PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH
Bonita Agustina
Nur Azizah
Ivan Darmawan
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Peradaban Islam Pada Masa Dinasti
Umayyah” ini. Shalawat dan salam kami
panjatkan kepada junjungan alam semesta yaitu Nabi besar Muhammad SAW, kepada
sahabat-sahabatnya dan sampai pada kita sebagai umat-Nya. Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur
Sejarah Peradaban Islam yang kami sajikan dari berbagai sumber. Dan penuh
dengan kesabaran terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat
kami selesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan, karena kami masih dalam tahap pembelajaran. Kami sangat berharap
makalah ini bermanfaat bagi kami pribadi khususnya dan bagi semua pihak pada
umumnya.
Pekalongan, Februari 2017
Penyusun,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar
Isi..................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang.............................................................................................1
B.
Rumusan
Masalah........................................................................................1
C.
Tujuan..........................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah
Timur................................................3
B.
Para Khalifah Dinasti Umayyah Timur........................................................4
C.
Masa Kemajuan Dinasti Umayyah
Timur....................................................6
D.
Masa Kehancuran Dinasti Umayyah
Timur.................................................7
E.
Masuknya Islam Di
Spanyol........................................................................8
F.
Faktor Yang Menyebabkan Islam Mudah Masuk
Spanyol........................12
G.
Perkembangan Islam Di
Spanyol...............................................................13
H.
Kemajuan Peradaban Islam Di
Spanyol.....................................................15
I.
Pengaruh Peradaban Spanyol Islam Di
Eropa...........................................18
J.
Transmisi Ilmu-Ilmu Keislaman
Eropa.....................................................18
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................21
B.
Saran..........................................................................................................21
Daftar
Pustaka.........................................................................................................iii
Lampiran.................................................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejarah merupakan bagian penting dari perjalanan umat, bangsa,
negara, maupun pribadi yang harus dilewati, sebagai bagian dari proses
kehidupan. Islam yang sampain pada kita saat ini, sesungguhnya telah melewati
berbagai proses sejarah dalam waktu yang tidak singkat. Dimulai dari masa Nabi
Muhammad saw, Islam terus mengalami pasang surut, bukan hanya bidang agama
namun tak jarang bersinggungan dengan bidng politik, ekonomi, sosial, budaya,
dan pendidikan.
Selepas kepergian Nabi, khulafa ar-Rasyidin adalah pemegang tongkat
estafet dalam memimpin umat Islam yang selanjutnya jatuh pada saat kekuasaan
Dinasti Umayyah. Dari sinilah penggantian model pemerintahan dari demokratis
menjadi monarki.
Dengan berakhirnya kekuasaan khalifah Ali ibn Abi Thalib, maka
lahirlah kekuasaan Bani Umayyah. Bani Umayyah adalah salah satu dinasti yang
ikut mewarnai sejarah peradaban Islam. Dinasti Umayyah Timur yang dimaksudkan
dalam makalah ini adalah dinasti yang didirikan oleh keturunan Umayyah atasan rintisan
Muawiyah yang berpusat di Damaskus.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Umayyah Timur ?
2.
Siapa saja khalifah Dinasti Umayyah Timur ?
3.
Bagaimana masa kemajuan Dinasti Umayyah Timur ?
4.
Bagaimana masa kehancuran Dinasti Umayyah Timur ?
5.
Bagaimana masuknya Islam di Spanyol ?
6.
Apa saja faktor yang menyebabkan Islam mudah masuk di Spanyol ?
7.
Bagaimana perkembangan Islam di Spanyol ?
8.
Bagaimana kemajuan peradaban Islam di Spanyol ?
9.
Bagaimana pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa ?
10.
Apa saja transmisi-transmisi keislaman Eropa ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui sejarah, kemajuan, dan kehancuran Dinasti Umayyah Timur.
2.
Mengetahui para khalifah Dinasti Umayyah Timur.
3.
Mengetahui masuknya, faktor yang menyebabkan Islam mudah masuk,
perkembangan Islam, dan kemajuan peradaban Islam di Spanyol.
4.
Mengetahui pengaruh peradaban Spanyol Islam dan transmisi-transmisi
keislaman di Eropa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah Timur
Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb.
Muawiyah disamping sebagai pendiri daulah Bani Abbasiyah juga sekaligus menjadi
khalifah pertama. Ia memindahkan ibu kota kekuasaan Islam dari Kufah ke
Damaskus.
Muawiyah juga dipandang sebagai pembangun dinasti yang oleh
sebagian besar sejarawan awalnya dipandang negatif. Keberhasilannya memperoleh
legalitas atas kekuasaannya dalam perang saudara di Siffin dicapai melalui cara
yang curang. Muawiyh juga dituduh sebagai pengkhianat prinsip-prinsip deokrasi
yang diajarkan Islam, karena dialah yang mula-mula mengubah pimpinan negara
dari seorang yang dipilih oleh rakyat menjadi kekuasaan raja yang diwariskan
turun-temurun. Didalam dirinya juga terkumpul sifat-sifat seorang pnguasa,
politikus, dan adminisator.
Pertama, pengalaman politik telah memperkaya dirinya dengan
kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam memrintah, seorang pemimpin pasukan dibawah
komando Panglima Abu Ubaidah bin Jarrah yang berhasil merebut wilayah
Palestina, Suriah, dan Mesir dari tangan imperium Romawi yang telah menguasai
ketiga daerah itu sejak tahun 63 SM. Kemudian Muawiyah menjabat menjadi kepala
wilayah di Syam yang membawahi Suriah dan Palestina yang berkedudukan di
Damaskus selama kira-kira 20 tahun semenjak diangkat oleh Khalifah Umar.
Khalifah Utsman telah menobatkannya sebagai “Amir Al-Bahr” yang memimpin armada
besar dalam penyerbuan ke kota konstantinopel walaupun belum berhasil.
Kedua, sebagai seorang adminisator, Muawiyah sangat bijaksana dalam
menempatkan para pembanunya pada jabatan-jabatan penting. Tiga orang patutlah mendapat
perhatian khusus, yaitu ‘Amr bin Ash, Mugirah bin Syu’bah, dan Ziyad bin Abihi.
Ketiga pembantu Muawiyah merupakan empat politikus yang sangat mengagumkan di
kalangan muslim Arab. Akses mereka sangat kuat dalam membina perpolitikan
Muawiyah.
Ketiga, Muawiyah memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan
sejati, bahkan mencapai tingkat “hilm”, sifat tertinggi yang dimiliki oleh para
pebesar Mekah zaman dahulu. Seorang manusia hilm seperti Muawiyah dapat
menguasai diri secara mutlak dan mengambil keputusan-keputusan yang menentukan,
meskipun ada tekanan dan intimidasi.
Dengan menegakkan wibawa pemerintahan serta menjamin integritas
kekuasaan di masa-masa yang akan datang, Muawiyah degan tegas menyelenggarakan
suksesi yang damai, dengan pembaiat putranya, Yazid , beberapa tahun sebelum
khalifah meninggal dunia.[1]
B.
Para Khalifah Dinasti Umayyah Timur
Masa kekuasaan Dinasti Umayyah hampir satu abad, tepatnya selama 90
tahun, dengan 14 orang khalifah. Diantara mereka ada pemimpin-pemimpin besar
yang berjasa di berbagai bidang sesuai dengan kehendak zamannya, sebaliknya ada
pula khalifah yang tidak patut dan lemah. Adapun urutan khalifah Umayyah adalah
sebagai berikut :
1.
Muawiyah bin Abi Sufyan (41-60
H / 661-679 M )
2.
Yazid I bin Muawiyah (60-64
H / 679-683 M)
3.
Muawiyah ii bin Yazid (64
H / 683 M)
4.
Marwan I bin Hakam (64-65
H / 683-684 M)
5.
Abdul Malik bin Marwan (65-86
H / 684-705 M)
6.
Al-Wahid I bin Abdul Malik (86-96
H / 705-714 M)
7.
Sulaiman bin Abdul Malik (96-99
H / 714-717 M)
8.
Umar bin Abdul Aziz (99-101
H / 717-719 M)
9.
Yazid II bin Abdul Malik (101-105
H / 719-723 M)
10.
Hisyam bin Abdul Malik (105-125
H / 723-742 M)
11.
Al-Walid II bin Yazid II (125-126
H / 742-743 M)
12.
Yazid bin Walid bin Malik (126
H / 743 M)
13.
Ibrahim bin Al-Walid II (126-127
H / 743-744 M)
14.
Marwan II bin Muhammad (127-132
H / 744-750 M)
Muawiyah
mendapat kursi kekhalifahan setelah Hasan bin Ali bin Abi Thalib berdamai
dengannya pada tahun 41 H. Namun Hasan menyadari kelemahannya sehingga ia
berdamai dan menyerahkan kepemimpinan umat kepada Muawiyah sehingga tahun itu
dinamakn ‘amul jama’ah, tahun persatuan. Muawiyah menerima kekhalifahan di
Kufah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan, yakni :
a.
Agar Muawiyah tiada menaruh dendam terhadap seorang pun penduduk
Irak.
b.
Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka.
c.
Agar pajak tanah negeri Ahwaz diperuntukkan kepadanya dan diberikan
tiap tahun.
d.
Agar Muawiyah membayar kepada saudaranya, Husain, 2 juta dirham.
e.
Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian
kepada Bani Abdis Syams.
Muawiyah
dibaiat oleh umat Islam di Kufah, sedangkan Hasan dan Husain dikembalika ke
Madinah. Hasan wafat di kota nabi itu pada tahun 50 H. Diantara jasa-jasa
Muawiyah ialah mengadakandinas pos kilat dengan menggunakan kuda-kuda yang selalu siap di tiap pos. Ia juga berjasa
memandirikan Kantor Cap (percetakan mata uang), dan lain-lain.
Muawiyah wafat
pada tahun 60 H di Damaskus karena sakit dan digantikan oleh anaknya, Yazid
yang telah ditetapkannya sebagai putra mahkota sebelumnya. Yazid tidak sekuat
ayahnya dalam dalam memerintah, banyak tantangan ang dihadapinya, antara lain
ialah membereskan pemberontakan kaum Syi’ah yang telah membaiat Husain
sepeninggal Muawiyah.[2]
C.
Masa Kemajuan Dinasti Umayyah Timur
Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif,
di mana perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan pekalkukan, yang
terhenti sejak zaman kedua khulafaur rasyidin terakhir. Saat-saat yang paling
mengesankan dalam expansi ini ialah terjadi pada masa kekhalifahan Bani
Umayyah, yaitu ketika kadaulatan di pegang oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dan
tahun-yahun terakhir dari zaman kekuasaan Abdul Malik. Diluar masa-masa
tersebut, usaha-usaha penaklukan mengalami degradasi atau nya mencapai
kemenangan-kemenangan yang sangat tipis.
Expansi ke timur yang telah dirintis oleh Muawiyah, lalu
disempurnakan oleh Khalifah Abdul Malik. Dibawah komando Gubernur Irak, Hajjaj
bin Yusuf, tentara kaum muslimin menyebrangi sungai Ammu Darya dan menundukkan
Balkh, Bukhara, Khawarizm, Faeghana dan Samarkand.
Dalam bidang politik, Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan yang
sama sekali baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi
kenegaraan yang semakin kompleks. Selain mengangkat Majelis Penasihat sebagai
pendamping, khalifah Bani Ummayah dibantu oleh beberapa orang sekrestaris untuk
membantu pelaksanaan tugas, yang meliputi:
1.
Katib Ar-Rasail, sekretaris yang bertugas menyelengarakan
administrasi dan surat-menyurat dengan para pembesar setempat.
2.
Katib Al-Kharraj, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan
berbagai hal yang berkaitan dengan ketentaraan.
3.
Katib Al-Jundi, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan berbagai
hal yang berkaitan dengan ketentaraan.
4.
Katib Asy-Syurtah, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan
pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum.
Hasyim bin
Abdul Malik (105-125 H/724-743 M) MERUPAKAN RAJA Bani Umayyah yang paling
terkenal di lapangan ilmu pengetahuan dengan meletakkan perhatian besar pada
ilmu pengetahuan.[3]
D.
Masa Kehancuran Dinasti Umayyah Timur
Meskipun kejayaan telah diraih oleh Bani Umayyah ternyata tidak tahan lebih lama,
dikarenakan kelemhan-kelemahan internal dan semakin kuat tekanan dari pihak
luar.
Menurut Dr. Badri Yatim, ada beberapa
faktor yang mnyebabkan Dinasti Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancurab,
yaitu sebagai berikut:
1.
Sistem pergantian Khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatau
yang baru bagi tradisi Arab, yang lebih menentukan aspek senioritas,
pengaruhnya tidak jelas.
2.
Latar belakang terbentuknya Dinasti Umayyah tidak dapat dipisahkan
dari berbagai konflik politik yang terjadi di masa Ali.
3.
Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara Suku
Arabia Utara (Bani Qais) dan Arab Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak
zaman sebelum Islam semakin runcing.
4.
Lemahnya pemerintahan daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh
sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak
sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan.
5.
Penyebab langsung runtuhnya kekuasaan Dinasti Umayyah adalah
munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abbas
Al-Muthalib.
Demikianlah,
Dinasti Umayyah pasca wafatnya Umar bin Abdul Aziz yang berangsung-angsur
melemah. Kekhalifahan sesudahnya dipengaruhi pengaruh-pengaruh yang melemahkan
dan akhirnya hancur. Dinasti Bani Umayyah diruntuhkan oleh dinasti Bani
Abbasiyah pada masa khalifah Marwan bin Muhammad (Marwan II) pada tahun 127
H/744 M.[4]
E.
Masuknya Islam di Spanyol
Semenanjung Iberia di Eropa, yang meliputi wilayah Spanyol dan
Portugal sekarang ini, menjorok ke selatan ujungnya hanya dipisahkan oleh
sebuah selat sempit dengan ujung benua Afrika. Selat sempit itu sepanjang
kenyataan memisahkan lautan Tengah dengan lautan Atlantik.
Semenanjung Iberia, sebelum ditaklukan bangsa Visigoths pada tahun
507 M, didiami oleh bangsa Vandals. Sejarah bangsa Vandals tidak banyak
diketahui karena sebelum mereka sempat berbuat banyak, pada permulaan abad
keenam datanglah bangsa Gothia Barat merebut negeri itu dan mengusir bangsa
Vandalusia ke Afrika. Pada permulaan berdirinya kerajaan Gothia di Spanyol
merupakan kerajaan yang sangat kuat, tetapi pada akhir pemerintahannya menjadi
lemah dengan berdirinya wilayah-wilayah kecil sebagai akibat adanya perpecahan
dalam pemerintahan.
Pejabat wilayah kerajaan banyak yang hidup dalam kemewahan,
sementara rakyat hidup dalam kemelaratan. Hal tersebut menimbulkan kegelisahan
di kalangan rakyat. Suasana yang sedemikian bertambah panas, ketika pejabat
Gothia Barat memaksa penduduk yang beragama Yahudi agar masuk agama Nasrani.
Banyak yang masuk agama Nasrani walaupun dengan terpaksa. Dikarenakan tidak
mempunyai kekuatan untuk melawan.
Mangkatnya Witiza sebagai Raja Gothia Barat yang terakhir merupakan
pembuka jalan bagi rakyat Spanyol untuk keluar dari kungkungan penderitaan yang
telah lama mereka rasakan. Sepeninggal Witiza terjadi perebutan kekuasaan
antara putra Witiza dengan Roderick, panglima perang Spanyol, yang ingin
menjadi raja. Oleh karen itu, putra Witiza bersekutu dengan Graff Yulian yang
sudah lama bermusuhan dengan Roderick. Bersekutunya dua kekuatan itu ternyata
belum dapat mematahkan pertahanan Roderick. Oleh karena itu, untuk menambah
kekuatan, Graff Yulian meminta bantuan Musa bin Nushair yang menjabat sebagai
gubernur Afrika Utara di bawah pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus.
Sesungguhnya Musa telah lama mencari kesempatan untuk menyebrang ke
Spanyol, maka dengan permohonan Graff itu berarti telah datang kesempatan yang
telah ditunggunya sekian lama. Ad beberapa hal yang mendorong Musa bin Nushair
mengabulkan permohonan Graff Yulian, diantaranya :
1.
Karena antara penduduk Spanyol dengan Afrika Utara terlibat dalam
suasana perang.
2.
Penduduk Spanyol pernah memberikan bantuan kepada tentara Romawi
dan berusaha menduduki beberapa daerah muslim di pantai Arika.
Spanyol
diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang
khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan
Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai
salah satu provinsi dari Dinasti Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika
Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Di zaman itu, Musa
bin Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan
Maroko. Juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa
Barbar di pegunungan-pegunungan.
Dalam proses
penaklukan Spanyol terhadap tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling
berjasa memimpin satuan pasukan ke wilayah tersebut. Mereka adalah Tharif bin
Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair.
Tharif dapat
disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyebrangi selat yang berda
diantara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, 500 orang
diantaranya adalah tentara berkuda. Mereka menaiki empat buah kapal yang
disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan
yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang
tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut sang
terjadi dalam tubuh kerajaan Visigoths yang memperoleh harta rampasan perang,
Musa bin Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7.000
orang di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad.
Dalam
penyerbuan ke Spanyol, Thariq bin Ziyad lebih dikenal sebagai penakluk karena
pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata, pasukannya terdiri dari
sebagaian besar suku Barba yang didukung oleh Musa bin Nushair dan sebagian
lagi orang Arab yang dikirim Khalifah Al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi
selat di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad tempat dimana Thariq dan pasukannya
mendarat untuk pertama kali, kemudian dikenal dengan nama Gibraltar-Jabal
Thariq, diambil dari namanya sendiri Thariq.
Dengan
dikuasainya daerah ini maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki
Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick
dapat dikalahkan.dari sini Thariq dan pasukannya terus menaklukan kota-kota
penting seperti Cordova.
Gelombang
perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan khalifah Umar bin
Abdul Al-Aziz tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditunjukan untuk menguasai
daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan
dipercayakan kepada As-samah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh
pada tahun 102 H.
Selanjutnya,
pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman bin Abdullah Al-Ghafiqi. Dengan
pasukannya, ia menyerang kota Bordesu, Poiter dan dari sini ia mencoba
menyerang kota Tours. Akan tetapi, diantara kota Poiter dan Tours itu ia
ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Prancis gagal dan tentara
yang dipimpinya mundur kembali ke Spanyol.
Gelombang kedua
terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan
abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau
Perancis Tengah dan bagian-bagian dari Italia.
Sejak pertama
kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir
disana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa berlangsung lebih dari
7,5 abad.
Menurut prof.
Dr. Hamka, kekuasaan Islam di Spanyol itu dibagi kepada tiga masa berikut:
1.
Suatu provinsi dari kerajaan Bani Ummayah di Damaskus (Damsik)
diperintah oleh wakil khalifah yang dikirim ke sana, mulai tahun 93 H sampai
138 H.
2.
Diperintah oleh pada Amir yang berdiri sendiri, terpisah dari
khalifah Bani Abbas di Baghdad, dimulai oleh Amir Abdurrahman Ad-Dakhil pada
tahun 138 H sampai 315 H.
3.
Abdurrahman An-Nashir memaklumkan dirinya menjadi khalifah di
Andalusia, yaitu mulai tahun 315 H sampai 422 H.
Dalam kurun
waktu 7,5 abad, islam spanyoltelah berkembang dengan pesatnya yang pada
gilirannya mampu membawa dampak yang sangat besar bagi dunia keilmuan dan
pengetahuan yang terjadi di eropa pada umumnya.
Selama Islam
berkuasa di Spanyol, banyak terdapat penguasa negeri yang memerintah, di
antaranya adalah :
1.
Amir-Amir Bani Ummayah.
2.
Khalifah-Khalifah Bani Ummayah.
3.
Daulah Ziriyah di Granada.
4.
Daulah Bani Hamud di Malaga.
5.
Daulah Bani Daniyah.
6.
Daulah Bani Najib dn Bani Hud di Saragosa.
7.
Daulah Aniriyah di Valensia.
8.
Daulah Bani Ubbad di Sevilla.
9.
Daulah Jahuriyah di Cordova.
10.
Daulah Bani Zin-Nun di Toledo, dan
11.
Daulah Bani Ahmar di Spanyol.
Dunia Islam di
Spanyol mengalami kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan, semenjak
diperintah oleh para Amir keturunan Bani Ummayah yang berdiri sendiri terpisah
dari pemerintah Bani Abbasiyah di Baghdad, dimulai dari Abdurrahman Ad-Dakhil.
Pada tahun 756 M, kekayaan pengetahuan dan intelektual di Islam Spanyol
sangatlah besarnya pengaruh di Eropa, baik filsafat, sains, fiqh, musik,
kesenian, bahasa, sastra maupun pembangunan fisik.[5]
F.
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Islam Mudah Masuk Spanyol
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam tampak begitu mudah.
Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal
yang menguntungkan.
Faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri
Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi
sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan.
Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi dalam beberapa
negeri kecil.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. ketika
Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal
sewaktu Spanyol berada di bawah kekuasaan Romawi, berkat kesuburan tanahnya,
pertanian dan perdagangan, serta industri maju pesat. Akan tetapi, setelah
Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan
kesejahteraan masyarakat menurun. Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan
keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi
terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth terakhir yang
dikalahkan oleh Islam.
Awal kehancuran kerajaan Goth adalah ketika Raja Roderick
memindahkan ibu kota negaranya dari Sevilla ke Toledo, sementara Witiza, yng
saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Hal
menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri
dari para budak yang tertindas tidak lagi memiliki semangat perang.
Faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh
penguasa, beberapa tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam
penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh yang
kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Yang tidak kalah
pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan pada tentara Islam, yaitu
toleransi, persaudaraan, dan tolong-menolong.[6]
G.
Perkembangan Islam Di Spanyol
Islam di Spanyol telah berkuasa selama 7,5 abad. Menurut Dr. Badri
Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol dapat dibagi menjadi 6 periode.
1.
Periode Pertama (711-755 M)
Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini, stabilitas
politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, berbagai gangguan masih
terjadi baik yang datang dari luar maupun dari dalam.
Gangguan yang datang dari dalam, berupa perselisihan diantara elite
penguasa, perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika
Utara yang berpusat di Kairawan. Gangguan yang datang dari luar, datangnya
sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang tinggal di daerah pegunungan.
2.
Periode Kedua (755-912 M)
Spanyol berada di bawah pemerintahan khalifah Abbasiyah di Baghdad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan baik dalam
bidang politik maupun peradaban.
3.
Periode Ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini, umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan
dan kejayaan menyaingi daulah Abbasiyah di Baghdad. Pada masa ini, masyarakat
dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi.
4.
Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada masa ini, Spanyol sudah terpecah-pecah menjadi beberapa negara
kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Bahkan pada periode ini Spanyol
terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja
golongan atau Al-Mulukuth Thawaif yang berpusat di suatu kota. Umat Islam di
Spanyol kembali memasuki pertikaian intern. Walaupun demikian, kehidupan
intelektual terus berkembang pada periode ini.
5.
Periode Kelima (1086-1248 M)
Meskipun terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu
kekuatan yang dominan yakni kekuasaan Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan
Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dalam perkembangan selanjutnya, pada periode
ini kekuasaan Islam Spanyol dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah sehingga
mengakibatkan beberapa wilayah Islam dikuasai oleh kaum Kristen.
6.
Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah
dinasti Bani Amar(1232-1492). Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan
terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam
merebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada anaknnya
karena menunjuk anaknya yang lain sebagai pengganting menjadi raja. Dia
memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dua penguasa kristen ini dapat
mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta.
Tentu saja Fedenand dan Isabella yang mmpersatukan dua kerajaan
besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin
merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Dengan demikian berakhirlah
kekuasaan Islam Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada
dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M,
boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.[7]
H.
Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol
Dalam masa lebih dari tujuh adab kekuasaan Islam di Spanyol, umat
Islam telah menapai kejayaan disana. Banyak prestasi yang mereka peroleh,
bahkan pengaruna membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih
kompleks.
1.
Kemajuan Intelektual
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri
dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang
Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara),
al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi
tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara
bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbuadaya Arab, dan Kristen yang
menentang Islam.
Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham
intelektual terhadap terbentuknya lingkungan andalus yang melahirkan
kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.
a.
Filsafat
Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan
pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayah yang ke-5, Muhammad
ibn Abd al-Rahman (832-886 M). Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya
ilmiah dan filosofis siimpor dari Tumur dalam jumlah besar, sehingga Cordova
dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad
sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu
Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang dikenal dengan Ibn Bajjah. Tokoh keduan adalah
Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil disebelah
timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M.
b.
Sains
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat
melahirkan banyak pemikiran terkenal. Ibn Jubair dari Valencia menulis tentang
negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier
(1301-1377 M) mencapai Samudra Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M)
menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus
filsafat sejarah. Semua serajawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang
kemudian pindah ke Afrika.
c.
Fikih
Dalam bidang fikih, Spanyol Islam terkenal sebagai penganut mazhab
Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini disana adalah Ziyad ibn Abd al-Rahman.
Perkembangan selanjutnya ditetukan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa
Hisyam ibn Abd al-Rahman. Ahli-ahli fikih lainnya dintaranya adalah Abu Bakar
ibn al-Quthiyah, mnzir ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
d.
Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai
kecermrlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap
kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan. Ia juga terkenal sebagai pengubah
lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun
wanita, dan juga kepada budak-budaknya, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
e.
Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan
Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam.
Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra banyak bermunculan,
seperti Al-‘Iqd al-Faris karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl
al-Jazirah oleh Ibn Bassam, kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan
banyak lagi yang lain.
2.
Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam
sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang
pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat
Spanyol yang tidak mengenal ebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder,
tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan
begitu juga mendapat jatah air.
3.
Faktor-Faktor Pendukung Kemajuan
Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya
penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan
kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman
al-Wasith dan Abd-Rahman al-Nashir.[8]
I.
Pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa
Tokoh Spanyol Islam yang sangat berpengaruh terhadap pemikiran di
Eropa adalan Ibnu Rusyd, yang dikenal di Eropa dengan Averros. Dari gerakan
Avveroeisme di Eropa kemudian lahirbreformasi pada abad ke-16 M dan
rasionalisme pada abad ke-17 M. Pengaruh-pengaruh peradaban Islam, termasuk
didalamnya pemikiran Ibnu Rusyd ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda
Kristen Eropa yang belajar di berbagai Universitas Islam di Spanyol, seperti
Universitas Cordova, Sevilla, Malaga, Granada, dan Samalanca.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung
sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance)
pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Demikian juga bahasa Arab telah
berpengruh besar di Eropa Selama Islam berada di Andalusia, telah banyak
nama-nama benda yang dikenal di Barat berasal dari bahasa Arab. Dianatara
kata-kata bahasa Arab banyak yang masuk ke dalam suku kata bahasa Eropa seperti
ke dalam bahasa Spanyol, Inggris, Prancis, dan Jerman.
Demikian besar pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa, sehingga
jika saja masyarakat Eropa tidak mempelajari peradaban-peradaban Islam, bukan
tidak mustahil bahwa Eropa masih ertinggal dibelakang dalam hal peradaban
dunia. Bangsa Eropa maju dalam ilmu pengetahuan dan peradaban dikarenakan
mereka belajar kepada kaum muslimin terutama melalui berbagai literatur dari
hasil karya kaum muslimin di Andalusia Spanyol.[9]
J.
Transimisi Ilmu-ilmu Keislaman Eropa
1.
Melalui perang salib
Perang salib terjadi dari tahun 1096-1273 M (489-666 H) adalah
perang antara umat Kristen Eropa Barat ke tanah Timur khususnya Palestina yang
dikuasai daulah Islam. Ketika Frederick II, kaisar Jerman membawa angkatan
perangnya ke Palestina dalam rangka Perang Salib (1228-1229 M), sepulangnya
dari sana ia telah meletakkan dasar pendirian perguruan tinggi Universitas
Napels.
Menurut Philip K.Hitti, dalam The Arab A short History, bahwa
sumbangan Frederick yang terbesar adalah pendirian Universitas di Napels pada
tahun 1224, salah satu universitas pertama di Eropa yang ditegakkan dengan
sebuah piagam yang jelas dan terang. Selama abad ke-14 dan abad-abad
berikutnya, kitab-kitab pengetahuan Arab merupakan bagian yang penting pada
berbagai universitas di Eropa, termasuk Oxford dan Paris, walaupun sesungguhnya
dengan tujuan-tujuan lain, yakni untuk mendidik pendeta-pendeta Katolik ke
Negara-negara Islam.
2.
Melalui Negeri Sicilia
Pada awal abad kedelapan Masehi, banyak orang-orang Arab yang
mencoba untuk singgah di Sicilia, tetapi gagal. Ini dimulai bersamaan dengan
ususaha masuk ke Andalusia. Bisa dikatakan pada abad ke-8 hingga awal abad
ke-10, suasana pulau Sicilia tidak pernah tenang dari guncangan dari dalam dan
luar negeri. Pada tahun 827 M (212 H), Emir Ziyadatullah bin Ibrahim (817-838
M) dari Dinasti Aghlabiah di Afrika Utara, pasukan Islam berhasil mendarat di
pulau Sicilia, atas undangan Ephemius dan bantuan penduduknya.
Sejak raja-raja Norman dan para pengganti kerajaan Sicilia
menguasai bukan hanya pulau tersebut, melainkan juga Italia Selatan, maka
merekalah yang merupakan jembatan untuk menyeberangkan berbagai kebudayaan
Islam ke semenanjung Italia dan Eropa Tengah.
3.
Melalui Andalusia (Spanyol)
Semasa Islam di Andalusia, ada sejumlah perguruan tinggi terkenal
disana. Perguruan-perguruan tinggi itu antara lain Universitas Cordova,
Sevilla, Malaga, dan Granada. Perintis ilmu di kalangan luar Islam yang pernah
di Andalusia dalam bidang matematika, astronoi, astrologi, obat-obatan,
kedokteran, filsafat, kimia, dan lain-lain. Diantara mereka tercatatlah
nama-nama seperti dari Prancis Gerbert d’Aurilac yang kelak menjadi populer di
Prancis degan gelar Sylvester II. Ia belajar selama 3 tahun di Toledo.
Di Andalusia sedikit demi sedikit umat Islam kehilangan wilayah
kekuasaannya. Mula-mula kota Toledo direbut oleh Kristen pada tahun 1085 M,
hilanglah pusat sekolah tinggi dn pusat ilmu pengetahuan Islam beserta segala
isinya yang terdiri dari perpustakaan beserta ilmuan-ilmuannya.
Penyaluaran ilmu pengetahuan Eropa dimulai ketika Toledo jatuh ke
tanga Kristen. Untuk mempermudah penyerapan ilmu-ilmu Arab, di Toledo didirikan
sekolah tinggi terjemah. Pekerjaan ini dipimpin oleh Raymond. Buku-buku yang
disalin adalah buku-buku bahasa Arab yang masih tersisah dari pembakaran.
Demikianlah, kemudian Toledo menjadi pusat perkembangan ilmu-ilmu
Islam ke barat. Peranan Toledo bertambah lengkap setelah umat Islam ke dunia
barat. Peranan Toledo bertambah lengkap setelah umat Islam diusir dari
Andalusia. Buku-buku yang tersisa dari kota-kota lain di Andalusia seperti
Cordova, Sevilla, Mlaga, dan Granada, dapat mereka manfaatkan. Bangsa Barat
benci terhadap Islam, akan tetapi haus kepada ketinggian ilmu dan peradabannya.[10]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masa
kekhalifahan Bani Umayyah yang hanya berumur 89 tahun yaitu dimulai pada masa
Muawiyah bin Abu Sofyan ini banyak mengalami kemajuan perkembangan yang cukup
pesat. Pada masa Muawiyah bin Abu Sofyan perluasan yang terhenti pada masa
khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali.
Ekspansi
ke Barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid bin Abdul Malik.
Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam
pembangunan di berbagai bidang. Dia juga berusaha menertibkan angkatan
bersenjata dan mencetak mata uang.
B.
Saran
Sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, kami menyadari bahwa masih banyak hal-hal yang
kami lakukan sebagai kesalahan. Hendaknya kesalahan tersebut dapat kami
perbaiki melalui saran yang kami harapkan dari pembaca dan peserta diskusi. Dan
kami ucapkan terima kasih atas partisipasi yang telah diberikan. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Munir Samsul
Amin. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta. AMZAH
Yatim Badri.
1993. Sejarah Peradaban Islam. PT. Raja Grafindo Persada
LAMPIRAN
Profil
Anggota
1.
Nama : Bonita
Agustina
Nim :
2014116033
Prodi : Hukum
Ekonomi Syariah
TTL :
Pekalongan, 3 Agustus 1998
Contac Person : 0852-0018-1218
Alamat : Rt 03/Rw 03, Ds. Kebonagung, Kec.
Kajen, Kab. Pekalongan
2.
Nama : Nur Azizah
Nim :
2014116042
Prodi : Hukum
Ekonomi Syariah
TTL : Batang,
3 Desember 1997
Contac Person : 0858-7749-1930
Alamat : Jl. Yos Sudarso, Gg Durian, Rt
06/Rw 01, Kec. Kasepuhan, Kab. Batang
3.
Nama : Ivan
Darmawan
Nim :
2014116043
Prodi : Hukum
Ekonomi Syariah
TTL : Gresik,
16 Januari 1998
Contac Person : 0857-0729-9354
Alamat :
Ds. Paloh, Kec. Paciran, Kab. Lamongan
[1] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (AMZAH : 2009),
hlm. 118-121
[2] Ibid, hlm. 121-129
[3] Ibid, hlm. 129-136
[4] Ibid, hlm. 136-137
[5] Ibid, hlm. 159-166
[6] Ibid, hlm. 166-168
[7] Ibid, hlm. 168-171
[8] Ibid, hlm. 100-106
[9] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (AMZAH : 2009),
hlm. 177-179
[10] Ibid, hlm. 179-186
Tidak ada komentar:
Posting Komentar