OBJEK PENDIDIKAN LANGSUNG
(Keluarga Sebagai Objek Pendidikan)
Q.S At Tahrim ayat 6
Wita Widiyaningsih (2021115209)
Kelas A
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang keluarga sebagai objek pendidik dengan baik, meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Muhammad Hufron,
M.SI selaku Dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai kedudukan orang yang berilmu dan nilai
orang berilmu. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Pekalongan, Oktober 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an diyakini oleh umat Islam sebagai kalamullah (firman Allah) yang
mutlak benar, berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran serta petunjuk
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia ini dan
di akhirat nanti. Ajaran dan petunjuk al-Qur’an tersebut berkaitan dengan
berbagai konsep yang amat dibutuhkan oleh umat manusia dalam mengarungi
kehidupannya di dunia ini dan di akhirat kelak.
Al-Qur’an berbicara tentang berbagai hal, seperti aqidah, ibadah, mu’amalah
berbicara pula tentang pendidikan. Namun demikian, al-Qur’an bukanlah kitab
suci yang siap pakai, dalam arti berbagai konsep yang dikemukakan al-Qur’an
tersebut tidak langsung dapat dihubungkan dengan berbagai masalah tersebut.
Ajaran al-Qur’an tampil dalam sifatnya yang global, ringkas dan general. Untuk
dapat memahami ajaran al-Qur’an tentang berbagai masalah tersebut mau tidak mau
seseorang harus melewati jalur tafsir sebagaimana telah di lakukan para ulama
Dalam sebuah pendidikan tentunya terdapat sebuah subyek, obyek dan
sarana-sarana lain yang sekiranya dapat membantu terselenggaranya sebuah
pendidikan. Allah SWT telah memerintahkan kepada Rasul-Nya yang mulia, di dalam
ayat-ayat yang jelas ini, agar dia memberikan peringatkan kepada keluarga dan
sanak kerabat dulu kemudian kepada seluruh umat manusia agar tidak seorang pun
yang berprasangka jelek kepada nabi, keluarga dan sanak kerabatnya. Jika dia
memulai dengan memberikan peringatan kepada kelurga dan sanak kerabatnya, maka
hal itu akan lebih bermanfaat dan seruannya akan lebih berhasil. Allah juga
menyuruh agar bersikap tawadhu kepada pengikut-pengikut yang beriman, bersikap
baik keapad mereka, dan ikut menggung kesusahan yang mereka mau menerima
nasehat.
B.
Judul
Judul yang akan kita
bahas pada kali ini, menyangkut tentang
“keluarga sebagai objek pendidik”.
C.
Nash
Surat At-tahrim ayat 6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ
نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ
لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya : “hai orang-orang yang beriman,
peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari api yang bahan bakarnya adalah
manusia manusia dan batu-batu; di atasnya malaikat-malaikat yang kasar-kasar,
yang keras-keras, yang tidak mendurhakai Allah menyangkut apa yang Dia
perintahkan kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang di perintahkan”. Q.S
At tahrim : 6
Dalam surat di atas
menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula di rumah. Ayat
di atas walau secara redaksional tertuju kepada kaum pria (ayah), tetapi itu
bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada perempuan
dan lelaki (ibu dan ayah) sebagaimana ayat-ayat yang serupa (misalnya ayat yang
memerintahkan puasa) juga tertuju
kepada lelaki dan perempuan. Ini berarti kedua orangtua bertanggung jawab
terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing
bertanggungjawab atas kelakuannya. Ayah atau ibu sendiri tidak cukup
untuk menciptakan satu rumah tangga yang diliputi oleh nilai-nilai agama serta
dinaungi oleh hubungan yang harmonis.
Maksud
dari lafazh : “peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”,
maksudnya yaitu, kerjakanlah sesuatu dengan ketaatan kepada Allah SWT dan
jauhilah maksiat kepada Allah, serta ajarkan keluargamu dzikir, maka Allah akan
menyelamatkanmu dari api neraka.[1]
D.
Arti penting
-
Anjuran menyelamatkan diri dan keluarga
dari api neraka.
