Proses Penciptaan Manusia
Al-Mu’minun, 23 : 12-14
Nisfulaela Iga Subchani (2021115054)
TAFSIR TARBAWI II KELAS A
FAKULTAS TARBIYAH (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah bertemakan “Al-Mu’minun, 23: 12-14 mengenai Proses Penciptaan Manusia” untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi II ini dengan tepat waktu. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Ade Dedi Rohayana, M. Ag selaku rektor Institut Agama Islam Negeri Pekalongan;
2. Drs. Moh. Muslih, M. Pd., Ph.D. selaku wakil rektor I Institut Agama Islam Negeri Pekalongan;
3. H. Zaenal Mustakim, M.Ag selaku wakil rektor II Institut Agama Islam Negeri Pekalongan;
4. Drs. H. M. Muslih Husein, M. Ag selaku wakil rektor III Institut Agama Islam Negeri Pekalongan;
5. Staf perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Pekalongan yang telah menyediaan buku-buku bacaan terkait makalah ini;
6. Muhammad Hufron, M.Si selaku dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi II IAIN Pekalongan yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan keislaman khususnya untuk mata kuliah Tafsir Tarbawi II. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis itu sendiri. Penulis mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan didalam penulisan makalah ini. Karena penulis sadari masih dalam tahap belajar. Penulis berharap adanya kritik, saran, dan usul guna memperbaiki makalah yang penulis buat. Karena tiada gading yang tak retak.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb
Pekalongan, 11 Februari 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, ia dilebihkan atas akal daripada makhluk yang lainnya. Tiap makhluk pasti akan memiliki intuisi untuk memperbanyak jumlahnya. Dan semua makhluk hidup mempunyai masa hidup yang terbatas. Maka Allah menjadikan proses reproduksi untuk makhluk-Nya. Dimana dengan reproduksi ini manusia akan memiliki kesempatan unuk menghasilkan generasi baru dari jenis yang sama. Dengan begitu pula manusia akan tetap bisa survive di dalam kehidupan. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, penulis akan membahas mengenai Proses Penciptaan Manusia, yang mana di dalamnya ada campur tangan Tauhan dalam reproduksi manusia.
B. Judul Makalah
Dalam kesepatan kali ini penulis akan membahas tentang “Proses Penciptaan Manusia” yang mana merupaan sub bab dari tema besar “Jati Diri Manusia”
C. Nash dan Arti
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sø:$# ÇÊÍÈ
Artinya:
12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
D. Arti Penting Pengkajian Materi
Materi ini sangatlah penting untuk dikaji karena masalah proses penciptaan manusia hendaklah diketahui, supaya manusia bisa bersyukur atas apa yang ia peroleh. Dan juga atas penciptaaan terhadap dirinya. Dan sekaligus guna menambah perbendaharaan ilmu yang dimiliki.
Karena tak jarang pula pada masa sekarang ini banyak manusia yang melupakan asal-usulnya yang hanya sekedar berasal dari tanah, sehingga manusia bersikap congkak, dan sombong dalam berjalan diatas bumi ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
1. Nutfah
Secara harfiah berarti setetes cairan. Di dalam Al-Qur’an digunakan dengan tiga konotasi yang berbada tetapi saling berhungan yaitu:
1. Nuthfah Laki-laki
2. Nutfah Perempuan
3. Nutfah laki-laki dan wanita yang saling berpadu[1]
2. Alaqah
Alaqah berarti sesuatu yang menempel dan melekat pada rahim, hal ini dengan jelas menggambarkan tahap implementasi[2]
3. Mudigah
Secara harfiah berarti sepotong daging yang telah dikunyah. Al-Qur’an menggambarkan tahap ini seolah-olah ia adalah sepotong daging atau makanan yang telah dikunyah, dan bekas gigitan gigi tampak jelas pada mudhighah ini. mudhigah ini sangat sesuai dengan tahap somit didalam ilmu embriolog. Di dalam Al-Qur’an mudhighah dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
1. mudhighah mukhallaqah (pembentukan organ-organ)
2. mudhighah ghair mukhallaqah (pengehntian yang terjadi pada tahap ini)
Dalam ilmu embriologi, ini adalah tahap organogenesis dan puncak diferensiasi sel. Rentang waktu tahap ini diramalkan oleh hadits Nabi dinyatakan pada 40-45 hari setelah peristiwa pembuahan.[3]
4. Pembentukan tulang dan otot dari Mudghah
Al-Qur’an dengan jelas menerangkan bahwa mudhighah adalah perubahan menjadi tulang-tulang dan tulang-tulang tersebut dibungkus oleh otot (daging).
Konsep ini telah jelas didapati dalam ilmu embriologi sekarang dimana somit mendeferensiasi menjadi :
a. sklerotom yang darinya sistem kerangka dibentuk
b. miotom yang darinya sistem otot dibentuk[4]
B. Tafsir Surah Al-Mu’minun, 23: 12-14 “Proses Penciptaan Manusia”
1. Tafsir Al-Azhar
“dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah”
Manusia diingatkan oleh Allah bahwa ia berasal dari saripati tanah. Tidak ada yang dapat dibanggakan dari seorang manusia, karena asalnya yang dari tanah. Manusia memakan buah-buahan, sayur-sayuran yang mana semua itu berasal dari tanah. Dari makanan itu ada segala yang ditakdirkan oleh Allah. Dan disana ada zat besi, zat putih telur,dll. Dan zat-zat itu bercampur mengalir dalam darah, dan diantara zat itu ada yang akan menjadi mani laki-laki dan ada yang menjadi mani wanita
“kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim”
Kemudian perpaduan diantara keduanya disebut nutfah, kemudian setlah 40 hari berpadu maka akan membentuk segumpal darah. Ibarat seperti telur ayam yang menjadi tempat terjain dan terpelihara bagi calon ayam.
“kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging..”
Setelah 40 hari segumpal darah itu semakin membeku terus hingga berubah sifatnya menjadi tulang. Disekeliling tulang ada air yang nantinya akan menjadi daging untuk menyelimuti tulang. Pada mulanya seperti sekumpulan tulang, namun lama-kelamaan akan membentuk menjadi kepala, tangan, kaki
“..kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”
Pada saat inilah ditiupkan roh , maka bernafaslah ia dan tulang dan daging itu berubah sifatnya. Dan ialah calon yang akan menjadi manusia.[5]
2. Tafsir Ibnu Katsier
Allah ta’ala berfirman seraya memberitahukan mengenai permulaan penciptaan manusia dari saripati (berasal) dari tanah yaitu Adam. Allah ta’ala telah menciptakannya dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Mujahid mengemukakan: “Min Sulaalatin berasal dari mani anak cucu Adam”, Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Musa dari Nabi beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah menciptakan Adam dari satu genggaman tanah yang digenggam-Nya dari seluruh permukaan bumi. Kemudian anak-aank Adam datang dengan kadar warna tanah. Diantara mereka ada yang merah, putih, hitam, dan perpaduan antara warna-warni tersebut, ada yang lembut ada yang kasar (keras), ada yang jahat ada juga yang baik, atau diantara keduanya”
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani”, yang mana dhamir disini kembali kepada jenis manusia.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah”.Artinya, kemudian Kami jadikan nutfah, yaitu air yang memancar yang keluar dari tulang rusuk yang berada diantara tulang punggung laki-laki dan tulang dada wanita, yang berada diantara tulang selangka dan pusar, sehingga menjadi segumpal darh merah yang memanjang.
“Lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging”, yaitu segumpal daging yang tidak memiliki bentuk tertentu dan tidak bergaris.
“Dan segumpa daging itu Kami jadikan tulang belulang”, maksudnya Kami (Allah) berikan bentuk yang memiliki kepala, dua tangan, dua kaki, dan tulang-tulangnya, urat, dan otot-ototnya
“Lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging”. Artinya, Kami dapat menutupi, mengokohkan, dan menguatkan. “Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain” Yakni kemudian Kami tiupkan ruh ke dalamnya, sehingga dia pun bergerak dan menjadi makhluk lain yang memppunyai pendengaran, pengihatan, pengetahuan, gerakan, goncangan.
“Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik”, Dia menyebutkan kekuasaan dan kelembutannya dalam penciptaan nutfah ini dari satu keadaan menjadi keadaan yang lain (proses) dari satu bentuk yaitu manusia yang memiliki ciptaan yang normal lagi sempurna
3. Tafsir Al-Misbah
Dan sesungguhnya kami telah bersumpah bahwa Kami telah menciptakan manusia, yakni jenis manusia yang kamu saksikan, bermula dari suatu saripatiyan berasal dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya yakni saripati itu nutfah yang disimpan dalam tempat yang kokoh, yakni rahim ibu. Kemudian Kami ciptakan yakni jadikan nutfah itu alaqah lalu Kami jadikan alaqah itu mudghah yang merupakan sesuatu yang kecil sekerat daging. Kemudian kami mewujudkannya yakni tulang yang terbungkus daging. Kemudian Kami mewujudkannya yakni tulang yang terbungkus daging itu menjadi. Setelah Kami meniupkan ruh ciptaan Kami kepadanya-makhluk lain daripada yang lain yang sepenuhnya berbaeda dnegan unsur-unsur kejadiannya yang tersebut diatas bahkan berbeda dengan makhluk-makhluk lain.[6]
4. Tafsir Al-Maraghi
“dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah”
Para muffasir berpendapat bahwa air mani lahir dari darah yang terjadi dari makanan baik yang hewani maupun yang nabati. Jadi pada hakikatnya manusia lahir dari saripati tanah yang mana akan berkembang menjadi air mani.
“kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)”
Kueturunan air mani yang terdapat di tulang rusuk bapak, kemdian dilemparkan ke dalam rahim ibu yakni tempat yang kokh sejak masa hamil sampai bersalin
“kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah”
Kemudian Allah ubah sifat air mani itu menjadi sifat darah yang beku
“lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging”
Kemudian darah yang beku itu dijadikan sepotong daging sebesar apa yang dapat dikunyah
“dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang”
Kemudian segumpal daging itu dijadikan tulang, yang mana zat-zatnya sudah ada tersebar dalam tubuh.
“lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging”
Kemudian daging digunakan sebagai penutupnya, adal arti ia menutupi tulang layaknya pakaian.
“kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain”
Kemudian Allah menjadikannya makhluk yang ain hal ini karena Allahmeniupkan ruh padanya dan menjadikannya hewan setelah sebelumnya menyerupai benda.
“Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”[7]
5. Terjemah dan tafsir Al-Qur’an
Allah telah menciptakan manusia itu dari intisari tanah. Kemudian kami jadikan air mani, yang tersimpan di tempat yang aman kokoh yang dimaksud disini dari sulbi bapak sampai ke dalam rahim ibu. Dalam perkembangan selanjutnya , air mani itu Kami olah menjadi segumpal daging. Lalu segumpal daging itu kami olah menjadi tulang. Kemudian tulang itu Kami bungkus dengan menggunakan daging. Seterusnya Kami jadikan menjadi makhluk, berlainan dengan yang tadi. Maha pemberi restu Allah, Pencipta yang paling baik.[8]
6. Tafsir Jalalain
(Dan) Allah telah berfirman, (Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia) yakni Adam (dari suatu sari pati)lafal Sulaalatin berasal dari perkataan Salaltusy Syai-a Minasy Syai-i, artinya aku telah memeras sesuatu daripadanya, yang dimaksud adalah inti sari dari sesuatu itu (berasal dari tanah) lafal Min Thiinin berta'alluq kepada lafal Sulaalatin. (Kemudian Kami jadikan ia) manusia atau keturunan Adam (dari nuthfah) yakni air mani (yang berada dalam tempat yang kokoh) yaitu rahim. (Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah) darah kental (lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging) daging yang besarnya sekepal tangan (dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging) menurut qiraat yang lain lafal 'Izhaaman dalam dua tempat tadi dibaca 'Azhman, yakni dalam bentuk tunggal. Dan lafal Khalaqnaa yang artinya menciptakan, pada tiga tempat tadi bermakna Shayyarnaa, artinya Kami jadikan (kemudian Kami jadikan dia sebagai makhluk yang lain) yaitu dengan ditiupkan roh ke dalam tubuhnya. (Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik) sebaik-baik Yang Menciptakan. Sedangkan Mumayyiz dari lafal Ahsan tidak disebutkan, karena sudah dapat diketahui dengan sendirinya, yaitu lafal Khalqan.[9]
C. Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Allah telah memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman agar berpegang teguh pada ajaran Allah. Dan mengingatkan mereka atas nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Setiap manusia memiliki tanggung jwab untuk memahami diriya, ia harus paham mengenai proses penciptaan dirinya. Agar ia senantiasa bersyukur bahwasanya pasti ada campur tangan Tuhan dibalik proses penciptaan-Nya. Bahkan tanpa Tuhan, seorang calon manusai tidak bisa menjadi manusia. Melainkan hanya seonggok daging yang tak bernyawa, mengingat yang meniupkan ruh adalah Tuhan.
D. Aspek Tarbawi.
1. Allah memerintahkan agar hambanya senatiasa bersyukur atas apa yang diberikan Allah
2. Allah telah memberikan pengetahuan mengenai proses penciptaan manusia melalui surah Al-Mu’minuun: 12-14
3. Manusia diciptakan dari tanah, maka tidak ada satu halpun yang patut disombongkan dan dibanggakan apapaun dari didirinya
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Manusia diciptakan dari perpaduan antara dua air mani dari laki-laki maupun perempuan, kemudian perpaduan itu dinamakan nutfah. Kemudian setelah itu menjadi segumpal daging kemudian menjadi tulang belulang, dan dibungkus dengan daging, setelah itu maka ruh akan ditiupkan ruh yang mana akan merubah sifat janin tersebut.
B. Saran
Alhamdulillah, makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir tarbawi II. Kami menyadari kami masih dalam tahap belajar, jadi makalah inipun jika ditemukan kesalahan kami harap dimaklumi. Dan kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini, demi kesempurnaan makalah ini. Karena “tiada gading yang tak retak”.
DAFTAR PUSTAKA
______,_______. 1986. TERJEMAH SINGKAT TAFSIR IBNU KATSIER. Surabaya: PT Bina Ilmu
Ahmad Mustafa Al-Maraghi. 1993 Tafsir Al-Maraghi. Semarang: PT. Karya Toha Putra
Bachtiar Surin. 2002. Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an huruf arab dan latin. Bandung: FA. Sumatera
Hamka, TAFSIR AL-AZHAR XVIII. 1982 Jakarta: PT. PUSTAKA PANJIMAS
Muhammad Ali Albar. 2002. PENCIPTAAAN MANUSIA. Yogyakarta: MITRA PUSTAKA
King Saud University, Tafsir Jalalain Digital, hlm. 342
Quraish, M. Shihab. 2012. AL-LUBAB: MAKNA,TUJUAN, DAN PELAJARAN DARI SURAH-SURAH AL-QUR’AN. TangerPada saat menempuh studi di SMA, penulis aktif di organisasi Rohis Nurul Ilmi, Bimbingan Olimpiade Sains Nasional dalam bidang Geografi dan Geologi, dan Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) yang membuahkan hasil penelitian yang berjudul “Multikulturalisme Masyarakat Pecinan Pasar Banjarsari Kota Santri Pekalongan.” Selama kuliah, penulis aktif di kepengurusan Himpunan Mahasiswa Program Studi PAI (HMPS PAI) STAIN PEKALONGAN sampai sekarang. Jabatan yang pernah dipegang, antara lain mulai tahun 2013-2014 Bendahara I Rohis Masjid Nurul Ilmi. Ketua bimbingan Olimpiade Sains Nasional dalam bidang Geografi dan Geologi. Peneliti di Kelas Sosiologi SMAN 3 Pekalongan. Dan sekarang menjabat sebagai Bendahara II HMPS PAI STAIN PEKALONGAN Periode 2016. Sebagai mahasiswa penulis aktif menulis di blog pribadinya. Alamat tempat tinggal di Jalan KHM. Mansyur Gg. 3 Timur No. 33 Rt 001/Rw 005 Podosugih, Pekalongan Barat.
[1] Muhammad Ali Albar, PENCIPTAAAN MANUSIA, (Yogyakarta: MITRA PUSTAKA, 2002), hlm 1-2
[2] Ibid,.
[3] Ibid,.
[4]Ibid, hlm. 3
[5] Hamka, TAFSIR AL-AZHAR XVIII, (Jakarta: PT PUSTAKA PANJIMAS, 1982), hlm 17-19
[6] M. Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISBAH VOL.9, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm 165
[7] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993, hlm. 10-15
[8] Bachtiar Surin, Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an huruf arab dan latin, (Bandung: FA. Sumatera, 2002), hlm 533
[9] King Saud University, Tafsir Jalalain Digital, hlm. 342
Tidak ada komentar:
Posting Komentar