TAFSIR TARBAWI
QS. QASHASH (28) : 77 “ PRINSIP ETOS KERJA”
"JANGAN LUPAKAN BAGIAN DUNIAWI"
Nilty Shofiyya (2021114060)
Kelas H
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji syukur kehadiran Allah swt.,atas segala nikmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “Jangan Lupakan Bagian duniawi (Qs. Qashash (28) : 77) ” ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada sebaik-baik manusia, Nabi dan junjungan kita, Nabi Muhammad saw., keluarganya, dan sahabatnya.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi mahasiswa terutama sebagai penunjang dalam proses pembelajaran. Sehingga dapat memberi kemudahan bagi mahasiswa terkait dengan pembelajaran tersebut. Selain itu penulis berharap dengan adanya penyusunan makalah ini menjadikan kami sebagai mahasiswa yang lebih kreatif dan lebih inovatif kedepannya.
Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan dalam isinya atau pengetahuan, maka kami mohon saran dan kritikannya.
Pekalongan, 10 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Inti Surat 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Judul……………….………………………………………... 2
B. Ayat/ Hadits Pendukung....………………………………………….. 2
C. Teori Pengembangan…………………...…………………………….. 4
D. Aplikasi Dalam Kehidupan…………………………………………… 8
E. Aspek Tarbawi………………………………………………………... 9
BAB III PENUTUP
A. Simpulan............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12
PROFIL PENULIS…………………………………………………………. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah di muka bumi ini semata-mata untuk bersujud dan menyembah-Nya. Sejatinya itulah tujuan manusia hidup di muka bumi ini. Dalam menjalani kehidupan di bumi ini tentu tidaklah mudah. Banyak sekali rintangan dan cobaan yang menghadang. Rintangan dan cobaan itu diberikan oleh Allah Swt semata-mata sebagai bentuk sayang-Nya kepada umat-Nya .
Salah satu bentuk taat seorang hamba kepada Allah Swt adalah dengan menjalankan segala yang di perintahkan-Nya dan menjauhi segala bentuk larang-Nya. Seperti perintah untuk tidak melupakan bagianmu di dunia dan perintah untuk tidak merusak bumi ini, maksudnya Seseorang Mukmin menggunakan nikmat dunia yang Allah berikan untuk menggapai kehidupan akhirat yaitu surga. Karena Seorang Mukmin hendaklah memanfaatkan dunianya untuk hal yang bermanfaat bagi akhiratnyat, bukan untuk sombong ataupun angkuh. Dan Seorang Mukmin juga di larang membuat kerusakan di bumi ini lanataran bumi ini adalah ciptaan Allah Swt.
B. Inti Surat
Dalam surat Al- Qashash ayat 77 yang akan dibahas dalam inti sarinya membahas tentang jangan melupakan bagianmu di dunia. Maksudnya Janganlah nikmat dunia digunakan untuk memenuhi syahwat dan kelezatan semata. Jangan pula sampai lupa nasibmu di dunia, yaitu Allah tidak memerintahkan supaya manusia menginfakkan seluruh hartanya, sehingga lalai dari menafkahi yang wajib. Namun infaklah dengan niatan untuk akhiratmu. Bersenang-senanglah pula dengan duniamu namun jangan sampai melalaikan agama dan membahayakan kehidupan akhiratmu kelak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Judul
Harta benda itu adalah dari Allah. Dengan adanya harta itu jangan sampai engkau lupa bahwa sesudah hidup ini engkau akan mati. Sesudah dunia ini engkau akan pulang ke akhirat. Harta benda dunia ini, sedikit ataupun banyak hanya semata-mata akan tinggal di dunia. Kalau kita mati kelak, tidak satu pun akan dibawa ke akhirat. Sebab itu pergunakanlah harta itu untuk membina hidupmu yang di akhirat itu kelak. Berbuat baiklah, nafkahkanlah rezeki yang dianugerahkan Allah itu kepada jalan kebajikan. Niscaya jika engkau mati kelak bekas amalmu untuk akhirat itu akan engkau dapati berlipat-ganda di sisi Allah dan yang untuk dunia janganlah pula dilupakan. Tinggallah dalam rumah yang baik, pakailah kendaraan yang baik.
Berbagai tafsir dibuat Ahli dalam hal ini. Ada yang mengatakan bahwa nasib di dunia itu ialah semata-mata menyediakan kain kafan. Karena itulah hanya barang dunia yang akan engkau bawa ke kubur. Tetapi Ibnu Arabi memberikan tafsir yang lebih sesuai dengan Roh Islami : “ Jangaan lupa bagianmu di dunia, yaitu harta yang halal.
B. Ayat / Hadits Pendukung
Ayat / Hadits Pendukung dari Surat Al- Qashash ayat 77 yaitu diantara sebagai berikut :
1. Dalam Surat At-Taubah ayat 38
OçFÅÊu‘r& Ío4qu‹ysø9$$Î/ $u‹÷R‘‰9$# šÆÏB ÍotÅzFy$# 4 $yJsù ßì»tFtB Ío4quŠysø9$# $u‹÷R‘‰9$# ’Îû ÍotÅzFy$# žwÎ) î@‹Î=s%
“ Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit”. ( QS. At-Taubah : 38).
2. Dalam Surat Al-Jumu’ah : 10
#sŒÎ*sù ÏMuŠÅÒè% äo4qn=¢Á9$# (#rãϱtFR$$sù ’Îû ÇÚö‘F{$# (#qäótGö/$#ur `ÏB È@ôÒsù «!$# (#rãä.øŒ$#ur ©!$# #ZŽÏWx. ö/ä3¯=yè©9 tbqßsÎ=øÿè? ÇÊÉÈ
“ Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.(QS. Al-Jumu’ah : 10 )
3. Hadits tentang Usaha Untuk Dunia dan Akhirat
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ االله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ بِخَيْرِ كُمْ مَنْ تَرَكَ دُنْيَاهُ لِاخِرَتِهِ وَلاَ اخِرَتَهُ لِدُنْيَاهُ حَتّى يُصِيْبُ مِنْهُمَاجَمِيْعًا فَاِنَّ الدَّنْيَا بَلَاغٌ اِلَى اْلاخِرَةِ وَلَاتَكُوْنُوْا كَلًّ عَلَى النَّاسِ (رواه عساكر)
“ Dari Anas ra. Berkata, Rasulullah Saw. Bersabda, Tidak baik orang yang meninggalkan dunia untuk kepentingan akhirat saja, atau meninggalkan akhirat untuk kepentingan dunia saja, tetapi harus memperoleh kedua-duanya. Karena kehidupan dunia mengantarkan kamu ke akhirat. Oleh karena itu jangan sekali-kali menjadi beban orang lain”. (HR. Ibnu Asakir )
Hadist tersebut di atas menjelaskan tentang kehidupan manusia yang seharusnya, yaitu kehidupan yang berimbang, kehidupan dunia harus diperhatikan disamping kehidupan di akhirat. Islam tidak memandang baik terhadap orang yang hanya mengutamakan urusan dunia saja, tapi urusan akhirat dilupakan. Sebaliknya Islam juga tidak mengajarkan umat manusia untuk konsentrasi hanya pada urusan akhirat saja sehingga melupakan kehidupan dunia.
C. Teori pengembangan
1. Ayat dan Terjemah
Æ÷tGö/$#ur !$yJ‹Ïù š9t?#uä ª!$# u‘#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u‹÷R‘‰9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šø‹s9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# ’Îû ÇÚö‘F{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä† tûïωšøÿßJø9$# ÇÐÐÈ
Artinya :
“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. Al-Qashash : 77)
2. Penafsiran Ayat
a. Tafsir Al-Maraghi
Æ÷tGö/$#ur) !$yJ‹Ïù š9t?#uä ª!$# u‘#¤$!$# notÅzFy$# (
Pergunakanlah harta dan nikmat yang banyak yang diberikan Allah kepadamu ini untuk mentaati Tuhanmu dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan berbagai macam cara pendekatan yang mengantarkanmu kepada perolehan pahala-Nya di dunia dan akhirat. Ditegaskan di dalam hadits :
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِك
“ Pergunakanlah lima perkara sebelum lima perkara lain dating, yaitu masa mudamu sebelum masa tuamu, kesehatanmu sebelum sakitmu, kekayaanmu sebelum kemiskinanmu, kesengganganmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu”.
) Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u‹÷R‘‰9$# (
Janganlah kamu meninggalkan bagianmu dari kesenangan dunia dari perkara makan, minum, dan pakaian, karena Tuhanmu mempunyai hak terhadapmu, dirimu mempunyai hak terhadapmu, demikian pula keluargamu mempunyai hak terhadapmu.
`Å¡ômr&ur ) !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šø‹s9Î) (
Berbuat baiklah terhadap makhluk Allah, sebagaimana dia telah berbuat baik kepadamu dengan nikmat-Nya yang dia limpahkan kepadamu, karena itu, tolonglah makhluknya dengan harta dan kemuliaanmu, muka manismu, menemui mereka secara baik, dan memuji mereka tanpa sepengetahuan mereka.
Ÿwur ) Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# ’Îû Ç Úö‘F{$# (
Dan janganlah kamu tumpukkan segenap kehendakmu untuk berbuat kerusakan di muka bumi dan berbuat buruk kepada makhluk Allah.
) ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä† tûïωšøÿßJø9$# (
Karena sesungguhnya Allah tidak akan memuliakan orang-orang yang suka mengadakan kerusakan, malah menghinakan dan menjauhkan mereka dari dekat kepada-Nya dan tidak memperoleh kecintaan serta kasih sayang-Nya.
b. Tafsir Al- Misbah
“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi”.
Beberapa orang dari kaum Nabi Musa as. Itu melanjutkan nasihatnya kepada Qorun bahwa nasihat ini bukan berarti engkau hanya boleh beribadah murni dan melarangmu memperhatikan dunia. Tidak ! berusahalah sekuat tenaga dan pikiranmu dalam batas yang dibenarkan Allah untuk memperoleh harta dan hiasan duniawi dan carilah secara sungguh-sungguh yakni melalui apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari hasil usahamu itu kebahagiaan negeri akhirat, dengan menginfakkan dan menggunakannya sesuai petunjuk Allah.
Kata (فيما ) dipahami Ibn ‘Asyur mengandung makna terbanyak atau pada umumnya, sekaligus melukiskan tertancapnya ke dalam lubuk hati upaya mencari kebahagiaan ukhrawi melalui apa yang dianugerahkan Allah dalam kehidupan dunia ini. Dalam konteks Qorun adalah gudang-gudang tumpukan harta yang dimilikinya itu.
Firman-Nya : ( ولاتنس نصيبك من الدّنيا ) merupakan larangan melupakan atau mengabaikan bagian seseorang dari kenikmatan duniawi. Larangan ini dipahami oleh sementara ulama bukan dalam arti haram mengabaikannya, tetapi dalam arti mubah ( boleh untuk mengambilnya ). Dengan kata lain, menjadi jelas bagi siapa pun bahwa seseorang boleh menggunakannya hartanya untuk tujuan kenikmatan duniawi selama hak Allah menyangkut harta telah dipenuhinya dan selama penggunaannya tidak melanggar ketentuan Allah Swt.
“ Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada engkau”. Kebaikan Allah kepada engkau tidak terhitung banyaknya. Sejak dari engkau dikandung ibu, sampai engkau datang kedunia. Sampai dari tidak mempunyai apa-apa, lalu diberi rezeki berlipat ganda. Maka sudah sepatutnya berbuat baik pula, yaitu AL-IHSAN.
Ihsan itu ada dua. Pertama Ihsan kepada Allah, sebagaimana yang tersebut di dalam Hadits Nabi seketika Jibril menanyakan kepada Nabi Saw tentang IHSAN. Yaitu bahwa engkau menyembah kepada Allah seakan-akan engkau lihat Allah itu. Dan meskipun engkau tidak mungkin melihatNya, namun dia pasti melihat engkau.
Kemudian yang kedua, Ihsan kepada sesama manusia. Yaitu hubungan yang baik, budi yang baik, penyelenggaraan yang baik, bermulut yang manis, berhati yang lapang, berbels kasihan kepada fakir dan miskin. Kemudian di sebutkan pula Ihsan kepada diri sendiri, dengan mempertinggi mutu diri, memperteguh pribadi, guna mencapai kemanusiaan yang lebih sempurna, sehingga kita berguna dalam masyarakat.
“ Dan janganlah engkau mencari-cari kerusakan dimuka bumi” segala perbuatan yang akan merugikan orang lain, yang akan memutuskan silaturrahmi, mengganggu keamanan, menyakiti hati sesame manusia, membuat onar, menipu dan mengicuh, mencari keuntungan semata untuk diri dengan melupakan kerugian orang lain, semuai itu adalah merusak. “ sesungguhnya Allah tidaklah suka kepada orang-orang yang berbuat kerusakan”.
D. Aplikasi dalam Kehidupan
Dalam Surat Al-Qashash ayat 77. Banyak pendapat dalam menafsirkan kandungan pesan ayat di atas. Ada yang memahaminya secara tidak seimbang, dengan menyatakan bahwa ini adalah adalah anjuran untuk meninggalkan kenikmatan dunia dengan membatasi diri pada kebutuhan pokok saja seperti makan, minum, dan pakaian. Ada juga yang memahaminya sebagai tuntunan untuk menyeimbangkan kepentingan hidup duniawi dan ukhrawi. Penganut pendapat ini tidak jarang mengemukakan riwayat yang menyatakan "Bekerjalah untuk duniawi seakan-akan engkau akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati esok".
Dalam kehidupan sehari-hari, orang yang mengamalkan ayat ini akan senantiasa ikhlas dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Misalnya dalam mencari nafkah, ia tidak akan terbebani dengan pekerjaan yang dilakukannya, karena dalam hatinya ia selalu berharap mendapatkan ridha Allah Swt, menjadikan pekerjaan duniawi sebagai sarana untuk mencapai tujuan ukhrawi dan tidak memikirkan pandangan Orang lain yang bersifat negatif.
E. Aspek Tarbawi
1. Dalam pandangan Islam, hidup duniawi dan ukhrawi merupakan satu kesatuan. Dunia adalah tempat menanam dan akhirat adalah tempat menuai. Segala sesuatu yang kita tanam selama ini di dunia, akan kita peroleh buahnya di akhirat kelak. Islam pada hakikatnya tidak mengenal amal dunia dan akhirat.
2. Sangat penting mengarahkan pandangan kepada akhirat sebagai tujuan dan kepada dunia sebagai sarana mencapai tujuan. Dengan demikian, semakin banyak yang diperoleh secara halal dalam kehidupan dunia ini, semakin terbuka kesempatan untuk memperoleh kebahagiaaan ukhrawi itu.
3. Janganlah kamu melupakan bagianmu dari dunia, seperti makan, minuman, pakaian, istri, dan tempat tinggal yang diperbolehkan Allah. Karena kamu pun memiliki hak dari Allah, dirimu memiliki hak yang harus kamu berikan, keluargamu pun memiliki hak, dan tetangga juga mempunyai hak. Al-Hasan berkata,”Dahulukanlah yang utama dan pegang teguhlah yang cukup”.
4. Seorang muslim yang memiliki kepribadian qur’ani pastilah akan menunjukkan etos kerja yang bersikap dan berbuat serta menghasilkan segala sesuatu secara bersungguh-sungguh dan tidak pernah mengerjakan sesuatu setengah hati.
5. Larangan melakukan perusakan setelah sebelumya diperintahkan berbuat baik, merupakan peringatan agar tidak mencampuradukan antara kebaikan dan keburukan. Sebab keburukan dan perusakan merupakan lawan kebaikan. Perusakan dimaksud menyangkut banyak hal. Di dalam Al-Qur’an ditemukan contoh-contohnya. Seperti merusak fitrah kesucian manusia, yakni tidak memelihara tauhid yang telah Allah anugerahkan kepada setiap insan (tidak mau menerima kebenaran dan pengorbanan nilai-nilai agama).
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kehidupan dunia tidaklah seimbang dengan kehidupan akhirat. Perhatian pun semestinya lebih banyak di arahkan kepada akhirat sebagai tujuan, bukan kepada dunia, karena ia hanya sarana yang dapat mengantarkan ke sana. Jadi, janganlah mengabaikan apa yang dibagi dan di anugerahkan Allah kepadamu dari kenikmatan duniawi, mengabaikan bagaikan orang yang melupakan sesuatu dan gunakanlah hal itu untuk kepentingan akhiratmu, karena hakekat nasib dan perolehan sesorang dari kehidupan dunia ini adalah apa yang dia lakukan untuk akhiratnya karena itulah yang kekal untuknya.
Dan manusia pun dilarang berbuat kerusakan dimuka bumi, sebab bumi ini adalah ciptaan Allah Swt dan manusia tidak di perkenankan merusaknya, melainkan untuk menjaganya demi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. karena Sebab apabila bumi ini dalam keadaan baik, tentram, damai, dan sejahtera tentu manusia itu sendiri yang akan memperoleh kebaikannya. Akan tetapi sebaliknya, apabila bumi ini rusak oleh ulah tangan manusia maka manusia itu sendiri yang akan menuai dampak dari kerusakan yang telah di perbuatnya. Maka dari itu, sebagai seorang muslim yang taat akan perintah-Nya sudah seharusnya kita menjaga bersama-sama kelestarian alam ini dengan cara-cara yang telah di jelaskan di dalam al-qur’an sebagai pedoman hidup kita.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maragi , Ahmad Mustafa. 1986. Tafsir Al- Maragi . Semarang : PT. Karya Toha Putra Semarang.
ar-Rifa’I , Muhammad Nasib. 1999. Taisiru al- Aliyyul qadir li ikhtishari tafsir ibnu katsir. Jakarta : Gema Insani Press.
Hamka. 1982. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Shihab , M.Quraish .2012. Al-Lubab . Tangerang : Lentera Hati.
Shihab , M. Quraish . 2002. Tafsir Al-Misbah . Jakarta: Lentera Hati.
Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami . Jakarta : Gema Insani Press.
PROFIL PENULIS
Nama : Nilty Shofiyya
Nim : 2021114060
Alamat : Ds. Kebonrowopucang, Rw : 14 Rt : 01 No :710
Kec. Karangdadap, Kab. Pekalongan
Tempat, Tanggal Lahir : Pekalongan, 08 Juli 1995
Email : Nilty. 8@gmail. com
Riwayat Pendidikan : 1. Tk. RA Muslimat NU Kebonrowopucang
2. MI WS. Kebonrowopucang
3. MTS SS Proto
4. MA SS Proto
5. STAIN Pekalongan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar