JATI DIRI MANUSIA
“Siklus
Hidup Manusia” (QS. Al
Mukmin [040] ayat 67)
Alivan
Najmi (2021115055)
Kelas
A
TARBIYAH
& ILMU KEGURUAN / PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allāh SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia–Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan
salam semoga tercurah kepada Rasūlullāh SAW beserta keluarga, shahabat, tabi’in, tabi’ut
tabi’in dan para pengikutnya yang selalu setia kepada Al Qur’ān dan As Sunnah
sampai akhir zaman.
Penulis menyadari
bahwa dalam menyelesaikan penulisan makalah ini bukan hanya karena usaha keras
dari penulis sendiri, akan tetapi karena adanya dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis ingin berterima kasih kepada :
1.
Bpk. Dr. H.
Ade Dedi Rohayana, M.Ag., selaku Rektor IAIN Pekalongan
2.
Bpk. Dr. M.
Sugeng Sholehuddin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah & Ilmu Keguruan IAIN
Pekalongan
3.
Bpk. Dr. H.
Salafudin, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4.
Bpk. Muhammad
Hufron, M.S.I, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Tafsir Tarbawi I
5.
Orang tua
(Bapak dan Ibu) yang sudah mendukung saya dalam mengikuti perkuliahan di IAIN
Pekalongan
6.
Dan semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah yang
membahas tentang Jati Diri Manusia Khusus “Siklus Hidup Manusia” ini masih
banyak kekurangan sehingga penulis berharap kritik dan saran yang membangun
dari pembaca untuk kebaikan makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca khususnya penulis.
Pekalongan, 11 Februari 2017
Alivan Najmi
2021115055
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kehidupan
manusia merupakan perjalanan panjang, melelahkan, penuh liku–liku dan melalui
tahapan demi tahapan. Berawal dari alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam
barzakh sampai pada alam akhirat yang berujun pada tempat persinggahan terakhir
bagi manusia, surga atau neraka. Al Qur’an dan Sunnah telah menceritakan setiap
fase dari perjalanan panjang manusia.
Al
Qur’an diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW berfungsi untuk memberikan
pedoman bagi umat manusia tentang perjalanan (rihlah) tersebut. Suatu rihlah
panjang yang akan dilalui oleh setiap manusia, tanpa kecuali. Manusia yang
diciptakan Allah SWT dari tidak ada menjadi ada akan terus mengalami proses
panjang sesuai rencana yang telah ditetapkan Allah SWT.
B.
Judul
Makalah
Sesuai
dengan yang ditugaskan oleh Bapak Muhammad Hufron, MSI selaku Dosen Pengampu
Mata Kuliah Tafsir Tarbawi II memberikan judul “Jati Diri Manusia”. Adapun
kajian yang dibahas dalam makalah tersebut adalah mengenai “Siklus Hidup
Manusia”, sebagaimana yang tercantum di dalam QS.al Mu’min (040) ayat 67.
C.
Nash
dan Terjemahan
هُوَ
الَّذِى خَلَقَكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ
يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُوْنُوْا
شُيُوْخًاۚ
وَمِنْكُمْ مَّنْ يُتَوَفّٰى مِنْ قَبْلُ ۖ وَلِتَبْلُغُوا
أَجَلًا مُّسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ﴿٦٧﴾
“Dia–lah yang menciptakanmu dari tanah, kemudian
setetes air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu
sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada
masa (dewasa), kemudian (dibiarkan hidup lagi) sampai tua, dan diantara kamu
ada yang diwafatkan sebelum itu, dan (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai
kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami (nya).”
D.
Arti
Penting untuk dikaji
QS.
Al Mu’min (040) ayat 67 ini penting dikaji sebab membahas mengenai siklus hidup
manusia yang mana kita sebagai umat Islam sangat perlu mempelajari pola
perkembangan yang islami karena adanya perbedaan cara pandang dengan Barat,
Barat dengan prinsip sekulernya tentu tidak mampu menjelaskan perkembangan
mansuia dengan komprehensi (lengkap), pengabaian aspek spiritualitas tentu
tidak sejalan dengan kita seorang muslim, dimana kita merupakan ciptaan Allah SWT,
yang memiliki fitrah ketuhanan. Pembahasan aspek perkembangan spiritualitas
juga penting dalam pembahasan perkembangan manusia. Faktor perkembangan manusia
menurut Barat dan Islam memiliki perbedaan yaitu jika di Barat, faktor yang
mempengaruhi perkembangan seseorang adalah faktor keturunan dan lingkungan,
dalam perkembangan Islami ditambahkan yaitu adanya faktor ketentuan allah dalam
menentukan perkembangan seseorang. Dalam perkembangan Islami faktor ketentuan
Allah adalah inti dan paling penting dalam perkembangan manusia. Salah satu
contoh adalah kemampuan Nabi Isa a.s. berbicara ketika masih bayi. Hal tersebut
tidak bisa dijelaskan oleh psikologi perkembangan Barat karena pada tahap
tersebut tidak mungkin seorang bayi dapat berbicara jika kita melihat dari
faktor penyebab kemampuan berbicara pada bayi yaitu faktor hereditasdan
lingkungan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Siklus adalah putaran waktu yang di
dalamnya terdapat rangkaian kejadian yang berulang–ulang secara tetap dan
teratur. Hidup adalahmasih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana
mestinya. Manusia adalah makhluk yang berakal budi.[1]
Menurut Islam, manusia adalah ciptaan
Allah SWT, tidaklah ia muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya
sendiri. Dalam QS. al ‘Alaq (096) ayat 2 dijelaskan bahwa manusia itu
diciptakan dari segumpal darah. Dalam QS. ar Rahman (055) ayat 3 dijelaskan
bahwa Allah SWT adalah yang menciptakan manusia.
Manusia adalah makhluk yang berkembang
karena pengaruh yang terjadi, baik aspek jasmani, akal maupun aspek rohani.
Aspek jasmani dipengaruhi oleh alam fisik. Aspek akal banyak dipengaruhi oleh
lingkungan budaya (selain pembawaan). Tingkat dan kadar pengaruh tersebut
berbeda antara seseorang dan lainnya, sesuai dengan segi pertumbuhan
masing–masing. Kadar pengaruh tersebut juga berbeda menurut perbedaan umur dan
fase perkembanganmasing–masing.[2]
B. Tafsir surat Al Mukmin ayat 67
1.
Tafsir
Ibnu Katsir
هُوَ
الَّذِى خَلَقَكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ
يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُوْنُوْا
شُيُوْخًاۚ
“Dia–lah yang menciptakanmu dari tanah, kemudian setetes
air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai
seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa
(dewasa), kemudian (dibiarkan hidup lagi) sampai tua.”
Yaitu Dia–lah yang membolak–balikkan kalian dalam semua
perputaran tersebut, Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi–Nya berdasarkan
perintah, aturan dan ketentuan–Nya.
وَمِنْكُمْ
مَّنْ يُتَوَفّٰى مِنْ قَبْلُ ۖ
“Dan diantara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu”
Yaitu, sebelum ada dan keluar ke alam dunia ini, bahkan
ibunya telah menggugurkannya. Ada pula di antara mereka yang diwafatkan di
waktu kecil, di waktu muda dan di waktu tua.
وَلِتَبْلُغُوا
أَجَلًا مُّسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ
“Dan (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada
ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami (nya)”
Ibnu Juraij berkata: “Supaya kalian mengingat hari
kebangkitan”[3]
2.
Tafsir
Jalalain
هُوَ
الَّذِى خَلَقَكُمْ مِّنْ تُرَابٍ (Dia–lah yang menciptakanmu dari tanah)
Yang telah menciptakan bapak moyang kalian yaitu Nabi Adam
as dari tanah lihat
ثُمَّ
مِنْ نُّطْفَةٍ (kemudian setetes nuthfah)
Yakni air mani
ثُمَّ
مِنْ عَلَقَةٍ (sesudah itu dari segumpal darah)
Yakni dari kental
ثُمَّ
يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا (kemudian dikeluarkan–Nya kalian sebagai seorang anak)
Lafal Thiflan sekalipun bentuknya mufrad atau tunggal, atau
bermakna jamak
ثُمَّ
لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ (kemudian supaya kalian sampai kepada masa dewasa)
Dibiarkan–Nya kalian hidup masa sempurnanya kekuatan
kalian, yaitu diantara umur tiga puluh sampai dengan empat puluh tahun
ثُمَّ
لِتَكُوْنُوْا شُيُوْخًا (kemudian dibiarkan–Nya kalian hidup sampai tua)
Dapat dibaca syusyuukhan atau syisyuukhan
وَمِنْكُمْ
مَّنْ يُتَوَفّٰى مِنْ قَبْلُ (dan
diantara kalian ada yang diwafatkan sebelum itu)
Sebelum dewasa dan sebelum mencapai usia tua. Dia melakukan
hal tersebut kepada kalian supaya kalian hidup
وَلِتَبْلُغُوا
أَجَلًا مُّسَمًّى (dan
supaya kalian sampai pada ajal yang ditentukan)
Yakni waktu yang telah dibataskan bagi hidup kalian
وَلَعَلَّكُمْ
تَعْقِلُوْنَ (dan supaya kalian memahami)
Bukti–bukti yang menunjukkan keesaan-Nya, kemudian kalian
beriman kepada-Nya.[4]
3.
Tafsir al Lubab
QS. al Mukmin ayat 67 merupakan salah
satu bukti kuasaNya. Disini dinyatakan : “Dia Yang Maha Esa itu menciptakan
kamu, Wahai putra-putri Nabi Adam as dari tanah, kemudian dari setetes air mani
yakni yang bertemu dengan indum telur dan menyatu dalam rahim, sesudah itu dari
‘alaqah, kemudian setelah 6 bulan atau lebih dikeluarkannya kamu dari perut ibu
kamu masing-masing sebagai seorang anak kecil kemudian kamu dipelihara dengan
memberimu kekuatan lahir dan batin supaya kamu mencapai masa dewasa, kemudian
sebagian kamu dibiarkan hidup lagi sehingga kamu menjadi orangtua yang lemah
fisik dan daya fikir. Namun demikian, ada diantara kamu yang diwafatkan sebelum
mencapai masa dewasa atau tua yakni wafat sejak bayi atau sebelum dewasa. Allah
SWT melakukan hal yang demikian itu agar berbeda-beda usia kamu dan supaya
masing-masing orang diantara kamu sampai kepada ajal yang ditentukan baginya
dan supaya kamu berakal (berfikir) karena Dia lah yang Maha Kuasayang dapat
mengghidupkan dan mematikan makhluk”.[5]
C. Aplikasi dalam Kehidupan
Hendaknya setiap manusia itu
memperhatikan dari apa mereka diciptakan. Karena dalam setiap proses
penciptaannya yaitu dari sari pati tanah menjadi nutfah (mani). Setelah itu
menjadi segumpal darah yang dari itu manusia tidak ada apa-apanya atau hanya
bergantung kepada Allah SWT. Dalam siklus kehidupannya pun manusia seharusnya
bergantung kepada Allah, karena pada akhirnya ajal akan menjemputnya. Untuk hal
itu setiap aktivitas hidup manusia diperuntukkan kepada Allah.
D. Aspek Tarbawi
1.
Muhasabah
diri
2.
Manusia pasti
mengalami sebuah siklus kehidupan
3.
Kematian
tidak memandang siapa dan terjadi kapan pun sesuai kehendak Allah
4.
Semua ini
adalah tanda-tanda kekuasaan Allah
5.
Dengan asal
muasal manusia tersebut maka tidak patutnya memiliki sifat sombong
BAB
III
Simpulan
Siklus hidup
manusia adalah proses terbentuknya manusia yang dalam pembentukan manusia itu
terdapat kejadian–kejadian yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai Khaliq.
Namun bukan berarti manusia itu dapat hidup selamanya, karena akan ada Malaikat
Maut yang mencabut nyawanya, entah ketika masih di dalam rahim seorang Ibu
ataupun diluar itu dan datangnya secara tiba–tiba, semua itu terjadi atas
kehendak Allah SWT.
Namun dalam proses
terbentuknya manusia, manusia dituntut untuk memperhatikan dari apa mereka
diciptakan, supaya mereka paham bagaimana lemahnya mereka tanpa Allah SWT.
Apabila manusia itu paham bagaimana mereka diciptakan tentunya kehidupan mereka
akan dihiasi dengan ibadah kepada Allah SWT sesuai dengan QS. adz Dzaariyaat
(051) ayat 56 yaitu : “Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan
supaya mereka menyembah–Ku”
Ayat ini
menerangkan betapa hebatnya Allah SWT dalam menciptakan manusia sehingga Allah
SWT lah yang menguasai seluruh alam. Wallahu ‘alam
DAFTAR
PUSTAKA
Asy–Syuyuthi, Jalaluddin & Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad
Al–Mahalliy. 2009. Tafsir Jalalain berikut Asbābun Nuzūl. Diterjemahkan oleh Bahrun Abubakar. Bandung: Sinar Baru Algensido
Ishaq al–Sheikh, Abdullah bin Muhamad bin Abdurrahman. 1994. Lubaabut
Tafsiir Min Ibni Katsiir. Mesir: Mu’assasah Daar al Hilaal Kairo
Shihab, M. Quraish. 2012. Al Lubab (Makna, tujuan, dan pelajaran
surah-surah Al Qur’an). Tanggerang: Lentera Hati
Yusuf, Musfirotun. 2015. Manusia & Kebudayaan Perspektif Islam. Pekalongan:
CV Duta Media Utama
PROFIL
PENULIS
A. Biodata Pribadi
Nama Lengkap : Alivan Najmi
Tempat, Tanggal Lahir : Pekalongan, 11 Oktober 1997
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Agama : Islām
Kebangsaan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Raya Tirto, Rt. 06 Rw. 02 No. 4
Kec. Pekalongan
Barat, Kota Pekalongan
No Hp : 0856-0080-3862
Email / Facebook : alivannajmi12@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
SD/MI : SD Negeri Tirto 2 2003 – 2009
SMP/MTs : SMP Negeri 8 Pekalongan 2009 – 2012
SMA/SMK/MA : SMK Negeri 3 Pekalongan 2012 – 2015
Perguruan Tinggi : STAIN/IAIN
Pekalongan 2015 – sekarang
[1] Kbbi.web.id
[2] Musfirotun Yusuf, Manusia &
Kebudayaan Perspektif Islam, (Pekalongan: CV. Duta Media Utama, 2015) hlm.
14–15
[3] DR. Abdulah bin Muhammad bin Abdurrahman
bin Ishaq Al–Sheikh, Lubaabut Tafsiir
Min Ibni Katsiir, (Mesir: Mu’assasah Daar al Hilaal Kairo, 1994) hlm. 184
[4] Jalaluddin Asy Syuyuthi & Jalaluddin
Muhammad Ibn Ahmad Al–Mahalliy. Tafsir Jalalain berikut Asbābun Nuzūl. Diterjemahkan oleh Bahrun Abubakar. (Bandung: Sinar Baru Algensido, 2009)
hlm. 726
[5] M. Quraish Shihab, Al Lubbab (Makna,
tujuan, dan ppelajaan dari surah-surah Al-Qur’an), Tanggerang: Lentera
Hati, 2012, hlm 356
Tidak ada komentar:
Posting Komentar