnya yang tidak dicampuri para ulama.Terdapat suatu lembaga keagamaan yang
belum sempurna, karena ulama di masa itu memiliki seorang wakil di pengadilan
yang dikenal dengan shadr, dan orang inilah yang memilih kepala penasehat hakim
dengan gelar Syeikh Islam.
Iran juga menjadi pusat kesarjanaan
syiah, dan terjadi perkembangan-perkembangan dalam lapangan hukum serta
teologi.Dinasti Safawid terus memerintah Iran hingga 1722, dan pada waktu itu
syiah telah sangat mapan. Bagian selanjutnya abad ke-18 merupakan suatu periode
yang tidak menentu dengan ditaklukkannya Iran oleh panglima perang Afghan dan
penguasa sunni, Nadir Syah (1736-1747). Akan tetapi syiah tetap merupakan
mazhab yang berpengaruh di Iran. Dinasti Qajar, yang mulai berkuasa menjelang
penghujung abad tersebut hingga 1924, membutuhkan dukungan ulama-ulama Imamiyah
dan sebagai imbalannya, balik mendukung mereka.
Kemudian terjadi perkembangan, yang
mana, mulai diterima secara luas pandangan yang dikemukakan para ulama bahwa
hanya mereka – berdasarkan pengetahuan mengenai Al-quran, hadis dan ajaran para
imam – yang dapat menafsirkan agama kepada orang-orang sezaman dengan
mereka.Akibatnya adalah kekuasaan militer tidak memberikan kepada pemegangnya
hak untuk memerintah.Kekuasaan hanya sah jika penguasanya bertindak selaras dengan
ajaran-ajaran keagamaan.Seluruh kekuasaan lainnya adalah tidak sah.Kepercayaan
kepada Imam Mahdi dipandang secara tidak langsung bermakna bahwa lembaga
keagamaan berada di atas penguasa yang sebenarnya.Implikasi semacam ini, hingga
taraf tertentu diakui Dinasti Qajar karena mereka membutuhkan dukungan lembaga
keagamaan.Namun hal ini tidaklah berarti para penguasa selalu mengerjakan yang
dikehendaki ulama.
Selama abad ke-19 dinasti Qajar
mengambil langkah-langkah tertentu untuk memperbarui negerinya secara
kecil-kecilan, dan kebijakan ini ditentang para ulama karena mencemaskan bahwa
pembaruan tersebut akan mengarah kepada penggembosan kekuasaan mereka. Namun
sejauh kaum fakir miskin dan pedagang pasar dapat dipengaruhi, maka ulama mampu
memperoleh reputasi sebagai pembela masyarakat awam menentang penguasa-penguasa
yang menindas.
Menguatnya posisi ulama semakin
mengukuhkan mereka memiliki bargaining penting dalam suatu Negara. Setidaknya,
kehadiran mereka akan menjadi penyeimbang kekuasaan pemerintah (balance of
power). Hal itu dibuktikan mereka, dimana pada akhir abad 19, terjadi revolusi
tembakaudengan fatwa bersejarahnya Ayatullah Syirazi dan memasuki abad ke-20
dengan terjadinya revolusi konstitusional pada 1905[8].
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1.
Yang dinamakan filsafat seruan
islam yaituProses perkembangan pemikiran muslim,
terdapat dalam tiga fase dan erat kaitanya dengan sejarah islam. Pertama,
akibat adanya pergolakan politik pada masa kekhalifahan Ali, menimbulkan perang
siffin dan perang Jamal. Adanya perang ini menjadi faktor utama munculnya
golongan khawarij. Kedua, akibat eksoansi Islam kebarat ke spanyol dan prancis,
ke selatan sampai ke sudan, Ethiopia dan seterusnya, ke timur sampai ke India
dan seterusnya dan ke utara sampai ke Rusia.Ketiga, Mengalirnya pemikiran asing
dan diserap serta disaring oleh pemikir-pemikir muslim, menyuburkan pertumbuhan
dan perkembangan pemikiran muslim dan pada giliranya berkembanglah filsafat
islam, tasawuf dan ilmu-ilmu keislaman lainya.
2.
Adapun Ilmuan
dan Para Cendikiawan Muslim
Al-Thabari, Al-Mas’udi,
Al-Biruni, Ibnu Khaldun, Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Bajah, Ibnu Thufail, Ibnu
Sina, Al-Ghazali, Ibnu Rusyd, Al-Mawarizmi, Jabir Ibnu Hayyah.
3.
Penemuan
Ilmu dikalangan Cendikiawan Muslim yaitu
v Astronomi = Al-Batani
v Matematika = Al-Khawarizmi
v Fisika = Hasan Ibn
Haltam
v Kimia = Abu Musa Jakfar
Al-Kufi
v Bidang seni
ukir = Bard
v Kedokteran = Abu Ali Al-Husaen Ibn
Abdallah Ibn Sina
v Filsafat = Ibn Sina
v Sastra = Ibn Tufayi
v Geografi
dan Sejarah = Nasrudin Tusi
v Sosial dan
ilmu pilotik = Ibn Khaldun
v Musik = Abu Hasan Ali
Ibn Nafis
4.
Wilayah
iran
akhirnya menjadi rebutan kekuasaan yang silih berganti, dari Dinasti Arcasida
dan Kekaisaran Parthia (248 SM-224 M). dan dilanjutkan dengan Kekaisaran
Sassanid (226-651M), hingga masuk masa Islam, yaitu pada masa Khulafa
al-Rasyidin di Arab, Islam masuk ke Persia. Sejak tahun 640 M hingga sekarang,
seluruh wilayah Persia telah dikuasai Pemerintahan Islam. Hanya saja, terjadi
perebutan kekuasaan antar dinasti-dinasti Islam sejak masa Khulafa al-Rasyidin,
Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Safawi, Dinasti Qajar, Dinasti
Pahlavi, hingga Republik Islam Iran. Menurut kronologisnya, Iran mulai mendapat
campur tangan Eropa pada 1779, saat Dinasti Qajar berkuasa.
DAFTAR PUSTAKA
Asmuni,
Yusran.1996. DirasahIslamiyah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Esha, Muhammad In’am , 2001, Percikan Filsafat Sejarah dan
Peradaban Islam, (Malang : UIN-MALIKI PRESS
http://klikunic.net/inilah-10-ilmuwan-islam-paling-berjasa-dalam-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi-dunia/
diakses pada tanggal 10 Oktober 2015.
https://abuthalib.wordpress.com/2009/08/17/republik-islam-iran/
diakses pada tanggal 13 Oktober 2015.
Nizar, Samsul.
2009. Sejarah Pendidikan Islam : menulusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah Sampai Indonesia,
Jakarta: Kencana.
Syukur NC
Fatah. 2002. Sejarah Peradaban Islam.Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra.
Yatim, Badri.
1997. Historiografi Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Biodata
1. Nama :Dewi Astini
TTL :
Alamat : Warungasem,
Batang
Moto :Jangan
berhenti ketika kamu sakti tapi berhemtilah ketika kamu selesai
2. Nama : Yayan Ismi Nurhidayah
TTL : Tegal, 15
Juli 1996
Alamat : Pangkah,
Tegal
Moto : Hidup
adalah Perjuangan
Nama : Miftakhul Jannah
Alamat : Botolambat-Kandeman-Batang
Motto : menjaikan hari kemarin sebagai
cermin hari ini untuk lebih baik.
[1] Yusran Asmuni, DirasahIslamiyah, cet. Ke 1, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 91-98.
[2] Badri Yatim, Historiografi Islam, cet.1, (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1997), hlm. 113-143.
[3] Fatah Syukur
NC , Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra, 2002)
hlm 104
[4]http://klikunic.net/inilah-10-ilmuwan-islam-paling-berjasa-dalam-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi-dunia/ diakses pada
tanggal 10 Oktober 2015.
[5]Fatah Syukur
NC, opcit, hlm 104-105
[6]Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam : menulusuri Jejak
Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2009), hlm 147-152
[7] Muhammad In’am
Esha, Percikan Filsafat Sejarah dan Peradaban Islam, (Malang :
UIN-MALIKI PRESS,2001), hlm 132.
[8]https://abuthalib.wordpress.com/2009/08/17/republik-islam-iran/diakses pada
tanggal 13 Oktober 2015
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar