Karakter Allah sebagai Pendidik
QS Al-Fatihah ayat 1-4
Mahfiroh 2021115176
Kelas D
Fakultas Tarbiyah / PAI
IAIN Pekalongan
2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allāh SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
karunia–Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasūlullāh SAW beserta keluarga, shahabat, tabi’in,
tabi’ut tabi’in dan para pengikutnya yang selalu setia kepada Al Qur’ān dan As
Sunnah sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penulisan makalah ini bukan
hanya karena usaha keras dari penulis sendiri, akan tetapi karena adanya
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin berterima kasih
kepada :
1. Bpk. Dr. H. Ade
Dedi Rohayana, M.Ag., selaku Rektor IAIN Pekalongan
2. Bpk. Dr. M.
Sugeng Sholehuddin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Pekalongan
3. Bpk. Dr. H.
Salafudin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam
4. Bpk. Muhammad
Ghufron, MSI, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Tafsir Tarbawi I
5. Orang tua (Bapak
dan Ibu) yang sudah mendukung saya dalam mengikuti perkuliahan di IAIN
Pekalongan
6. Dan semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
terdapat dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis minta maaf
kepada semua pihak yang merasa kurang berkenan. Namun demikian, penulis selalu
berusaha untuk memberikan yang terbaik. Kiranya makalah ini dapat memberi
manfaat bagi semua pihak yang membacanya. Terima kasih.
Pekalongan, 18
Oktober 2016
Mahfiroh
2021115176
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Al-Fatihah merupakan surah mulia
yang terdiri dari tujuh ayat berdasarkan konsensus kaum muslimin. Ia dinamakan
Al-Fatihah (pembuka) karena kedudukannya sebagai pembuka semua surah yang
terdapat dalam Al-Quran. Ia diletakkan pada lembaran awal untuk menyesuaikan
urutan surah dan bukan berdasarkan urutan turunnya. Walaupun ia hanya terdiri
beberapa ayat dan sangat singkat namun ia telah menginterpretasikan makna dan
kandungan Al-Quran secara komprehensif. Pada surat Al-Fatihah ayat 1-4 ini.
Al Fatihah
juga mengandung dasar-dasar Islam yang disebutkan secara global, pokok dan cabang
agama, akidah, ibadah, tasyri’, keyakinan akan hari akhir, iman kepada
sifat-sifat Allah, menunggalkan Allah dalam hal beribadah, memohon pertolongan,
berdoa, meminta hidayah untuk berpegang teguh kepada agama yang benar dan jalan
yang tidak menyimpang, diteguhkan dan dikokohkan untuk senanatiasa berada di
atas jalan iman dan manhaj orang-orang yang shaleh, memohon perlindungan agar
terhindar dari jalan orang-orang yang sesat.
B.
Judul
Subyek Pendidikan
Hakiki “Karakter Allah sebagai pendidik”
C.
Nash
D.
Arti
1.
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2.Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3.Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
4.Yang menguasai hari Pembalasan.
2.Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3.Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
4.Yang menguasai hari Pembalasan.
E.
Tujuan
dikaji
1.
Untuk menegetahui makna Tauhid
Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma’ wasifat
2.
Untuk mengetahui gambaran
besarnya rahmat Allah terhadap makhluk-Nya
3.
Untuk menegetahui sifat-sifat
Allah yaitu Ar-Rahman Ar-Rahim untuk
4.
Untuk mengetahui bahwa sesesungguhnya
di akhirat nanti akan ada hari pembalasan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Ø
Pengertian
Karakter
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti: Sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.
Ø
Pengertian
Pendidik
Secara umum, pendidik adalah orang
yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Sementar itu secara khusus,
pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh
potensinya, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam.[1]
Pendidik berarti juga orang dewasa
yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu
berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam
memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT. dan mampu melakukan
tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.
Ø
Karakter
Allah Sebagai Pendidik
Dengan adanya sifat Allah yaitu ar-Rahman ar-Rahim yang
menunjukkan betapa sempurna kasih sayang Allah
terhadap makhluk yaitu mencakup perintah dan larangan. walaupun pada
umumnya perintah dan larangan itu tidak sejalan dengan dorongan nafsu manusia,
serta terasa berat bagi manusia. Itu semua merupakan perlakuan Allah terhadap
manusia atas dasar pemeliharaan, bimbingan dan pendidikan guna kemaslahatan
Ø
Karakter
Pendidik
a)
Sifat
lemah lembut dan kasih sayang
Rasulullah menyampaikan
secara lebih tegas agar umatnya (termasuk pendidik) memiliki rasa kasih sayang. Pendidik harus memiliki sifat
kasih sayang kepada para peserta didik agar mereka dapat menerima pendidikan
dan pengajaran dengan hati yang senang dan nyaman. Segala proses edukatif yang
dilakukan oleh pendidik harus diwarnai oleh sifat ini.
b)
Mengembalikan
Ilmu kepada Allah
Seorang pendidik harus
memiliki sifat tawadhu, tidak merasa paling tahu atau serba tahu. Apabila ada
hal-hal yang tidak diketahui dengan jelas, ia sebaiknya mengembalikan persoalan
itu kepada Allah. Apabila ternyata ada hal yang diragukan atau belum diketahui
sama sekali, jangan segan mengatakan, “Allah Yang Mahatahu.” Itu adalah salah
satu bentuk sikap tawadhu seorang hamba.
c)
Memperhatikan
keadaan peserta didik
Agar pendidikan dan
pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif, pendidik perlu memperhatikan
keadaan peserta didiknya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah minat,
perhatian, kemampuan, dan kondisi jasmani peserta didik. Pendidik jangan sampai
memberikan beban pelajaran yang melebihi batas kemampuan peserta didik.
d)
Berlaku
dan Berkata Jujur
Seorang ilmuwan, guru,
dan pendidik harus bersifat jujur dan terbuka. Apabila ditanya seseorang
tentang suatu hal yang tidak diketahuinya, ia harus berani mengatakan tidak
tahu. Jangan bergaya serba tahu. Jangan mengada-ada untuk menjaga gengsi
keilmuwan.[2]
B.
Tasir
dari Al-Quran Surat Al-Fatihah ayat 1-4
a.
Tafsir
Al-Mishbah
“Dengan nama Allah yang Rahman dan Rahim.”
Bismillahirrahmanirrahim
yang terdiri dari sembilan belas huruf itu, adalah
pangkalan tempat tempat muslim bertolak. Jumlah huruf-hurufnya sebanyak
sembilan belas huruf. Dmikian pula dengan ucapan Hauqulah: La haula wa la
quwata illa billah. Tiada daya (untuk memperoleh manfaat) dan ng upaya
untuk (menolak mudarat) keuali dengan (bantuan) Allah kalimat ini pun ( bila
ditulis dengan aksara yang digunakan Al-Quran) mempunyai sembilan belas huruf.
Dengan demikian, permulaan dan akhir usaha setiap muslim adalah bersumber dan
berakhir pada kekuasaan Allah yang Rahman dan Rahim, Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang itu. Dalam QS. Al-Muddatstsir (74) : 30 dinyatakan bahwa penjaga
masing-masing mempunyai sembilan belas huruf itu, dapat menjadi perisai bagi
seseorang yang menghayati dan mengamalkan tuntunan kedua kalimat tersebut.
Menjadi perisai terhadap kesembilan belas penjaga neraka itu.
“Segala puji hanya bagi Allah pemelihara
seluruh alam”
Pada
kata (الحمدالله) al-hamdu lillah/ segala puji bagi Allah, huruf lam/
bagi yang menyertai kata Allah mengandung makna pengkhususan
bagi-Nya. Ini berarti bahwa segala puji hanya wajar dipersembahkan kepada Allah
swt. Dia dipuji karena Dia yang menciptakan segala sesuatu dan segalanya
diciptakan-Nya dengan baik serta dengan penuh “kesadaran”, tanpa paksaan. Kalau
demikian, maka segala perbuatan-Nya terpuji dan segala yang terpuji merupakan
perbuatan-Nya jua, sehingga wajar jika kita mengucapkan “segala puji hanya bagi
Allah semata.”
Kalimat Rabb al-alamin. Merupakan keterangan lebih
lanjut tentang layaknya segala puji hanya tertuju kepada Allah swt.betapa
tidak, Dia adalah Rab al-alamin. Dengan menegaskan bahwa Allah adalah
Rabb al-alamin, ayat ini menenangkan manusia bahwa segalanya telah dipersiapkan
Allah. Tidak ada satupun kebutuhan makhluk dalam rangka mencapai tujuan
hidupnya yang tidak disediakan Allah, karena Dia adalah Pendidik dan Pemelihara
seluruh alam.
“Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”
Dengan disebutkannya sifat Rahman dan Rahim, kesan
tentang kuasa mutlak akan bergabung dengan kesan rahmat dan kasih sayang. Ini
mengantar kepada keyakinan bahwa Allah swt. adalah Maha Agung lagi Maha Indah,
Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Seakan akan dengan menyebut kedua sifat
tersebut, Allah swt. mengundang para makhluk untuk datang ke hadirat-Nya demi memperoleh keridhaan-Nya, dan dengan
demikian hati mereka menjadi lapang dan jiwa mereka menjadi tenang, apapun yang
mereka alami dan bagaimanapun keadaan mereka.
“Pemilik hari
Pembalasan”
Ada
dua bacaan populer menyangkut ayat ini yaitu Malik yang berarti Raja,
dan Malik yang berarti
pemilik. Ayat keempat surah ini dapat dibaca dengan kedua bacaan itu, dan
keduanya adalah bacaan Nabi saw. Berdasarkan riwayat-riwayat yang dapat
dipertanggungjawabkan kesahihannya
(mutawatir).
Kata
Malik mengandung arti penguasaan terhadap sesuatu disebabkan oleh
kekuatan pengendalian dan keshahihannya. Malik yang biasa diterjemahkan
dengan raja adalah yang menguasai dan menangani perintah dan
larangan, anugerah dan pencabutan dan karena itu biasanya kerajaan terarah
kepada manusia dan tidak kepada barang yang sifatnya tidak dapat menerima
perintah dan larangan
Al-Quran menggunakan kata yaum dalam arti waktu
atau periode yang terkadang sangat panjang menurut ukuran kita. Alam raya
diciptakan dalam waktu enam hari. Enam hari di sini, bukan dalam arti 6 x 24
jam. Kelahiran Isa as. Juga dinamainya “hari kelahiran”, dan ini tentu hanya
berlangsung beberapa saat.
Kata ad-din, dalam ayat ini diartikan sebagai pembalasan
atau perhitungan atau ketaatan, karena pada “hari” itu
(hari Kiamat) terjadi perhitungan dan
pembalasan Allah, dan juga karena ketika itu semua makhluk tanpa kecuali
menampakkan ketaatannya kepada Allah swt. dalam bentuk yang sangat nyata.[3]
b.
Tafsir
Al-Quran Al-Karim
“Dengan nama Allah
yang Rahman dan Rahim.”
Paling sedikit ada dua
arti yang dikemukakan dalam kesempatan ini.
Pertama, bi yang diterjemahkan dengan kata
“dengan” menyimpan satu kata yang tidak terucapkan tetapi harus terlintas didalam benak ketika
mengucapkan basmalah, yaitu kata “memulai”. Sehingga bismillah nberarti
“saya atau kami memulai dengan nama Allah”. Dengan demkian kalimat tersebut
menjadi semacam doa atau pernyataan dari pengucap, atau dapat juga diartikan
juga sebagai perintah dari Allah (walaupun kalimat tersebut tidak berbentuk perintah).
Kedua,
bi yang diterjemahkan dengan kata “dengan” itu, dikaitkan dalam benak dengan
kata “kekuasaan dan pertolongan”. Pengucap basmalah seakan-akan berkata
, “Dengan kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, pekerjaan yang sedang saya
lakukan ini dapat terlaksana”. Pengucapnya ketika hidup (seharusnya) sar bahwa
tanpa kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, apa yang sedang dikerjakannya itu
tidak akan berhasil. Ia menyadari kelemahan dan keterbatasan dirinya tetapi
pada saat yang sama setelah menghayati arti basmalah ini. Ia memiliki
kekuatan dan rasa percaya diri karena ketika itu dia telah menyandarkan dirinya
dan bermohon bantuan Allah Yang Maha Kuasa itu.
“Segala puji
bagi Allah, Tuhan semesta alam”
Kata
al-hamdu terdiri dari al dan hamd. Kata hamd sering kali
diterjemahkan dengan “pujian” atau maknanya dianggap mirip atau persis sama
dengan “syukur”, atau pula saling memperkaya makna.Namun pada
hakikatnya dari segi bahasa kedua kata tersebut mempunyai makna yang berbeda.
Ada tiga hal yang harus dipenuhi oleh yang dipuji sehingga dia atau
perbuatannya layak mendapat pujian:; 1) Indah (baik), 2) diperbuat secara sadar
dan 3) tidak terpaksa/dipaksa.
Kata Al-hamdu dalam surah Al-Fatihah ini ditujukan
kepada Allah. kini berarti bahwa Allah
dalam segala perbuatan-Nya telah
memenuhi kiga unsur yang disebutkan diatas.
Kalimat Rabb al-alamin merupakan keterangan lebih
lanjut tentang layaknya Allah SWT untuk mendapat pujian. Pertanyaan mengapa
pujian harus dikembalikan dan ditujukan kepada Allah semata dijawab bahwa
karena Dia adalah Tuhan Pemelihara seluruh alam.
Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang
Ar-Rahman
dan Ar-Rahim dalam ayat ketiga ini bertujuan menjelaskan bahwa pendidikan dan
pemeliharaan Allah sebagaimana disebutkan pada ayat kedua, sama sekali bukan
untuk kepentingan Allah atau sesuatu pamrih seperti halnya seseorang atau satu
perusahaan yang menyekolahkan karyawannya. Pendidikan dan pemeliharaan tersebut
semata-mata ka. rena rahmat dan kasih sayang Tuhan yang dicurahkan kepada
makhluk-makhluk-Nya. Demikian pendapat Muhammad Abduh.
Pemilik (Raja) Hari
Pembalasan
Ada dua bacaan yang populer dan sah
menyangkut ayat 4 ini, yaitu ada yang memanjangkan mim (baca: Malik) yang
diartikan “pemilik” dan ada pula yang memendekkannya (baca: Malik) yang berarti
“Raja”. Seorang pemilik belum tentu menjadi raja, sebaliknya pemilikan seorang
raja biasanya melebihi pemilikan pemilik yang bukan raja.
Kata “raja” biasanya digunakan untuk
menyebut penguasa atas manusia, sedang kata “pemilik” untuk penguasa atas harta
yang tidak bernyawa. Atas dasar pertimbangan ini sementara ulama lebih senang
bacaan yang berarti Raja karena ia memberi kesan keagungan dan
kesabaran, di samping itu kata mereka Al-Quran mengisyaratkan bahwa Allah SWT
adalah Raja pada hari pembalasan.[4]
c. Tafsir Ibnu Katsir
Dengan menyebut nama Allah
Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang
Abu Daud meriwayatkan dengan sanad
yang sahih dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah saw. Tidak mengetahui pemisah
surat sehingga diturunkanlah bismillahirrahmairrahim. Para ulama sepakat bahwa
ia merupakan bagian ayat dri surat An-Naml, namun mereka ber-ikhtilaf apakah
basmalah itu merupakan ayat yang tersendri pada awal setiap surat; ataukah
kesendiriannya itu hanya dalam surat Al-Fatihah dan tidak pada surat lainnya;
atau ia merupakan pemisah diantara suarat. Pendapat yang paling shahih
menyatakan bahwa ia merupakan pemisah antarsurat, sebagaimana tadi dikemukakan
oleh Inu Abbas yang diriwayatkan oleh Abu Daud. Barangsiapa yang berpandangan
bahwa ia termasuk dan orang yang tidak berpendapat demikian, berarti membacanya
harus zahir dalam sholat, dan orang yang tidak berpendapat demikian, berarti
membacanya secara sir (tidak keras).
Segala puji kepunyaan
Allah, Rabb semesta alam. (1)
“Segala puji kepunyaan Allah,” yakni
rasa syukur hanya dipersembahkan kepada Allah semata, bukan kepada perkara yang
disembah selain Dia dan bukan kepada seluruh perkara yang diciptakan-Nya,
karena Dia telah menganugerahkan nikmat kepada hamba-hamba-Nya yang tak
terhingga jumlahnya dan tidak ada seorangpun, selain Dia, yang mengetahui
jumlahnya, serta tidak seorangpun diantara mereka yang berhak menerima rasa
syukur. Oleh karena itu, bagi Rabb kitalah segala puji, baik pada masa awal
maupun akhir.
“Alif” dan “Lam” pada al-hamdu ditujukan
untuk mencakup segala jenis dan ragam pujian itu kepunyaan Allah Ta’ala.
Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang. (2)
Ar-rahman ar-rahim merupakan dua nomina yang berasal dari kata ar-rahmah dan
ditujukan untuk menunjukkan makna “sangat”. Ar-rahman lebih tegas
daripada ar-rahim. Ar-Rahman merupakan nomina berfleksi
Al-Qurthubi berkata demikian. Allah menyifati diri-Nya dengan Yang Maha Pemurah dan Maha
Penyayang setelah kata “Rabbsemesta alam”, tiada lain kecuali untuk
menyenangkan setelah Dia mempertakuti. “Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih”
merupakan ungkapan menyenangkan yang ditampilkan setelah ungkapan menakutkan,
yaitu “Rabb semesta alam”. Hal ini relevan dengan ayat, “Kabarkanlah kepada
hamba-hamba-Ku bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya
azab-ku adalah azab yang sangat pedih.” (al-Hijr: 49-50)
Yang memiliki hari
Pembalasan. (3)
Hari Pembalasan, yaitu hari
perhitungan bagi makhluk, yakni hari kiamat. Mereka dibalas menurut amalnya.
Jika amalnya baik maka balasannya pun baik. Jika amalnya buruk, maka balasannya
pun buruk kecuali orang yang dimaafkan. Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun. Engkau mencintai ampunan, maka ampunilah kami.
Hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkaulah
kami memohon pertolongan. (4)
Iyyaka
merupakan objek yang didahulukan untuk tujuan pembatasan supaya tujuan
pembicara terfokus pada apa yang hendak diutarakan. “Hanya kepada Engkaulah
kami beribadah,” yakni kami tidak beribadah kecuali kepadaMu dan kami tidak
berserah diri kecuali kepada-Mu, dan ini merupakan kesempurnaan ketaatan. Secar
lughawi, Ibadah berarti ketundukan. Dikatakan “jalan diratakan” dan “unta
dijinakkan”, yakni dihinakan. Ibadah menurut syara’ ialah suatu hal yang
menyatukan kesempurnaan kecintaan, ketundukan, dan ketakutan. Penggalan pertama, yaitu “hanya kepada
Engkaulah kami beribadah”, merupakan penyucian dari kemusyrikan. Dan yang
kedua, yaitu “hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”, merupakan
penyucian dari upaya, usaha, dan kekuatan, lalu menyerahkan segalanya kepada
Allah Yang Maha mulia lagi Maha Agung.[5]
C.
Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
1.
Memulai setiap aktivitas dengan nama Allah yaitu dengan
mengucapakan bacaan Basmalah
2.
Mohonlah pertolongan hanya kepada Allah SWT.
3.
Memuji Allah, yaitu dengan bersyukur karena keberadaan seseorang
sejak semula dipentas bumi ini tidak lain kecuali limpahan nikmat illahi.
Setiap kejapan, setiap saat, dan pada setiap langkah, silih berganti anugerah
Allah berduyun-duyun, lalu menyatu dan tercurah kepada seluruh makhluk,
khususnya manusia.
4.
Sebagai manusia kita harus menyadari adanya hari pembalasan, dan
bahwa Allah penguasa Tunggal dalam arti sesungguhnya, maka ketika itu, ia akan
merasa tenang walau sedang dianiaya oleh pihak lain, karena ada hari
pembalasan, sehingga bila ia tidak dapat
membalas di dunia ini, maka Allah Pemilik dan Raja hari Pembalasan itu yang
akan membalas untuknya
D.
Aspek Tarbawi
1.
Bacalah bacaan Basmalah ketika akan melakukan setiap aktivitas
seperti makan,minum, keluar rumah, bahkan gerak dan diam sekalipun kesemuannya
harus disadari bahwa tidak mungkin terlaksana kecuali atas bantuan dan
kekuasaan Allah. Atau, dalam usaha kita mewujudkannya, kita memohon bantuan
Allah dan titik tolak kita adalah karena-Nya.
2.
Surat
Al Fatihah mengandung banyak pengetahuan. Di dalamnya terdapat tiga tauhid yang
diperintahkan; tauhid rububiyyah (dari ayat "rabbil 'aalmiin"),
tauhid uluhiyyah (dari ayat "iyyaaka na'budu") dan tauhid asmaa' wash
shifat dengan menetapkan semua sifat sempurna bagi Allah yang telah ditetapkan
oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ini sebagaimana
ditunjukkan oleh ayat "Al Hamdulillah", karena nama-nama dan
sifat-sifat Allah semuanya terpuji dan merupakan pujian bagi Allah Ta'ala.
3.
Allah adalah Sang Pemberi
rezeki, yang mengaruniakan nikmat yang tiada tara dan rahmat yang melimpah
ruah. Tiada seorang pun yang sanggup menghitung nikmat yang diperolehnya.
Disisi lain, ia pun tidak akan sanggup membalasnya. Sehingga hanya Allah
suhanahu wata’ala yang paling berhak mendapatkan segala pujian yang sempurna.
4.
Ar Rahman dan Ar Rahim adalah Dua nama dan sekaligus sifat bagi
Allah suhanahu wata’ala, yang berasal dari kata Ar Rahmah. Makna Ar Rahman
lebih luas daripada Ar Rahim. Ar Rahman mengandung makna bahwa Allah suhanahu
wata’ala mencurahkan rahmat-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, baik yang beriman
atau pun yang kafir. Sedangkan Ar Rahim, maka Allah suhanahu wata’ala
mengkhususkan rahmat-Nya bagi kaum mukminin saja
5.
tiada yang berhak diibadahi dan dimintai pertolongan kecuali hanya
Allah SWT semata. Tidak pantas bertawakkal dan bersandar kepada selain Allah
SWT, karena segala perkara berada di tangan-Nya.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Surat yang demikian
ringkas ini sesungguhnya telah merangkum berbagai pelajaran yang tidak
terangkum secara terpadu di dalam surat-surat yang lain di dalam Al-Quran.
Surat ini mengandung intisari ketiga macam tauhid. Di dalam penggalan ayat
Rabbil ‘alamiin terkandung makna tauhid
rububiyah. Tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah dalam hal
perbuatan-perbuatanNya seperti mencipta, memberi rezeki dan lain sebagainya. Di
dalam kata Allah dan Iyyaaka na’budu
terkandung makna tauhid uluhiyah. Tuhid uluhiyah adalah menegesakan Allah dalam
bentuk beribadah hanya kepada-Nya. Demikian juga dalam penggalan ayat Alhamdu terkandung makna
tauhid asma’wasifat. Tauhid asma’wasifat adalah mengesakan Allah dalam hal
nama-nama dan sifat-sifatNya. Allah telah menetapkan sifat-sifat kesempurnaan
bagi diri-Nya sendiri. Demikian pula Rasul SAW. Maka kewajiban kita adalah
mengikuti Allah dan Rasul-Nya dalam menetapkan sifat-sifat kesempurnaan itu
benar-benar dimiliki oleh Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Umar, Bukhari.
2012. Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis. Jakarta:
Amzah.Shihab,
Muhammad Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Shihab,
Muhammad Quraish. 1997. Tafsir Al-Qur’an Al-Karim. Bandung: Pustaka
Hidayah.
Ar-Rifa’i,
Muhammad Nasib. 1999. Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir.
Jakarta: Gema Insani Press.
PROFIL PENULIS
Nama : Mahfiroh
TTL :Pekalongan, 22
Juni 1997
Alamat : Dukuh Tanjung, Rt/Rw
003/001, Desa Tanjungkulon, Kec. Kajen, Kab. Pekalongan
Gol.Darah : A
Motto Hidup
: Bermanfaat untuk orang lain
Riwayat Pendidikan :
-TK : TK Aisiyah Nurul Huda
-SD : SDN Tanjungkulon
-SMP : Mts Muhammadiyah Kajen
-SMA : SMK Muhammadiyah Kajen
-Sedang proses menyelesaikan pendidikan S1 di IAIN Pekalongan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan keguruan
Riwayat Pendidikan :
-TK : TK Aisiyah Nurul Huda
-SD : SDN Tanjungkulon
-SMP : Mts Muhammadiyah Kajen
-SMA : SMK Muhammadiyah Kajen
-Sedang proses menyelesaikan pendidikan S1 di IAIN Pekalongan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan keguruan
[1] Bukhari Umar, Hadis Tarbawi (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 68
[2] Ibid., hlm. 86-93
[3] Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Quran (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 11-44
[4] Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim (Bandung: Pustaka
Hidayah 1997), hlm. 8-26
[5][5] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu
Katsir (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm. 55-62
Tidak ada komentar:
Posting Komentar