Laman

new post

zzz

Kamis, 17 November 2016

tt1 B 11a Metode Tabligh Q.S Al-Maidah: 67



METODE PENDIDIKAN UMUM
Metode Tabligh
Q.S Al-Maidah: 67


Anas Fuadi (2021115350)
 Kelas B
 
Fakultas Tarbiyah
Pendidikan Agama Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016


KATA PENGANTAR


Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul METODE PENDIDIKAN UMUM “Metode Tabligh Al Maidah 67” guna melengkapi tugas matakuliah Tafsir Tarbawi. Tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini, dengan segala kerendahan hati kritik dan saran sangat saya nantikan demi kebaikan yang akan datang.




Pekalongan, 12 Oktober 2016

Anas Fuadi
(2021115350)









BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Al-qur’an ialah salah satu sumber hukum dan dalil hukum, dan sebagai petunjuk atau sebagai sumber dari ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah supaya manusia menjadi makhluk yang mengenal Allah dan mampu mengemban amanah sebagai khalifah Allah. Tafsir Al-qur’an adalah penjelas tentang maksud firman Allah sesuai kemampuan manusia. Kemampuan itu bertingkat-tingkat, sehingga yang dicerna atau yang diperoleh seorang penafsir dari Al-qur’an bertingkat-tingkat pula.
Didalam Al-qur’an mengandung nilai-nilai pendidikan, pendidikan yang berlandaskan Al-qur’an sebagai sumber utama. Dan didalam pendidikan terdapat metode dalam melakukan pendidikan. Oleh karena itu, dalam makalah ini menjelaskan tentang metode pendidikan yang terdapat pada surat Al-Maidah ayat 67.

B. Judul makalah
Dalam kesempatan kali ini penulis akan membahas tentang Metode Pendidikan Umum dengan berkonsentrasi pada judul Metode Tabligh. Sesuai dengan tugas yang penulis terima
C. Nash danTerjemah QS. Al-Maidah: 67
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (٦٧)

Artinya:”Artinya: Hai Rosul, sampaikanlah kepada semua orang segala yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanatnya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S Al-Ma’idah:67)



D. ArtiPenting
Salah satu sifat wajib bagi rosul adalah Tabligh, yakni menyampaikan wahyu dari Allah SWT kepada umatnya. Semasa Nabi Muhammad saw masih hidup, seluruh waktunya dihabiskan untuk menympaikan wahyu kepada umatnya. Setelah Rosulullah saw wafat, kebiasaan ini dilanjutkan oleh para sahabatnya, para tabi’in (pengikutnya sahabat) dan tabi’it-tabi’in (pengikut-pengikutnya sahabat). Setelah mereka semuanya tiada, siapakah yang akan meneruskan kebiasaan menyampaikan ajaran islam kepada orang-orang sesudahnya? Kita sebagai muslim punya tanggung jawab untuk meneruskan kebiasaan bertabligh tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Metode berasal dari bahasa latin “meta” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan atau ke atau cara ke. Dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasa Arab kata metode diungkapkan dalam berbagai kata. Terkadang digunakan kata atthariqah, manhaj, dan alwashilah. Thariqah berarti jalan, ,manhaj berarti sistem, dan washilah berarti perantara atau mediator. Dengan demikian kata yang paling dekat dengan metode adalah kata thariqah. Karena sebagaimana dijelaskan pada awal pargraf secara bahasa metode adalah suatu jalan untuk mencapai suatu tujuan.
Dengan demikian metode memiliki posisi penting dalam mencapai tujuan. Metode adalah cara yang paling cepat dan tepat dalam memperoleh tujuan yang diinginkan.
Tabligh berasal dari kata : ballagha - yuballighu – tablighan, yang artinya menyampaikan. Secara Istilah berarti menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang diterima dari Allah SWT. Kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman dan dilaksanakan agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Isi pokok tabligh adalah amar ma’ruf nahi munkar ( menyuruh kapada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran).

B. Penjelasan Q.S Al-Maidah ayat 67
Di dalam Q.S Al-Maidah ayat 67, Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (٦٧)

Artinya: Hai Rosul, sampaikanlah kepada semua orang segala yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanatnya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Ayat ini turun karena pada saat itu orang Yahudi menunjukan watak mereka yang lebih keji dari watak yang dijelaskan pada ayat sebelumnya. Watak yang keji itu yaitu menuduh Allah SWT. bersikap kikir, tidak bisa mengampuni dosa dan sebagainya. Allah juga mengungkapkan bahwa mereka berwatak seperti itu karena telah menyimpang dari tuntunan kitab Allah, sehingga mereka tidak menyadari perbuatan mereka yang keji.
 Kemudian di dalam ayat-ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw, agar menyampaikan wahyu yang telah diterima dengan tidak perlu menghiraukan sikap orang-orang Yahudi yang memusuhinya, bahkan Nabi Muhammad saw, diperintahkan mengajak mereka untuk kembali kepada tuntunan kitab Taurat, Injil, dan Al-Quran, agar mereka kembali menjadi orang yang beragama tauhid dan menempuh jalan yang benar sesuai tuntunan dari nabi-nabi yang diutus sebelumnya.
Abu Syekh menjelaskan keterangan dari Hasan, bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengutusku untuk membawa risalah-Nya hal ini membuatku merasa susah. Dan aku telah mengetahui bahwa orang-orang pasti akan mendustakan diriku. Akhirnya Allah memerintahkan kepadaku, apakah aku menyampaikannya ataukah Dia akan mengazabku’. Maka turunlah ayat ini (surat Al-maidah ayat 67) yang mempertegas perintah penyampaian risalah disertai jaminan akan keselamatannya.
Dalam riwayat yang lain dikemukakan bahwa Siti Aisyah menyatakan bahwa nabi SAW biasanya dijaga oleh para pengawalnya sampai turun ayat “wallahu ya’shimuka minnannas’ (S.5 : 67) Setelah ayat itu turun Rasulullah menampakan dirinya dari kubbah sambil berkata ; “wahai saudara-saudaraku pulanglah kalian, Allah telah menjamin keselamatanku dalam menyebarkan dakwah ini. Sesungguhnya malam seperti ini baik untuk tidur di tempat tidur masing-masing.
Tersirat dalam Surat Al-Maidah ini mengandung makna bahwa menyampaikan risalah itu merupakan perintah Tuhan. Allah memerintahkan Nabi untuk menyampaikan risalah kenabian kepada umatnya jika tidak maka nabi termasuk orang yang tidak menyampaikan amanat. Peringatan Allah kepada nabi mengakibatkan beliau sangat ketakutan sehingga dada nabi terasa sesak, saking beratnya tugas ini.
Kata-kata “baligh” dalam bahasa Arab itu merupakan pernyataan yang sangat jelas apalagi bentuknya fi’il “amr”. Dalam tafsir Al-Jalalin lafadz “baligh” terselip kandunganجميع (seluruhnya)
Berarti nabi harus menyampaikan secara keseluruhan yang telah diterima dari Allah SWT. Tidak boleh ada yang disembunyikan sedikitpun dari Nabi.

C. Tafsir
a. Tafsir Al-Misbah
Berpendapat bahwa ayat ini merupakan janji dari Allah kepada Nabi Muhammad saw bahwa ia akan dipelihara Allah dari gangguan dan tipu daya orang-orang yahudi dan nasrani. Thahir bin asyur menambahkan bahwa ayaat ini mengingatkan rosul agar menyampaikan ajaran agama kepada ahli kitab tanpa menghiraukan kritik dan ancaman mereka. Berbagai teguran keras yang disampaikan kepada ahli kitab itulah dihadapkan pada kecenderungan sikap lemah lembut nabi SAW yang merupakan hal khusus dan mengatarkan kepada turunnya peringatan tentang kewajiban menyampaikan risalah disertai jaminan keamanan beliau.

b. Tafsir Ibnu Katsir
Dalam Tafsir Ibnu Katsir juga dijelaskan bahwa makna “baligh” dalam surat Al-Maidah merupakan fiil amr yang terkandung makna untuk menyampaikan seluruh yang diterima dari Allah SWT.
Ibnu Katsir menulis (Allah berkata pada hamba dan rasulnya yaitu Muhammad SAW dengan konteks kerisalahan dan memerintahkan untuk menyampaikan seluruh yang datang dari Allah). Bagi nabi tugas ini sangat berat karena merupakan tanggung jawab dunia akherat. Saking beratnya perintah ini, dalam peristiwa “haji wada”, nabi sekali lagi menegaskan tentang tugas beliau yang telah dipikulkan padanya. Ini artinya sebuah perintah harus dipertangggungjawabkan. Bagi seorang guru pada akhir tugas pembelajaran harus ada pertanggungjawaban sehingga diketahui oleh publik atau masyarakat umum. Kisah ini diceritakan sangat indah oleh Ibnu Katsir dalam menafsirkan Surat Al-Maidah ayat 67 ini. Beliau menguraikan:
Pada awalnya Nabi merasa takut untuk menyampaikan risalah kenabian. Namun karena ada dukungan lansung dari Allah maka keberanian itu muncul. Dukungan dari Allah sebgai pihak pemberi wewenang menimbulkan semangat dan etos dakwah nabi dalam menyampaikan risalah. Nabi tidak sendirian, di belakangnya ada semangat “Agung”, ada pemberi motivasi yang sempurna yaitu Allah SWT. Begitu pun dalam proses pembelajaran harus ada keberanian, tidak ragu-ragu dalam menyampaikan materi. Sebab penyampaian materi sebagai pewarisan nilai merupakan amanat agung yang harus diberikan. Bukankah nabi berpesan;“yang hadir hendaknya menyampaikan kepada yang tidak hadir”. Sehingga Allah berfirman sebagai penegasan dukungan keselamatan: Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.

c. Tafsir Al-Maraghi
Allah swt berfirman : dan kalau kamu tidak melaksanakan apa yang diperintahkan kepadamu, yakni menyampaikan apa yang telah diturunkan kepadamu, umpamanya kamu sembunyikan, sekalipun hanya untuk sementara, karena takut disakiti orang baik dengan perkataan atu perbuatan, maka sudah cukup merupakan dosa bagimu bila kamu tidak menyampaikan risalah dan tidak melaksanakan apa yang karenanya diutus. Yaitu menyampaikan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dari Tuhan mereka, sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala : “kewajibanmu tidak lain adalah menyampaikan (risalah). (asy-syura’42;48)
Adapun hikmah dari ditegaskannya perintah dan penegasan (tabligh) dengan menganggap bahwa menyembunyikan sebagian risalah juga berarti menyembunyikan seluruhnya, sekalipun sudah maklum bahwa para rosul adalah terpelihara dari menyembunyikan sesuatu yang diperintahkan Allah untuk menyampaikannya, ya kalau tidak maka batallah hikmah risalah karena hilangnya kepercayaan manusia terhadap penyampaian itu.




d. TafsirAl-Azhar
ayat 67 ini menjelaskan tugas yang dipikulkan Allah kepada RosuNya, dan disamping diberi tugas, Tuhan pun memberikan jaminanNya pula atas keselamatan diri beliau selama melakukan tugas. Sebab itu maka ayat ini dimulai dengan ucapan: Wahai Rosul ! (pangkal ayat 67) sebagaimana kita ketahui, Tuhan tidak pernah memanggil Nabi kita dengan menyebut namanya, melainkan menyebut tugas atau jabatannya. Dan panggilan “Wahai Rosul” akan mengingatkan beliau tugas yang dipikulkan ke atas pundaknya: “sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepada engkau (dari Tuhan engkau). Ini adalah perintah tegas dari Tuhan bahwasanya segala wahyu yang telah diturunkan Tuhan kepadanya, hendaklah beliau sampaikan langsung kepada umat, tidak boleh ada yang disembunyikan, sebab samalah artinya dengan tidak menyampaikan sama sekali. Maka tidak dapat diragukan lagi, bahwasanya perintah itu telah dijalankan oleh Rosul dengan selengkapnya, tidak ada yang dikuranginya dan tidak ada yang disembunyikannya, manisnya ataupun pahitnya.

D. Aplikasi dalam kehidupan  sehari-hari
Dalam ayat di atas menjelaskan bahwa kita selaku umat nabi Muhammad S.A.W harus meniru dan mensuri tauladani akhlak nabi Muhammad s.a.w, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Bagi keluarga dan orang tua hendaklah mendidik anaknya dengan cara meniru akhlak rosululloh sehingga terciptalah norma-norma islam dan kepribadian dalam diri anak tersebut. Dalam ayat ini menggunakan metode suri tauladan dalam ruang lingkup pendidikan.

E. Aspek Tarbawi
Yang dapat diambil dari ayat tersebut di atas, yaitu bahwa metode tabligh adalah suatu metode yang dapat diperkenalkan dalam dunia paendidikan modern. Yaitu suatu metode pendidikan di mana guru tidak sekadar menyampaikan pengajaran kepada murid, akan tetapi dalam metode itu terkandung beberapa persyaratan guna terciptanya efektivitas proses belajar mengajar. Beberapa persyaratn yang dimaksud adalah :
1) Aspek kepribadian guru yang selalu menampilkan sosok uswah hasanah, suri tauladan yang baik bagi murid-muridnya.
2) Aspek kemampuan intelektual yang memadai.
3) Aspek penguasaan metodologis yang cukup sehingga mampu meraba dan membaca kejiwaan dan kebutuhan murid-muridnya.
4) Aspek spiritualitas dalam arti pengamal ajaran Islam yang istiqomah.
Apabila keempat persyaratan di atas dipenuhi oleh seorang guru , maka materi yang disampaikan kepada murid akan merupakan qoulan baligha, yaitu ucapan yang komunikatif dan efektif.



















BAB III
PENUTUP

Simpulan
Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam memiliki kemuliaan yang dipelihara oleh Allah dan memiliki fungsi yang begitu besar dalam mengatur tatacara hidup manusia dimana termasuk di dalamnya mengenai metode pengajaran.
Di dalam Al-Qur’an banyak terkandung ayat-ayat yang menjelaskan ataupun menerangkan tentang konsep Metode pengajaran kepada umat manusia misalnya yang terdapat pada surat Al-Maidah ayat 67.
Metode pengajaran sangat kita perlukan untuk dapat memiliki dan memanajemeni pengetahuan menjadi manusia yang unggul.Segala panduan terhadap aturan hidup dan kehidupan antara manusia dengan Tuhan, alam, masyarakat serta dirinya sendiri tersurat di dalam Al-qur’an. Siapa saja yang mendekati sumber hidayah ini, insya Allah akan tersentuh dengan petunjuk’Nya dan siapa yang tidak mendekatinya, akan jauh dari hidayah’Nya.

















DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. 1970.Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Semarang: C.V.Toha Putra.
Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar Juz Ke 6. Jakarta: Pustaka panjimas.
Shihab, Muhammad Quraish. 2002.Tafsir Al-Mishbah ; pesan, kesan dankeserasian Al-Qur’an, Jakarta : Lentera Hati.
Uhbiyati, Nur. 1999.Ilmu Pendidikan Islam, Bandung:  CV Pustaka Setia.
Shaleh, Qamaruddin DKK. 1992. Asbabun Nuzul ; Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an, Bandung : CV. Diponegoro.
Mahali, A. Mudjab. 2002.Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Qur’an, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.















PROFIL PENULIS


NAMA : AnasFuadi
TTL : Pekalongan
ALAMAT : DS. Api-Api Kec. Wonokerto Kab. Pekalongan
RIWAYAT PENDIDIKAN
- SD :MIS Kauman Wiradesa
- SMP : SMP Islam FQ Wonokerto
- SMA : SMK Islam 45 Wiradesa
- S1 :IAIN Pekalongan (semester 3)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar