Laman

new post

zzz

Kamis, 17 November 2016

tt1 A 11e Metode Filosofis Q.S Al-Mulk Ayat 1



index.1.jpegMETODE PENDIDIKAN  “UMUM”
Metode Filsofis
Q.S Al-Mulk Ayat 1


Lika Hanifa (2021115339)
 Kelas A

TARBIYAH/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2016



KATA PENGANTAR

Denganmengucapkanpujisyukurkehadirat Allah SWT, yang telahmemberikanberlimpahnikmatberupakesehatanjasmanimaupunrohanikepadapenulissehinggapenulisdapatmenyelesaikanmakalahyang berjudul Obyekpendidikan “secaraUmum” ;, “metodefilosofis” Q.S al-mulkayat 1. Sholawat dan serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammmad SAW, beserta para sahabat dan keluarga serta Umat beliau hingga akhir zama, Penulis menyadari tersusunnya, makalah ini bukanlah semata-mata hasil jerih payah penulis sendiri, melainkan berkat do’a dan dukungan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada;
1.              Bapak dan ibu atas semua doa dan bantuan financial untuk menyelesaikan makalah ini
2.              Bapak Muhammad Ghufron M S.I selaku dosen pengampuh matakuliah Tafsir Tarbawi I
3.              Teman-teman kelas Tafsir Tarbawi I A yang selalu mensuprot dan menghibur penulis selama menyelesaikan makalah ini.
4.               Serta semua pihak yang telah berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu penulis menyadari bahwa sepenuhnya masih ada kekurangan ,baik dari segi penyusunan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tngan terbuka penulis menerima seala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki maalah in. Semoga Allah SWT memberikan memberikan pahala yang setimpal dn menjadikan amala sholeh bagi semua pihak yang telah berturut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah in dapat bermnfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Pekalongan , 15 November 2016       
Lika Hanifa

BAB I
PENDAHLUAN

A.    Latar Belakang
AL-Qur’an adalah mukjizat yang Allah Turunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang menjadi penyempurna dari kitab sebelumnya, yani Zabur, Taurat, dan Injil. Al-Qura’an sebagai kallamuAllah berfungsi sebagai salah satu sumber hukum dalam Islam, karena Al-Qur’an berisi seperangkat aturan yang berasal dari Allah SWT.
Al-qur’an juga merupakan buku pedoman hidup bagi orang Islam.Yang tak hanya mengatur urusan Ibadah kepada Allah tapi juga mengatur hubungan sesama manusia (a’mar ma’ruf nahi munkar).
Dalam dunia pendidikan, metode filsafat sangat dibutuhkan, karena Filsafat ini menjadi landasan strategi dan kompas jalanya pendidikan Islam. Dengan berfikir secara Filsafat, maka kita akan mengetahui hakikat sesuatu terutama tentang berbagai Ilmu Pengetahuan. Dan memepelajari Filsafat Pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sisitematis, logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, yang tidak hanya dilatar belakangi oleh ilmu pengetahuan agama islam, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Melakukan pemikiran filosofis pada hakikatnya adalah usaha menggerakan semua potensi psikologis manusia seperti pikiran, kecerdasan, kemauan, persaan, ingatan, serta pengamatan panca indra tentang gejala kehidupan, terutama manusia dan alam sekitarnya sebagai ciptaan Allah SWT.
B.     Judul
Judul makalah ini adalah “ Metode Pendidikan secara ‘umum’”. Dan dengan Sub Judul “ Metode Filosofis”



C.    Nash
Q.S Surat Al-Mulk ayat 1
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ 
“Maha Suci Allah yang ditangan-nyalah segala Kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas Segala Sesuatu”.
D.    Asbabun Nuzul
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnnya ada sebuah surah di dalam al-Qur’an terdiri dari tiga puluh ayat yang memberi syafaat kepada pembacanya sehingga diberikan ampunan kepadanya: Tabaarakal ladzii biyadiHil mulku.”
Diriwayatkan oleh empat penulis kitab as-Sunan dari hadits Syu’bah. At-Tirmidzi mengatakan: “Ini adalah hadits hasan.” Dan diriwayatkan juga oleh at-Tirmidzi melalui jalan Laits bin Abi Sulaiman dari Abuz zubair, dari Jabir bahwa Rasulullah saw. tidak tidur sampai membaca: alif laam mim tanziil; dan tabaarakalladzii biyadiHil mulku.”
Imam ath-Thabrani meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Dan aku benar-benar ingin agar surah itu ada di hati setiap orang dari umatku.” Yaitu surah Tabaarakal ladzii biyadiHil mulku. Ini adalah hadits gharib, dan Ibrahim sendiri adalah seorang yang dlaif [lemah]. Hal yang serupa juga telah disampaikan sebelumnya di dalam surah Yaasiin. Hadits ini juga diriwayatkan oleh ‘Abd bin Humaid di dalam kitab Musnadnya dari Ibnu ‘Abbas, dimana dia berkata kepada seseorang: “Maukah engkau aku beritahu sebuah hadits yang dengannya engkau akan bergembira?” “Mau,” jawab orang itu. Dia berkata: “Bacalah: Tabaarakal ladzii biyadiHil mulku. Dan ajarkanlah kepada keluargamu serta seluruh anak-anakmu, juga anak-anak muda disekitar rumahmu dan juga tetangga-tetanggamu, karena ia bisa menyelamatkan dan menjadikan pembela yang akan memberikan pembelaan pada hari kiamat di hadapan Rabbnya bagi pembacanya dan engkau meminta kepada-Nya agar pembacanya itu diselamatkan dari adzab neraka. dan dengannya pula pembacanya akan selamat dari adzab kubur.” Rasulullah saw. telah bersabda: “Dan aku benar-benar ingin agar surah itu ada dihati setiap orang dari umatku.”
AllahTa’alamemujidiri-Nya yang muliadanmemberitahukanbahwakekuasaanituhanyaberada di tangan-Nya. Artinya, Dia-lahPengendalisatu-satunyaterhadapsemuamakhluksesuaidengankehendak-Nya. Tidakada yang bisamelawankehendak-Nya danhukum-Nya. Dan Diatidakakandimintaipertanggungjawabanatasapa yang Diakerjakan, karenakeperkasaan, kebijaksanaan, dankeadilan-Nya. Olehkarenaitu, Allah berfirman: waHuwa ‘alaakullisyai-ingqadiir (“Dan DiaMahakuasaatassegalasesuatu.”)
E.     Arti Penting
Permisalan orang yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah durian, rasa dan baunya enak. Orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’a dan mengamalkannya adalah bagaikan buah kurma, rasanya enak namun tidak beraroma. Orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah bagaikan rayhanah, baunya menyenangkan namun rasanya pahit. Dan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an bagaikan hanzolah, rasa dan baunya pahit dan tidak enak.
Jadi, agar hidup kita lebih bermakna maka kita sebagai orang Islam harus benar-benar mengamalkan apa yang ada dalam Al-Qur’an, tidak hanya membaca saja, akan tetapi memahami maknanya yang kemudian kita terapkan dalam menjalani kehidupan ini.
Dengan mempelajari surat Al-Mulk ayat 1 ini, kita jadi tahu betapa besarnya kekuasaan dan kekuatan Allah SWT. Allah maha kuasa atas sesuatu. Kita di cipatakan oleh Allah agar kita meyembah dan patuh kepada-nya. Maka agar kita memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat kita hrus membaca, mencari makna, dan mengamalkan apa yang terkandung di dalam Al-Qur’an. 



BAB I
PEMBAHASAN

A.       TEORI
Kata filsafat, menunjukan sesuatu yang prinsip atau dasar. Bahkan selain itu banyak dikaitkan dengan suatu pandangan hidup yang mengandung nilai-nilai dasar tertentu, seperti Filsafat pancasila dan Filsafat Islam.
Filsafat sebenarnya berasal dari bahasa Yunani philosophia. Dari kata philosophia, ini kemudian bnyak diperoleh pengertian-pengertian filsafat,baik dari segi pengertiannya secara harfiah atau etimologi maupun dari segi kandungannya.
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, Filsafat berasal dari kata Yunani yang tersusun dari dua kata philein dalam arti cinta dan sophos dalam arti hikmat (wisdom). Orang arab memindahkan kata Yunani philopia ke dalam bahasa mereaka dengan menyesuaikan tabiat susunan kata-kata Arab, yaitu falsafa denga pola fa’lala,fa’lalah dan fi’lal dengan demikian kata benda dari kata kerja falsafa seharusnya menjadi falsafah atau filsafah.[1]
Dalam dunia pendidika mengalami perubahan seperti abad ke-20 ini, kegunaan fungsional dari filsafat pendidikan islam adalah semakin penting, karena filsafat ini menjadi landasan strategi dan kompas jalanya pendidikan islam. Kemungkinan-kemungkinan yang menyimpang dari tujuan pendidikan islam akan dapat diperkecil. Sebaliknya, kemampuan dan kedayagunaan pendidikan islam dapat lebih dimantapkan dan diperbesar, karena gangguan, hambatan serta rintangan yang bersifat mental/spiritual serta teknis operasional akan dapat diatasi atau disingkirkan dengan mudah.[2]




B.        TAFSIR
1.      Tafsir Al-Misbah
Kata (تبارك) tabraka terambil dari kata (برك)baraka yang antara lain berarti mantap, langgeng. Itu juga berarti kebijakan yang banyak dan bersinambung. Dari kata tersebut lahir kata berkat. Sementara ulama mengaitkannya mahasuci. Ini menjadikan serupa dengan subhana, padahal seharusnya berbeda. Al-Biqa’i dalam penjelasanya, menggabungkan kedua makna diatas sehingga menjelaskan kata tersebut dalam arti mahabesar, mahasci, mahatinggi, maha agung, mantap dengan kemantapan yang takada samanya disertai dengan kebijakan, keberkatan, serta kelangsungan limpahan karunianya.
Kata (بيده) biyadihi terambil dari kata (بد) yang berarti tangan yang bila dinisbatkan kepada Allah, ia bermakna kekuasaan atau nikmat. Kata ini digunakan untuk menggambarkan cakupan kuasanya terhadap sesuatu sekaligus, pengendalinya atas segala sesuatu karena “tangan” dalam penggunaan manusia digunakan untuk mengelola dan menggendalikan sesuatu yang digenggam. Allah yang menganugrahkan kekuasaan bagi siapa yang dikehendakinya dan dia pula yang mencabutnya (Q.S Ali Imran [3]:26).
Kata ( وهو على كلّ شيء قدير) wahuwa’ala kulli syai’in qodir, dia atas segala sesuatu mahakuasa mempertegas penyataan sebelumnya sekaligus memasukkan apa yang boleh jadi diduga belum termasuk didalamnya. Misalnya, yang belum wujud selama wujudnya bukan merupakan sesuatu yang mustahil menurut akal. Dengan adanya pernyataan ini, dapat dipahami bahwa Allah tidak hanya kuasa dan mengendalikan apa yang berkaitan dengan kekuasaan tetapi menyangkut segala sesuatu tanpa kecuali itu juga maka kalimat atas segala sesuatu didahulukan atas mahakuasa.[3]
2.      Tafsir Al-Azhar
“Maha suci Dia, yang didalam tanganya sekaian kerajaan.”(pangkalan ayat 1). Apabila kita baca pangkalan ayat yang pertama ini dengan khusyuk’dan memahami kandungannya secar mendalam, akan terasalah betapa Allah memberi ingatan kepada manusia dalam perbuatan kekuasaan dan kemegahan dalam dunia ini bahwasanya kerajaan yang sebenarnya kerajaan, kekuasaan yang sebenarnya kekuasaan hanya ada dalam tangan Allah.
Segala kerajaan dan kekuasaan yang ada dimuka bumi ini, bagaimanapun manusia mengejarnya, atau bagaimanapun manusia memepertahankannya bila telah didapt, tidaklah dianya sebenar-benar kerajaan dan tidaklah dianya sebenar-benar kekuasaan.Bagaimana pun seorang raja (presiden) memerintahkan dengan segenap kekuatan, kegagahan, dan kadang-kadang kesewenangan-wenagan, namun kekuasaan yang seperti itu hanyalah pinjaman sementara dari Allah SWT dan tidak ada yang akan kekal dipegangnya terus. Imbangan kekuatan dan kekuasaan yang terbagi-bagi dan terbelah-belah didunia ini tidak ada yang kekal. Bila tiba waktunya, keadaan pun bekisar, yang diatas kebawah, yang dibawah ke atas, yang telah tua gugur, yang muda datang menggantikan, buat kelak gugur pula, Tak ada yang tetap.
Naiknya seseorang menjadi penguasa pun hanyalah karena adanya pengakuan! Setelah orang banyak mengakui, dengan angkatan tertentu, barulah dia berkuasa. Sedangkan Allah sebagai Maha Kuasa dan Maha Menentukan, tidaklah dia berkuasa karena diangkat. Meskipun misalnya berkumpul segala isi bumi untuk mendurhakai kekuasaan Allah, yang akan jatuh bukan Allah, melainkan yang memungkari kekuasaan Allah itu. Itulah pula sebabnya maka mustahil Allah itu beranak. Sebab Allah itu hidup selama-lamanya dan Maha Kuasa untuk selama-lamanya. Allah tidak akan memerlukan wakil atau calon penggantinya. Mahasuci Allah dari pada yang demikian. “Dan Maha Kuasa atas Segala Sesuatu”(ujung ayat 1). Sebagai Allah yang Maha Kuasa, pembahagi kekuasaan kepada sekalian raja dan penguasa didunia diseluruh alam ini, baik dibumi, ataupun dilangit, Allah lah yang Maha Kuasa dan menentukan segala sesuatu. Segala sesuatu adalah meliputi segala sesuatu, baik yang sangat besar maupun yang sangat kecil.
Misalnya yang sangat besar adalah Matahari dengan segala bintang-bintang yang menjadi satelitnya, rangkaian bintang-bintang itu dalam pertalian keluarga dengan matahari, dalam ukuran jarak jauh dan jarak dekat yang tertentu, sehingga terdapat keseimbangan, maka rangkaian itu pulalah yang terdapat pada alam yang sekecil-kecilnya.
“Alaa kulli syai’n qadir”, atas tiap-tiap sesuatu sangat menentukan. Dengan menggali rahasia alam, sehingga mendapat pengetahuan tentang segala yang dilihat, didengar, dan diselidiki, dan yang kecil sampai besar. Diwaktu mendapatkannya itulah kita akanlebih faham apa arti yang sebenarnya dari pada kata Takdir, bahwa segala sesuatu itu ada ketentuannya.[4]
3.      Tafsir Jus Tabarak (Khuluqun’Azhim)
Surat al mulk ini diawali dengan peryataan tentang kemahasucian Allah. Mahasuci Allah adalah pernyataan yang tidak boleh dipahami secara fisik. Karena Allah adalah Eksistensi yang maha gaib. Eksistensi yang gaibadalaheksistensi yang tidakbisaditangkapolehpancaindrabahkanolehpikiransekalipun. Pernytaan “MahaSuci” untuk Allah haruslahdiphamisecara immaterial, yaknimenysucikan Allah daripenggambaran yang menggiringikepadatajsim (penjisiman). Sementarapadaayat-ayatalquranterdapatayat-ayat, yang mautidakmau, harusditerjemahkandenganmenpergunakanpengertiantajsim, seperti kata wajhum,yangberartiwajah, kata yadun yang berartitangan, dan kata-kata yang lain yang membawapengertiantajsimtersebut.
Tidak ada aliran dalam pemikiran kalam yang menerima tasjim, semua aliran bersepakat menolak tasjim tersebut. Yang dipersilisikan adalah apakah penolakan tasjim itu dengan jalan yang menyerahkan kepada Allah atau boleh diberi takwil. Aliran kalam tradisional yang diwakili oleh asy’ariyah dan Maturidiyah bukhara berpendapat bahwa nash dan matan hadis yang membawa kepada pengertian tasjim tidak boleh takwil. Pengertian yang ada didalam al-Qura’an dan matan hadis itu tetap dipergunakan pengertian tasjim tersebut.
Namun, bagaimana hakikatnya tasjim itu diserahkan kepada Allah SWT. Allah yang Mahasuci” yang ditangannyalah segala kerajaan.” Dialah Allah pemilik segala kekeuasaan dan kerajaan. Tidak ada kekuasaan tergenggam dala kemahakuasaannya. Ia berikan kekuasaan itu kepada orang-orang yang dia kehendaki dan ia cabut kekuasaan itu dari orang yang dia kehendaki. Sebagimana penegasan dalam Q.S Ali imran 3:26.[5]
4.      Tafsir Al-Quthubi
Kata (تبارك) adalah bentuk (تفا عل) dari kata al barakah. Al Hasan berkata,”(makna tabaaraka) adalah Taqaddasa (MahaSuci).” Menurut satu pendapat, (mananya) adalah daama (mahakekal). Sebab dialah yang maha kekal, dimana tidak ada awal bagi wujudnya dan tidak ada pula akhir bagi kekekalanya.
Kata (بيده الملك),” yang ditanganyalah segala kerajaan). “yakni kerajaan langit dan bumi, baik didunia maupun diakhirat. Ibnu Abbas berkata,’ di tanganyalah segala kerajaan, dia dapat memuliahkan dan menghilangkan siapa saja yang dikehendakinya, dia dapat menghidupkan dan mematikan, dia dapat membuat kaya dan membuat miskin, dan dia dapat memberi dan menolaknya.”
Muhammad bin Ishak berkata,” milik Allahlah kerajaan kenabian yang denganyalah dimuliahkan orang-orang yang mengikutinya dan denagn pula dihinakan orang-orang yang menentangnya.”
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ “ dan dia maha kuasa atas segala sesuatu,” baik memberikan kenikmatan maupun hukuman.[6]
C.       APLIKASI DALAM KEHIDUPAN
Allah telah menurunkan Al-qur’an sebagai pedoman hidup manusia. Al-Qur’an beisi tentang hidayah atau petunjuk dalam menjalani kehidupan bagi manusia. Dalam surat Al-Mulk ini menerangkan bahwa Allah mempunyai kerajaan yang Allah maha kuasa atas segala sesuatu.
Apabila kita berpegang teguh pada Al-Qur’an dan mengamalkan segalanya yang ada dalam Al-Qur’an maka Allah akan memuliakan kita dengan segala kuasanya. Oleh karena itu kita harus mempelajari Al-Qur’an dan maknanya serta mengamalkan dalam kehidupan sehari-sehari. Dengan begini, maka kita akan tahu betapa besar kekuasaan Allah dan kita harus mengimani akan hal-hal yang ghoib tentang Allah.
D.       ASPEK TARBAWI
1.      Menjadikan Al-qur’an sebagai pedoman hidup
2.      Dalam Islam, mepercayai hal-hal ghiob adalah keharusan, terutama yang berkaitan dengan kekuasaan Allah.
3.      Allah itu MahaSuci, maka kita harus  menysucikan Allah dari penggambaran yang menggiringi kepada tajsim (penjisiman).
4.      Kita harus percaya bahwa Allah berkuasa atas diri kita, artinya hidup dan mati kita di tentukan ol



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai hasil pemikiran bercorak khas dalam Islam, Filsafat pendidikan Islam pada Hakikatnya adalah konsep berfikir tentang kependidikan yang bersumber atau berlandasan ajaran agama islam, tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan kembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran islam, serta mengapa manusia harus dibina menjadi hamba Allah yang kepribadian demikian. dalam surat Al-mulk ayat 1 menjelaskan tentang Maha Suci Allah yang ditangannyalah segala kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.










DAFTAR PUSTAKA
Zuhairin,dkk,1994,filsafat pendidikan islam,Jakarta:Bumi Aksara
Arifin,Muzayyin,2003,Filsafat pendidikan Islam, Jakarta:Bumi Aksara
Shihab,M quraish 2003, Tafsir Al-misbah,Jakarta: Penerbit Lentera Hati
Hamka,1984,Tafsir Al-Azhar,Jakarta:Pustaka Panjimas
Yusuf ,M yunan,2013,tafsir Khuluqun Azhim,Tanggerang,lentera hati










PROFIL
Nama: Lika Hanifa
Nim:2021115339
Tempat, Tanggal Lahir : Pemalang,19 November 1996
Alamat : Ds.Rowosar-Ulujami kab.Pemalang
Riwayat Pendidikan :
-SD 03 Rowosari
-SMP 03 Ulujami
-SMK Islam Nusantara Comal
-IAIN Pekalongan(Masih)







[1]Zuhairin,dkk,filsafat pendidikan islam,(Jakarta:Bumi Aksara,1994),hlm.3-4
[2]Muzayyin Arifin,Filsafat pendidikan Islam,(Jakarta:Bumi Aksara,2003),hlm.2
[3]M.quraish shihab,Tafsir al-misbah(Jakarta:Penerbit Lentera Hati,2005)hlm.321-322
[4] Hamka, Tafsir Al-Azhar ( Jakarta: Pustaka Panjimas,1984).hlm.120-123
[5]Prof.Dr.M yunan yusuf,tafsir Khuluqun Azhim,(Tanggerang:lentera hati,2013),hlm22-24
[6]Syaikh imam,al jami’li ahkaam alqur’an,(Jakarta:pustaka azzam,2009),hlm.5-6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar