Laman

new post

zzz

Jumat, 01 Juli 2016

TT1 A 01 KEDUDUKAN ILMU DAN AHLI ILMU 2


KEDUDUKAN ILMU
SURAH AZ-ZUMAR AYAT 9 DAN SURAH AL-FATHIR AYAT 28
Disusun oleh
                            Dzikriyah  (2021113070)
                Kelas: A
 JURUSAN TARBIYAH / PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN   16



KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudulKedudukan Ilmu Jilid II Dalam Qs. Az-Zumar Ayat 9 Dan Qs.Al-Fathir Ayat 28”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliahTafsirTarbawi I, semester VI (enam)  Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Pekalongan tahun akademik 2016. Penulis menyadari tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak maka, makalah ini tidak akan terwujud. Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
  1. Bapak Dr. Ade Dedi Rohayana,M.Ag selaku ketua STAIN Pekalongan;
  2. Bapak Drs.H.M.Muslih Husein,M.Ag selaku wakil ketua III STAIN Pekalongan;
3.      BapakDrs. M. Ghufron Dimyati,MSIselaku dosen pengampu mata kuliah TafsirTarbawiI
  1. Bapak dan ibu selaku kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan moral, materiil serta motivasinya;
  2. Segenap Staf Perpustakaan STAIN Pekalongan yang telah memberikan bantuan referensi-referensi buku rujukan;
  3. Mahasiswa Prodi PAI kelas A yang telah memberikan bantuan, dukungan dan motivasinya;
  4. Serta semua pihak yang telah memberikan dukungan moral dan materiilnya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.       


Pekalongan, 01 Juli 2016
Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan merupakan kalamullah yang mutlak kebenarannya, berlaku sepanjang  zaman dan mengandung ajaran dan petunjuk tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia dan akhirat kelak. Ajaran dan petunjuk tersebut amat dibutuhkan oleh manusia dalam mengarungi kehidupannya.
Namun demikian al-Qur’an bukanlah kitab suci yang siap pakai dalam arti berbagai konsep yang dikemukakan al-Qur’an tersebut, tidak langsung dapat dihubungkan dengan berbagai masalah yang dihadapi manusia. Ajaran al-Qur’an tampil dalam sifatnya yang global, ringkas dan general sehingga untuk dapat memehami ajaran al-Qur’an tentang berbagai masalah tersebut, mau tidak mau seseorang harus melalui jalur tafsir sebagimana yang dilakukan oleh para ulama.[1]
Salah satu pokok ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an adalah tentang kedudukan ilmu pengetahuan dan al-qur’an, dalam makalah ini akan membahas tentang QS.Az-zumar ayat 9 dan QS.Al-Fathir ayat 28.

B.     Rumusan Masalah
-          Bagaimanatafsirdari Qs.az-zumar : 9 danQs.Al-Fahtir : 28?


C.    Tujuan
-          Sebagai salah satu tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi I
-          Untuk menambah ilmu pengetahuan serta wawasan di dalam QS.Az-Zumar ayat 9 dan QS. Al-Fathir ayat 28






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Surah : Az-zumar ayat 9
 آَمَّنْ هُوَ قاَنِتٌ ءَانَآءَ أَلَّيْلِ سَاجِدًا وَقَآ ؤِمًا يَحْذَرُالْآَخِرَةَ وَيَرْجُوْا رَحْمَةَ ربِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَاّلَذِيْنَ لَايَعْلَمُوْنَۗ إِنَّمَا يَتَذَ كَّرُ أُوْلُواْ الْأَ لْبٰبِ{(٩)}
Terjemah
(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
(Az-zumar; 39: 9)
B.     Tafsiru Al-Mufradat (Penafsiran Kata-kata Sulit)
Al-Qanit          : ketekunan dalam ketaatan disertai dengan ketundukan hati dan ketulusan orang-orang yang melakukan ketaatan yang diwajibkan kepadanya.[2]
Yatadzakkaru  : Pelajaran / peringatan
Anna ‘I-Lail    : Saat-saat malam. Jamak dari An.
Yuhdzaru ‘I-Akhirah : Takut kepada adzab di akhirat.[3]

C.    Penjelasan menurut
Tafsir Ibnu Kasir
Allah Swt berfirman bahwa apakah orang yang mempunyai sifat yang demikian sama dengan orang yang mempersekutukan Allah dan menjadikan bagi-Nya tandingan-tandingan? Jawabannya tentu tidak sama di sisi Allah. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya “mereka itu tidak sama; di antara ahli kitab itu ada golongan yang Berlaku lurus[4], mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang) Surah Ali-Imran: 113.Dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya surah Az-zumar; 9 yakni dalam keadaan sujud dan berdirinya mereka berqunut. Karena itulah ada sebagian ulama yang berdalilkan ayat ini mengatakan bahwa qunut adalah khusyuk dalam salat bukanlah doa yang dibaca dalam keadaan berdiri semata, pendapat ini diikuti oleh ulama lainnya. 

Tafsir Jalalain
(apakah orang) dapat dibaca amman atau amman (yang beribadat) yang berdiri melakukan amal ketaatan, yakni salat (di waktu-waktu malam) di saat-saat malam hari (dengan sujud dan berdiri) dalam salat (sedangkan ia takut kepada hari akhirat) yakni takut akan azab hari itu (dan mengharapkan rahmat) yakni syurga (Tuhannya) sama dengan orang yang durhaka karena melakukan kekafiran atau perbuatan-perbuatan dosa lainnya. Menurut qiraat lain, lafadz amman dibaca am man secara terpisah. Dengan demikian, lafadz am berarti bal atau hamzah istifham (katakanlah adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?) tentu saja tidak perihalnya sama dengan perbedaan antar orang yang alim dengan orang yang jahil (sesungguhnya orang yang dapat menerima pelajaran) artinya mau menerima nasihat (hanyalah orang-orang yang berakal) yakni orang-orang yang mempunyai pikiran.[5]

Tafsir Al-Mishbah
Setelah ayat yang lalu mengecam dan mengancam orang-orang kafir, ayat di atas menegaskan perbedaan sikap dan ganjaran yang akan mereka terima dengan sikap dan ganjaran bagi orang-orang beriman.Allah berfirman Apakah orang yang beribadah secara tekun dan tulus di waktu-waktu malam dalam keadaan sujud dan berdiri scara mantap dan demikian pula ruku, dan duduk atau berbaring dan ia terus-menerus takut kepada siksa akhirat dan dalam saat yang sama senantiasa mengharap rahmat Tuhannya sama dengan mereka yang baru berdoa ketika mendapat musibah dan melupakannya ketika memperoleh nikmat serta menjadikan bagi Allah sekutu-sekutu? Tentu saja tidak sama. Kesimpulannya perbedaan antara orang yang tahu (alim) dan orang yang tidak tahu (jahil) hanyalah orang yang mempunyai akal fikiran yang sehat, yang dia gunakan untuk berfikir. [6]
Tafsir Al-Munier
Setelah Allah menerangkan perihal sifat-sifat buruk orang kafir,Allah memberikan perbandingan antara sifat-sifat mereka dengan sifat-sifat orang beriman – yakni tidak berserah diri kecuali hanya pada Allah SWT -, Allah sebutkan
1.      Apakah orang kafir itu lebih baik keadaan dan tempat kembalinya, ataukah orang beriman pada Allah, yang selalu taat dan tunduk, selalu dalam keadaan beribadah kepada Rabb-nya (baik dalam keadaan tidur, duduk, ataupun berdiri; di sepanjang malam), di samping itu mereka juga takut adzab akhirat dan juga mengharapkan belas kasihNya.(bentuk pertanyaan yang tak perlu jawaban (istifhaam inkaariy/ bentuk pertanyaan yang berarti pengingkaran), artinya: orang beriman lebih baik daripada orang kafir)
2.      Apakah sama; antara orang yang mengetahui (‘alim/ pandai) dengan orang yang tidak mengetahui (jahil/ bodoh) Sesungguhnya tiada lain yang bisa mengambil pelajaran (mereka yang mau beri’tibar) hanyalah orang-orang yang mempunyai pikiran/ akal (ulul albaab).
3.      Tidak sama antara 2 kelompok ini:
-          alim (orang yang mengetahui): dia ketahui kebenaran dan mau mengamalkan serta istiqomah padanya.
-          jahil (orang yang bodoh): dia ketahui kebenaran akan tetapi ia tak mau tuk amalkan; atau mereka tak ketahui kebenaran dan kebathilan juga tidak mau untuk mengetahuinya.
4.      Pelajaran yang dapat diambildari ayat di atas adalah:
a.       Orang beramal di malam hari lebih terjaga niatnya (aman dari sifat riya’)
b.      Orang yang tunduk (pada Allah) slalu mempergunakan waktu2nya tuk beribadah kepadaNya; baik di waktu duduk, berdiri, bahkan dalam keadaan berbaring.
c.       Keutamaan Qiyaamul lail.
d.      Orang-orang yang tidak bisa mengambil pelajaran (‘ibroh).
e.       Ayat ini menunjukkan atas ‘kesempurnaan manusia’ bilamana mereka mempunyai 2 hal pokok; yakni, ilmu dan amal (wujud konsekwensi atas ilmu yang ia punya).[7]

D.    Surah Al-Fathir, 35: 28       
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ  {(۲۸)

Terjemah: (Dan demikian pula di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya)sebagaimana beranekaragamnya buah-buahan dan gunung-gunung.(Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama) berbeda halnya dengan orang-orang yang jahil seperti orang-orang kafir Mekkah. (Sesungguhnya Allah Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Pengampun) terhadap dosa hamba-hamba-Nya yang mukmin.[8]

Penjelasan menurut:
Tafsir jalalain
Dan demikian pula diantara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya) sebagaimana beraneka ragamnya buah-buahan dan gunung-gunung. (sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama) berbeda halnya dengan orang-orang yang jahil seperti orang-orang kafir Mekah. (Sesungguhnya Allah Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (Lagi Maha Pengampun) terhadap dosa hamba-hamba-Nya yang mukmin.

Tafsir Quraish Shihab
Demikian pula diantara manusia, binatang melata, unta, sapi dan domba terdapat bermacam-macam bentuk, ukuran dan warnanya pula. Hanya para ilmuan yang mengetahui rahasia penciptalah yang dapat mencermati hasil ciptaan yang mengagumkan ini dan membuat mereka tunduk kepada Sang Pencipta. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa yang ditakuti orang-orang Mukmin (Ulama) , Maha Pengampun segala dosa siapa pun yang berserah diri kepada-Nya. 
Setelah memaparkan bahwa berbagai jenis buah-buahan dan perbedaan warna pegunungan itu berasal dari suatu unsur yang sama yakni, buah-buahan berasal dari air dan gunung-gunung berasal dari magma, ayat ini menyitir bahwa perbedaan bentuk dan warna yang ada pada manusia, binatang-binatang melata dan hewan-hewan ternak tidak tampak dari sperma-sperma yang menjadi cikal bakalnya. Bahkan sekiranya kita menggunakan alat pembesar sekalipun, sperma-sperma tersebut tampak tidak berbeda. Disinilah sebenarnya letak rahasia dan misteri gen dan plasma.
Ayat ini pun mengisyaratkan bahwa faktor genetislah yang menjadikan tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia tetap memiliki ciri khasnya dan tidak berubah hanya disebabkan oleh habitat dan makanannya. Maka sungguh benar jika ayat ini menyatakan bahwa para ilmuan yang mengetahui rahasia-rahasia penciptaan sebagai sekelompok manusia yang paling takut kepada Allah.
Oleh karena itu, orang yang lebih mengenal Allah, maka akan bertambah rasa takutnya, di mana hal itu akan membuatnya menahan diri dari maksiat dan mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Zat yang dia takuti.
Ayat ini menunjukkan keutamaan ilmu, karena ilmu menambah seseorang takut kepada Allah, dan orang-orang yang takut kepada Allah itulah orang-orang yang mendapatkan keistimewaan dari-Nya, sebagaimana firman Allah Taa’alaa “Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya” (terj. Al Bayyinah: 8)Yakni Mahasempuna keperkasaan-Nya, di mana dengan keperkasaan-Nya Dia menciptakan makhluk yang beraneka macam itu.Dosa-dosa hamba-hamba-Nya yang bertobat. [9]
Tafsir Al-azhar
Ada tigakelompokbesarmakhlukbernyawapengisibumi.Pertamaialahmanusiadenganberbagaiwarnadanbangsadanbahasa.Mendudukibenua Asia, Eropa, Amerika Utara dan Selatan, Afrikadan Australia.Yang keduadimintaperhatiankitakepadabinatang-binatang yang melatadimukabumiini.Baik yang berjalandenganberkakiempat, atau yang berkakienam, atau yang mempunyaiberpuluh kaki sebagailipan, ulatpipisan, ulatsampah yang merahdll. Ketigadisebutlahtentangbinatang-binatangternaksejakdarionta, kerbau, sapi, kambing, dandomba.Ada pula yang diternakkanbuatdikendaraisepertikuda, keledai, danbaghal.Dikatakanbahwasemuanyaberanekawarna, setelahmenyuruhkitamelihatdanmemperhatikanitusemuanya, yang dapatmenimbulkanberbagaiilmupengetahuandanpengalaman,
Didalamayatinibertemudengankalimat“Ulama” yang berarti orang orang yang berilmu (berpengetahuan) IbnuKatsirtelahmenafsirkan “Tidak lain orang yang akanmerasatakutkepada Allah ituhanyalahUlama’ yang telahmencapaima’rifat, mengenaltuhan, dankebesaran-Nya.Apabilama’rifatbertambahsempurnadanilmu (terhadap-Nyabertambahmatang, ketakutankepada-Nya pun bertambahbesardanbertambahbanyak.Suaturiwayat yang dibawakandariSufyanTsauri: “Ulamaitutigamacam” 1. Alim yang mengenal Allah danmengenalperintah Allah, 2.Alim yang mengenal Allah tetapitidakmengenalperintah Allah, 3.Alim yang mengenalperintahtetapitidakmengenal Allah.[10]



















BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam Qs.Az-zumar ayat 9 : apakah orang kafir itu lebih baik keadaan dan tempat kembalinya, ataukah orang beriman pada Allah, yang selalu taat dan tunduk, selalu dalam keadaan beribadah kepada Rabb-nya (baik dalam keadaan tidur, duduk, ataupun berdiri; di sepanjang malam), di samping itu mereka juga takut adzab akhirat dan juga mengharapkan belas kasihNya.(bentuk pertanyaan yang tak perlu jawaban (istifhaam inkaariy/ bentuk pertanyaan yang berarti pengingkaran), artinya: orang beriman lebih baik daripada orang kafir)
Apakah sama; antara orang yang mengetahui (‘alim/ pandai) dengan orang yang tidak mengetahui (jahil/ bodoh) Sesungguhnya tiada lain yang bisa mengambil pelajaran (mereka yang mau beri’tibar) hanyalah orang-orang yang mempunyai pikiran/ akal (ulul albaab).
Tidak sama antara 2 kelompok ini:‘alim (orang yang mengetahui): dia ketahui kebenaran dan mau mengamalkan serta istiqomah pada-Nya.jahil (orang yang bodoh): dia ketahui kebenaran akan tetapi ia tak mau tuk amalkan; atau, mereka tak ketahui kebenaran dan kebathilan jugha tidak mau untuk mengetahuinya.
Pelajaran yang dapat diambil dari ayat di atas adalah:pertama,orang beramal di malam hari lebih terjaga niatnya (aman dari sifat riya’). Kedua, orang yang tunduk (pada Allah) slalu mempergunakan waktu-waktunyatuk beribadah kepadaNya; baik di waktu duduk, berdiri, bahkan dalam keadaan berbaring.Ketiga, keutamaan Qiyaamul lail.Keempat, Orang-orang yang tidak bisa mengambil pelajaran (‘ibroh).Keempat, Ayat ini menunjukkan atas ‘kesempurnaan manusia’ bilamana mereka mempunyai 2 hal pokok; yakni, ilmu dan amal (wujud konsekuensi atas ilmu yang ia punya).
Dalam Qs.al-fathirayat 28, Ayat ini menunjukkan keutamaan ilmu, karena ilmu menambah seseorang takut kepada Allah, dan orang-orang yang takut kepada Allah itulah orang-orang yang mendapatkan keistimewaan dari-Nya, sebagaimana firman Allah Taa’alaa “Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya” (terj. Al Bayyinah: 8) Yakni Mahasempuna keperkasaan-Nya, di mana dengan keperkasaan-Nya Dia menciptakan makhluk yang beraneka macam itu. Dosa-dosa hamba-hamba-Nya yang bertobat.

DAFTAR PUSTAKA

NataAbuddin.2002. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

ShihabM. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.

Al-MaraghiAhmad Mustafa. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Semarang : PT. Karya Toha Putra.

Al-MahaliliImam Jalaludin. 2005. Tafsir Jalalain. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

http://tafsir.web.id/ (diakses pada hari Rabu, 29-06-16, pukul 20:38)

Hamka.TH.Tafsir Al-Azhar. TK. TP.











[1]Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002,  Cet I), hlm.1-2

[2]M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2003), hlm196
[3]Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV Toha Putra, tt), hlm.259.
[4]Yakni: golongan ahli kitab yang telah memeluk agama Islam.
[5]Imam Jalaludin Al-Mahalili dan Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalain, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005), hlm.676.

[6]Ahmad Mustafa,Ibid.,hlm 261.
[7]M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm.278.
[8]Imam Jalaluddin Al-Suyuti,Terjemah Tafsir Jalalain,(Bandung: Sinar Baru Al-Gensindo, 2009,Cet ke VI,hlm576.
[9]http://tafsir.web.id/ (diakses pada hari Rabu, 29-06-16, pukul 20:38)
[10]Hamka, Tafsir Al-Azhar, hlm.299-302.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar