TUJUAN PENDIDIKAN "UMUM"
(Cari Ridho Allah)
Q.S Al-Bayyinah: 8
Atika Riskiadin (2021115083)
Kelas
: A
FAKULTAS
TARBIYAH / PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016
Kata Pengantar
Alhamdulillahhoribbil’alamin, Segala puji bagi Allah
Tuhan semesta Alam. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Rosuluallah
SAW. Penulis bersyukur kepada Illahi Robbi yang telah memberi Hidayah serta
Taufiq-Nya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul TUJUAN PENDIDIKAN UMUM
(Cari Ridho Allah) Q.S Al-Bayyinah:8 telah terselesaikan guna memenuhi mata
kuliah Tafsir Tarbawi I.
Dengan
ucapan syukur alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tugas mencari
Tafsir Tarbawi I, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
- Bapak Dr. Ade Dedi Rohayana,M.Ag selaku ketua IAIN Pekalongan
- Bapak Drs.H.M.Muslih Husein,M.Ag selaku wakil ketua III IAIN Pekalongan
- Bapak M. Ghufron Dimyati,M.S.I selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi I;
- Bapak dan ibu selaku kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan moral, materiil serta motivasinya;
- Segenap Staf Perpustakaan IAIN Pekalongan yang telah memberikan bantuan referensi-referensi buku rujukan;
- Mahasiswa Prodi PAI kelas A yang telah memberikan bantuan, dukungan dan motivasinya;
- Serta semua pihak yang telah memberikan dukungan moral dan materiilnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.
Hanya kepada Allah jugalah kami memohon keridho’an dan
taufikNya, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Pekalongan,
16 September 2016
Penulis
BAB I
Pendahuluan
Latar
Belakang
Sebagai makhluk yang paling sempurna (manusia) kita
diwajibkan untuk selalu mencari ilmu, dari buaian sampai keliang lahat, karena
manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, yang memiliki, akal,
pikiran, dan hawa nafsu, yang semuanya harus digunakan dengan baik, karena akan
dipertanggungjawabkan dihadapan illahi robbi. Tujuan diciptakannya manusia
dimuka bumi ini salah satunya untuk menjadi khalifah(pemimpin). Maka dari itu,
kita harus mencari ilmu agar kita mendapatkan ilmu tesebut. Tujuan pendidikan
adalah untuk mencari ridha Allah. Bukan untuk mencari kekayaan dunia, dan juga
bukan untuk kesombongan. Apapun yang kita kerjakan hanyalah untuk mendapatkan
ridha Allah. Maka kita harus mengerjakan apa perintahnya, dan menjauhi segala
larangannya. Karena semua yang kita kerjakan ada balasannya dari Allah.
Allah berfirman
dalam Q.S.
Al-Bayyinah: 8
Artinya: Balasan mereka
di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan
merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang
takut kepada Tuhannya.
Arti Penting
Kita
sebagai seorang hamba seharusnya kita ridha terhadap apa yang sudah Allah
berikan kepada kita. Kita harus menerima dengan senang hati dan lapang dada,dan
meyakini bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Allah SWT. Tidak meanentang
hukum dan ketentuan Allah. Dan setiap kejadian pasti ada khikmahnya, tinggal
bagaimana cara kita menyikapinya. Jika kita sudah berpikir posif kepada Allah,
kita pasti akan mengambil kesimpulan yang baik. Jika sikap itu sudah tertanam
pada jiwa manusia, dan diamalkannya insya Allah kita juga akan mendapat ridha
dari Allah. Dan Allah akan memberi balasan kepada hambanya berupa surga and,
yaitu bagi orang-orang yang takut kepada Allah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ridha
Ada 3 pendapat
tentang ridha ini:
1.
Ridha termasuk satu kedudukan yang mulia, yaitu puncak
dari tawakal. Berarti hamba bisa mencapai ridha ini dengan usahanya, ini
merupakan pendapat para ulama Khurasan.
2.
Ridha termasuk keadaan dan tidak bisa diupayakan
hamba, tapi ridha ini turun ke hati hamba. Ini merupakan pendapat ulama Irak.
Perbedaan antara kedudukan dan keadaan, kedudukan diperoleh karena usaha,
sedangkan keadaan semata karena pemberian dan anugrah.
3. Golongan ketiga
ada diantara golongan pertama dan kedua. Menurut mereka, dua pendapat ini dapat
disatukan, bahwa permulaan ridha bisa diusahakan hamba, yang berarti termasuk
kedudukan, sedangkan kesudahannya termasuk keadaan dan tidak bisa diupayakan
hamba. Permulaannya merupakan kedudukan dan kesudahannya merupakan keadaan.[1]
Ridha kepada Allah merupakan dasar ridha kepada Allah.
Ridha terhadap Allah merupakan buah ridha kepada allah. Artinya, ridha kepada
Allah berkaitan dengan asma dan sifat-sifatnya, sedangkan ridha terhadap Allah
berkaitan dengan pahala dan balasannya. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam juga
mengaitkan rasa manisnya iman dengan orang yang ridha kepada Allah sebagai Rabb
dan tidak mengaitkannyadengan orang yang ridha terhadap Allah. Sebagaimana abda
beliau, “yang merasakan manisnya iman ialah orang yang ridha kepada Allah
sebagai Rabb, kepada Islam sebagai Agama, dan kepada Muhammad sebagai Rosul.” Beliau menjadikan ridha kepada Allah sebagai
pasangan ridha kepada Agama dan nabi-Nya. Tiga perkara ini merupakan
dasar-dasar agama.[2]
B. TAFSIR
1.
Tafsir Jalalain
جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ
رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ (Balasan mereka disisi Tuhan
mereka ialah Surga’and) sebagai tempat tinggal mereka تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
(yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah Ridha terhadap mereka) karena ketaatan mereka kepada-Nya
وَرَضُوا عَنْهُ (dan mereka
pun Ridha kepada-Nya)yakni merasa puas akan pahala-
ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ (Yang demikian itu
adalah-balasan- bagi orang yang takut kepada Tuhannya) maksudnya takut kepada
siksaan-Nya, yang karena itu lalu ia berhenti dari mendurhakai-Nya.[3]
2.
AL-MARAGHI
جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ
رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
أَبَدًا ۖ
Mereka akan Allah beri pahala berupa surga yang akan
menjadi tempat mereka untuk selamanya. Di dalam surga itu terdapat berbagai
kenikmatan dan kelezatan yang jauh lebih sempurna dibanding kenikmatan dan
kelezatan dunia.
Kita wajib beriman akan adanya surga, dan kita tidak
diperbolehkan memikirkan hakekat surga, letak surga, dan bagaimana cara kita
bersenang-senang di dalam surga. Sebab, yang mengetahui hakikat surga hanyalah
Allah, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Surga termasuk sesuatu yang
ghaib, hanya Allah sendirilah yang mengetahui.
Kemudian, Allah menjelaskan sebab-sebab mereka
menerima pahala. Karenanya, Allah berfirman dalam ayat berikut.
رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ
Mereka mendapat ridha dari Allah karena mereka telah
berpegang pada batasan-batasan syariat-Nya. Sebagai hasil dariperbuatan itu,
mereka menjadi terpuji, dan akhirnya mendapat keridhaan Allah, baik di dunia
maupun di akhirat.
ذَٰلِكَ لِمَنْ
خَشِيَ رَبَّهُ
Pahala yang baik itu hanya diperuntukkan bagi orang
yang hatinya penuh dengan taat dan rasa takut kepada Allah SWT.
Ayat ini mengandung ancaman kepada orang-orang yang
takut kepada selain Allah, dan peringatan keras kepada orang-orang yang menyekutukan Allah di dalam
amal perbuatannya. Ayat ini juga merupakan perintah atau anjuranuntuk
ber-dzikir dan takut kepada Allah disetiap mengerjakan perbuatan yang baik.
Sehingga, perbuatan-perbuatanyang dilakukan itu benar-benar bersih dan ikhlas
karena Allah.
Di dalam ayat ini juga terkandung isyarat yang
pengertiannya adalah, bahwa yang mengerjakan sebagian ibadah, seperti shalat
dan puasa yang hanya melakukan berbagai gerakan saja- tanpa adanya perasaan
takut kepada Allah, maka perbuatan tersebut tidak bisa dijadikan sebagai sebab
orang meraih pahala yang telah Allah sediakan kepada hamba-hambaNya yang saleh
dan beriman. Sebagai sebabnya ialah, karena perasaan takut kepada Allah itu
sama sekali tidak ada di dalam hati mereka, dan hatinya tidak menjadi bersih.[4]
3.
TAFSIR AL-AZHAR
“ Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah
syurga-syurga tempat menetap.”itulah pemberhentian dan penempatan terakhir, tempat istirahat menerima
hasil ganjaran dari kepayahan berjuang pada hidup yang pertama di dunia; “yang
mengalir dibawahnya sungai-sungai,” sebagai lambang kiasan dari kesuburan
dan kesejukan, tepung tawar untuk ketentraman (muthmainnah), kesuburan yang
tiada pernah kering; “ kekal mereka padanya selama-lamanya,” nikmat yang
tiada pernah kering rahmat yang tiada pernah terhenti, tidak akan keluar lagi
dari dalam nikmat itu ialah; “Allah bridha kepada mereka,”Allah senang,
Allah menerima mereka dengan tangan terbuka dan penuh rahman, sebab tatkala di
dunia mereka taat dan setia; “Dan mereka pun ridha kepadaNya,”ridha yang
seimbang balas membalas, kontak mengontak, bukan laksana bertepuk sebelah tangan.
Karena Iman dan keyakinan jualah yang mendorong mereka memikul beban perintah
Allah seketika mereka hidup dahulu, tidak ada yang dirasa berat dan tidak
pernah merasa bosan. “Yang demikian itulah untuk orang yang takut kepada
Tuhannya.”(ujung ayat 8).
Dengan ujung ayat ini diperkuatlah kembali tujuan
hidup seorang muslim. Tuhan meridhai mereka, dan mereka pun meridhai Tuhan.
Tetapi betapapun akrab hubungannya dengan Tuhan, namun rasa takutnya kepada
Tuhan tetap ada. Oleh sebab itu maka rasa sayang dan rasa cinta kepada Tuhan,
ridha meridhai dan kasih mengasihi tidaklah sampai menghilangkan wibawa,
kekuasaan, bahkan keangkuhan Tuhan di dalam sifat keagungan dan ketinggianNya.
Sebab itulah maka si muslim mengerjakan suruh dan menghentikan tegah. Dia
sangat mengharapkan dimasukkan kedalam syurga, namun disamping itu dia pun
takut akan diazab Tuhan dan dimasukkan ke dalam neraka.[5]
4.
Tafsir Ibnu Katsir
Allah
SWT berfirman, ‘’balasan mereka di sisi tuhan mereka,’’ yaitu pada hari kiamat
nanti, ‘’ialah surga And yang mengalir dibawahnya sungai – sungai;mereka kekal
didalamnya selama-lamanya, ‘’yaitu tidak pernah terhenti, terputus, dan kosong
dari kenikmatan. ‘’Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.
‘’Dan maqam ridha-Nya kepada mereka
lebih tinggi daripada semua kenikmatan besar yang telah diberikan kepada
mereka. ‘’Dan mereka pun ridha
kepada-Nya, ‘’terhadap apa yang telah dia berikan kepada mereka, berupa
karunia yang maha luas. Firman Allah Ta’ala, ‘yang demikian itu adalah
[balasan] bagi orang yang takut kepada tuhannya,’’ yaitu balasan ini hanyalah
akan diterima oleh orang yang takut dan
takwa kepada Allah, serta mengabadi kepada- nya seolah-olah dia melihat-Nya.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasullulah saw. Bersabda
yang artinya:
‘’maukah aku beritahukankepadamu tentang makhluk
yang paling baik?” mereka menjawab,
“Tentu saja, ya Rasulullah” Rasiuiiah kemudian berkata, “adalah seorang
yang memegang talikekang kudanya untuk di pacu di jalan Allah; setiap kali terdengar
suara teriakan mungsuh, dia segera duduk di atasnya. Maukah aku beri tabukan
lagi siapakah makhluk yang bersabdah,”seseorang yang berada di tengah-tengah
kambing gembala nya, namun dia mengerjakan salat dan menunaikan zakat. Dan
maukah aku beritahukan kepada kalian makhluk yang paling buruk?” mereka
menjawab, “tentu saja , ya Rasulullah” kata rasulullah saw., ‘yaitu, seseorang
yang diminta untuk kepentingan agama allah, namun dia tidak mau memberikannya.”[6]
C. Aplikasi
dalam kehidupan sehari-hari
Dalam kehidupan sehari-hari, apapun yang kita lakukan
tujuan utamanya haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Dan harus mempunyai
rasa takut kepada Allah. Karena Allahlah pemilik alam semesta ini, manusia
hanyalah seorang makhluk, maka apapun yang dilakukan manusia akan diminta
pertanggung jawabannya. Oleh sebab itu, kita harus selalu berhati-hati dalam
beraktifitas, kita harus berjalan pada jalan yang sudah ditentukan oleh Allah,
karena jika kita melanggar perintah Allah, kita tidak akan mendapat ridha-Nya.
Misalkan, kita mencari ilmu, berarti niat kita yang pertama adalah mencari ilmu
karena Allah. Mau jadi apa kita nantinya terserah Allah, karena hanya allahlah
yang menentukan nasib kita.
D. Aspek
Tarbawi
a.
Mempunyai rasa takut yang tinggi kepada Allah, takut
karena apa yang kita lakukan tidak mendapat ridha dari Allah.
b.
Harus menerima apapun yang terjadi pada kita dengan
lapang dada (ikhlas).
c.
Tidak boleh mencela pemberian Allah.
d.
Harus mensyukuri apapun yang kita miliki. Karena jika
kita bersyukur, berarti Allah meridhoi kita, dan akan menambah nikmah kepada
kita.
e.
Bersikap rendah hati, tidak boleh sombong, karena pada
hakikatnya semua yang kita miliki milik Allah.
f.
Selalu berhati-hati dalam melakukan sesuatu,
(melaksanakan perintah Allah). Jika kita melakukan hal yang dilarang Allah,
kita tidak akan mendapatkan ridha Allah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam Q.S Al-Bayyinah:8 Allah menjelaskan tentang
balasan orang-orang yang ridha kepada
Allah. Jika orang sudah ridha kepada Allah, dan melakukan sesuatunya hanya
karna ingin mendapatkan ridha Allah. Maka Allah akan meridhoi kita, dan akan
memberikan balasan berlipat di akhirat nanti. Seperti surga yang dibawahnya
mengalir sungai-sungai. Hanyalah untuk orang-orang yang melaksanakan perintah
Allah, dan mempunyai rasa takut kepada Allah. Kita tidak boleh mengharapkan
sesuatu kepada selain Allah. Hanya Allahlah yang wajib kita takuti, dan
melaksanakan segala perintahnya, serta menjauhi apa yang dilarangnya.
Daftar pustaka
Al-Jauziyah, 1998. MADARIJUS SALIKIN PENDAKIAN
MENUJU ALLAH.
Jakarta:Pustaka Al-Kautsar.
Al-Maraghi Ahmad Musthofa, 1993. Tafsir Al-Maraghi
30. Semarang: PT. Karya
Toha Putra.
Hamka, 1982. Tafsir Al-Azhar Juz XXX. Jakarta:
Pustaka Panjimas.
Al-mahadi, imam jalaluddin dan A-Suyuti Imam
jalaludin, 2010. Terjemahan Tafsir
Jalalain berikut asbabun nuzul jilid 2. Bandung:
percetakan sinar baru
Algensindo.
Nasib Ar-Rifai’I Muhammad, 2000 Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 4. Jakarta: Gema Insani.
PROFIL
Nama : Atika Riskiadin
Tempat, Tanggal
Lahir: Pekalongan, 06 AGUSTUS 1997
Ayah dan Ibu : Nuridin dan Suparti
Alamat : Dk.Doro Mantek
Ds.Dororejo kec Doro Kab.Pekalongan.
Riwayat
pendidikan :- SDN 03 DOROREJO
- SMP N 01
DORO
-SMK BB
DARUL AMANAH SUKOREJO KENDAL
Motto : MAN JADDA WAJADA
Cita-cita : Menjadi pendidik dimana
dan kapanpun berada.
[1] Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
MADARIJUS SALIKIN PENDAKIAN MENUJU ALLAH (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
1998), hlm.211.
[2] Ibid., hlm.
215
[3] IMAM JALALUDIN
AL-MAHALI IMAM JALALUDIN AS-SUYUTI, Tafsir Jalalain (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2010). Hlm 1365
[4] AHMAD MUSTHOFA
AL-MARAGHI, Terjemah Tafsir Al-Maraghi 30, Cet II. (Semarang: PT. Karya
Toha Putra, 1993), hlm. 376-377.
[5] Hamka, Tafsir
Al-Azhar Juz XXX (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1982), 236-237.
[6] Muhammmad Nasib
Ar-Rifa’I, kemudahan dari Allah Ringkasan
Tafsir Ibnu Katsir jilid 4 (Jakarta:Gema Insani, 2000), hlm.1024-1025.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar