Laman

new post

zzz

Minggu, 26 Februari 2017

spi a3 MASA DINASTI UMAYYAH

PERADABAN ISLAM
PADA MASA DINASTI UMAYYAH 

M. KHAIRUN KHASANI
M. KAMAL FIKRI
NAFIATUL ILMA
kelas A

JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017



PRAKATA
        Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT  karena tanpa rahmat dan hidayah nya tak mungkin makalah dengan judul “Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Umayyah” ini dapat di selesaikan, hingga akhirnya kami berhasil menyusun tugas ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam di  IAIN Pekalongan. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi Agung Muhammad SAW, keluarga dan sahabatanya. Kami telah berusaha semaksimal mungkin agar dapat mencapai hasil yang sebaik- baiknya, namun kami menyadari bahwa dalam cara penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan tidak kesempurnaan, mengingat akan pengetahuan dan kemampuan yang kami memiliki masih terbatas untuk itu kritik dan saran yang membangun  sangat kami harapkan demi kebikan yang akan datang. Kami mengharapkan mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.






Pekalongan,   Februari 2017
                                                                                   

                        Tim penulis
DAFTAR ISI
Prakata ...........................................................................................................  ii
Daftar Isi........................................................................................................ iii
BAB I .. PENDAHULUAN
Latar belakang................................................................................................ 4
Rumusan Masalah.......................................................................................... 5
BAB II  PEMBAHASAN
Sejarah berdirinya Dinasti Umayyah..............................................................6
Para khalifah Dinasti Umayyah......................................................................7
Masa kemajuan Dinasti Umayyah.................................................................10
Masa kehancuran Dinasti Umayyah..............................................................14
Masuknya islam di Spanyol...........................................................................15
Faktor-faktor penyebab islm mudah masuk Spanyol.....................................17
Pekembangan islam di Spanyol.....................................................................17
Kemajuan peradaban islam di Spanyol.........................................................19
Pengaruh peradaban islam di Eropa..............................................................20
Transmisi ilmu-ilmu keislaman Erapa...........................................................21
BAB  III  PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................................  26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................  27


BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib mengakibatkan lahirnya kekuasan yang berpola Dinasti atau kerajaan. Pola kepemimpinan sebelumnya (khalifah Ali) yang masih menerapkan pola keteladanan Nabi Muhammad, yaitu pemilihan khalifah dengan proses musyawarah akan terasa berbeda ketika memasuki pola kepemimpinan dinasti-dinasti yang berkembang sesudahnya.
Bentuk pemerintahan dinasti atau kerajaan yang cenderung bersifat kekuasaan foedal dan turun temurun, hanya untuk mempertahankan kekuasaan, adanya unsur otoriter, kekuasaan mutlak, kekerasan, diplomasi yang dibumbui dengan tipu daya, dan hilangnya keteladanan Nabi untuk musyawarah dalam menentukan pemimpin merupakan gambaran umum tentang kekuasaan dinasti sesudah khulafaur rasyidin. Dinasti Umayyah merupakan kerajaan Islam pertama yang didirikan oleh Muawiyah Ibn Abi Sufyan. Perintisan dinasti ini dilakukannya dengan cara menolak pembai’atan terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib, kemudian ia memilih berperang dan melakukan perdamaian dengan pihak Ali dengan strategi politik yang sangat menguntungkan baginya.
Jatuhnya Ali dan naiknya Muawiyah juga disebabkan keberhasilan pihak khawarij (kelompok yang membangkan dari Ali) membunuh khalifah Ali, meskipun kemudian tampuk kekuasaan dipegang oleh putranya Hasan, namun tanpa dukungan yang kuat dan kondisi politik yang kacau akhirnya kepemimpinannya pun hanya bertahan sampai beberapa bulan. Pada akhirnya Hasan menyerahkan kepemimpinan kepada Muawiyah, namun dengan perjanjian bahwa pemmilihan kepemimpinan sesudahnya adalah diserahkan kepada umat Islam. Perjanjian tersebut dibuat pada tahun 661 M / 41 H dan dikenal dengan am jama’ah karena perjanjian ini mempersatukan ummat Islam menjadi satu kepemimpinan, namun secara tidak langsung mengubah pola pemerintahan menjadi kerajaan.
Meskipun begitu, munculnya Dinasti Umayyah memberikan babak baru dalam kemajuan peradaban Islam, hal itu dibuktikan dengan sumbangan-sumbangannya dalam perluasan wilayah, kemajuan pendidikan, kebudayaan dan lain sebagainya.


Rumusan Masalah
  1. Bagaimanakah sejarah berdirinya Dinasti Umayyah Timur ?
  2. Siapa saja Khalifah Dinasti Umayyah Timur ?
  3. Bagaimana kemajuan Dinasti Umayyah Timur?
  4. Bagaimana kehancuran  Dinasti Umayyah Timur?
  5. Bagaimana masuknya islam di Spanyol ?
  6. Apa saja faktor yang menyebabkan islam mudah masuk ke Spanyol ?
  7. Bagaimana perkembangan islam di Spanyol ?
  8. Bagaimana kemajuan peradaban islam di Spanyol ?
  9. Apa saja pengaruh peradaban Spanyol islam di Eropa ?
  10. Bagaimana transmisi ilmu-ilmu keislaman Eropa ?
Tujuan Penulisan                                          
  1. Dapat Mengetahui Sejarah berdirinya Dinasti Umayyah Timur.
  2. Dapat Mengetahui Siapa saja Khalifah Dinasti Umayyah Timur.
  3. Dapat Mengetahui Bagaimana kemajuan Dinasti Umayyah Timur.
  4. Dapat Mengetahui Bagaimana kehancuran  Dinasti Umayyah Timur.
  5. Dapat Mengetahui Bagaimana masuknya islam di Spanyol.
  6. Dapat Mengetahui Apa saja faktor islam mudah masuk ke Spanyol.
  7. Dapat Mengetahui Bagaimana perkembangan islam di Spanyol.
  8. Dapat Mengetahui Bagaimana kemajuan peradaban islam di Spanyol.
  9. Dapat Mengetahui Apa saja pengaruh peradaban Spanyol islam di Eropa.
  10. Dapat Mengetahui Bagaimana transmisi ilmu-ilmu keislaman Eropa.








BAB II
PEMBAHASAN
  1. PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH TIMUR ( 632-661 M )

1.     Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah

Setelah masa khalifah al-Rasyidin berakhir, fase selanjutnya adalah zaman tabi’in yang pemerintahnnya dibimbing oleh Dinasti Umayyah. Dengan khalifah pertama Muawiyah bin Abi Sofyan, Dinasti ini beribukota di Damaskus. Dinasti ini berkuasa selama kurang lebih 90 tahun.[1]
Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin ‘Abd Asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan. Beliau pada mulanya hanyalah gubernur Syam. Akan tetapi setelah terjadi pembunuhan Khalifah Ustman bin Affan, maka situasi itu dimanfaatkannya untuk melawan kekuasaan Ali bin Abi Thalib. Sehingga timbul perang Siffin.
Dinasti ini dinisbatkan kepada Umayyah ibn Abd al-Syams ibn Abd al-Manaf, nenek moyang Muawiyah ibn Abu Sufyan. Pendirian dinasti ini mempunyai akar sejarah yang cukup panjang. Salah satunya dendam yang berurat akar dalam diri Umayyah dan keturunannya kepada kelompok Bani Hasyim, nenek moyang Nabi Muhammad. Di tangannya, seni berpolitik mengalami kemajuan luar biasa melebihi tokoh-tokoh muslim lainnya.
Umayyah ibn Abd Syams adalah musuh politik Hasyim ibn Abdul Manaf. Keduanya masih keturunan Quraisy. Kedua kubu sering bertarung memperebutkan kedudukan dan kehormatan. Pertarungan mereka berujung pada pertarungan ideologi agama, khususunya ketika Allah memilih salah satu keturunan Hasyim, yaitu Muhammad menjadi Nabi. Mayoritas keturunan Umayyah berada di sebrang kekufuran dan menjadi penentang utama Muhammad, sementara mayoritas keturunan Hasyim berada di sebrang keimanan dan menjadi pendukung utama Muhammad.
Muawiyah berhasil membangun pemerintahan melebihi apa yang telah di bangun oleh saudaranya, Muhammad. Dengan mencontoh model pemerintahan Persia dan Bizantium, dinastinya mampu memperluas kekuasaan islam yang tidak bisa dilakukan oleh pemimpin islam sebelum dan sesudahnya. Khalifah-khalifah besar ini seperti Muawiyah I, Abd al-Malik, al-Walid I, dan Umar ibn Abdul Aziz melakukan revolusi pemerintahan yang melahirkan peradaban islam yang luar biasa. Perkembangan yang dapat dilihat pada daerah Hijaz, Makkah dan Madinah serta Irak dan Basrah menjadi pusat aktifitah Intelektual dunia Islam.
Namun, sehebat-hebatnya sebuah kekuasaan politik, pada akhirnya akan mengalami kemunduran atau kehancuran. Kehebatan Dinasti Umayyah hanya bisa dirasakan sampai khalifah Umar ibn Abul Aziz. Setelah pemerintahannya, kekuasaan Dinasti Umayyah semakin surut dan kemudian hancur pada masa raja terakhir, Marwan II, setelah direbut oleh para pemegang bendera hitam, yaitu koalisi antara bani Abbasiyah, Syiah, dan kelompok Khurasan. Maka berkakhirlah masa pemerintahan Dinasti Umayyah jilid I selama lebih murang 90 tahun. Kelak salah satu keluarga Dinasti Umayyah yang lolos dari pengejaran kelompok Bani Abbasiyah akan mendirikan Dinasti Umayyah jilid II.
Setelah masa khalifah al-Rasyidin berakhir, fase selanjutnya adalah zaman tabi’in yang pemerintahnnya dibimbing oleh Dinasti Umayyah. Dengan khalifah pertama Muawiyah bin Abi Sofyan, Dinasti ini beribukota di Damaskus. Dinasti ini berkuasa selama kurang lebih 90 tahun.[2]

2.     Para Khalifah Dinasti Umayyah
Masa kekuasaan Dinasti Umayyah hampir satu abad, dengan 14 khalifah. Dengan khalifah pertamanya yaitu Muawiyah bin Abi Sufyan, dan khalifah terakhir yaitu Marwan bin Muhammad.
Berikut khalifah Dinasti Umayyah sebagai berikut :
a.      Muawiyah I bin Abi Sufyan         41-60H/661-679M
b.     Yazid I bin Muawiyyah                60-64H/679-683M
c.      Mualiyyah II bin Yazid                64H/683M
d.     Marwan I bin Hakam                    64-85H/683-684M
e.      Abdul Malik bin Marwan             65-86H/684-705M
f.      Al-Walid I bin Abdul Malik        86-96H/705-714M
g.     Sulaiman bin Abdul Malik           96-99H/714-717M
h.     Umar bin Abdul Aziz                   99-101H/717-719M
i.       Yazid II bin Abdul Malik             101-105H/719-723M
j.       Hisyam bin Abdul Malik             105-125H/723-742M
k.     Al-Walid II bin Yazid II               125-126H/742-743M
l.       Yazid bin Walid bin Malik          126H/743M
m.   Ibrahim bin Walid II                     126-127H/743-744M
n.     Marwan II bin Muhammad          127-132H/744-750M.[3]
Di antara khalifah-khalifah itu terdapat beberapa khalifah yang menonjol dan memberikan sumbangan terhadap perkembangan agama serta kebudayaan umat Islam. Khalifah-khalifah tersebut adalah sebagai berikut:            
1.      Mu’awiyah Bin Abu Sufyan (661 – 680 M)
        Mu’awiyah bin Abu Sufyan adalah pengasas kepada kekhalifahan Bani Umayyah. Ia memerintah selama sembilan belas tahun. Pada masa pemerintahannya, Islam menyebar ke arah barat dan timur. Di bidang pemerintahan, Mu’awiyah bin Abu Sufyan mendirikan pos dinas untuk memperlancar administrasi pusat dengan daerah. Di bidang perekonomian, ia mencetak mata uang. Selanjutnya di bidang hukum, ia memunculkan profesi qadi yang bertugas untuk memutuskan hukum dalam permasalahan-permasalahan yang muncul di kalangan umat Islam.
2.      Abdul Malik Bin Marwan (685 – 705 M)
           Abdul Malik bin Marwan memerintah selama dua puluh tahun Pada masa pemerintahannya, tentera Islam bergerak lebih jauh ke timur. Disamping perluasan wilayah, ia juga mengubah mata uang Byzantium dan Persia menjadi mata uang bertuliskan kata dalam huruf Arab. Selain itu, ia juga menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi dalam administrasi negara.
3.      Al-Walid Bin Abdul Malik (705 – 715 M)
     Al-Walid bin Abdul Malik memerintah selama sepuluh tahun Pada masa pemerintahannya, tentera Islam menguasai Maroko dan Aljazair di Afrika Utara. Tahun 711M, ia mengirim pasukan Islam yang dipimpin Tariq bin Ziyad menyeberangi Selat Gibraltar dan menyerang Spanyol serta berhasil menguasai Kordora, Sevilla, Elvira, dan Toledo. Di bidang sosial, ia membangun panti untuk orang cacat. Semua pegawai yang bekerja di panti itu mendapatkan gaji tetap dari khalifah. Selain itu, ia juga membangun jaringan jalan raya, fabrik-fabrik, gedung-gedung pemerintahan, dan masjid-masjid.
4.      Umar Bin Abdul Aziz
     Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 717M. Beliau di baiat sebagai khalifah pada hari Jumat setelah solat Jumat. Hari itu juga setelah ashar, rakyat dapat langsung merasakan perubahan kebijakan khalifah baru ini. Khalifah Umar, masih satu nasab dengan Khalifah kedua, Umar bin Khattab dari garis ibu.
Umar bin Abdul Aziz memerintah dalam waktu tidak lama, hanya sampai tahun 720M atau hanya selama tiga tahun. Walaupun sebentar, ia berhasil mencapai banyak kemajuan. Pada waktu itu, tentera Islam dipimpin Abdurrahman al:Gafiqi memasuki Bordeaux, Poitier, dan Tour di Perancis. Angkatan laut Islam juga berhasil menguasai pulau-pulau di Laut Tengah. Setelah perluasan wilayah tersebut, ia menitikberatkan perhatiannya di bidang politik dan pemerintahan dalam negeri. Ia mulai menjalin hubungan kembali dengan golongan Syiah serta memberikan kebebasan kepada penganut agama lain untuk menjalankn ibadahnya. Ia juga memperingan pajak dan menyamakan kedudukan orang Arab dengan orang Malawi.


5.      Hisyam Bin Abdul Malik (724 -743 M)
                  Pada masa pemerintahannya, Bani Umayyah mengalami kemunduran. Hal itu di sebabkan banyak kerusuhan dan gerakan yang melawan khalifah. Di antara gerakan yang paling kuat adalah gerakan dari Bani Hasyim yang di dukung oleh kaum Malawi.
Hisyam bin Abdul Malik sebenarnya merupakan khalifah yang cekap. Ia banyak melakukan pembenahan dalam pemerintahannya. Akan tetapi, gerakan perlawanan pada waktu itu sudah sedemikian kuat. Selain itu, sepeninggal Hisyam ibn Abd al-Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi. Akhirnya, pada tahun 750 M, Daulat Umayyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al:Khurasani. Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, melarikan diri ke Mesir, ditangkap dan dibunuh di sana.
3.     Masa Kemajuan Dinasti Umayyah
Hanya dalam jangka waktu 90 tahun selama berkuasa, banyak negara yang berhasil ditaklukkan.
Berikut negara-negara yang behasil ditaklukkan :
a.      Spanyol
b.     Afrika Utara
c.      Jazirah Arab Syiria
d.     Syiria
e.      Palestina
f.      Irak
g.     Persia
h.     Afganistan
i.       India
j.       Soviet Rusia.[4]
Pada masa pemerintahan Muawiyah diraih kemajuan besar dalam perluasan wilayah, peristiwa yang paling mencolok yaitu keberanian Muawiyah mengepung kota Konstantinopel melalui ekspedisi yang dipusatkan di kota pelabuhan Dardanela, setelah berhasil mengusai pulau-pulau di Laut Tengah seperti Rodhes, Cyprus, Sicilia, dan pulau Award. Muawiyah juga berhasil menaklukkan Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afghanistan.
Setelah itu pada masa khalifah Abdul Malik di bawah komando Irak, Hajjaj bin Yusuf pasukan muslim menyeberangi sungai Ammu Darya dan berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawariz, Farghana, dan Samarkhan. Selain itu pasukan muslim melalui Markah masuk ke Balukhistan, Sind, dan Punjab sampai ke Multan, itulah pertama kalinya islam masuk ke India.
Kemudian pada masa kekuasaan Al-Walid I berhasil menguasai basis-basis militer Kerajaan Romawi di Mar’asy dan ‘Amuriyah. Pasukan muslim dipimpin Thariq bin Ziyad menyeberang selat Gibraltar masuk ke Spanyol dan berhasil merebut cordova dan menyusul kota-kota lain seperti Sevilla, Elvira, dan Toledo. Gubernur Musa bin Nushair menaklukan tanah Eropa dengan menyisir kaki Pegunungan Pyrenia dan menyerang Carolingian Prancis.
Selain berhasil menaklukan banyak negara, pada Bani Umayyah  juga berhasil dalam pembangunan berbagai bidang, seperti di bidang politik Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan dan administrasi kenegaraan yang semakin komplek. Selain itu khalifah Bani Umayyah juga mengangkat Majelis Penasihat sebagai pendampingnya.
Berikut beberapa orang sekretaris yang membantu melaksanakan tugasnya, yang meliputi :
a.      Katib Ar-Rasail, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan administrasi dan surat-menyurat dengan pembesar setempat.
b.     Katib Al-Kharraj, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan penerimaan dan pengeluaran negara.
c.      Katib Al-Jundi, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan berbagai hal yang berkaitan dengan ketentaraan.
d.     Katib Asy-Syurtah, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum.
e.      Katib Al-Qudat, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan tertib hukum melalui badan-badan peradilan dan hakim setempat.[5]
Dalam bidang sosial budaya, Bani Umayyah membuka kontak antarbangsa-bangsa muslim ( Arab ) dengan Persia, Mesir, Eropa. Dalam bidang seni membangun Qubah Ash-Shakhra di Yerusalem.
Hisyam bin Abdul Malik adalah raja Bani Umayyah yang paling terkenal di bidang ilmu pengetahuan.
Beberapa kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan sebagai berikut :
1)     Pengembangan Bahasa Arab
Yaitu dengan menjadikan bahasa arab sebagai bahasa resmi dalam tata usaha negara dan pemerintahan. Setelah sebelumnya menggunakan bahasa Persia dan Romawi.
2)     Marbad Kota Pusat Kegiatan Ilmu
Kota  Marbad  menjadi pusat kegiatan ilmu karena menjadi tempat berkumpunya pada pujangga, filsuf, ulama, penyair, tokoh cendekiawan, sehingga Marbad diberi gelar ukadz-nya islam.
3)     Ilmu Riraat
Pada masa Dinasti Umayyah ilmu qiraat dikembangluaskan hingga menjadi cabang ilmu syariat yang sangat penting. Pada masa ini juga lahir para ahli qiraat bernama Abdullah bin Qusair dan Ashim bin Abi Nujud.
4)     Ilmu Tafsir
Untuk memahami Alquran perlu adanya penafsiran, jadi minat di kalangan umat islam untuk menafsirkan alquran bertambah. Ulama yang membukukan ilmu tafsir yaitu Mujahid.
5)     Ilmu Hadis
Diantara para ulama hadis pada masa Dinasti Umayyah adalah Al-auzil Abdurrahman bin Amru, Hasan Basri, Ibnu Abdul Malikah.
6)     Ilmu Fiqih
Alquran adalah dasar fiqih islam, dan pada zaman Dinasti Umayyah fiqih menjadi satu cabang ilmu syariat yang berdiri sendiri. Di antara ahli fiqih yang terkenal adalah Sa’ud bn Musib, Abu Bakar bin Abdurrahman, Qasim Ubaidilah, Urwah, dan Kharijah.
7)     Ilmu Nahwu
Pada masa Dinasti Umayyah banyak orang-orang ajam yang masuk islam, jadi ilmu nahwu dibukukan dan menjadi cabang ilmu yang penting untuk mempelajari berbagai ilmu agama islam.
8)     Ilmu Jughrafi dan Tarikh
Adanya pengembangan dakwah islam ke daerah-daerah baru yang luas dan jauh menimbulkan keinginan untuk mengarang ilmu Jughrafi ( ilmu geografi ) dan ilmu tarikh.
9)     Usaha Penerjemahan
Pada masa Dinasti Umayyah dimulai penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan ke bahasa arab. Adapun yang mula-mula melakukan usaha penerjemahan yaitu Khalid bin Yazid ( ahli ilmu astronomi ). Buku-buku yang diterjemahkan yaitu tentang ilmu kimia, ilmu astronomi, ilmu falak, ilmu fisika, kedokteran.[6]


4.     Masa Kehancuran Dinasti Umayyah
Berikut faktor  yang menyebabkan Dinasti Umayyah melemah dan membawa kehancuran, sebagai berikut :
a.      Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi arab. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
b.     Latar belakang pembentukan Dinasti Umayyah tidak dapat dipisahkan dari berbagai konflik politik yang terjadi di masa Ali. Kaum syi’ah dan khawarij telah menjadi gerakan oposisi. Penumpasan terhadap gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
c.      Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara Suku Arab Utara ( Bani Qais ) dan Arab Selatan ( Bani Kalb ) semakin meruncing dan mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan menggalang persatuan dan kesatuan.
d.     Sikap hidup mewah di lingkungn istana sehingg anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat keagamaan setelah mereka mewarisi kekuasaan. Selain itu sebagian besar golongan awam kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan  agama sangat kurang.
e.      Munculnya kekuatan baru yang dipelopori keturunan Al-Abbas bin Abbas Al-Muthalib dan mendapt dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah.
Demikianlah, Dinasti Umayyah pasca wafatnya Umar bin Abdul Aziz yang berangsur-angsur melemah dan akhirnya hancur. Dinasti Bani Umayyah diruntuhkan oleh Bani Abbasiyah pada masa khalifah Marwan bin Muhammad ( Marwan II ) pada tahun 127H/744M.[7]

  1. PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH BARAT ( 711-1492 M )
1.     Masuknya Islam di Spanyol
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus.
Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, dikawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam memusatkan perhatiannya untuk menaklukan Spanyol.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan pasukan ke wilayah tersebut. Mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair.
Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyebrangi selat yang berada diantara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigoths yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, sertaa dorongan yang besar memperoleh harta rampasan perang, Musa bin Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad .
Dalam penyerbuan ke Spanyol,Thariq bin Ziyad lebih dikenal sebagai penakluk karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa bin Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim oleh Khalifah Al-Walid.
Menurut Prof. Dr. Hamka, kekuasaan islam di Spanyol itu dibagi kepada tiga masa berikut.                                                             
a.      Suatu profinsi dari kerajaan Bani Umayah di Damaskus (Damsik) diperintah oleh wakil khalifah yang dikirim kesana, mulai tahun 9 3H sampai 138 H.
b.     Di perintah oleh para amir yang berdiri sendiri, terpisah dari Khalifah Bani Abbas di Baghdad, dimulai oleh Amir Abudurrahman Ad-Dakhlil pada tahun 138 H sampai 315 H.
c.      Abdurrahman An-Nashir memaklumkan dirinya menjadi Khalifah di Andalusia, yaitu mulai tahun 315H sampai 422 H.
Dalam kurun waktu 7,5 abad, Islam Spanyol telah berkembang dengan pesatnya yang pada gilirannya mampu membawa dampak yang sangat besar bagi dunia keilmuan dan pengetahuan yang terjadi di Eropa pada umumnya.[8]
Selama Islam berkuasa di Spanyol, banyak terdapat penguasa negeri yang memerintah, diantaranya adalah :
a.   Amir-Amir Bani Umayyah
b.   Khalifah-Khalifah Bani umayah
c.   Daulah Ziriyah di Granada
d.   Daulah Bani Hamud di Malaga
e.   Daulah Bani Daniyah
f.    Daulah Bani Najib dan Bani Hud di Saragosa
g.   Daulah Aniriyah di Valensia
h.   Daulah Bani Ubbad di Sevilla
i.    Daulah Jahuriyah di Cordova
j.    Daulah Bani Zin-Nun di Toledo, dan
k.   Daulah Bani Ahmar di Spanyol.[9]
Dunia Islam di Spanyol mengalami kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan, semenjak diperintah oleh para amir keturunan Bani Umayyah yang berdiri sendiri terpisah dari pemerintahan Bani Abassiyah di Baghdad, dimulai dari Abdurrahman ad-Dakhil. Pada tahun 756 M, kekayaan pengetahuan dan intelektual di Islam Spanyol sangatlah besar pengaruhnya di Eropa, baik filsafat, sains, fiqh, musik, kesenian, bahasa, sastra maupun pembangunan fisik.


2.     Faktor Yang Menyebabkan Islam Mudah Masuk Spanyol
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam tampak begitu mudah. Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.
Yang dimaksud faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaaan yang menyedihkan.
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak  yang tertindas tidak lagi memiliki semangat perang. Selain itu, orang yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum muslimin.
Sedangkan yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, beberapa tokoh dan pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tidak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan dan tolong menolong. Sikap dan toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di wilayah tersebut.
3.     Perkembangan Islam Di Spanyol
Menurut Dr, Badri Yatim, seajarah panjang Islam panjang Islam di Spanyol dapat dibagi dalam enam periode.[10]
a.         Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yng diangkat oleh khalifah Bani Umayyahyang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai scara sempurna, berbagai gangguan masih terjadi baik yang datang dari luar maupun dari dalam.
b.     Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan khalifah abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol, tahun 138 H/755 M dan diberi gelar abdurrahman Ad-Dakhil.
Saat perode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan baik dalam bidang politik maupun peradaban. Abdurrahman Ad-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol.
c.      Periode Ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Adurrahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok”. Pada periode ini umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi daulah Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman An-Nashir mendirikan Universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki ratusan ribu buku. Pada masa ini,  masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi.
d.     Periode Keempat (1013-1086)
Pada masa ini Spanyol sudah terpecah-pecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif  yang berpusat di suatu kota seperti Sevilla, Cordova, Toledo dan sebagainya. Pada periode ini umat Islam di Spanyol kembali memasuki pertikaian intern. Ironisnya jika terjadi perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja kristen. Namun walaupun demikian, kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana yang lain.
e.      Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan yakni kekuasaan Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dalam perkembangan selanjutnya, kekuasaan Islam Spanyol dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah sehingga menyebabkan beberapa wilayah Islam dapat dikuasai oleh kaum kristen. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa kristen dan Sevilla jatuh pada tahun 1238 M. Hampir seluruh wilayah Spanyol Islam lepas dari tangan penguasa Islam.
f.      Periode Keenam ( 1248-1492)
Pada periode ini Islam hanya berkuasa di Granada di bawah Dinasti Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan akan tetapi secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492 M.[11]
4.     Kemajuan Peradaban Islam Di Spanyol
Kemajuan Islam di Spanyol sangat menonjol dalam berbagai bidang, baik dalam bidang  intelektual, bidang kebudayaan dalam hal ini bangunan fisik atau arsitektur, maupun bidang-bidang lainnya.
a.      Kemajuan Intelektual
1)     Filsafat
2)     Sains
3)     Bahasa dan Sastra
4)     Musik dan Kesenian
b.     Bidang Keilmuwan Keagamaan
1)     Tafsir
2)     Fiqh
c.      Kemajuan Di Bidang Arsitektur Bangunan
Kemegahan bangunan fisik Islam Spanyol sangat maju, dan mendapat perhatian umat dan penguasa. Umumnya bangunan-bangunan di Andalusia memiliki nilai arsitektur tiggi. Jalanjalan sebagai alat transportasi dibangun, pasar-pasar dibangun untuk membagun ekonomi. Demiki pula dam-dam, kanal-kanal, saluran air, dan jembatan-jembatan.[12]


5.     Pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa
Tokoh Spanyol Islam yag sangat berpengaruh terhadap pemikiran di Eropa adalah Ibnu Rusyid, yang dikensl di Erop dengan Averros (1120-1198 M), Averros dikenal sebagai orang yang melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir,
Pengaruh-pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibnu Rusyd ke eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda kristen eropa yang belajar di berbagai universitas Islam di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan muslim. Universitas pertama di eropa adalah universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M, 30 tahun setelah wafatnya Ibnu Rusyd.
Pengaruh ilmu pengetahuan atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M.
Akan tetapi, walaupun Islam akhirnya terusir dari  negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, namun telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik  pada abad ke-14 M, yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan pada abad ke-18 M.
Demikian juga bahasa Arab telah berpengaruh besar di Eropa, tidak kurang dari 7.000 kata-kata Spanyol yang berasal dari bahasa arab.
Demikian besar pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa, sehingga jika saja masyarakat Eropa tidak mempelajari peradaban-peradaban Islam, bukan tidak mustahil bahwa Eropa masih tertinggal di belakang dalam hal peradaban dunia.[13]




6.     Transmisi Imu-Ilmu Keislaman Ke Eropa
Transmisi ilmu pengetahuan Islam mengalir ke Eropa melalui berbagai jalur. Jalur-jalur antara lain : Perang Salib, Negeri Sicilia, dan Spanyol (Andalusia).
a.      Melalui perang salib
Perang Salib yang berlangsung selama hampir dua abad (1095 – 1291) membawa dampak yang sangat berarti terutama bagi Eropa yang beradabtasi dengan peradaban Islam yang jauh lebih maju dari berbagai sisi. Perang Salib menghasilkan hubungan antara dua dunia yang sangat berlainan. Masyarakat Eropa yang lamban dan enggan terhadap perdagangan dan pendapatnya yang naïf terhadap dunia usaha. Masyarakat Eropa terkesan ortodok dan tradisional. Di sisi lain terdapat masyarakat Bizantium yang gemerlapan dengan vitalitas perkotaan, kebebasan berekonomi secara luas dengan tidak ada pencelaan dari ideologi tertentu dan dengan perdagangan yang maju. 
Prajurit perang Salib datang dari benteng-benteng yang sangat gersang dan mengira bahwa mereka akan berhadapan dengan Bangsa yang biadab dan Barbar yang lebih dari mereka, ternyata terperangah ketika sudah berhadapan langsung dengan dunia Timur yang lebih beradab, maju dengan peredaran uang yang cukup banyak sebagai pondasi perekonomian.
Mereka sangat tertarik dengan peradaban serta budaya Islam yang jauh lebih maju. Bahasa Arab mulai mereka gunakan sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Tidak sedikit pula diantara mereka yag memeluk agama Islam dan kawin dengan penduduk asli. Hal inilah yang terjadi pada Richard the Lion Heart.
Secara sederhana dampak Perang Salib dapat dijelaskan sebagaimana berikut: 
Pertama : Perang salib yang berlangsung antara Bangsa Timur dengan Barat menjadi penghubung bagi Bangsa Eropa khususnya untuk mengenali dunia Islam secara lebih dekat lagi. Ini memiliki arti yang cukup penting dalam kontak peradaban antara Bangsa Barat dengan peradaban Timur yang lebih maju dan terbuka. Kontak peradaban ini berdampak kepada pertukaran ide dan pemikiran kedua wilayah tersebut. Bangsa Barat melihat kemajuan ilmu pengetahuan dan tata kehidupan di Timur dan hal ini menjadi daya dorong yang cukup kuat bagi Bangsa Barat dalam pertumbuhan intelektual dan tata kehidupan Bangsa Barat di Eropa. Interaksi ini sangat besar andilnya dalam gerakan renaisance di Eropa. Sehingga dapat dikatakan kemajuan Eropa adalah hasil transformasi peradaban dari Timur.
Kedua : Pra Perang Salib masyarakat Eropa belum melakukan perdagangan ke Bangsa Timur, namun setelah Perang Salib interaksi perdagangan pun dilakukan. Sehingga pembauran peradaban pun tidak dapat dihindarkan terlebih lagi setelah Bangsa Barat mengenal tabiat serta kemajuan Bangsa Timur. Perang Salib membawa perubahan yang cukup signifikan terhadap perkembangan ekonomi Bangsa Eropa. Kehidupan lama Bangsa Eropa yang berdasarkan ekonomi semata sudah berkembang dengan berdasarkan mata uang yang cukup kuat. Dengan kata lain Perang Salib mempercepat proses transformasi perekonomian Eropa.
Ketiga : Perang Salib sebagai sarana mengalirnya ilmu pengetahuan dari Timur ke Barat. Pasca penyerbuan yang berlangsung lebih dari 2 abad, para tentara Barat mulai menyesuaikan diri denga kehidupan Bangsa Timur. Mereka melihat ketinggian peradaban dan budaya Islam dalam berbagai aspek kehidupan, yakni, makanan, pakaian, alat-alat rumah tangga, musik, alat-alat perang, obat-obatan, ilmu pengetahuan, perekonomian, irigasi, tanam-tanaman, sastra, ilmu militer, pertambangan, pemerintahan, pelayaran (navigasi) dan lain-lain. Tentara Salib (crusaders) membawa berbagai keilmuan ke negara mereka dengan kata lain terjadi transformasi budaya (culture) dan peradaban (civilazation) dari Timur ke Barat.
Keempat : Bangsa Barat melakukan penyelidikan terhadap seni dan budaya (art and culture) serta pengetahuan (knowledge) dan berbagai penemuan ilmiyah yang ada di Timur. Hal ini meliputi sistem pertanian, sistem industri Timur yang sudah berkembang dan maju serta alat-alat teknologi yang dihasilkan Bangsa Timur seperti kompas kelautan, kincir angin dan lain-lain. Setelah kembali ke negerinya Bangsa Eropa menyadari betapa pentingnya memasarkan produk-produk Timur yang lebih maju, mereka mendirikan sistem-sistem pemasaran produk Timur. Maka semakin pesatlah perkembangan perdagangan antara Timur dengan Barat.
Kelima : Perang Salib yang meluluh-lantakkan infra dan suprastruktur terutama di negara-negara Timur berakibat tertanamnya rasa kebencian antara Timur dan Barat. Di benak Kristen Eropa diyakini sangat membenci warga Negara Timur baik yang beragama Kristen, Yahudi terutama terhadap muslim. Tentunya hal ini jika tidak disikapi dengan bijaksana akan menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja.
  1. Melalui Negeri Sisilia
Sisilia adalah sebuah pulau di laut tengan, letaknya berada di sebelah selatan semenanjung Italia, dipisahkan oleh selat Messina. Pulau ini bentuknya menyerupai segitiga dengan luas 25.708 km persegi. Sebelah utara terdapat teluk Palermo dan sebelah timur terdapat teluk Catania. Pulau ini di sebelah barat dan selatannya adalah kawasan laut Mediterranian, sebelah utara berbatasan dengan laut Tyrrhenian dan sebelah timurnya berbatasan dengan laut Ionian.
Pulau sisilia bergunung gunung dan sangat indah, iklimnya yang baik, tanahnya subur, dan penuh dengan kekayaan alamnya. Pulau ini di bagi menjadi tiga bagian : Val di Mazara di sebelah barat, Val di Noto di sebelah tenggara dan Val Demone di bagian timur laut . Islam hanya menjadi agama resmi di Val di Mazara sedangkan di bagian yang lainnya mayoritas beragama kristen. 
Sementara itu penaklukan umat Islam atas kepulauan Sisiliamerupakan buih terakhir dari gelombang serbuan yang dibawa bangsa Arab ke Afrika Utara dan Andalusia. Karena masuknya Islam di Sisilia sangat terkait dengan masuknya Islam di Andalusia, bahkan disinyalir apa yang dicapai oleh dunia Eropa diabad modern sekarang ini tidak lain adalah warisan umat Islam di Andalusia dan Sisilia. 
Sisilia adalah sebuah pulau subur di Italia Selatan pernah dikuasai oleh bangsa Yunani, Romawi, Byzantium, Arab dan akhirnya jatuh ke dalam kerajaan Kristen Normandia serta kini menjadi bagian dari Italia.
Kita mengetahui bahwa bangsa Arab menaklukan Sisilia di masa akhir dinasti Aghalibah yang berdiri di Afrika (Sekarang Tunisia dan Al-Jazair) di era Abbasiah yaitu di pertengahan abad 3 hijriah atau 10 Masehi dan paska Romawi menyerang daerah-daerah Islam. Ketika datang bangsa Fatimiah dan membangun kekuasaannya di Barat, mereka juga menguasai Sisilia bagian dari dinasti Aghalibah serta menguasai Selatan Italia sampai Roma. 
Penguasaan bangsa Arab terhadap daerah-daerah Italia menyebabkan peradaban Islam menjadi luas, daerah-daerah seperti Palermo, Messine, Siracusaa, Bari selanjutnya menjadi pusat peradaban Islam di Italia. Dunia Kristen latin ini merasakan pengaruh Muslim melalui Sisilia. Serangan pertama ke Sisilia tahun 652, ketika kota Siracusa dimasuki, orang-orang Arab memiliki angkatan perang yang mampu menandingi angkatan perang Bizantium.
Pendudukan Arab atas Sisilia tidak berlangsung lama seperti pendudukan atas Spanyol. Pada pertengahan abad ke-18, ksatria Norman melihat bahwa mereka hidup dengan baik di Italia bagian selatan, sebagai pedagang atau sebagai pengusaha militer independen. Efesiensi kemiliteran mereka sedemikian rupa sehingga beberapa ratus ksatria di bawah pimpinan Robert Guiscard telah berhasil mengalahkan Bizantium dan mendirikan kerajaan Norman.
Pada tahun 1060, saudaranya Roger memimpin invasi ke Sisilia dan berhasil merebut Messina dan berlanjut dengan pendudukan seluruh wilayah tersebut sampai 1091. Dengan demikian, kehadiran orang-orang Arab di Spanyol dan Sisilia, keunggulan Arab secara perlahan menemukan jalur masuknya ke Eropa Barat. Meskipun Eropa Barat telat menjalin hubungan dengan Imperium Bizantium, ia jauh lebih banyak mengambil alih kebudayaan orang-orang Arab ketimbang orang-orang Bizantium.
  1. Melalui Andalusia (Spanyol).
Sebagian besar pengaruh kebudayaan Islam atas Eropa terjadi akibat pendudukan kaum muslimin atas Spanyol dan Sisilia. Bangsa arab selama 8 abad lamanya menempati daerah ini. Karenanya peradaban Islam menyebar di pusat-pusat tempat yang berbeda. Seperti: di Kordova, Sevilla, Granada, Toledo. 
Penduduk Andalusia (Spanyol) mayoritas menganut ajaran masehi, yang kemudian terpecah dengan datangnya peradaban arab. Bahkan mereka ganti bahasa mereka dengan berbicara dengan bahasa arab. Mereka mengenal istilah Mozabarabes, kata ini yang dalam bahasa arab disebut musta’rib. Untuk itu pula para pendeta nasrani melakukan terjemahan injil ke dalam bahasa Arab.
Sebagaimana disebutkan syalabi bahwa orang Spanyol telah meninggalkan bahasa latin dan melupakannya, Seorang pendeta di Cordova mengeluh, hampir di kalangan mereka tidak ada yang mampu membaca kitab suci yang berbahasa latin. Bahkan cendekiawan muda hanya mengetahui dan memahami bahasa Arab.Islam memainkan peranan yang sangat besar selama hampir 8 abad. Dari Spanyolah peradaban Islam pindah ke Eropa.[14]






















BAB III
PENUTUPAN

KESIMPULAN
            Dinasty Umayah adalah kelanjutan kepemimpinan Islam dalam menjutkan sistem peradaban pasca Khulafaurasyidin. Kurang lebih pemerintahan bani umayyah di pegang selama 90 tahun (661 M – 750 M) dengan 14 khalifah yang menggunakan sistem kepemerintahan monarchi absolut (turun temurun). Ekspansi besar-besaran yang dilakukan masa kepemerintahan Bani Muawiyah Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah. Diantara ke 14 khalifah, yang mencapai kepemimpinan yang maksimal hanya lima (5)  khalifah, yakni : Mu’awiyah Bin Abu Sufyan (661 – 680 M), Abdul Malik Bin Marwan (685 – 705 M), Al-Walid Bin Abdul Malik (705 – 715 M), Umar Bin Abdul Aziz, Hisyam Bin Abdul Malik (724 -743 M). Runtuhnya kepemimpinan Bani Umayyah dikarenakan, beberapa faktor : (1) sistem yang tidak jelas dalam pemerintahan hingga terjadi persaingan diantara anggota keluarga, (2) sisa konflik semasa Ali dan Muawiyah yang bersisakan kaum khawariz dan syi`ah (kaum ali) menjadi kekuatan baru yang di pelopori juga keturunan al-abbas bi al-muthalib dan bani hasyim, (3) terpedaya pada kehidupan elit / mewah oleh sebagian khalifah.


        







DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, salim. 1999. Sumbangan Andalusia Kepada Dunia Barat. Semarang : Unisulla press.
Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : AMZAH.
Badri, Yatim. 1998. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Fu’adi, Imam. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta : Teras.
Hamka. 1979. Kebangkitan Islam. Jakarta : Nurul Islam.
‘isy, Yusuf. 2007. Dinasti Umawiyah. Jakarta : Pustaka al-kautsar.
Joesoef, Soeyb. 1984. Sejarah Daulat Umayyah I. Jakarta : Bulan  Bintang.






[1] Imam Fu’adi, Sejaran Paradaban Islam, Teras : Yogyakarta, 2011, hlm. 69-71
[2] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : AMZAH, 2010, hlm. 121-122.
[3]  Isy, Yusuf, Dinasti Umayyah, Pustaka al-kautsar : Jakarta
[4] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : AMZAH, 2010, hlm.129.
[5] Joesoef soe’yb, Sejarah Daulat Umayyah I, Jakarta: Bulan Bintang, hlm.234.
[6] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : AMZAH, 2010, hlm.133-136.
[7] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : AMZAH, 2010, hlm.136-137.
[8] Hamka, Sejarah Umat  Islam, jilid  II, Jakarta: Bulan Bintang, 1981, hlm. 134.
[9] Dr. Abdullah Salim, M.A., Sumbangan Andalusia Kepada Dunia Barat, Semarang; Unisulla press, hlm. 8
[10] Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada hlm. 93
[11] Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam, hlm. 100
[12] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : AMZAH, 2010, hlm.171-176.
[13] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : AMZAH, 2010, hlm.177-179.
[14] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : AMZAH, 2010, hlm.179-186.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar