METODE PENDIDIKAN SECARA
UMUM
Metode Argumentatif
Q.S Al-Baqarah ayat 258
Mifrotun (2021115333)
Kelas A
TARBIYAH/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2016
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semest
alam, karena atas limpahan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, penulis bisa
menyelesaikan makalah Tafsir Tarbawi ini, yang bertemakan “Metode Pendidikan
Secara Umum” dengan sub tema “Metode Argumentatif (QS. Al-Baqarah ayat 258).
Sholawat serta salam semoga tercurah
kepada Nabi yang mulia Muhammad saw beserta keluarga, seluruh sahabat, dan kita
selaku umatnya.
Dalam menyusun makalah ini tidak sedikit
kesulitan dan hambatan yang penulis alami, oleh karenanya penulis menyadari,
tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak maka makalah ini mustahil akan
terwujud. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak
dan ibu atas semua doa dan bantuan financial untuk menyelesaikan makalah ini.
2. Bapak
Muhammad Ghufron, M.S.I selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi I.
3. Teman-teman
kelas Tafsir Tarbawi I A yang selalu mensuport dan menghibur penulis selama
penyelesaian makalah ini.
4. Serta
semua pihak yang telah berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu penulis menyadari sepenuhnya
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tatanan bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah
tentang “Metode Pendidikan Secara Umum” dengan sub tema “Metode Argumentatif
(QS. Al-Baqarah ayat 258)”, ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi
pembaca.
Pekalongan,
13November 2016
Mifrotun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai wahyu
yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw. membawa umat manusia keluar dari zaman
kegelapan (kebodohan) menuju zaman cahaya yang terang benderang yakni dengan
agama Islam. Al-Qur’an juga menjelaskan yang haq dan yang bathil.
Dalam dunia
pendidikan, metode argumentasi merupakan suatu cara yang sangat berguna, dan
efektif dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat melatih siswa maupu mahasiswa agar dapat berbicara di depan umum
dan berani untuk mengeluarkan pendapat. Serta sebagai alat pertukaran informasi
yang tidak dipengaruhi oleh pandangan-pandangan yang subyektif. Dengan
menyodorkan fakta-fakta sebagai bahan pembicaraan, maka mereka yang menerima informasi
merasa yakin bahwa apa yang disampaikan patut diterima sebagai kebenaran.
Ketika
seseorang mengeluarkan argumennya, maka dia harus mempunyai dasaryang kuat dan
benar serta dapat di terima oleh akal. Sebagai seorang muslim, ketika kita
berbicara mengenai apapun, maka harus berorientasi pada Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul. Kita harus menggunakan standar yang telah Allah berikan di dalam dua
pedoman hidup ummat Islam tersebut.
Apabila kita menggunakan metode
argumen dan sesuai dengan kebenaran (Al-Qur’an dan Hadits), maka apapun yang
kita sampaikan pasti dapat di terima oleh akal manusia dan tidak menimbulkan
perdebatan yang tidak bermanfaat.
B.
Judul
Judul
garis besar makalah ini adalah “Metode Pendidikan
Secara Umum” dengan sub tema “Metode Argumentatif (QS. Al-Baqarah ayat 258)”.
C. Nash
اَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ
إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ
رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ ۖ قَالَ
إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا
مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ
الظَّالِمِين(258)
Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang
Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan
(kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan
dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan
mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari
dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir
itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. “
D.
Arti penting
Dalam kehidupan sehari-hari metode argumentif sering
di gunakan. Terutama dalam dunia pendidikan. Sebagai seorang mahasisiwa kita
harus mencari dasar-dasar yang menjadi sumber ketika kita menggunakan metode
argumentatif dalam pembelajaran.
Berkaca dari tafsir surat Al-Baqarah ayat 258 ini,
maka dalam berargumentasi kita harus menggunakan dasar-dasar yang benar dan
dapat di terima olah akal. Kita tidak boleh menjadikan kekuatan dan kekuasaan
kita sebagai alat untuk membodohi orang lain dengan dasar argumen yang tidak
jelas dan tidak berdasarkan landasan yang Allah ridhoi seperti halnya Raja
Namrud.
Oleh karena itu kita harus berlandaskan pada Al-Qur’an
dan hadits Rasul. Agar segala sesuatu yang kita sampaikan adalah kebenaran
semata. Karena tidak ada keraguan dalam Al-Qur’an dan sunah Rasul. Maka, kita
harus mempelajari apa yang terkandung dalam Al-Qur’an dan mengamalkannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI
Metode berasal dari Bahasa Yunanimethodos yang berarti cara atau
jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmuah maka, metode menyangkut
masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai
tujuan, atau bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu.
Metode
Argumentasi adalah Metode yang mempunyai kegemaran menyakinkan orang lain
tentang pandangan atau anutan.[1]
Argumentasi dimaksudkan untuk membuktikan kebenaran suatu gagasan
atau pendapat. Oleh karena itu, penulis harus menyajikan gagasan secara logis,
kritis dan sistematis dengan alasan atau bukti yang kuat sehingga gagasan atau
pendapat tersebut tidak dapat disangkal kebenarannya. Untuk mendukung atau
membuktikan kebenaran gagasan atau pendapat tidak jarang penulis menggunakan
data atau fakta, gambar, grafik dan sebagainya [2]
B. TAFSIR
1. Tafsir
Al-Azhar
Dalam
ayat ini Allah mneganjurkan kepada Nabi Muhammad saw. dan kepada kita semua
supaya memperhatikan suatu kejadian yang
terjadi dari seorang raja besar di masa Nabi Ibrahim, ia tidak percaya adanya
Tuhan, maka Nabi Ibrahim menujukkan kekuasaan Tuhan yang menghdupkan semua
makhluk dan mematikan mereka, sebagai bukti yang sangat nyata, tetapi raja yang
sombong dengan kerajaan dan kekuasaannya itu tidak dapat menerima keterangan
Ibrahim, bahkan iaa berkata: “Aku juga dapat menghidupkan dan memtaikan, yaitu
jika di hadapkan kepadaku dua pesakitan (narapidana) yang harus di hukum mati, lalu saya
perintahkan supaya di bnuh an yang lain saya lepaskan.” Sebenarnya jawaban raja
itu lain dengan tujuan Ibrahim dalam arti menghidupkan dan mematikan, tetapi
dasar raja degil, maka langsung oleh Ibrahim di jelaskan lain dalil (bukti)
kekuasaan Allah, yaitu: “Allah menerbitkan matahari dari sebelah timur, mka
terbitkanlah oleh anda itu dari arah sebelah barat, jika anda merasa berkuasa,
maka cobalah.” Di sini raja itu menjadi bingung terdiam tidak dapat berkata
apa-apa, benar-benar merasakan tidak dapat membantah bukti dan alasan yang di
bawa oleh Nabi Ibrahim as. Demikianlah Allah takkan memberi petunjuk bagi orang
yang dzalim. [3]
2. Tafsir
Al-Maraghi
a. “Tidaklah engkau mengetahui orang yang membantah
Ibrahim tentang Tuhannya”.
Tidaklah
engkau mengetahui, atau sudahkah sampai keterangan kepadamu kisah seseorang
yang berhasil mencapai tingkat keyakinan dalam kasus seorang raja dzalim yang
mengaku sebagai Tuhan,tetapi Ibrahim justru mengingkari pengakuannya itu. Raja
ini adalah Namrud bin Kan’an bin Sam bin Nuh as.
b. “Bahwa Allah telah memberimu kekuasaan”
Orang yang mewarisi kebesaran dan
keagungan yang memperdaya dirinya serta sombong karena kekuasaannya sehingga
berani memebantah Ibrahim, orang yang mendapatkan kekuasaan oleh Allah.
c. “ketika Ibrahim berkata: Tuhanku adalah Tuhan yang
menghidupkan dan mematikan”.
Ketika
Ibrahim menghancurkan patung-patung yang di sembah oleh kaumnya dengan mencela
kebodohan mereka dengan menjawab seperti kata-kata di atas. Lalu Namrud
bertanya kepadanya “siapakah Tuhan yang ia sembah?”.. jawabnya:”Tuhanku adalah
Tuhan yang menghidupkan dan mematikan”. Lalu Raja yang ingkar itu menolak jawaban tersebu. Ia berkata:
d. “akulah yang menghidupkan dan mematikan”.
Artinya, akupun bisa menghidupkan dan
memetikan manusia, karena orang yang dihukum mati saya beri ampun, maka
tetaplah dia hidup. Dan akupun dapat emetikan siapa saja, dengan perintahku
untuk di bunuh. Pengigkaran raja yang dzalim ini menunjukkan bahwa dia tidak
mengerti jawaban Ibrahim as. Karena kata-kata “yuhyi” berarti menciptakan
kehidupan seluruh alam, baik tumbuh-tumbuhan, hewan, dan lain-lainya, serta
meniadakan kehidupannya dengan kematian. Sedangkan jawaban Namrud menggunakan
“hayat” hanya berarti ebab-sebab yang sesuatu jadi hidup atau mati. Karena itu,
selanjutnya Ibrahim menjelasan dengan jawaban seperti yang Allah ceritakan:
e. Ibrahim berkata “Allah menerbitkan matahari dari
timur, sebab itu terbitkanlah dia dari barat”
Tuhanku adalah Tuhan yang benar-benar
memberi dan mengadakan hidup dengan kekuasaan dan kehendak-Nya sendiri. Dialah
Tuhan yang menerbitkan matahari dari timur, Tuhan pencipta seluruh alam ini
dengan susunanya yang indah, hukum-hukumnya yang tepat, seperti yang kita saksikan.
f.
Lalu
bingungla orang kafir itu.
Namrud menjadi bingung, tidak bis
menjawab apa-apa, seolah-olah mulutnya tersunbat batu.
g. Dan Allah tidak memberi hidayah kepada kaum yang
ingkar
Allah tidak akan memberi petunjuk kepada
orang-orang yang menolak hidayah, tidak mau berfikir sungguh-sungguh atas
segala bukti yang sampai kepadanya. Bahkan justru mengikuti jalan sesat dan
tidak mau menggunakan kesanggupan yang Allah berikan kepadanya untuk memahami
kebenaran, karena rayuan haw nafsu yang terlihat indah olehnya. Jadi pada
saat-saat ini berarti dia berbuat dzalim kepada dirinya sendiri dan menjadi
sesat sejauh-jauhnya.[4]
3.
Tafsir Al-Azhar
“Tidaklah
engkau fikirkan dari hal orang yang membantah Ibrahim tentang Tuhannya” (pangkal
ayat 258). Pangkal ayat ini mengajak kepada Rasul khususnya dan ummat beriman pada umumna untuk
memeikirkan kisah ini. Orang itu ialah taja Namrud sendiri. Lantaran Allah
telah memberikan kerajaan kepadanya. Suatu pengajaran ilmu jiwa yang mendalam
dalam Al-Qur’an. Yaitu seorang manusia, oleh karena di beri Allah kekuasaan dan
kerajaan. Maka ia menjadi sombong, lupa diri, lupa segala, merasa dirinya sngat
berkuasa, sebab itu perkataan yang keluar pun tidak tidak ada batasnya lagi,
sebab mereka merasa tidak ada juga orang yang berani membantah: Tatkala Ibrahim
berkata: “Tuhankulah yag menghidupkan
dan mematikan”. Di hadapan raja itu iIbrahim telah menerangkan siapa Tuhan,
bahwa Tuhan Allah-lah yang mematikan dan menghidupkan. Tetapi karena memng dasar
jiwa orang yang merasa berkuaasa tidak berbatas itu sombong dengn kekuasaannya,
boleh di fikirkannya dengan panjang apa maksud Ibrahim mengatakan demikian.
Langsung saja beliau sambut: Dia berkata: “akulah yang menghidupkan dan
mematikan”. Nyawa dari seluruh negeriku ini ada dalam tanganku, kalau
mereka bersalah, lalu di hadapkan kepadaku, aku berkuasa memerintahkan supaya
dia di biarkan hidup terus, dan akupun berkuasa pula menjatuhkan keputusan
bahwa dia mesti di hukum mati.
Rupanya
raja tidak mau tahu apa yang di maksud Ibrahim dengan menghidupkan dan
mematikan. Dia tidak mau tahu bahwa rakyatnya itupun sendiri seketika lahir ke
dunia bukanlah atas kehendanya, dan kalau mereka mati sewajarnya, tidaklah dia
berkuasa menghalangi kematian itu. Padahal yang dapat di berinya ampun atau di
biarkan hidup atau di suruh mati ialah rakyat yang di hadapkan kepadanya, atau
budak-budak yang ada dalam istana. Oleh sebab itu, Ibrahim meneruskan
perkataannya: “berkata Ibrahim: Maka sesungguhnya Allah mendatangkan matahari
dari timur, maka cobalah datangkan itu dari barat”. Dengan sambungan kata
yang demikian Ibrahim telah membawa raja berfikir yang lebih luas. Sekarang
baru dia mengerti apa maksud Ibrahim: “Maka terdiamlah orang yang kafir
itu”. Dia tidak dapat menjawab lagi. Dasar berfikirnya salah, sebab itu dia
terdiam. “Dan Allah tidaklah akan memberi petunjuk kepada orang yang dzalim”.
(pangkal ayat 258). [5]
C. APLIKASI DALAM KEHIDUPAN
Dalam menjalani kehidupan ini, kita pasti pernah
mengalami perbedaan pendapat dalam segala hal. Oleh karena itu kita pasti akan
mengeluarkan argumen kita masing-masing. Maka apabila kita berdebat dengan
orang lain, harus menggunakn argumen yang dapat di terima oleh akal dan fikiran
kita. Dalam berargumentasi harus di perhatikan betul dasar yang kita pakai yang
sudah di jamin akan kebenarannya. Yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Yang lebih di fokuskan di sini adalah dalam dunia
pendidikan, terutama dalam perkuliahan.Ketika berdiskusi dengan dosen dan
teman-teman sering kita menggunakan metode argumentatif yaitu sebuah cara yang
di pakai dalam pembelajaran dengan mengeluarkan pendapat yang benar. Tidak
hanya benar tetapi argumen tersebut juga harus bisa di terima oleh akal
manusia. Maka kita harus menggunakan standarnya Allah SWT, yaitu berlandaska
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul agar kita
memperolah hidayah dari-Nya. Maka dengan begitu kita tidak akan tersesat dan
pasti kita akan menang ketika berargumentasi dengan orang lain.
D. ASPEK TARBAWI
1. Sebagai
seorang muslim kita harus menggunakan standar yang telah Allah berikan, yaitu
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul dalam menjalani kehidupan.
2. Menggunakan
metode argumentasi dalam hal kebaikan untuk meraih ridho Allah, bukan dalam
hal-hal maksiat karena akan menyebabkan murka Allah.
3. Kita
tidak boleh menjadi orang yang merasa paling benar sendiri, dan tidak mau
menerima pendapat orang lain.
4. Dalam
berargumentasi kita harus menggunakan dasar yang benar dan sesuai dengan akal
manusia, yaitu dengan dasar Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
5. Jadilah
pencari hidayah Allah. Dengan mempelajari dan mangamalkan Al-Qur’an, karena
itulah petunjuk dari Allah.
6. Tidak
menjadikan kekuasaan dan kekuatan untuk mendhalimi orang lain.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Surat Al-Baqarah ayat 258 ini berisi
tentang perdebatan yang terjadi antara Nabi Ibrahim dan raja Namrud yang
bertindak semena-mena terhadap rakyatnya. Di mana raja ini, mengaku bisa
mematikan dan menghidupkan manusia ketika Nabi Ibrahim mengatakan bahwa
Tuhannya adalah yang bisa menghidupkan dan mematikan. Tapi ketika nabi Ibrahim
menyuruh untuk menerbitkan matahari dari timur, raja Namrud terdiam tak bisa
berkata-kata.
Hal ini menunjukkan bahwa Raja
namrud berargumen dengan landasan yang salah dan dholim, sedangkan Nabi Ibrahim
berargumen berdasarkan Al-Qur’an dan petunjuk dari Allah yang sudah di jamin
kebenarannya.
Maka dalam penenrapannya, ketika
kita berargumentasi maka kita harus mengacu pada ayat ini yakni ketika kita
menggunakan metode argumentatif dalam pembelajaran maka kita harus berpacu pada
dasar yang benar dan dapat di terima oleh akal, yaitu Al-Qur’an dan Sunah
Roasul. Maka kita akan memperoleh petunjuk dari Allah, dan sekali-kali Allah
tidak akan membari petunjuk bgi oran-orang yang dholim seperti raja Nsmrud.
B.
SARAN
Penulis menyadari terdapat banak
sekali kekurangn dalam penulisan makalah ini, namun penulis telah berupaya dan
berusaha atas terselsainya tugas ini. Maka penulis mengarap kritik dan saran
yang membangun guna tercapainya kesempurnaan dalam menyusun makalah di wakt
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi,Ahmad
Mustafa,cet 3,1986,Tarjamah Tafsir Al-
Maraghi,Yogyakarta:Sumber Ilmu
Amrullah,
Abdulmalik Abdulkarim 1983, Tafsir Al-Azhar juzu’ III cet 3,Jakarta:Panji
Masyarakat
Katsir,Ibnu,1987,Terjemah singkat tafsir Ibnu Katsier,cet 2,surabaya:PT.Bina
Ilmu
https://id.wikipedia.org/wiki/Metode.
http://top-studies.blogspot.co.id/2015/06/pengertian-metode-argumentasi.html.
BIODATA PENULIS
Nama :
Mifrotun
NIM :2021115333
TTL :
Pekalongan, 01 Mei 1994
Alamat :
Desa Kadipaten RT.12/RW.03 No. 33, Wiradesa, Kabupaten Pekalongan
Riwayat
pendidikan :
1.
TK Bustanul Athfal ‘Aisyiyah delegtukang
2.
MI
Muhammadiyah Delegtukang
3.
SMP
N 2 Wiradesa
4.
SMK
N 1 Pekalongan
5.
IAIN
Pekalongan (masih)
[2]http://top-studies.blogspot.co.id/2015/06/pengertian-metode-argumentasi.html.diakses pada tanggal 14 november 2016 pada pukul 09.00
[3]Ibnu katsir,Terjemahsingkat
tafsir Ibnu Katsier,cet 2,(surabaya:PT.Bina Ilmu,1987),hlm.467-468
[4]Ahmad Mustafa
Al-Maraghi,Tarjamah Tafsir Al-Maraghi,cet 1,(Yogyakarta:Sumber
Ilmu,1986),hlm.22-23
[5] H.
AbdulmalikAbdulkarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar juzu’ III cet 3,(Jakarta:Panji
Masyarakat,1983),hlm.42-44
Tidak ada komentar:
Posting Komentar