Laman

new post

zzz

Rabu, 07 September 2016

TT1 D 1b Nilai Orang Berilmu QS. AL MUJADALAH 11

NILAI ORANG YANG BERILMU
QS. AL MUJADALAH 11
Naila Zulfa
(2021115002)
 Kelas D

JURUSAN TARBIYAH PAI
INSTITUT AGAMA NEGERI ISLAM (IAIN)
PEKALONGAN
2016


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Nilai Orang yang Berilmu”
. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam. Dan juga kami berterima kasih kepada bapak Muhammad Hufron MSI, selaku dosen mata Tafsir Tarbawi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenaiTafsir Tarbawi. Semoga makalah ini dapat di pahami dan bermanfaat bagi kita semua. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.




Pekalongan, 4 september 2016

Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslahRasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yangmenggunakan akal dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal ini  terjadi  karena  tidak  seimbangnya ilmu dunia dan akhirat . Ilmu pengetahuan dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmuagama atau akhirat. Orang yang berpengetahuan luas tapi tidak tersentuh ilmu agamasama sekali, maka dia akan sangat mudah terkena bujuk rayu syaitan untuk merusak  bumi, bahkan merusak sesama manusia dengan berbagai tindak kejahatan. Disinilahalasan mengapa ilmu agama sangat penting dan hendaknya diajarkan sejak kecil. Kalau bisa, ilmu agama ini lebih dulu diajarkan kepada anak sebelum anak tersebut menerimailmu dunia. Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahayaIslam. Oleh karena itu, manusia membutuhkan terapi agar menjadi makhluk yang muliadan dimuliakan oleh Allah SWT.





B.     “Kedudukan Orang Berilmu (Nilai Orang Yang Berilmu)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًٌ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ‘berlapang-lapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan; ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mngetahui apa yang kamu kerjakan,” (Q.S Al-Mujadilah, 58; 11)

C.    Apa Arti Penting Tema Ini Untuk di Kaji ?
Surat Al- Mujadilah 11 sangat penting untuk dikaji dan dipelajari karena di dalam surat ini terkandung banyak nilai-nilai kehidupan yang sangat baik untuk di laksanakan. Contohnya seperti memiliki akhlaq yang baik, dan perintah memberi kelonggaran dalam suatu majelis dan tidak merapatkannya apabila hal itu mungkin, sebab yang demikian ini akan menimbulkan rasa cinta di dalam hati dan kebersamaan dalam mendengarkan hukum-hukum agama.  Orang yang melapangkan kepada hamba-hamba Allah pintu-pintu kebaikan dan kesenangan, akan dilapangkan baginya kebaikan-kebaikan didunia dan akhirat.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori Pengertian
1.      Pengertian Nilai Moral
Etika yaitu pembahasan tentang baik-buruknya perilaku manusia berdasrkan dalil-dalil tertentu, bila dalil naqli (Al-Qur’an hadist)  namanya akhlaq, bila dalil aqli namanya etika, dan bila bersandar pada budaya masyarakat namanya moral. [1]
B.     Tafsir Ayat
1.      Tafsir Al-Misbah
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ‘berlapang-lapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan; ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mngetahui apa yang kamu kerjakan,” (Q.S Al-Mujadilah, 58; 11)[2]
Larangan berbisik yang diuraikan oleh ayat-ayat yang lalu merupakan salah satu tuntunan akhlak guna membina hubungan harmonis antara sesama. Berbisik di tengah orang lain mengeruhkan hubungan melalui pembicaraan itu. Ayat diatas masih merupakan tuntunan akhlaq. Ayat ini menyangkut perbuatan dalam satu majelis. Ayat diatas memberi tuntunan bagaimana menjalin hubungan harmonis dalam satu majelis. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamuoleh siapa pun: “berlapang-lapanglah, yakni berupayalah dengan sungguh-sungguh walau dengan memaksakan diri untuk memberi tempat orang lain, dalam majelis-majelis, yakni suatu tempat, baik tempat duduk maupun bukan untuk duduk, apabila diminta kepada kamuagar melakukan itu maka lapangkanlah tempat itu untuk orang lain itu dengan sukarela. Jika kamu melakukan hal itu tersebut, niscaya Allah akan melapangkansegala sesuatu buat kamu dalam hidup ini. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu ke tempat yang lain, atau untuk diduduki tempatmu buat orang yang lebih wajar, atau bangkitlah untuk melakukan sesuatu seperti untuk shalat dan berijtihad, maka berdiri dan bangkit-lah , Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu, wahai yang memperkenankan tuntunan ini, dan orang-orang yang diberi ilmupengetahuan beberapa derajat kemuliaan didunia dan diakhirat dan Allah terhadap apa yang kamu kerjakan sekarang dan masa datang Maha Mengetahui.

            Ada riwayat menyatakan bahwa ayat diatas turun pada hari jum’at. Ketika itu, Rasul saw. Berada disuatu tempat khusus buat para sahabat yang terlibat dalam perang Badar karena besarnya jasa mereka. Nah, ketika majelis berlangsung beberapa orang dianta sahabat-sahabat tersebut hadir, lalu mengucapkan salam kepada Nabi saw. Nabi pun menjawab, selanjutnya mengucapkan salam kepada hadirin, yang juga di dijawab, namun mereka tidak memberi tempat. Para sahabt itu terus saja berdiri. Maka, Nabi saw memerintahkan kepada sahabt-sahabanya yang lain yang tidak terlibat dalam perang Badar  untuk mengambil tempat lain agar para sahabat yang berjasa itu duduk didekat Nabi saw. Perintah Nabi itu mengecilkan hati mereka yang disuruh berdiri berdiri dan ini digunkan oleh kaum munafikin untuk memecah belah dengan berkata: “ Katanya Muhammad berlaku adil, tetpai ternyata tidak “. Nabi yang mendengar kritik itu bersabda : “ Allah merahmati siapa yang memberi kelapangan bagi saudaranya”. Kaum berimna menyambut tuntunan Nabi dan ayat di atas pun turun mengukuhkan perintah dan sabda Nabi itu.
            Apa yang dilakukan Rasul saw, terhadap sahabat-sahabat beliau yang memiliki jasa besar itu dikenal juga dalam pergaulan internasional dewasa ini. Kita mengenal ada yang dinamai peraturan protokolerm dimana penyandang kedudukan terhorat memiliki tempat-tempat terhormat di samping kepala Negara karena memang, seperti penegasan Al-Qur’an , bahwa yang artinya: Tidaklah sama antara mukmin yang duduk selain yang mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad dijalan Allah denga harta mereka dan jiwa mereka. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan diri mereka  atau orang-orang yang duduk, satu derajat. Kepada masing-masing Allah menjanjikan pahala yang besar.(QS.al-Hadid 57 : 10).
            Kata (تفسحوا) tafassahudan (افسحوا)ifsahuterambil dari kata (فسح)fasahayakni lapang. Sedang, kata (انشزوا) unsyzuterambil dari kata (نشوز)nusyuz, yakni tempat yang tinggi. Yang dimaksud disini pindah ketempat lain untuk memberi kesempatan kepada yang lebih wajar duduk atau berada di tempat yang wajar ppindah itu atau bangkit melakukan satu aktivitas positif. Ada juga yang memahaminya berdirilah dari rumah Nabi, jangan berlama-lama disana, karena boleh jadi ada kepentingan Nabi saw. yang lain dan yang perlu segera beliau hadapi.
            Kata (مجا لس)majalisadalah bentuk jamak dari kata (مجلس)majlis. Pada mulanya berarti tempat duduk. Dalam konteks ayat ini adalah tempat Nabi Muhammad saw. memberi tuntunan agama ketika itu. Tetapi, yang dimaksud disini adalah tempat keberadaan agama secara mutlak, baik tempat duduk, tempat berdiri, atau bahkan tempat berbaring. Karena, tujuan perintah atu tuntunan ayat ini adalah memberi tempat yang wajar serta mengalah kepada orang-orang yang dihormati atau yang lemah. Seorang non muslim sekalipun jika anda wahai yang muda duduk dibus, sedang dia tidak mendapat tempat duduk, adalah wajar dan beradab jika Anda berdiri untuk memberinya tempat duduk.
            Al-Qurthubi menulis bahwa bisa saja seseorang mengirim pembantunya kemasjid untuk mengambilkan untuknya tempat duduk, asalkan sang pembantu berdiri meningggalkan tempat itu ketika yang mengutusnya datang dan duduk. Di sisi lain, tidak diperkenankan meletakkan sajadah atau semacamnya untuk menghalangi orang lain untuk duduk ditempat itu.
            Ayat diatas tidak menyebut secara tegas bahwa Allah akan meninggikanderajat orang yang berilmu. Tetapi, menegaskan bahwa mereka memiliki derajat, yakni yang lebih tinggi dari pada yang sekedar beriman. Tidak disebutnya kata meninggikanitu sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang berperanan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor di luar ilmu itu.
            Tentu saja, yang dimaksud dengan (الذين اوتوالعلم) aladzina utu al-ilm/ yang diberi pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat diatas membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang pertama sekadar beriman dan beramal salaeh dan yang kedua beriman dan beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini menjadi lebih tinggim bukan saja karena ilmu yang disandangnya , tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain, baik secara lisan, atau tulisan, maupun dengan keteladanan.
            Ilmu yang dimaksud oleh ayat diatas bukan saja ilmu agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Dalam QS.Fathir (35): 27-28, Allah menguraikan sekian banyak makhluk Illahi dan fenomena alam, lalu ayat tersebut ditutup dengan menyatakan bahwa: Yang takutdan kamgum kepada Allah dan hamba-hamba-Nya hanyalah ulama,. Ini menunjukkan bahwa ilmu dalam pandangan Al-Qur’an bukan hanya ilmu agama. Di sisi lain, itu juga menunjukkan bahwa ilmu haruslah menghasilkan khassyah, yakni rasa takut dan kagum kepada Allah, yang pada gilirannya mendorong yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya untuk kepentingan makhluk. Rasul saw, sering kali berdoa : Allahumma inni a’udzu bika min ‘ilm(in) la yanfa’ (aku berlindung kepada-Mu gdari ilmu yang tidak bermanfaat).
2.      Tafsir Al-Maraghi
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya :  “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ‘berlapang-lapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan; ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mngetahui apa yang kamu kerjakan,” (Q.S Al-Mujadilah, 58; 11)
a.       Penafsiran kata-kata sulit
تَفَسَّحُوا : lapangkanlah dan hendaklah sebagian kamu melapangkan kepada sebagian yang lain. Ini berasal dari kata mereka isfah ‘Anni, artinya menjauhlah dariku.
يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ : Allah melapangkan rahmat dan rezekinya untukmu.
انْشُزُوا : bangkitlah untuk memberi kelapangan kepada orang-orang yang datang.
فَانْشُزُوا : bangkitlah kamu dan jangan berlambat-lambat.
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا : Allah meninggikan kedudukan mereka pada hari kiamat.
وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ : Allah meninggikan orang-orang yang berilmu di antara mereka , khususnya derajat-derajat dalam kemuliaan dan ketinggian kedudukan.
b.      Pengertian secara umum
Sesudah allah melarang para hamba dari berbisik-bisik mengenai dosa dan pelanggaran yang menyebabkan permusuhan, Allah memerintahkan pada mereka sebab kecintaan dan kerukunan diantara orang-orang mukmin. Dan di antara sebab kecintaan dan kerukunan itu adalah melapangkan tempat di majlis( pertemuan) ketika ada orang yang datang, dan bubar apabila diminta dari kalian untuk bubar.
            Apabila kalian melakukan demikian itu, maka Allah akan meninggikan tempat-tempat kalian didalam surga-surgaNya dan menjadikan kalian termasuk orang-orang yang berbakti tanpa kekhawatiran dan kesedihan.[3]
C.    Aplikasi Dalam Kehidupan
Ayat di atas memberikan tuntunan, bagaimana menjalin hubungan yang harmonis. Ayat ini menyeru kaum beriman bahwa apabila dikatakan kepada siapa pun: “ Berupayalah dengan sungguh-sungguh, walau dengan memaksakan diri untuk memberi tempat orang lain dalam majelis-majelis, baik tempat itu tempat duduk maupun bukan tempat duduk, maka lapangkanlah tempat itu dengan suka rela agar kamu dapat berbagi dengan orang lain. Jika itu kamu lakukan niscaya Allah akan melapangkan segala sesuatu bagi kamu dalam hidup ini: dan apabila dikatakan “ berdirilah ke tempat lain, atau untuk diduduki tempatmu oleh orangyang lebih wajar, atau bangkitlah untuk melakukan sesuatu seperti untuk shalat dan ber ijtihad, maka berdiri dan bangkitlah. Allah swt. akan meninggikan derajat orang-orang beriman diantara kamu, wahai yang memperkenankan tuntunan ini dan oarang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, peninggian dengan beberapa derajat kemuliaan di dunia dan di akhirat. Allah swt. maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan sekarang dan masa datang. [4]
D.    Aspek Tarbawi
Aspek tarbawi dari surat di atas adalah : [5]
1.      Berbagi dengan orang lain baik menyangkut tempat duduk, maupun selainnya, merupakan salah satu pertanda akhlaq yang mulia dan pendorong lahirnya hubungan harmonis.
2.      Memberi/ menetapkan tempat-tempat istimewa bagi yang berjasa/ yang dihormati, seperti orang tua dan guru, merupakan cara yang terpuji. Rasul saw. pun melakukan hal tersebut , antara lain, terhadap yang terlibat dalam perang badar.
3.      Yang beriman dan berilmu mempunyai derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang sekedar beriman tanpa berilmu. Ketinggian itu bukan saja karena amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan, atau tulisan maupun keteladanan.

















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Tema utama surat ini adalah persoalan zhihar, di samping uraian tentang etika yang hendaknya diperhatikan dalam majelis-majelis, serta apa yang hendaknya dilakukan sebelum menghadap Nabi Muhammad, dengan kata lain tema surat ini merupakan pendidikan bagi masyarakat yang didalamnya mengajak kita menjadi pribadi yang ber akhlaq mulia, karena Allah mengetahui segala perbuatan kita, jika kita berbuat baik maka allah pun akan membalas dengan kebaikan begitu juga sebaliknya .
B.     PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun dengan segala kemampuan dan keterbatasan kami. Maka dari itu, kritik dan saran selalu kami tunggu demi perbaikan. Dan semoga makalah ini mudah difahami dan bermanfaat di masa yang akan datang.















DAFTAR PUSTAKA

Khanafie imam, filsafat islam pendekatan tematik, stain press, pekalongan: 2006
Shihab Quraishi, Tafsir Al- Misbah, Lentera Hati,Jakarta: 2002
Shihab Quraishi , Al Lubab, Lentera Hati, Tanggerang: 2012
Musthofa Ahmad, terjemah tafsir al maraghi, semarang 1986
























TENTANG PENULIS
NAILA ZULFA lahir di Desa Sidorejo- Comal- Pemalang, pada tanggal 30 September 1996. Masa kanak-kanaknya pagi sekolah di TK Salafiyah Sidorejo dan sore hari sekolah di TPQ Salafiyah Sidorejo. Setelah tamat dari SD N 01 Sidoerjo saya melanjutkan untuk menimba Ilmu di Pondok Pesantren Ribatul Muta’allimin Pekalongan , tidak hanya itu saya juga melanjutkan pendidikan formal di MTs dan MA Ribatul Muta’allimin dari tahun 2009-2015 . dan Pendidikan non formal di Madrasah Diniyah ibtida’iyah sampai Madrasah Diniyah Aliyah di Pondok itu juga dari tahun 2009-2016.
            Tahun 2015 mengambil jurusan Tarbiyah PAI di STAIN Pekalongan.Dalam kesehariannya, saya sebagai Mahasiswa STAIN Pekalongan, dan Guru di TPQ Salafiyah Sidorejo.




[1]Imam khanafieal-jauharie, filsafat Islam pendekatan tematik(pekalongan: stain perss 2006) hlm 6
[2]M. Quraish Shihab, tafsir al misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm 488-491

[3]Ahmad musthofa al maraghi, tafsir al maraghi, (semarang CV Toha Putra1986) hlm21-23
[4]M. Quraish Shihab, Al Lubab(Tanggerang, Lentera Hati 2012)cet I hlm201-202
[5]Ibid hlm 204

Tidak ada komentar:

Posting Komentar