-
Pentingnya pendidikan Islam sejak dini
-
Perintah taqwa kepada Allah SWT dan
berdakwah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Pada prinsipnya
keluarga dalam berbagai referensi hampir sama, perbedaannya terletak dalam
pengungkapannya saja.Silviciond dan Arocelis, misalnya, mengemukakan keluarga
adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan dan pengangkatan, yang mereka hidupnya dalam suatu
rumah, berinteraksi satu sama laindan perannya masing-masing dan menciptakan
serta mempertahankan satu budayanya.
Pendidikan Islam itu
sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah
teori.misalnya Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu
pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara
lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori.
Pendidikan
keluarga pada hakikatnya di mulai sejak
pemilihan atau penentuan jodoh. Nabi Muhammad menitik beratkan agar memilih
jodoh yang kuat iman dan kesalehanya. Sebab suami dan istri atau ayah dan ib
mempunyai peran yang sangat penting dalam mendidik keluarga. Nabi bersabda “
stiap anak itu terlahir dengan keadaan fitrah, maka ibu dan ayahnua lah yang
membuat anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”.[2]
Ada
tiga tahap yang sangat penting yang harus di lakukan oleh orang tua terhadap
anak-anaknya . pertama, ketika seorang ibu sedang mengandung. Pada saat
kehamilan itu , orang tua terutama ibu mesti meningkatkan intensitas dan
kualitas komunikasiya dengan Allah karena bagaimanapun juga kondisi orang tua dapat mempengaruhi
janin dalam kandunganya. Kedua, setelah lahir ia jga mesti di komunikasikan
kepada Allah. Nabi mengajarkan, agar orang tua mengadzankan dan mengiqamahkan
anak yang baru lahir. Dan tahap ketiga, ketika anak sudah mulai dibesarkan dari
hari kehari dan seterusnya, ia mesti tumbuh dan berkembang dalam kesalehan
lingkungan keluarga.
Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak di
isyaratkan dengan kewajiban anak untuk berbakti kepada kedua orang tuanya,
sebagai balas jasa atas jari payah dalam mendidiknya semenjak masih dalam
kandungan.[3]
B.
Tafsir
1.
Tafsir Al-Misbah
Ayat
di atas telah memberi tuntunan kepada kaum beriman bahwa: Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah diri kamu Antara lain dengan meneladani Nabi,
dan pelihara juga keluarga kamu, yakni istri, anak-anak, dan seluruh
yang berada di bawah tanggung jawab kamu, dengan membimbing dan mendidik
merekaagar kamu semua terhindar dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia manusia yang kafir dan juga batu-batu antara
lain yang di jadikan berhala-berhala. Di atasnya, yakni yang menangani
neraka itu dan bertugas menyiksa penghuni-penghuninya, adalah maikat-malaikat
yang kasar hati dan perlakuanya, yang keras-keras perlakuanya dalam melaksanakan
tugas penyiksaan, yang tidak mendurhakai Allah menyangkut apa yang Dia
perintahkan kepada mereka sehingga siksa yang mereka jatuhkan-kendati
mereka kasar- tidak kurang dan tidak pula berlebih dari apa yang di perintahkan
Allah, yakni sesuai dengan dosa dan kesalahan masing-masing penghuni neraka,dan
mereka juga senantiasa dari saat kesaat mengerjakan dengan mudah apa yang di
perintahkan Allah kepada mereka.[4]
2.
Tafsir al maraghi
Maksudnya
Allah memerintahkan kepada sebagian dari istri-istri Nabi SAW. Untuk bertaubat
dari kesalahan yang terlanjur di lakukan, dan menjelaskan kepada mereka bahwa
Allah akan menolong dan menjaga rasul-Nya hingga kerjasama mereka untuk
menyakitinya tidak akan membahayakannya, kemudian mempringatkan mereka agar
tidak berkepanjangan dalam menentangnya karena khawatir akan di talak dan di
jatuhkan dari kedudukannya yang mulia sebagai ibu-ibu kaum mukminin yang
shaleh. Dia memerintahkan kaum mukminin pada umumnya untuk menjaga diri dan
keluarga dari neraka yang kayu bakarnya adalah manusia dan berhala berhala pada
hari kiamat.[5]
3.
Tafsir ibnu katsir
Allah
SWT berfirman, “yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu,” yaitu yang kayu bakrnya terdiri atas manusia dan jin.
“Al-Hijrah” dalam ayat ini ada yang mengatakan sebagai patug-patung yang mereka
sembah. Ibnu Masud dan yang lain mengatakan, “Batu blerang.” Dan di tambah oleh
Mujahid, “bau yang baunya lebih busuk dari pada bangkai.” Demikian di
riwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim.
Firman
Allah SWT, “penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,” yaitu yang tabiatnya kasar. Allah telah
mencabut dari hati-hati mereka rasa kasih sayang terhadap orang-orang kafir.
“yang keras” yaitu susunan tubuh mereka sangat keras, tebal dan penampilanya
yang mengerikan. Wajah-wajah mereka hitam dan taringtaring mereka menakutkan.
Tidak tersimpan dalam hati masing-masing mereka rasa kasi sayang terhadap
orang-orang kafir, walaupun sebesar biji dzarrah.
Allah
berfirman, “ yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang di perintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang di perintahkan.” Yaitu, mereka
tidak pernah menangguhkan bila datang peritah dari Allah walaupun sekejap mata,
padahal mereka bisa saja melakukan hal itu dan mereka tidak mengenal lelah.
Mereka itulah para malaikat zabaniah—kita berlindung kepada Allah dari mereka.[6]
4.
Tafsir Al-Qurthubi
Pada
firman Allah ini terdapat satu masalah, yaitu perintah agar manusia memelihara
dirinya dan keluarganya dari api neraka.
Adh-Dhahhak
berkata, “makna firman Allah itu adalah : peliharalah (oleh kalian) diri
kalian. Adapun keluarga kalian, hendaklah mereka memelihara diri mereka dari
neraka.
Ali
bin Abi Thalhah meriwayatkan dari ibnu abbas : “peliharalah diri kalian dan
perintahkanlah keluarga kalian berdzikir dan berdoa agar Allah memelihara mereka
karena kalian 9dari api neraka).
Ali,
Qatadah dan Mujahid berkata, : “peliharalah diri kalian dan perbuatan kalian,
dan peliharalah diri kalian dengan wasiat kalian,”
Dengan
demikian, seseorang harus memperbaiki dirinya sendiri dengan melakukan ketaatan,
dan juga memperbaiki keluarganya layaknya seorang pemimpin memperbaiki orang
yang di pimpininya. [7]
C. Aplikasi
dalam kehidupan
Banyak sekali amalan shalih yang menjadikan seseorang masuk surga
dan dijauhkan dari api neraka, misalnya bersedekah, berdakwah, berakhlaq baik,
saling tolong menolong dalam kebaikan dan sebagainya. Di antara cara
menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan shalat dan bersabar.
Anak adalah aset
bagi orang tua. Dan di tangan orangtualah anak-anak tumbuh dan menemukan jati
dirinya. Banyak orang tua “salah asuh” kepada anak sehingga perkembangan fisik
yang cepat diera globalisasi ini tidak diiringi dengan perkembangan mental dan
spiritual yang benar kepada anak, sehingga banyak prilaku kenakalan-kenalakan
oleh para remaja.
Sebagai orang tua
yang proaktif harus memperhatikan benar hal-hal yang berkenaan dengan
perkembangan anak. Rasulullah juga memberitahukan betapa pentingnyamendidik
anak sejak dini
D. Aspek
tarbawi
1.
menambah pengetahuan peran keluarga dalam pendidikan Islam.
2.
mengetahui tugas-tugas yang harus dilakukan keluarga dalam
membentuk jiwa yang beragama.
3.
mengetahui nasihat-nasihat Al-Qur’an dalam pendidikan keluarga.
BAB III
PENUTUP
Ø Kesimpulan
Keluarga merupakan suatu lembaga atau unit sosial terkecil di masyarakat
yang terbentuk melalui perkawinan yang sah biasanya terdiri atas ayah, ibu dan
anak yang hidup di suatu tempat. Pendidikan yang paling banyak di terima oleh
anak adalah keluarga, karena keluarga merupakan pendidikan yang pertama bagi
anak, dalam keluarga anak pertama-tama akan mendapatkan bimbingan,
perkembangan, pertumbuhan mental maupun fisik dalam kehidupannya. Selain itu,
keluarga bagi anak merupakan suatu tempat yang paling strategis dalam mengisi
dan membekali nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan oleh anak yang tengah
mencari makna kehidupan. Di dalam keluarga orang tua harus memberikan suasana
yang aman dan tenteram yang meliputi rasa cinta dan simpati yang sewajarnya
pada anak. Kebutuhan akan kasih sayang harus di penuhi dan berkembang dengan
baik. Orang tua pun harus memberikan dasar-dasar moral bagi anak, yang biasanya
tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai teladan yang dapat di
contoh anak. Biasanya tingkah laku, cara berbuat dan berbicara akan di tiru
oleh anak, teladan ini melahirkan gejala identifikasi positif, yakni menyamakan
diri dengan orang yang di tiru, dan hal ini penting sekali dalam rangka
pembentukan kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Thalhah, bin Ali.
2009. tarsir ibnu abbas. Jakarta:
Pustaka Azzam
Al Hifnawi, Muhammad Ibrahim. 2009. Tafsir Al Qurthubi.
Jakarta: Pustaka Azzam.
Al Maraghi, Mustodfa. 1993. tafsir
al maraghi. semarang: PT Karya Toha.
Ar Arifai, Muhammad Nasib. 2000. Tafsir Ibnu Katsir.
jakarta: gema insanipress.
Munir, Ahmad. 2008.Tafsir
Tarbawi. yogyakarta: Sukses Offset.
Shihab, Quraish. 2002. tafsir Al-misbah. jakarta: Lentera
Hati.
Yusuf, Kadar. 2003. Tafsir
Tarbawi, jakarta : Amzah.
Ali bin Abu thalhah, tarsir ibnu abbas, (jakarta : PUSTAKA
AZZAM,2009), hal.571
Kadar yusuf Tafsir Tarbawi, (jakarta : Amzah, 2003),
hal.157-161
Dr.Ahmad munir, MA, Tafsir Tarbawi,(yogyakarta: SUKSES
Offset, 2008)hal.115
M. Quraish shihab, tafsir Al-misbah, (jakarta: Lentera hati
, 2002)hal.177
Ahmad mustodfa al maraghi, tafsir
al maraghi, ( semarang : pt.karya toha, 1933), hal.333
Muhammad nasib ar-rifai, Tafsir Ibnu Katsir,(jakarta : gema
insanipress,2000), Hal. 752
PROFIL
Nama : Wita Widiyangingsih
Tempat,
tanggal lahir : Batang, 2 mei
1997
Alamat
: wonobodro, kec blado. Batang
Riwayat
pendidikan :
-
SDN wonobodro 1
-
Smp islam an-nur blado
-
Madrasah Aliyah sunan kalijaga bawang, Batang.
[1] Ali bin Abu
thalhah, tarsir ibnu abbas, (jakarta : PUSTAKA AZZAM,2009), hal.571
[2] Dr. Kadar
M.Yusuf, M.AG, Tafsir Tarbawi, (jakarta : Amzah, 2003), hal.157-161
[3] Dr.Ahmad
munir, MA, Tafsir Tarbawi,(yogyakarta: SUKSES Offset, 2008)hal.115
[4] M. Quraish
shihab, tafsir Al-misbah, (jakarta: Lentera hati , 2002)hal.177
[5] Ahmad mustodfa al maraghi, tafsir al
maraghi, ( semarang : pt.karya toha, 1933), hal.333
[6] Muhammad nasib
ar-rifai, Tafsir Ibnu Katsir,(jakarta : gema insanipress,2000), Hal. 752
[7] Muhammad
Ibrahim Al Hifnawi, Tafsir Al Qurthubi, (jakarta : pustaka azzam, 2009),
hal.744-745
Tidak ada komentar:
Posting Komentar