PERINTAH MEMBACA
DAN BELAJAR AGAMA
( QS.AT-Taubah :122 )
ISLA NUR SABILLA
2021115074
Kelas C
FAKULTAS Tarbiyah/PAI
Institus Agama Islam
Negeri Pekalongan
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta
alam. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW . Penulis
bersyukur kepada Illahi Rabbi yang telah memberikan hidayah serta taufiq-Nya
kepada penulis sehingga makalah yang berjudul perintah membaca dan belajar
agama guna memenuhi tugas tafsir tarbawi , telah terselesaikan.
Sehubungan dengan ditugasinya
penulis untuk mengulas materi mengenai perintah membaca dan belajar agama, yang
sumber nya berasal dari tafsir QS. At-Taubah, Ayat 122 , maka penulis mencoba
menghimpun dan mengulas buku-buku yang berhubungan dengan tafsir QS. At-Taubah
Ayat 122 tersebut.
Tidak lupa ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu baik moriil maupun materil, terutama untuk
orang tua, dosen, Yayasan IAIN Pekalongan , serta teman-teman yang telah
mendukung, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Uraian topik dalam makalah ini
disusun secara sederhana,praktis dan sistematis sesuai dengan format yang telah
ditentukan. adapun untuk penelusuran yang lebih jauh dan mendalam pembaca dapat
mengadakan kajian pada buku buku rujukan yang telah disebutkan, dan buku lain
yang dianggap berhubungan dengan pembahasan dalam makalah ini.
Kemudian kritik pembaca terhadap
kekurangan makalah ini sangat diharapkan. semuanya penulis terima sebagai bahan
perbaikan pembuatan makalah setelahnya. Akhirnya saran dari semua pihak akan
penulis terima dengan baik, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya , dan penulis pada khususnya.
Pekalongan, September 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Surat at-Taubah
ayat 122 merupakan surat yang turun di Madinah. Surat itu turun ketika Rasulullah
Saw memerintahkan passukan untuk mengikuti perang. Banyak sekali orang yang
mengajukan diri kepada Nabi Saw untuk ikut perang, kemudian turunlah ayat ini
yang memerintahkan kepada mereka untuk sebagian untuk memperdalam ilmu agama.
Mereka yang memperdalam ilmu agama agar dapat memberikan peringatan kepada kaum
mereka apabila mereka telah kembali dari peperangan.
Seandainya mereka semua ikut pergi
berperang, maka dikhawatirkan tak ada yang memperdalam ilmu agama. Maka sejak
masa Rasulullah Saw, masa khulafa urrasyidin hingga masa bani umayah dan
Abbasiyah banyak bermunculan para ulama. Banyak sahabat nabi yang memperdalam
ilmu agama, seperti Ibnu abbas dan sahabat lainya, selain pemimpin pemerintahan
dan perang para khulafa urrasyidin jugaa memiliki ilmu agama yang baik. Hingga
bermunculan ulama pada masa Umayah dan Abbasiyah seperti, Imam Abu Hanifah,
Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal dan masih banyak ulama yang
lain.
Hingga saat ini umat isslam di
anjurkan memperdalam ilmu agama. Menurut ilmu sangat penting dalam ajaran
agama, karena perbuatan tanpa disadari dengan ilmu maka perbuatan itu akan
sia-sia. Selain itu, dengan ilmu kita dapat memperingatkan orang lain jika
mereka jika mereka menyimpang dari ajaran agama. Maanusia dikaruniai akal dan
pikiran yang tidak dimiliki makhluk lain agar dapat mempelajari ilmu apapun.
Alangkah ruginya manusia jika tidak dapat memanfaatkan anugrah itu dengan
sebaik-baiknya.
B.
Judul Makalah
Makalah ini
berjudul “Perintah Membaca dan Belajar Agama” karena menyesuaikan dengan tugas
yang telah penulis terima, sesuai dengan penafsiran Qs. At-Taubah ayat 122.
C.
Nash dan Arti Qs. At-Taubah ayat 122
Artinya: “
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka
itu dapat menjaga dirinya. (Qs. At-Taubah Ayat 122 )”.
D. Arti Penting
Penafsiran Qs.
At-Taubah Ayat 122 ini menjelaskan pentingnya pembagian tugas, dan untuk
waspada dalam berjuang tidak hanya berjuang pada masa yang tengah dihadapi,
tetapi juga untuk masa depan. Bahwa setelah berselisih, kelak pasti ada
penyelesaian. Setelah perang pasti akan ada perdamaian. Banyak yang akan runtuh
karena perang, namun satu hal harus terus dibangun, yaitu rohaniah dan
kesadaran beragama. Kita berperang karena mempertahankan agama, oleh karna itu
kita juga harus tetap memperdalam agama supaya tidak mudah tergoyahkan. Karena
jika tidak ada memperdalam pengetahuan tentang agama, bagaimana kalau kelak
terjadi perdamaian sedangkan agama yang diperjuangkan telah runtuh dan padam
cahayanya, masjid-masjid runtuh, ahli agama telah gugur, dan tempat-tempat
belajar telah hancur.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berjihad
bukanlah fardhu ain melainkan fardhu kifayah. Karena sebaiknya ada satu
kelompok yang pergi berjihad dan kelompok lainnya mendalami ilmu. Sehingga jika
kelompok yang berjihad kembali dari medan laga, maka kelompok yang menuntut
ilmu menggambarkan apa yang telah dipelajari dan mengerjakannya.
Menuntut
ilmu memiliki keutamaan dan martabat yang mulia. Hukum menuntut ilmu ada dua,
yaitu:
· Fardhu’ain
seperti shlat,zakat,dan puasa.
· Fardhu kifayah
seperti memperolehhak-hak, melerai dua orang yang bertengkar dan menegakkan
hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
a.
Perintah membaca dan Belajar Agama
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melaui media bahasa
tulis (Tarigan,1984:7). Pengertian lain dari membaca adalah suatu proses
kegiatan mencocokkan huruf atau melafalkan lambang-lambang bahasa tulis.
Membaca adalah suatu kegiatan atau cara dalam mengupayakan
pembinaandaya nalar (Tampubolon, 1987:6). Dengan membaca, seseorang secara
tidak langsung sudah mengumpulkan kata demi kata dalam mengaitkan maksud dan
arah bacannya yang pada akhirnya pembaca dapat menyimpulkan suatu hal dengan
nalar yang dimilikinya.
Ada dua istilah yang digunakan al-Qur’an yang berkonotasi belajar,
yaitu: ta’allama dan darasa. Ta’allama berasal dari kata’alima yang
telah mendapatkan tambahan dua huruf yang sejenis dengan lam fi’il-nya
yang dilambangkan dengan tasjid sehingga menjadi ta’allama. ‘Alima berarti
“memgetahui’’. Karena penambahan huruf pada dasar, dapat mengubah makna kata
tersebut.
Makata’allama secara harfiah dapat diartikan kapada “menerima ilmu
akibat dari suatu pengajaran”.
Belajar agama dapat didefinisikan
kepada pweoleh ilmu sebagai akibat dari aktivitas itu membuatnya memperoleh
ilmu.[1]
Penafsiran Qs. At-Taubahayat 122
1. Tafsir Al-Maraghiy
Penafsiran
kata-kata sulit :
Nafara
: Berangkat perang
Laula : kata-kata berarti anjuran
Dan dorongan melakukan sesutu yang
disebutkan sesudah kata-kata tersebut, apabila hal itu terjadi dimasa yang akan
datang. Tapi laula juga berarti kecaman atas meninggalkan perbuatan yang
disebutkan sesudah itu, apabila merupakan hal yang telah lewat. Apabila yang
dimaksud merupakan perkara yang mungkin dialami, maka bisa juga laula
berarti perintah mengerjakannya.
Al-firqah:
kelompok besar
At-ta’ifah :
kelompok kecil
Tafaqqaha: berusaha untuk mendalami dan memahami
suatu perkara dengan susah payah untuk memperolehnya.
Anzirahu
: menakut-nakuti dia.
Haziirahu : berhati-hati terhadapnya.
Pengertian
secara umum,Ayat ini menerangkan hukum mencari ilmu
dan mendalami
agama. Artinya bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara barjuang dengan
menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti serta menegakkan sendi-sendi
islam. Karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak
disyari’atkan keculi untuk benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan
dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik.
(122) Dan
tidaklah (boleh) orang-orang yang berimanituturutsemuanya.Tetapialangkahbaik-nyakeluardaritiap-tiapgolonganitu,
di antaramerekasatukelompok; supayamerekamemperdalampengertiantentang agama,
dansupayamerekamemberiancamankaummerekaapabilamerekakembalikepadakaummerekaitu,
supayamerekahati-hati.
Pengertian secara ijmal
Ayat ini
menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut perjuangan. Yakni,
hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya , bahwa pendalaman ilmu agama
itu merupakan cara berjuang dengan penyampaian bukti-bukti, dan juga merupakan
rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakkan sendi-sendi agama. Karena
perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali
untuk jadi benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan
oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik.
Menurut riwayat Al-kalabi dari ibnu
‘Abbas, bahwa dia menggatakan, “Setelah Allah mengecam keras terhadap
orang-orang yang tidak menyertai rasul dalam peperangan, maka tidak seorang pun
di antara kami yang tinggal untuk tidak menyertai bala tentara atau utusan
perang buat selama-lamanya. Hal itu benar-benar mereka lakukan, sehingga
tinggallah Rasulullah saw sendirian. Maka turunlah wahyu:
Penjelasan
وَمَاكَانَالْمُؤْمِنُونَلِيَنفِرُواْكَآفَّةً
Tidaklah patut bagi orang-orang Mu’min, dan juga tidak dituntut
supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar
menuju medan perjuangan. Karena perang itu sebenarnya fardhu kifayah, yang
apabila telah di laksanakan oleh sebagian maka gugurlah yang lain, bukan fardhu
‘ain yang wajib dilakukan setiap orang. Perang barulah menjadi wajib, apabila
Rasul sendiri keluar dan mengerahkan kaum Mu’min menuju medan perang.
Kewajiban
Mendalami Agama dan Kersiapan Untuk Mengajarkannya.
Mengapa
tidak segolongan saja, atau sekelompok kecil saja yang berangkat ke medan
tempur dari tiap-tiap golongan besar kaum Mu’min, seperti penduduk suatu negeri
atau suatu suku, dengan maksud supaya orang-orang Mu’min seluruhnya dapat
mendalami agama mereka. Yaitu, dengan cara orang yang tidak berangkat dan
tinggal di kota (Madinah). Berusaha keras untuk memahami agama, yang wahyu-nya
turun kepada Rasulullah saw. Hari demi hari berupa ayat-ayat, maupun yang
berupa hadits-hadits dari beliau saw. Yang menerangkan ayat-ayat tersebut, baik
dengan perkataan atau parbuatan. Disamping itu orang yang mendalami agama
memberi peringatan kepada kaumnya yang pergi perang menghadapi
musuh, apabila mereka telah kembahi ke dalam kota.
Artinya agar
tujuan utama dari orang-orang yang mendalami agama itu karena ingin membimbing
kaumnya, mengajarimereka dan memberi peringatan kepada mereka tentang akibat
kebodohan dan tidak mengamalkan apa yang mereka ketahui, dengan harapan supaya
mereka takut kepada Allah dan berhati-hati terhadap akibat kemaksiatan,
disamping agar seluruh kaum Mu’minin mengetahui agama mereka, mampu menyebarkan
da’wahnya dan membelanya, serta menerangkan rahasia-rahasianya bukan bertujuan
supaya memperoleh kepemimpinan dan kedudukan yang tinggi, atau bertujuan
memperoleh harta dan meniru orang zalim dan para penindas dalam berpakaian,
berkendaraan maupun dalam persaingan diantara sesama mereka.
Ayat
tersebut merupakan isyarat tentang kewajibannya dalam pendalaman agama dan
bersedia mengajarkannya ditempat-tempat pemukiman serta memahamkan orang-orang
lain kepada agama, sebanyak yang dapat memperbaiki keadaan mereka. Sehingga,
mereka tak bodoh lagi tentang hukum agama secara umum yang wajib diketahui oleh
setiap Mu’minin.
Orang-orang
beruntung, dirinya memperoleh kesempatan untuk mendalami agama dengan makasud
seperti ini, mereka mendapat kedudukan yang tinggi disisi Allah SWT. Membela
agama dan ajaran-Nya. Bahkan, mereka boleh jadi lebih utama dari para pejuang
pada selain situai ketika mempertahankan agama menjadi Wajib’ain bagi setiap
orang.[2]
2.
Tafsir Al-Azhar
Dengan susun
kalimat Falaulaa, yang berarti diangkat naiknya, maka tuhan telah
menganjurkan pembagian tugas. Seluruh orang yang beriman diwajibkan berjihad
dan di wajibkan pergi berperang meurut kesanggupan masing-masing, baik secara
ringan maupun berat. Maka dengan ayat ini Tuhan pun menuntun, hendaklah jihad
itu dibagi kepada jihad bersenjata dan berjihad memperdalam ilmu pengetahuan
dan pengertian tentang agama.Jika yang pergi ke medan perang itu bertarung
nyawa dengan musuh, maka yang tinggal di garis belakang memperdalam pengertian
(fiqh) tentang agama. Sebab tidaklah pula kurang penting jihad yang mereka hadapi.
Ilmu agama wajib diperdalam. Dan tidak semua orang akan sanggup mempelajari
seluruh agama itu ilmiah. Ada pahlawan di medan perang di tangan dan ada pula
pahlawan pahlawan di garis belakang mernung kitab. Keduanya pentingnya dan keduanya isi mengisi.Suatu
yang terkandung dalam ayat ini yang musti kita perhatikan yaitu alangkah
baiknya keluar dari tiap-tiap golongan itu, diantara mereka ada satu kelompok,
supaya mereka memperdalam pengertian tentang agama.
Jika dilihat sepintas, seakan-akan ada
pahlawan di antara ayat 42 yang meerangkan bahwa kalau seruan peperangan
(nafir) telah datang, hendaklah pergi berperang, biar ringan atau berat, muda
ataupun tua, bujang atau sudah berkeluarga dengan ayat 122 diatas. Sebab ayat
122 ini di jelaskan bahwa tidaklah baik jika orang yang beriman itu turut
semuannya. Padahal tidaklah kedua ayat ini bertentangan atau berlawanan dan
tidak pula terjadi nasikh-mansukh. Sebab ayat 122 ini masih jelas diterangkan
bahwa golongan-golongan itu keluar apabila panggilan sudah datang.
Mereka semuanya datang kepada Rasulullah mendaftarkan dirinya. Tetapi hendaklah
dari golongan-golongan yang banyak itu datang barbondong kepada
Rasulullah, ada satu kelompok (Thaifatun), yang bersungguh-sungguh
memperdalam pengetahuannya dalam hal agama.
Tegasnya adalah bahwa semua golongan itu
harus berjihad, turut berjuang. Tetapi Rasulullah kelak membagi tugas mereka
masing-masing. Ada yang berjihad ke garis muka dan ada yang berjihad di garis
belakang. Sebab itu maka kelompok kecil yang memperdalam pemgetahuanya tentang
agama itu adalah sebagian dari pada jihad juga.
Pada ujung ayat 122 intinya adalah
kewajiban dari kelompok yang tentu memperdalam faham agama itu, yaitu supaya
dengan pengetahuan mereka yang lebih
dalam, mereka dapat memberikan peringatan dan ancaman kepada kaum mereka
sendiri apabila mereka kembali pulang supaya kaum itu berhati-hati. Dengan
adanya ujung ayat ini nampaklah tugas yang berat dalam islam.
Aplikasi dalam
kehidupan
Berdasarkan ulasan beberapa macam tafsir diatas, maka dapat diambil
pelajaran untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari abtara lain :
1.
Kewajiban mendalami agama dan kesiapan untuk mengajarkannya,
Maksudnya, Tidaklah patut bagi
orang-orang mukmin, dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat
menyertai setiap utusan perang yang keluar menuju medan perjuangan. Karena
menuntut ilmu itu merupkan suatu kewajiban sehingga menuntut ilmu mempunyai
derajat yang sangat tinggi. Sehingga di sejajarkan dengan orang yang perang
dijalan Allah.
2.
Hasil dari pembelajaran itu tidak hanya untuk dirinya sendiri
tetapi diharapkan mampu untuk menyampaikan terhadap orang lain.
3.
Agar tujuan utama dari oraang-orang yang mendalami agama itu karena
ingin membimbing kaumnya, mengajari mereka dan memberi peringatan kepada mereka
tentang akibat kebodohan dan tidak mengamalkan apa yang mereka ketahui, dengan
harapan supaya mereka takut kepada Allah dan berhati-hati terhadap akibat
kemaksiatan, di samping itu agar seluruh kaum Mu’minin mengetahui agama mereka,
mampu menyebarkan dakwahnya dan pembelanya, serta menerangkan
rahasia-rahasianya kepada seluruh umat manusia.
B.
Aspek-Aspek Tarbawi
Dari beberapa penjelasan mengenai tafsir Qs.At-Taubah : 122, maka
dapat diambil hikmah pendidikan yang ada di dalamnya, antara lain:
1.
Seorang muslim seharusnya mencintai Rasul Muhammad Saw, melebihi
cintanya terhadap diri sendiri. Cinta tersebut diwujudkan dalam bentuk
meneladani dan melanjutkan perjuangan beliau.
2.
Belajar untuk menghilangkan kebodohan dan untuk mendapat ridha
Allah SWT.
3.
Membagi ilmu pengetahuan yang kita punya kepada orang lain ganjaran
yang besar menanti setiap pejuang di jalan Allah swt, baik perjuangan fisik
maupun materi atau pikiran, betapa pun kecilnya.
[1]M. Yusuf, Kadar. 2013. Tafsir Tarbawi. Jakarta: Amzah
[2]Ahmad Musthofa Al-Maraghi,Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 9, CV.
Toha Putra, Semarang,hlm 83-86
PROFIL
Nama : Isla Nur
Sabilla
Alamat :
Sidorejo Comal Pemalang
Tempat, Tanggal
Lahir : Pemalang, 27 Agustus
1996
Riwayat
Pendidikan : MI MAHADUL
MUTTA’ALIMIN
MTS MAHADUL MUTA’ALIMIN
SMAN 1 WIRADESA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar