NILAI ORANG BERILMU
Disusun Oleh:
Indah Wahyu
Widyaningsih 2021113027
Kelas : A
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2016
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim..
Puji dan syukur hanyalah bagi Allah
SWT, Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW teriring keluarga, sahabat dan para
penerus perjuangan beliau hingga akhir zaman.
Dengan ucapan syukur alhamdulillah
penulis dapat menyelesaikan tugas mencari Tafsir Tarbawi I, untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.
Bapak Ghufron
Dimyati, M.S.I selaku dosen mata kuliah
Tafsir Tarbawi I, yang memberikan bimbingan dan arahannya serta dorongan dan
masukan untuk menyusun makalah ini.
2.
Kedua Orang Tua
yang selalu memberikan semangat serta motivasi yang luar biasa untuk saya menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyajian
makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap
kritik saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini.
Hanya kepada Allah jualah kami
memohon keridho’an dan taufikNya, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Pekalongan, 1 september 2016
Penulis
Indah
Wahyu Widyaningsih
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Ilmu
adalah suatu yang sangat menonjol dalam agama islam, hal ini dapat dilihat
dalam Al-Qur’an maupun sunnah. Hal ini menunjukkan bahwa manusia diwajibkan
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan baik agama maupun sosial. Dijelaskan juga
bahwa antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu memiliki kedudukan
yang sangat berbeda jauh.
Selain itu dengan pendidikan yang
baik, tentu akhlak manusiapun juga akan semakin baik. Tapi pada kenyataannya
dalam hidup ini banyak orang yang menggunakan akal dan kepintarannya untuk
kemaksiatan. Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan antara ilmu dunia dan
akhirat. Disinilah alasan mengapa ilmu agama sangat penting diajarkan kepada
anak sebelum anak menerima ilmu duniadan islam memandang ilmu sebagai suatu
yang pokok dalam ajaran islam dan menjadi suatu yang wajib dimiliki oleh setiap
muslim.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
uraian sebagaimana dikemukakakn di atas, maka makalah ini bermaksud mengkaji
masalah diantaranya sebagai berikut :
1.
Bagaiman lafadz
dan terjemah Q.S Al-Mujadalah ayat 11
2.
Bagaimana
penafsiran dari Q.S Al-Mujadalah ayat 11
3.
Bagaimana
Mufradat, Asbabun Nuzul dan Aspek tarbawi pada Q.S Al-Mujadalah ayat 11
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui
definisi Nilai Orang Berilmu
2.
Mengetahui
Asbabun Nuzul Q.S Al-Mujadalah ayat 11
3.
Mengetahui
Tafsir Q.S Al-Mujadalah ayat 11
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Ayat Al-Qur’an
tentang Nilai Orang Berilmu
a.
Q.S Al-Mujadalah
ayat 11
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) @Ï% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt ª!$# öNä3s9 ( #sÎ)ur @Ï% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
b.
Terjemah
“Hai
orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu : “Berlapang-lapanglah
dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan : “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [1]
c.
Asbabun Nuzul
Dikemukakan
pula oleh Ibnu Jarir yang juga bersumber dari Qatadah yang berkata : Dahulu
para sahabat apabila melihat ada yang baru datang ke majlis Rasulullah saw,
mereka tidak mau memberikan tempat duduk disisi Rasulullah saw, maka turunlah
ayat “YA AYYUHALLIDZIINA AAMANUU IDZAA QIILA LAKUM TAFASSAHUU FIL MAJAALISI . .
. . . sampai akhir ayat” (juz. 28, 58/Al-Mujadalah : 11) berkenaan dengan
peristiwa itu yang menerangkan agar mereka memberikan tempat duduk kepada orang
yang baru datang di tempat pengajian (majlis) Rasulullah saw.
Dikemukakan
oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Muqatil, bahwa ayat itu (juz. 28, 58
/Al-Mujadalah : 11) diturunkan pada hari jum’ah, pada waktu ahli
(pejuang-pejuang perang) Badar datang ke tempat pertemuan (pengajian) yang penuh
sesak. Para sahabat Nabi saw yang sudah berada di tempat itu lebih dahulu tidak
mau memberikan tempat duduk kepada mereka yang baru datang itu, sehingga mereka
terpaksa harus berdiri. Lalu Rasulullah saw menyuruh mereka yang sudah lebih
dahulu berada di tempat itu untuk berdiri dan ahli badar tadi disuruh duduk di
tempat mereka. Tetapi mereka merasa tersinggung perasaannya. Maka turunlah ayat
tersebut di atas, sebagai peintah orang-orang mukmin agar
menta’ati perintah Rasulullah saw dan memberikan kesempatan duduk kepada sesama
orang mukmin.[2]
d.
Makna Mufrodat
Wahai
orang-orang yang = ûïÏ%©!$ا$pkr'¯»t
Mereka
beriman = #þqãZtB#uä
Apabila dikatakan kepada kalian =
öNä3s9@Ï%#sÎ)
Berlapang-lapanglah kalian = #qßs¡¡xÿs?
Di dalam majlis = ħÎ=»yfyJø9$#Îû
maka
berlapang-lapanglah = #qßs|¡øù$$sù
Niscaya Allah
akan memberikan kelapangan untukmu = öNä3s9!$#x|¡øÿt
Dan apabila di katakan = @Ï%#sÎ)ur
Berdirilah
kalian = #râà±S$#
Maka berdirilah = #râà±S$$sù
Allah Swt
mengangkat = ª!$#ìsùöt
Orang-orang
yang beriman = (#qãZtB#uäûïÏ%©!$#
Diantara kalian = Nä3ZÏB
orang yang
berilmu = zOù=Ïèø9$##qè?ré&
;beberapa
derajat = M»y_uy
Dengan apa yang kamu kerjakan = tbqè=yJ÷ès?$yJÎ/
e.
Tafsir
Ayat
di atas memberikan tuntunan bagaimana menjalin hubungan harmonis dalam satu
majlis. Allah berfirman : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan
kepada kamu oleh siapa pun : “berlapang-lapanglah yakni berupayalah
dengan sungguh-sungguh walau dengan memaksakan diri untuk memberi tempat orang
lain dalam majlis-majlis yakni satu tempat, baik tempat duduk maupun
bukan untuk duduk apabila di minta kepada kamu agar melakukan itu maka lapangkanlah tempat itu untuk
orang lain itu dengan suka rela. Jika kamu melakukan hal tersebut, niscaya
Allah akan melapangkan segala sesuatu buat kamu dalam hidup
ini. Dan apabila dakatakan : “berdirilah kamu ke tempat yang
lain, atau untuk diduduk tempatmu buat orang yang lebih wajar, atau bangkitlah
untuk melakukan sesuatu seperti untuk shalat dan berjihad, maka berdiri
dan bangkit-lah, Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antara kamu wahai yang memperkenankan tuntunan ini dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat kemuliaan di dunia dan
di akhirat dan Allah terhadap apa yang kamu kerjakan sekarang dan masa
datang , Maha Mengetahui .[4]
Kata
((#qßs¡¡xÿs?) tafassahu dan (#qßs|¡øù$ا) ifsahu terambil dari kata (فسح)fasaha yakni lapang. Sedang
kata (#râà±S$#) unsyuzu terambil dari kata (نشوز) nusyuz yakni tempat yang
tinggi. Perintah tersebut pada mulanya berarti beralih ke tempat yang
tinggi. Yang dimaksud disini pindah ke tempat lain untuk memberi kesempatan
kepada yang lebih wajar duduk atau berada di tempat yang wajar pindah itu, atau
bangkit melakukan satu aktivitas positif.
Kata
(مخالس)
majalis adalah bentuk jamak dari kata (مخلس) majlis. Pada mulanya berarti tempat
duduk. Dalam konteksayat ini adalah tempat Nabi Muhammad saw. Memberi
tuntunan agama ketika itu. Tetapi yang dimaksud disini adalah tempat
keberadaan secara mutlak, baik tempat duduk, tempat berdiri atau bahkan
tempat berbaring. Karena tujuan perintah atau tuntunan ayat ini adalah memberi
tempat yang wajar serta mengalah kepada orang-orang yang dihormati atau yang
lemah.[5]
Firman-Nya
(M»y_uy) “beberapa derajat
yakni beberapa derajat dalam agama mereka jika melaksanakan apa yang
diperintahkan kepada mereka. [6]
Yang
dimaksud dengan (t(zOù=Ïèø9$##qè?ré&ûïÏ%©!$#ur) alladzina utu al’ilm /yang diberi pengetahuan adalah
mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti
ayat diatas membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang pertama
sekedar beriman dan beramal saleh, dan yang kedua beriman dan beramal saleh
serta memiliki pengetahuan.
Ilmu
haruslah menghasilkan khasyyah yakni rasa takut dan kagum kepada Allah, yang
pada gilirannya mendorong yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta
memanfaatkannya untuk kepentingan mahluk. Rasul saw. Sering kali berdoa : “Allahumma
inni a’udzubika min ‘ilm(in) la yanfa’ (Aku berlindung kepada-Mu dari ilmu
yang tidak bermanfaat).”
f.
Aspek Tarbawi
1.
Ilmu haruslah
menghasilkan khasyyah yakni rasa takut dan kagum kepada Allah, yang pada
gilirannya mendorong yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta
memanfaatkannya untuk kepentingan mahluk.
2.
Allah akan
meninggikan derajat orang berilmu, mereka memiliki derajat-derajat yakni yang
lebih tinggi dari yang sekedar beriman.
3.
Ilmu dalam
pandangan Al-Qur’an bukan hanya ilmu agama.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ayat diatas
memberikan tuntunan bagaimana menjalin hubungan harmonis dalam satu majlis.
Allah berfirman : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada
kamu oleh siapa pun : “berlapang-lapanglah yakni berupayalah dengan
sungguh-sungguh walau dengan memaksakan diri untuk memberi tempat orang lain dalam
majlis-majlis yakni satu tempat, baik tempat duduk maupun bukan untuk duduk
apabila di minta kepada kamu agar melakukan itu
maka lapangkanlah tempat itu untuk orang lain itu dengan suka
rela.
Jika kamu melakukan hal tersebut, niscaya
Allah akan melapangkan segala sesuatu buat kamu dalam hidup
ini. Dan apabila dakatakan : “berdirilah kamu ke tempat yang
lain, atau untuk diduduk tempatmu buat orang yang lebih wajar, atau bangkitlah
untuk melakukan sesuatu seperti untuk shalat dan berjihad, maka berdiri
dan bangkit-lah, Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antara kamu wahai yang memperkenankan tuntunan ini dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat kemuliaan di dunia dan
di akhirat dan Allah terhadap apa yang kamu kerjakan sekarang dan masa
datang , Maha Mengetahui .
DAFTAR PUSTAKA
Quraish
Shihab.M.2005.Tafsir Al-Misbah.Jakarta: Lentera Hati
Imam.Syaikh.2009.
Tafsir Al Qurthubi.Jakarta: Pustaka Azzam
Depag,
Syamil Qur’an Terjemah Per Kata.
Mujieb.Abdul.M.Lubabun Nuqul fi Asbabun Nuzul.Rembang:1986
PROFIL
Nama :
Indah Wahyu Widyaningsih
TTL :
Pemalang, 25 Juli 1995
Alamat :
Jln. Jati IV Gang Mangga Rt 07/Rw 04 Pelutan Pemalang
Hobi :
Menyanyi , mendengarkan music dan membaca
Cita :
Guru
[1] Syaikh
Imam, Tafsir Al Qurthubi,( Jakarta: Pustaka Azzam,2009), hlm. 172
[2] M. Abdul
Mujieb, Lubabun Nuqul fi Asbabun Nuzul(Rembang:1986),hlm.570-572
[3] Depag, Syamil
Qur’an Terjemah Per Kata.
[4]
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah(Jakarta:Lentera Hati,2005), hlm.77-78
[5]
M.Quraish Shihab, op cit, hlm.79-80
[6] Tafsir
Al-Qurthubi, op cit, hlm.180
Tidak ada komentar:
Posting Komentar