Hadits Tarbawi
"BAHAYA SUAP DAN KUALITAS KERJA RENDAH"
Sumiyati Karim
2021214483
KELAS M
JURUSAN TARBIYAH/PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur seraya penyusun panjatkan ke hadirat Illahi Robbi yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Bahaya Suap dan Kualitas Kerja Rendah”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada sebaik-baik manusia, Nabi dan junjungan kita, Muhammad saw. keluarganya, dan sahabatnya.
Terima kasih kepada bapak dosen pengampu mata kuliah hadits tarbawi II bapak Ghufron Dimyati, yang berkenan memberikan tugas makalah dan arahan sehingga penulis bisa berlatih untuk menulis karya ilmiah kedepan nanti dengan baik dan semoga ilmunya bermafaat. Serta teman-teman kelas M regules sore, terima kasih atas dukungan dan doa nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini menjelaskan bab tentang Bahaya Suap dan Kualitas Kerja Rendah. Dengan demikian, materi makalah ini diharapkan dapat membantu pembangunan karakter dan menambah pengetahuan mahasiswa melalui proses menulis makalah yang baik dan benar.
Penyusun telah berupaya menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, meskipun tidak komprehensif. Di samping itu, apabila dalam makalah ini didapati kekurangan dan kesalahan, baik dalam pengetikan maupun isinya, maka penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan penulisan berikutnya. Akhirnya, semoga makalah yang sederhana ini menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat untuk membantu kegiatan menulis makalah yang baik dan benar bagi mahasiswa. Amin yaarobbal ‘alamin.
Pekalongan , 28 maret 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya serta keunikan yang dimiliki penduduknya. Tak heran bila Indonesia terkenal akan banyaknya kebudayaan yang dimiliki, sebab Indonesia merupakan negara yang penduduknya terdiri dari berbagai macam etnis atau lebih dikenal dengan negara multikultural, disamping itu kekayaan budayanya pun di dorong oleh kondisi fisik negara Indonesia yang berpulau-pulau, bahkan Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Selain terkenal sebagai negara kepulauan, Indonesia pun terkenal dengan jumlah penduduknya yang cukup padat. Menurut data Badan Pusat Statistik (http://sp2010.bps.go.id/index.php) hingga tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa, yang tersebar ke berbagai wilayah, yakni perkotaan sebanyak 118.320.256 jiwa dan di daerah pedesaan sebanyak 119.321.070 jiwa.
Dengan jumlah penduduk yang besar tentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pun memiliki potensi cukup besar. Mengenai kualitas SDM Indonesia, menurut Human Development Indeks (http://ekonomi.kompasiana.com) Indonesia menduduki peringkat 108 di dunia. Rendahnya kualitas SDM Indonesia di duga karena penduduk Indonesia yang kurang produktif dan kreatif, sehingga daya saing dengan negara lain cukup kecil, hal ini lah yang menyebabkan peringakat SDM Indonesia berada di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Philipina. Sungguh miris melihat data prestasi SDM tersebut, jika kita mengingat betapa kayanya Indonesia khususnya kaya oleh Sumber Daya Alam (SDA) yang begitu berlimpah.
Sudah lumrah di dengar bahwa salah satu faktor yang mengakibatkan Indonesia selalu dipandang memiliki SDM yang rendah yakni karena penduduk Indonesia yang memiliki etos kerja yang rendah. Namun perlu kita ingat bahwa dalam sejarahnya, hampir setiap suku di Indonesia memiliki nenek moyang yang sangat menjunjung tinggi budaya kerja dalam kehidupannya yang kemudian diwariskan secara turun temurun kepada penerusnya. Dapat kita ambil contoh salah satu suku di Indonesia yang memiliki etos kerja yang tinggi, yakni suku Jawa. Tingginya etos kerja yang dimiliki suku Jawa dapat kita lihat dari persebaran masyarakat suku Jawa yang banyak tersebar di kota-kota besar Indonesia, bahkan tak hanya itu suku Jawa pun ditemukan bermukim di Suriname dan Malaysia.
Dalam perantauannya, masyarakat suku Jawa dikenal ulet dalam bekerja sehingga tak heran bila masyarakat suku Jawa dapat kita temui dalam berbagai bidang pekerjaan, khususnya pemerintahan dan militer. Dari budaya kerja suku Jawa ini dapat kita lihat betapa masyarakat Indonesia pada dasarnya memiliki etos kerja atau budaya kerja yang tinggi.
Namun mengapa di zaman yang semakin modern ini SDM Indonesia dipandang memiliki etos kerja yang rendah sehingga menempatkan negara Indonesia pada posisi 108 di dunia. Padahal secara historis, etos kerja yang tinggi telah ditanamkan oleh penduduk Indonesia sejak dulu. Sehingga kini etos kerja menjadi permasalahan utama dalam pembangunan negara Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
A. Pengertian suap
Suap/Ar-rasyi adalah orang yang menyuap dan al- murtasyi adalah orang yang disuap. Hanyasanya laknat itu menimpa orang yang menyuap jika ia bermaksud meyakiti seorang muslim,atau mendapatkan sesuatu yang bukan menjadi haknya. Sedangkan jika ia memberikan uang suap dengan maksud untuk memperoleh haknya atau menolak kezaliman terhadap dirinya, maka ia tidak termasuk orang yang terlaknat. Adapun bagi hakim suap itu haram baginya, baik itu untuk membtalkan auatu hak atau pun mencegah kezaliman.
2. Hadits/ ayat pendukung:
وَلا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (188)
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 188).
Maka hadits di atas bagi orang-orang beriman akan membuat mereka akan menjauhi perbuatan ini, dan ditambah lagi para ulama mengatakan bahwa hadits-hadits yang semisal seperti ini, yaitu lafadz “Allah melaknat” menunjukkan bahwa perbuatan tersebut adalah termasuk kategori dosa besar yang tak akan diampuni kecuali dia bertaubat, adapun ketika dia mati dlm keadaan belum bertaubat maka di bawah kehendak Allah apakah akan mengadzabnya atau tidak.
Akan tetapi manusia pengejar dunia akan selalu mendengar bisikan setan & hawa nafsunya, mereka akan mencari seribu satu cara pembenaran agar seakan-akan perbuatan mereka itu dapat dibenarkan. Begitu juga dgn riswah ini, mereka mempunyai seribu satu alasan utk membenarkan pemberian kepada mereka, diantara alasan mereka yang paling sering dinukil adalah :
Ini adalah uang lelah, uang tips atau hadiah tidak ada pihak yang dirugikan, semua pekerjaan telah diselesaikan sesuai aturan .Kami hanya diberi, kami tak pernah meminta.Maka pemberian inilah yang sekarang dikenal dengan istilah Gratifikasi , yaitu pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, & fasilitas lainnya.
B. Pengertian Etos
Etos berasal dari bahasa yunani (ethos) yang memberikan arti sikap kepribadian , watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini, dikenal pula etika, etiket yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik-buru(moral), sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik, dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna.
Etos yang juga mempunyai makna nilai moral adalah suatu pandangan batin yang bersifat mendarah-daging. Dia merasakan bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan terbaik, bahkan sempurna, nilai-nilai islam yang diyakini nya dapat diwujudkan. Karenanya, etos bukan sekedar kepribadian atau sikap, malainkan lebih mendalam lagi, dia adalah martabat, harga diri, dan jati diri seseorang.
C. Pengertian Kerja
Hampir disetiap sudut kehidupan, kita akan menyaksikan begitu banyak orang yang bekerja. Para salesman yang hilir mudik mendatangi toko dan rumah-rumah, para guru yang tekun berdiri didepan kelas, polisi yang mengatur lalu lintas dalam selingan hujan dan panas terik, serta segudang profesi lain nya. Semua melakukan kegiatan( aktivitas), tetapi lihatlah bahwa dalam setiap aktivitasnya itu ada sesuatu yang dikejar, ada tujuan serta usaha (ikhtiar) yang sangat sungguh-sungguh untuk mewujudkan aktivitasnya tersebut mempunyai arti. Walaupun demikian, tidaklah semua aktivitas manusia dapat dikategorikan sebagai bentuk pekerjaan terkandung dua aspek yang harus dipenuhinya secara nalar yaitu sebagai berikut:
1. Aktivitasnya dilakukan karena ada dorongan utnuk mewujudkan sesuatu sehingga tumbuh rasa tanggung jawab yang besar untuk menghasilkan karya atau produk yang berkualitas. Bekerja bukan sekedar mencari uang, tetapi ingin mengaktualisasikannya secara optimal dan memiliki nilai transendental yang sangat luhur.
2. Apa yang dia lakukan tersebut dilakukan karena kesengajaan, sesuatu yang di rencanakan. Karenanya, terkandung didalamnya suatu gairah, semangat untuk mengerahkan seluruh potensi yang dimilikinya sehingga apa yang dikerjakannya benar-benar memberikan kepuasan dan manfaat.
Disisi lain, makna”bekerja” bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, pikir, dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik(khairu ummah) atau dengan kata lain dapat juga kita katakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.
Secara lebih hakiki, bekerja bagi seorang muslim merupakan “ibadah” bukti pengabdian dan rasa syukurnya untuk mengolah dan memenuhi panggilan ilahi agar mampu menjadi yang terbaik karena mereka sadar bahwa bumi diciptakan ujian bagi mereka yang memiliki etos yeng terbaik.
Berdasarkan berbagai penjelasan tersebut maka etos pemikiran Sri Mangkunegara IV mengimplikasikan konsepsi “struktur pemikiran manajemen(struktur of management thought). Etos dan sturktur pemikiran itu, di satu sisi, dimaksudkan sebagai acuan dasar bersikap hormat dan rukun dalam kekeluargaan dan kegotongroyongan yang baru (modern) atau tata krama jawa modern dan di sisi lainnya, sebagai objektifikasi cara berperilaku moral. Mewujudkan nilai-nilai moral dengan berperilaku etis , artinya sopan atau halus bagi etos dagangnya.
Secara global memang rendahnya etos kerja ini terjadi pada sebagian besar masyarakat Indonesia tak terkecuali masyarakat Suku Jawa yang dikenal memiliki etos kerja yang tinggi. Memang secara historis etos kerja tinggi telah di terapkan sejak dahulu oleh nenek moyang bangsa Indonesia, namun seiring berkembangnya zaman, masalah sosial dan karena pengaruh globalisasi maka etos kerja yang sejak dulu di bina lambat laun mulau pudar karena pengaruh-pengaruh tersebut. Selain karena masalah sosial yang dihadapi, perkembangan tekhnologi pun ikut berperan penting karena dengan semakin canggihnya tekhnologi yang memberikan segala kemudahan hidup, ini mendorong berkembangnya budaya praktis pada masyarakat yang pada akhirnya berpengaruh pada etos kerja masyarakat yang tidak ingin berusaka keras dan selalu menginginkan semua yang instan, maka tak heran bila berkembang pandangan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang malas maka etos kerjanya pun dinilai rendah. Tentu rendahnya etos kerja masyarakat Indoneisa menjadi masalah besar bagi bangsa ini, karena jika etos kerja rendah terus dipertahankan dan tidak ada purubahan maka dapat dipastikan kehancuran dan ketertinggalan Indonesia dari negara-negara lain. Mengingat hal tersebut tentu permasalahan ini harus segera diselesaikan, minimal mendapat solusi pemecahan.
3. Teori pengembangan
Menurut kaum puritan yaitu:
1. Pengintegrasian antara kehidupan bekerja dan kehidupan beragama menjadi satu kesatuan hidup yang kudus bagi Tuhan.
Umat kristen pasca reformasi, khususnya kaum puritan, mualia mengintegrasikan setiap pekerjaan yang dilakukan dengan kehidupan rohaninya. Setiap pekerjaan yang dilaksanakan dibuatnya menjadi sebuah arena guna memuliakan dan mentaati Tuhan serta mengungkapkan kasih melalui pekerjaan kepada sesama manusia.
2. Pekerjaan sebagai sebuah “panggilan”
Aspek kedua yang sangat ditekankan oleh kaum puritan adalah keyakinan mereka bahwa setiap umat kristen memiliki pangilankerja tertentu yang khusus baginya. Dampak terpenting disini adalah bagaimana kita mulai memandang pekerjaan sebagai sarana untuk dapat meresponberkat Tuhan.
3. Motivasi dan upah kerja
Konsep etos kerja kaum puritan tentang motivasi dan sasaran kerja tidaklah berpusat pada pengejaran materialistis, sebuah konsep yang dominan dimasa kini.
4. Sukses dalam pekerjaan merupakan anugerah Tuhanm bukan hasil upaya kita.
Calvinisme tidka mengajarkan etos kerja yang mengandalkan pada kekuatan diri, seperti konsep-konsep etos kkerja dizaman modern sekarang. Sebaliknya, calvinisme mengajrkan konsep tentang anugerah didalam teori etos kerjanya, yakni: apapun hasil imbalan yang kita terima dari pekerjaan kita,maka hal itu merupakan bentuk karunia anugerah dari Tuhan.
5. Bekerja berarti sebuah kegiatan yang dinamis, proaktif. Bagaikan seorang penyerang atau gelandang didalam permainan sepak bola. Dia akan terus berlari untuk mengejar dan menggirirng bolake gawang lawan. Tidak ada kata diam.
6. Al-Qur’an dengan tandas dan jelas menjelaskan kiranya tidak perlu meminta tafsir berlebihan bahwa setiap pribadi muslim wajib bekerja dan wajib berupaya meraih prestasi yang terbaik dalam lapangan kehidupannya. Simaklah firman Allah berikut ini : “katakanlah Hai kaumku, bekerjalah engkau menurut kemampuan masing-masing, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), kelak engkau akan mengetahui hasil amalmu.” Perintah ini seharusnya selalu terngiang ditelinga dan terus menggedor kalbu setiap muslim dimana pun mereka berada. Setiap muslim sangat meyakini bahwa islam bukanlah agama konsep yang hanya dinikmati sebagai pemanis mulut dan penghias ramuan bahan pidato. Islam adalah aktual, yang memberikan pelita bagi manusia.
4. Aplikasi hadits dalam kehidupan
Islam memrintahkan utnuk selalu bekerja keras, jujur dan bertanggung jawab serta menjauhi semua larangan –larangang yang di larang oleh Allah sepertu suap menyuap yang merupakan salah satu dosa besar. Suap merupakan salah sat perbuatan yang dilaknat oleh Allah baik yang melakukan suap maupun yang menerima suap. Sebisa mungkin untuk menghindari suap, dan berusaha untuk bekerja keran Allah sangat memuliakan orang-orang yang bekerja keras dan akan mendapatkan hasil dari amalanya tersebut.
5. Aspek Tarbawi:
1. Dalam Islam perbuatan suap termasuk dalam perbuatan yang haram, dan yang terlibat dalam kegiatan suap juga akan terkena dosa besar dan di laknat okeh Allah SWT, baik itu orang yang menyuap, orang yang menerima suap, dan orang yang menjadi perantara di antara keduanya.
2. Perbuatan suap mempunyai dampak yang negatif, karena uang/barang yang di peroleh/diberikan untuk suap hukumnya haram dan orang yang terlibat di dalamnya akan di laknat oleh Allah SWT dan masuk ke dalam neraka.
3. Bekerja itu adalah amanah, dan Allah sangat mencintai orang-orang yang bekerja. Dengan pesan-pesan ini , mereka akan bekerja dengan gairah dan kerinduan agar pekerjaan nya tersebut menghasilkan tingkat hasil(perfomance) yang seoptimal mungkin
4. Menumbukan gerak kreativitas untuk mengmbangkan dan memperkaya serta memperluas bidang pekerjaan nya dengan cara ini, mereka akan merasakan bahwa dengan mengembangkan pekerjaan nya akan tumbuh berbagai kegiatan dan tantangan lain, yang berarti menununjukkan bertambahnya amanah Allah kepada dirinya.
5. Ada semacam rasa malu hati yang mendalam (budaya malu) bila pekerjaannya tidak dilaksanakan dengan baik karena hal ini berarti sebuah pengkhianatan terhadap amanah Allah.
6. Membudayakan kebiasaan bekerja keras dan rindu menghasilkan kualitas akan menjadi salah satu ciri utama setiap pribadi muslim yang menjadikannya sebagai citra dirinya dan menaburkan semangat yang terus memberikan ilham dlam menapaki perjalanan hidupnya .
Teks Hadits tentang suap dan kualitas kerja rendah:
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ: لَعَنَ رَسُولُ اللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : الرَّاشِيَ وَ الْمُرْتَشِيَ وَ الرَّائِشَ يَعْنِي الَّذِي يَمْشِي بَيَنَهُمَا . (رواه أحمد فى المسند, با قي مسند الأنصار,باب و من حد يث ثوبان)
Terjemah Hadits
Rosululullah Saw melaknat orang-orang yang melakukan perbuatan suap, penyuap, dan yang disuap dan perantara suap, yakni orang yang menjalankan di antara keduanya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah penulis mengadakan analisis dari berbagai sumber mengenai etos kerja masyarakat Indonesia yang dipandang dari etos kerja suku Jawa, maka penulis akan mencoba menyimpulkan pembahasan pada bab sebelumnya.
Pada zaman yang semakin modern ini Indonesia dinilai memiliki etos kerja rendah sehingga dalam dunia internasional khususnya sektor ekonomi Indonesia dinilai jauh tertinggal dari negara lain, bahkan jika dibandingkan dengan negara tengga seperti Malaysia dan Singapura pun Indonesia berada di bawah kedua negara tersebut dalam sektor ekonomi.
Banyak ahli yang berpendapat bahwa ketertinggalan Indonesia dari negara lain salah satu faktor pentingnya disebabkan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas rendah yang akhirnya etos kerjanya pun rendah. Karena etos kerja yang rendah dan kualitas SDM yang rendah, menyebabkan masyarakat Indonesia yang kurang produktif sehingga menyebabkan Indonesia kurang daya saing dengan negara lain.
Namun secara historis Indonesia adalah negara yang menjunjung etos kerja tinggi salah satunya tercermin dalam etos kerja suku Jawa yang dikenal ulet dalam bekerja. Meskipun budaya kerja atau etos kerja tinggi telah diterapkan sejak dahulu, namun seiring berjalannya waktu etos kerja tinggi yang telah tertanang sejak dulu dalam jiwa masyarakat Indonesia, sedikit demi sedikit mulai terkikis oleh berbagai pengaruh seperti globalisasi, masalah sosial seperti masalah dalam pemerintah kurang terorganisir dan cenderung memanfaatkan rakyat demi kepentingan sendiri, kemajuan teknologi yang mengajarkan masyarakat untuk hidup serba instan dan serba mudah yang akhirnya malah mengembangkan budaya malas dalam jiwa masyarakat Indonesia maka kiranya tak salah jika kita mengatakan bahwa kini etos kerja tinggi telah berganti menjadi budaya malas. Namun dari sekian banyak warga negara Indonesia tentu tidak semua memiliki etos kerja rendah adapula yang masih memiliki etos kerja tinggi.
Suap adalah harta yang diperoleh karena terselesaikannya suatu kepentingan manusia (baik untuk memperoleh keuntungan maupun menghindari kerugian atau bahaya) yang semestinya harus diselesaikan tanpa imbalan.Atau bisa juga kita katakan, risywah (suap-menyuap) ialah pemberian apa saja berupa uang atau yang lain kepada penguasa, hakim atau pengurus suatu urusan agar memutuskan perkara atau menangguhkannya dengan cara yang bathil.
Praktik suap menyuap di dalam agama Islam hukumnya haram berdasarkan dalil-dalil syar’i berupa Al-Qur’an, Al-Hadits, dan ijma’ para ulama. Pelakunya dilaknat oleh Allah dan Rasul-Nya.
Dengan ini dapat kita simpulkan jikalau benar budaya kerja yang telah diterapkan sejak dulu sudah mulai terkikis oleh perkembangan zaman, namun setidaknya dalam diri masyarakat Jawa masih tersimpan nilai-nilai keuletan yang bila mana dikembangkan tentu akan memberikan kontribusi yang baik bagi Indonesia. Sifat ulet inilah yang seharusnya dimikili oleh bangsa Indonesia, dengan kata lain bangsa Indonesia dapat belajar dari etos kerja masyarakat Jawa yang ulet.
DAFTAR PUSTAKA
Tasmara toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani.
Daryono.2007. etos kerja orang jawa. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Adz-Dzahabi Imam. 2007. Dosa-dosa Besar. Solo : CV Arofah group.
Sastrahidayat Ika Rochdjatun. 2009. Membangun Etos Kerja dan Logika Berpikir Islami. Malang : UIN-Malang Press
TENTANG PENULIS
SUMIYATI KARIM, lahir di kupang-NTT pada tanggal 30 september 1992, anak kedua dari 3 bersaudara, penulis menamatkan Sekolah Dasar nya di sebuah desa kecil di kabupaten kupang-NTT dimana merupakan sekolah kristen karena daerah penulis adalah mayoritas beragama kristen sehingga dari SD-SMA penulis menempuh sekolah negeri yang mana penulis lah yang beragama islam, menamatkan SD pada tahun 2004, SMP pada Tahun 2008 dan menamatkan SMA di sebuah sekolah negeri.. SMAN 1 Amarasi Barat kab. Kupang-NTT , lulus pada tahun 2011. Perjalanan penulis hijrah hingga ke tanah jawa tidak semulus yang terlihat sekarang, berawal dari keputusan masuk ke perguruan tinggi STAIN yang mana perguruan tinggi agama islam sedangkan penulis sendiri sejak SD-lulus SMA penulis bersekolah di sekolah-sekolah kristen karena tidak ada sekolah-sekolah Islam. Shingga masuk ke STAIN merupakan suatu tantangan yang tidak mudah. Sembah sujud ku bersyukur ketika akhirnya bisa diterima masuk ke STAIN, karena penulis ingin sekali mengajarkan pendidikan agama islam di kupang yang mana masih sangat kurang tenaga pengajar agama islam, penulis ingin membangun dan ingin memajukan dan menyebarkan/ menyiarkan agama islam di kupang-NTT sehingga penerus2 bangsa, maupun anak keturunan penulis bisa mendapatkan pendidikan sejak kecil. Masih banyak lagi cerita perjalanan penulis, namun singkat saja penulis menceritakanya. Beberapa pengalaman organisasi yang penulis mengikuti yaitu sebagai berikut:
1).pengurus Daerah PII (Pelajar Agama Islam Indonesia) 2014-hingga sekarang.
2). Ketua PII Wati Pekalongan
3). Sekretaris Bidang Kaderisasi LDK Al-Fattah STAIN Pekalongan, 2015-2016
Motto penulis : * Hidup adalah untuk mencapai akhirat, *Hidup hanya sekali jangan merugi
Sekian
salam ukhuwah islamiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar