Laman

new post

zzz

Selasa, 25 Oktober 2016

tt1 D 7b Karakter Allah sebagai Pendidik QS Al-Fatihah ayat 1-4

Karakter Allah sebagai Pendidik 
QS Al-Fatihah ayat 1-4


Mahfiroh 2021115176
Kelas D

Fakultas Tarbiyah / PAI
IAIN Pekalongan
2016



KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allāh SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia–Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasūlullāh SAW beserta keluarga, shahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan para pengikutnya yang selalu setia kepada Al Qur’ān dan As Sunnah sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penulisan makalah ini bukan hanya karena usaha keras dari penulis sendiri, akan tetapi karena adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin berterima kasih kepada :
1.   Bpk. Dr. H. Ade Dedi Rohayana, M.Ag., selaku Rektor IAIN Pekalongan
2.   Bpk. Dr. M. Sugeng Sholehuddin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Pekalongan
3.   Bpk. Dr. H. Salafudin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam
4.   Bpk. Muhammad Ghufron, MSI, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Tafsir Tarbawi I
5.   Orang tua (Bapak dan Ibu) yang sudah mendukung saya dalam mengikuti perkuliahan di IAIN Pekalongan
6.   Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis minta maaf kepada semua pihak yang merasa kurang berkenan. Namun demikian, penulis selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Kiranya makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membacanya. Terima kasih.

Pekalongan, 18 Oktober 2016


Mahfiroh
2021115176






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Al-Fatihah merupakan surah mulia yang terdiri dari tujuh ayat berdasarkan konsensus kaum muslimin. Ia dinamakan Al-Fatihah (pembuka) karena kedudukannya sebagai pembuka semua surah yang terdapat dalam Al-Quran. Ia diletakkan pada lembaran awal untuk menyesuaikan urutan surah dan bukan berdasarkan urutan turunnya. Walaupun ia hanya terdiri beberapa ayat dan sangat singkat namun ia telah menginterpretasikan makna dan kandungan Al-Quran secara komprehensif. Pada surat Al-Fatihah ayat 1-4 ini.
Al Fatihah juga mengandung dasar-dasar Islam yang disebutkan secara global, pokok dan cabang agama, akidah, ibadah, tasyri’, keyakinan akan hari akhir, iman kepada sifat-sifat Allah, menunggalkan Allah dalam hal beribadah, memohon pertolongan, berdoa, meminta hidayah untuk berpegang teguh kepada agama yang benar dan jalan yang tidak menyimpang, diteguhkan dan dikokohkan untuk senanatiasa berada di atas jalan iman dan manhaj orang-orang yang shaleh, memohon perlindungan agar terhindar dari jalan orang-orang yang sesat.
B.    Judul
Subyek Pendidikan Hakiki “Karakter Allah sebagai pendidik”

C.    Nash
D.    Arti
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2.Segala puji  bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3.Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
4.Yang menguasai hari Pembalasan.

E.    Tujuan dikaji
1.      Untuk menegetahui makna Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma’ wasifat
2.      Untuk mengetahui gambaran besarnya rahmat Allah terhadap makhluk-Nya
3.      Untuk menegetahui sifat-sifat Allah yaitu Ar-Rahman Ar-Rahim untuk
4.      Untuk mengetahui bahwa sesesungguhnya di akhirat nanti akan ada hari pembalasan

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori
Ø  Pengertian Karakter
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti: Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.
Ø  Pengertian Pendidik
Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Sementar itu secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensinya, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.[1]
Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT. dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.
Ø  Karakter Allah Sebagai Pendidik
      Dengan adanya sifat Allah yaitu ar-Rahman ar-Rahim yang menunjukkan betapa sempurna kasih sayang Allah  terhadap makhluk yaitu mencakup perintah dan larangan. walaupun pada umumnya perintah dan larangan itu tidak sejalan dengan dorongan nafsu manusia, serta terasa berat bagi manusia. Itu semua merupakan perlakuan Allah terhadap manusia atas dasar pemeliharaan, bimbingan dan pendidikan guna kemaslahatan



Ø  Karakter Pendidik
a)     Sifat lemah lembut dan kasih sayang
Rasulullah menyampaikan secara lebih tegas agar umatnya (termasuk pendidik) memiliki rasa  kasih sayang. Pendidik harus memiliki sifat kasih sayang kepada para peserta didik agar mereka dapat menerima pendidikan dan pengajaran dengan hati yang senang dan nyaman. Segala proses edukatif yang dilakukan oleh pendidik harus diwarnai oleh sifat ini.
b)     Mengembalikan Ilmu kepada Allah
Seorang pendidik harus memiliki sifat tawadhu, tidak merasa paling tahu atau serba tahu. Apabila ada hal-hal yang tidak diketahui dengan jelas, ia sebaiknya mengembalikan persoalan itu kepada Allah. Apabila ternyata ada hal yang diragukan atau belum diketahui sama sekali, jangan segan mengatakan, “Allah Yang Mahatahu.” Itu adalah salah satu bentuk sikap tawadhu seorang hamba.
c)     Memperhatikan keadaan peserta didik
Agar pendidikan dan pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif, pendidik perlu memperhatikan keadaan peserta didiknya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah minat, perhatian, kemampuan, dan kondisi jasmani peserta didik. Pendidik jangan sampai memberikan beban pelajaran yang melebihi batas kemampuan peserta didik.
d)     Berlaku dan Berkata Jujur
Seorang ilmuwan, guru, dan pendidik harus bersifat jujur dan terbuka. Apabila ditanya seseorang tentang suatu hal yang tidak diketahuinya, ia harus berani mengatakan tidak tahu. Jangan bergaya serba tahu. Jangan mengada-ada untuk menjaga gengsi keilmuwan.[2]

B.    Tasir dari Al-Quran Surat Al-Fatihah ayat 1-4
a.      Tafsir Al-Mishbah
 “Dengan nama Allah yang Rahman dan Rahim.”
Bismillahirrahmanirrahim yang terdiri dari sembilan belas huruf itu, adalah pangkalan tempat tempat muslim bertolak. Jumlah huruf-hurufnya sebanyak sembilan belas huruf. Dmikian pula dengan ucapan Hauqulah: La haula wa la quwata illa billah. Tiada daya (untuk memperoleh manfaat) dan ng upaya untuk (menolak mudarat) keuali dengan (bantuan) Allah kalimat ini pun ( bila ditulis dengan aksara yang digunakan Al-Quran) mempunyai sembilan belas huruf. Dengan demikian, permulaan dan akhir usaha setiap muslim adalah bersumber dan berakhir pada kekuasaan Allah yang Rahman dan Rahim, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang itu. Dalam QS. Al-Muddatstsir (74) : 30 dinyatakan bahwa penjaga masing-masing mempunyai sembilan belas huruf itu, dapat menjadi perisai bagi seseorang yang menghayati dan mengamalkan tuntunan kedua kalimat tersebut. Menjadi perisai terhadap kesembilan belas penjaga neraka itu.
 “Segala puji hanya bagi Allah pemelihara seluruh alam”
            Pada kata (الحمدالله) al-hamdu lillah/ segala puji bagi Allah, huruf lam/ bagi yang menyertai kata Allah mengandung makna pengkhususan bagi-Nya. Ini berarti bahwa segala puji hanya wajar dipersembahkan kepada Allah swt. Dia dipuji karena Dia yang menciptakan segala sesuatu dan segalanya diciptakan-Nya dengan baik serta dengan penuh “kesadaran”, tanpa paksaan. Kalau demikian, maka segala perbuatan-Nya terpuji dan segala yang terpuji merupakan perbuatan-Nya jua, sehingga wajar jika kita mengucapkan “segala puji hanya bagi Allah semata.”
            Kalimat Rabb al-alamin. Merupakan keterangan lebih lanjut tentang layaknya segala puji hanya tertuju kepada Allah swt.betapa tidak, Dia adalah Rab al-alamin. Dengan menegaskan bahwa Allah adalah Rabb al-alamin, ayat ini menenangkan manusia bahwa segalanya telah dipersiapkan Allah. Tidak ada satupun kebutuhan makhluk dalam rangka mencapai tujuan hidupnya yang tidak disediakan Allah, karena Dia adalah Pendidik dan Pemelihara seluruh alam.
 “Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”
            Dengan disebutkannya sifat Rahman dan Rahim, kesan tentang kuasa mutlak akan bergabung dengan kesan rahmat dan kasih sayang. Ini mengantar kepada keyakinan bahwa Allah swt. adalah Maha Agung lagi Maha Indah, Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Seakan akan dengan menyebut kedua sifat tersebut, Allah swt. mengundang para makhluk untuk datang  ke hadirat-Nya  demi memperoleh keridhaan-Nya, dan dengan demikian hati mereka menjadi lapang dan jiwa mereka menjadi tenang, apapun yang mereka alami dan bagaimanapun keadaan mereka.
 
“Pemilik hari Pembalasan”
            Ada dua bacaan populer menyangkut ayat ini yaitu Malik yang berarti Raja, dan  Malik yang berarti pemilik. Ayat keempat surah ini dapat dibaca dengan kedua bacaan itu, dan keduanya adalah bacaan Nabi saw. Berdasarkan riwayat-riwayat yang dapat dipertanggungjawabkan  kesahihannya (mutawatir).
            Kata Malik mengandung arti penguasaan terhadap sesuatu disebabkan oleh kekuatan pengendalian dan keshahihannya. Malik yang biasa diterjemahkan dengan raja adalah yang menguasai dan menangani perintah dan larangan, anugerah dan pencabutan dan karena itu biasanya kerajaan terarah kepada manusia dan tidak kepada barang yang sifatnya tidak dapat menerima perintah dan larangan
            Al-Quran menggunakan kata yaum dalam arti waktu atau periode yang terkadang sangat panjang menurut ukuran kita. Alam raya diciptakan dalam waktu enam hari. Enam hari di sini, bukan dalam arti 6 x 24 jam. Kelahiran Isa as. Juga dinamainya “hari kelahiran”, dan ini tentu hanya berlangsung beberapa saat.
            Kata ad-din, dalam ayat ini diartikan sebagai pembalasan atau perhitungan atau ketaatan, karena pada “hari” itu (hari Kiamat)  terjadi perhitungan dan pembalasan Allah, dan juga karena ketika itu semua makhluk tanpa kecuali menampakkan ketaatannya kepada Allah swt. dalam bentuk yang sangat nyata.[3]
b.     Tafsir Al-Quran Al-Karim
Dengan nama Allah yang Rahman dan Rahim.”
Paling sedikit ada dua arti yang dikemukakan dalam kesempatan ini.
 Pertama, bi yang diterjemahkan dengan kata “dengan” menyimpan satu kata yang tidak terucapkan  tetapi harus terlintas didalam benak ketika mengucapkan basmalah, yaitu kata “memulai”. Sehingga bismillah nberarti “saya atau kami memulai dengan nama Allah”. Dengan demkian kalimat tersebut menjadi semacam doa atau pernyataan dari pengucap, atau dapat juga diartikan juga sebagai perintah dari Allah (walaupun kalimat tersebut tidak berbentuk perintah).
Kedua, bi yang diterjemahkan dengan kata “dengan” itu, dikaitkan dalam benak dengan kata “kekuasaan dan pertolongan”. Pengucap basmalah seakan-akan berkata , “Dengan kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, pekerjaan yang sedang saya lakukan ini dapat terlaksana”. Pengucapnya ketika hidup (seharusnya) sar bahwa tanpa kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, apa yang sedang dikerjakannya itu tidak akan berhasil. Ia menyadari kelemahan dan keterbatasan dirinya tetapi pada saat yang sama setelah menghayati arti basmalah ini. Ia memiliki kekuatan dan rasa percaya diri karena ketika itu dia telah menyandarkan dirinya dan bermohon bantuan Allah Yang Maha Kuasa itu.
                       
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”
            Kata al-hamdu terdiri dari al dan hamd. Kata hamd sering kali diterjemahkan dengan “pujian” atau maknanya dianggap mirip atau persis sama dengan “syukur”, atau pula saling memperkaya makna.Namun pada hakikatnya dari segi bahasa kedua kata tersebut mempunyai makna yang berbeda. Ada tiga hal yang harus dipenuhi oleh yang dipuji sehingga dia atau perbuatannya layak mendapat pujian:; 1) Indah (baik), 2) diperbuat secara sadar dan 3) tidak terpaksa/dipaksa.
            Kata Al-hamdu dalam surah Al-Fatihah ini ditujukan kepada Allah.  kini berarti bahwa Allah dalam segala perbuatan-Nya  telah memenuhi kiga unsur yang disebutkan diatas.
            Kalimat Rabb al-alamin merupakan keterangan lebih lanjut tentang layaknya Allah SWT untuk mendapat pujian. Pertanyaan mengapa pujian harus dikembalikan dan ditujukan kepada Allah semata dijawab bahwa karena Dia adalah Tuhan Pemelihara seluruh alam.
                       
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
            Ar-Rahman dan Ar-Rahim dalam ayat ketiga ini bertujuan menjelaskan bahwa pendidikan dan pemeliharaan Allah sebagaimana disebutkan pada ayat kedua, sama sekali bukan untuk kepentingan Allah atau sesuatu pamrih seperti halnya seseorang atau satu perusahaan yang menyekolahkan karyawannya. Pendidikan dan pemeliharaan tersebut semata-mata ka. rena rahmat dan kasih sayang Tuhan yang dicurahkan kepada makhluk-makhluk-Nya. Demikian pendapat Muhammad Abduh.
                          Pemilik (Raja) Hari Pembalasan
            Ada dua bacaan yang populer dan sah menyangkut ayat 4 ini, yaitu ada yang memanjangkan mim (baca: Malik) yang diartikan “pemilik” dan ada pula yang memendekkannya (baca: Malik) yang berarti “Raja”. Seorang pemilik belum tentu menjadi raja, sebaliknya pemilikan seorang raja biasanya melebihi pemilikan pemilik yang bukan raja.
            Kata “raja” biasanya digunakan untuk menyebut penguasa atas manusia, sedang kata “pemilik” untuk penguasa atas harta yang tidak bernyawa. Atas dasar pertimbangan ini sementara ulama lebih senang bacaan yang berarti Raja karena ia memberi kesan keagungan dan kesabaran, di samping itu kata mereka Al-Quran mengisyaratkan bahwa Allah SWT adalah Raja pada hari pembalasan.[4]
c.      Tafsir Ibnu Katsir
                              Dengan menyebut nama  Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang
Abu Daud meriwayatkan dengan sanad yang sahih dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah saw. Tidak mengetahui pemisah surat sehingga diturunkanlah bismillahirrahmairrahim. Para ulama sepakat bahwa ia merupakan bagian ayat dri surat An-Naml, namun mereka ber-ikhtilaf apakah basmalah itu merupakan ayat yang tersendri pada awal setiap surat; ataukah kesendiriannya itu hanya dalam surat Al-Fatihah dan tidak pada surat lainnya; atau ia merupakan pemisah diantara suarat. Pendapat yang paling shahih menyatakan bahwa ia merupakan pemisah antarsurat, sebagaimana tadi dikemukakan oleh Inu Abbas yang diriwayatkan oleh Abu Daud. Barangsiapa yang berpandangan bahwa ia termasuk dan orang yang tidak berpendapat demikian, berarti membacanya harus zahir dalam sholat, dan orang yang tidak berpendapat demikian, berarti membacanya secara sir (tidak keras).
                       
                        Segala puji kepunyaan Allah, Rabb semesta alam. (1)
“Segala puji kepunyaan Allah,” yakni rasa syukur hanya dipersembahkan kepada Allah semata, bukan kepada perkara yang disembah selain Dia dan bukan kepada seluruh perkara yang diciptakan-Nya, karena Dia telah menganugerahkan nikmat kepada hamba-hamba-Nya yang tak terhingga jumlahnya dan tidak ada seorangpun, selain Dia, yang mengetahui jumlahnya, serta tidak seorangpun diantara mereka yang berhak menerima rasa syukur. Oleh karena itu, bagi Rabb kitalah segala puji, baik pada masa awal maupun akhir.
“Alif” dan “Lam” pada al-hamdu ditujukan untuk mencakup segala jenis dan ragam pujian itu kepunyaan Allah Ta’ala.
                       
                        Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (2)
Ar-rahman ar-rahim merupakan dua nomina yang berasal dari kata ar-rahmah dan ditujukan untuk menunjukkan makna “sangat”. Ar-rahman lebih tegas daripada ar-rahim. Ar-Rahman merupakan nomina berfleksi
Al-Qurthubi berkata demikian. Allah menyifati diri-Nya dengan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang setelah kata “Rabbsemesta alam”, tiada lain kecuali untuk menyenangkan setelah Dia mempertakuti. “Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih” merupakan ungkapan menyenangkan yang ditampilkan setelah ungkapan menakutkan, yaitu “Rabb semesta alam”. Hal ini relevan dengan ayat, “Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun  lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-ku adalah azab yang sangat pedih.” (al-Hijr: 49-50)
                       
                        Yang memiliki hari Pembalasan. (3)
Hari Pembalasan, yaitu hari perhitungan bagi makhluk, yakni hari kiamat. Mereka dibalas menurut amalnya. Jika amalnya baik maka balasannya pun baik. Jika amalnya buruk, maka balasannya pun buruk kecuali orang yang dimaafkan. Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun. Engkau mencintai ampunan, maka ampunilah kami.
                       
Hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkaulah kami  memohon pertolongan. (4)
                        Iyyaka merupakan objek yang didahulukan untuk tujuan pembatasan supaya tujuan pembicara terfokus pada apa yang hendak diutarakan. “Hanya kepada Engkaulah kami beribadah,” yakni kami tidak beribadah kecuali kepadaMu dan kami tidak berserah diri kecuali kepada-Mu, dan ini merupakan kesempurnaan ketaatan. Secar lughawi, Ibadah berarti ketundukan. Dikatakan “jalan diratakan” dan “unta dijinakkan”, yakni dihinakan. Ibadah menurut syara’ ialah suatu hal yang menyatukan kesempurnaan kecintaan, ketundukan, dan ketakutan.  Penggalan pertama, yaitu “hanya kepada Engkaulah kami beribadah”, merupakan penyucian dari kemusyrikan. Dan yang kedua, yaitu “hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”, merupakan penyucian dari upaya, usaha, dan kekuatan, lalu menyerahkan segalanya kepada Allah Yang Maha mulia lagi Maha Agung.[5]
C.    Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
1.     Memulai setiap aktivitas dengan nama Allah yaitu dengan mengucapakan bacaan Basmalah
2.     Mohonlah pertolongan hanya kepada Allah SWT.
3.     Memuji Allah, yaitu dengan bersyukur karena keberadaan seseorang sejak semula dipentas bumi ini tidak lain kecuali limpahan nikmat illahi. Setiap kejapan, setiap saat, dan pada setiap langkah, silih berganti anugerah Allah berduyun-duyun, lalu menyatu dan tercurah kepada seluruh makhluk, khususnya manusia.
4.     Sebagai manusia kita harus menyadari adanya hari pembalasan, dan bahwa Allah penguasa Tunggal dalam arti sesungguhnya, maka ketika itu, ia akan merasa tenang walau sedang dianiaya oleh pihak lain, karena ada hari pembalasan, sehingga  bila ia tidak dapat membalas di dunia ini, maka Allah Pemilik dan Raja hari Pembalasan itu yang akan membalas untuknya

D.    Aspek Tarbawi
1.     Bacalah bacaan Basmalah ketika akan melakukan setiap aktivitas seperti makan,minum, keluar rumah, bahkan gerak dan diam sekalipun kesemuannya harus disadari bahwa tidak mungkin terlaksana kecuali atas bantuan dan kekuasaan Allah. Atau, dalam usaha kita mewujudkannya, kita memohon bantuan Allah dan titik tolak kita adalah karena-Nya.
2.     Surat Al Fatihah mengandung banyak pengetahuan. Di dalamnya terdapat tiga tauhid yang diperintahkan; tauhid rububiyyah (dari ayat "rabbil 'aalmiin"), tauhid uluhiyyah (dari ayat "iyyaaka na'budu") dan tauhid asmaa' wash shifat dengan menetapkan semua sifat sempurna bagi Allah yang telah ditetapkan oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh ayat "Al Hamdulillah", karena nama-nama dan sifat-sifat Allah semuanya terpuji dan merupakan pujian bagi Allah Ta'ala.
3.     Allah  adalah Sang Pemberi rezeki, yang mengaruniakan nikmat yang tiada tara dan rahmat yang melimpah ruah. Tiada seorang pun yang sanggup menghitung nikmat yang diperolehnya. Disisi lain, ia pun tidak akan sanggup membalasnya. Sehingga hanya Allah suhanahu wata’ala yang paling berhak mendapatkan segala pujian yang sempurna.
4.     Ar Rahman dan Ar Rahim adalah Dua nama dan sekaligus sifat bagi Allah suhanahu wata’ala, yang berasal dari kata Ar Rahmah. Makna Ar Rahman lebih luas daripada Ar Rahim. Ar Rahman mengandung makna bahwa Allah suhanahu wata’ala mencurahkan rahmat-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, baik yang beriman atau pun yang kafir. Sedangkan Ar Rahim, maka Allah suhanahu wata’ala mengkhususkan rahmat-Nya bagi kaum mukminin saja
5.     tiada yang berhak diibadahi dan dimintai pertolongan kecuali hanya Allah SWT semata. Tidak pantas bertawakkal dan bersandar kepada selain Allah SWT, karena segala perkara berada di tangan-Nya.




















PENUTUP
A.    Kesimpulan
Surat yang demikian ringkas ini sesungguhnya telah merangkum berbagai pelajaran yang tidak terangkum secara terpadu di dalam surat-surat yang lain di dalam Al-Quran. Surat ini mengandung intisari ketiga macam tauhid. Di dalam penggalan ayat Rabbil ‘alamiin terkandung  makna tauhid rububiyah. Tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah dalam hal perbuatan-perbuatanNya seperti mencipta, memberi rezeki dan lain sebagainya. Di dalam  kata Allah dan Iyyaaka na’budu terkandung makna tauhid uluhiyah. Tuhid uluhiyah adalah menegesakan Allah dalam bentuk beribadah hanya kepada-Nya. Demikian juga  dalam penggalan ayat Alhamdu terkandung makna tauhid asma’wasifat. Tauhid asma’wasifat adalah mengesakan Allah dalam hal nama-nama dan sifat-sifatNya. Allah telah menetapkan sifat-sifat kesempurnaan bagi diri-Nya sendiri. Demikian pula Rasul SAW. Maka kewajiban kita adalah mengikuti Allah dan Rasul-Nya dalam menetapkan sifat-sifat kesempurnaan itu benar-benar dimiliki oleh Allah.















DAFTAR PUSTAKA
Umar, Bukhari. 2012. Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis. Jakarta:
Amzah.Shihab, Muhammad Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, Muhammad Quraish. 1997. Tafsir Al-Qur’an Al-Karim. Bandung: Pustaka Hidayah.
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 1999. Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani Press.





















PROFIL PENULIS
Nama                          : Mahfiroh
TTL                             :Pekalongan, 22 Juni 1997
Alamat                        : Dukuh Tanjung, Rt/Rw 003/001, Desa Tanjungkulon, Kec. Kajen, Kab. Pekalongan
Gol.Darah                    : A
Motto Hidup               : Bermanfaat untuk orang lain
 Riwayat Pendidikan  :
-TK     : TK Aisiyah Nurul Huda
-SD      : SDN Tanjungkulon
-SMP   : Mts Muhammadiyah Kajen
-SMA  : SMK Muhammadiyah Kajen
-Sedang proses menyelesaikan pendidikan S1 di IAIN Pekalongan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan keguruan






[1] Bukhari Umar, Hadis Tarbawi (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 68
[2] Ibid., hlm. 86-93
[3] Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 11-44
[4] Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim (Bandung: Pustaka Hidayah 1997), hlm. 8-26
[5][5] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm. 55-62

Tidak ada komentar:

Posting Komentar