Laman

new post

zzz

Senin, 20 Februari 2017

TT2 c2b “KELUARGA SAKINAH, MAWADDAH, WARAHMAH, QS. AR-RUM AYAT 21”

VISI MISI MANUSIA
“KELUARGA SAKINAH, MAWADDAH, WARAHMAH,
QS. AR-RUM AYAT 21”


Nana Ayu Muliawati
2021115034
Kelas C (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017



KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Maha Suci Allah SWT. Segala puji bagi-Nya. Rasa syukur tidak lupa kami panjatkan kepada-Nya yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat terselesaikannya makalah ini. Sholawat serta Salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, teladan utama bagi umat manusia.
Makalah tentang “VISI MISI MANUSIA: KELUARGA SAKINAH, MAWADDAH, WARAHMAH DALAM QUR’AN SURAH AR-RUM AYAT 21” ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi II.
Dalam kesempatan ini saya pribadi banyak mendapat bimbingan, masukan, dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembuatan makalah ini. Sehubungan dengan ini saya  mengucapkan terima kasih kepada:
1.     Allah SWT
2.     Kedua Orang tua
3.     Bapak Muhammad Hufron, M.S.I
4.     Semua teman, sahabat dan berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung terselesaikannya makalah ini.
Saya menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bahasa, analisis materi kajian ataupun cara penulisannya. Maka dari itu saya sangat mengharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.



Akhirnya kepada Allah SWT juga saya memohon ampunan sekiranya dalam tulisan ini terdapat kekeliruan-kekeliruan yang tidak disengaja. Saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua,terutama para pembaca makalah ini. Semoga lewat makalah ini kita semua dapat berpikir secara baik dan benar yang bisa menghasilkan suatu kesimpulan yang tepat. Aamiin.

Pekalongan,19 Februari 2017
Penyusun
Nana Ayu Muliawati
(2021115034)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam meningkatkan  suatu mutu dalam kehidupan dapat dicapai dengan banyak cara salah satunya yakni dengan pendidikan yang baik dan berkualitas, serta penanaman moral dalam diri setiap orang. Yang mana semua itu dapat dicapai dari sebuah keluarga, karena keluarga merupakan awal dari sebuah kehidupan. Dan dalam Islam pun mengajarkan untuk membentuk suatu keluarga. Dalam mewujudkan keluarga pun perlu di capai dengan melakukan perkawinan atau pernikahan.
Manusia menikah dan membangun rumah tangga. Bahkan, bukan hanya manusia yang menikah, atau katakanlah berpasangan, semua makhluk memiliki pasangannya. Akan tetapi, mengapa menikah dan berpasangan? Jawabannya antara lain karena ada sesuatu dalam diri setiap makhluk yang tidak kecil peranannya dalam wujud ini. Sesuatu itu adalah naluri seksual.[1]
Dalam membina suatu rumah tangga, baik suami maupun istri selalu mengharapkan agar keluarganya dapat menjadi keluarga yang harmonis, yang sakinah, mawadah, warahmah.
Dalam makalah ini akan membahas mengenai surah Ar-Rum ayat 21, yang mana di dalam ayat tersebut terdapat makna tersirat yang harus dimengerti dan dipelajari oleh kita semua. Di dalam makalah ini juga akan membahas berbagai tafsir dari ayat tersebut, bagaimana aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, serta aspek tarbawi atau nilai-nilai pendidikan yang ada pada ayat tersebut.



B.    Judul
“VISI MISI MANUSIA: KELUARGA SAKINAH, MAWADDAH, WARAHMAH

C.    Nash
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya, ialah Dia menciptakan bagi kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kalian rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.

D.    Arti Penting Dikaji
Manusiamengetahuibahwamerekamempunyaiperasaan-perasaantertentuterhadapjenis yang lain. Perasaan-perasaandanpikiran-pikiran itu ditimbulkanolehdayatarik yang adapadamasing-masingmereka, yang menjadikan yang satutertarikkepada yang lain, sehinggaantarakeduajenispriadanwanitaituterjalinhubungan yang wajar. Merekamelangkahmajudanbergiat agar perasaan-perasaanitudankecenderungan-kecenderunganantara laki-lakidanwanitaitutercapai.
Puncakdarisemuanyaituialahterjadinyaperkawnanantaralaki-lakidanperempuanitu. Dalamkeadaandemikianbagilaki-lakihanyaistrinyaitulahwanita yang paling cantikdanbaik, sedangbagiwanitaitu, hanyasuaminyalahlaki-laki yang menarikhatinya. Masing-masingmerekamerasatenteramhatinyadenganadapihak yang lain itu.
Semuanyainimerupakan modal yang paling berhargadalammembinarumahtanggabahagia. Kemudiandengan adanya rumahtangga yang berbahagiajiwadanpikiranmenjaditenteram, tubuhdanhatimerekamenjaditenangsertakehidupandanpenghidupanmenjadimantap, kegairahanhidupakantimbul, danketenteramanbagilaki-lakidanwanitasecaramenyeluruhakantercapai.[2]





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori
1.     Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah
a.      Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
b.     Sakinah
Kata sakinah terambil dari bahasa Arab yang terdiri dari huruf sin, kaf, nun yang mengandung makna ketenangan, terhormat, aman, merasa dilindungi, penuh kasih sayang, mantap, dan memperoleh pembelaan atau antonim dari ‘kegoncangan’ dan ‘pergerakan’.
Penggunaan nama sakinah itu diambil dari penggalan Al- Qur’an dalam surah Ar-Rum ayat 21 ‘Lisatkunu ilaiha’ yang artinya bahwa Allah menciptakan perjodohan bagi manusia agar yang satu merasa tentram terhadap yang lain.
Cinta yang bergejolak di dalam hati dan yang diliputi oleh ketidakpastian, akan membuahkan sakinah atau ketenangan dan ketentraman hati bila dilanjutkan dengan pernikahan.
Perlu dicatat bahwa sakinah bukan sekedar apa yang terlihat pada ketenangan lahir yang tercermin pada kecerahan raut muka karena yang ini bisa muncul akibat keluguan, ketidaktahuan, atau kebodohan. Akan tetapi, sakinah terlihat pada kecerahan raut muka yang disertai dengan kelapangan dada, budi bahasa yang halus, yang dilahirkan oleh ketenangan batin akibat menyatunya pemahaman dan kesucian hati, serta bergabungnya kejelasan pandangan dengan tekad yang kuat. Itulah makna sakinah secara umum dan makna-makna tersebut diharapkan dapat menghiasi setiap keluarga yang hendak menyandang nama keluarga sakinah.
Jadi, keluarga sakinah itu adalah keluarga yang semua anggotanya dapat merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya, dan di rahmati oleh Allah SWT.
c.      Mawaddah
Bisa dikatakan mawaddah adalah jenis cinta yang membara, yang mengebu-gebu, kasih sayang pada pasangannya. Mawaddah adalah cinta yang lebih condong pada material seperti cinta karena kecantikan, ketampanan, body yang menggoda, cinta pada harta benda. Mawaddah itu sinonimniya adalah mahabbah yang artinya cinta dan kasih sayang.
Ini karena asal kata mawaddah, mengandung arti kelapangan dan kekosongan. Yakni kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Jika kita menginginkan kebaikan dan mengutamakannya untuk orang lain berarti kita telah mencintainya. Tetapi, jika kita menghendaki untuknya kebaikan serta tidak menghendaki untuknya selain itu, apapun yang terjadi, maka mawaddah telah menghiasi hati kita.
Mawaddah adalah jalan menuju terbaikannya pengutamaan kepentingan dan nikmat pribadi untuk siapa yang tertuju kepadanya mawaddah itu. Karena itu, siapa yang memilikinya, dia tidak pernah akan memutuskan hubungan, apapun yang terjadi.
d.     Warahmah
Wa memiliki arti ‘dan’ sedangkan rahmah memiliki arti ampunan, anugerah, karunia, rahmat, belas kasih, rejeki.
Jadi, rahmah adalah jenis cinta kasih sayang yang lembut, siap berkorban, untuk menafkahi dan melayani serta siap melindungi kepada pasangannya.
Rahmah lebih condong pada sifat qolbiyah atau suasana batin yang terwujud dalam kasih sayang, rasa memiliki, membantu, menghargai, rela berkorban, yang terpancar dari cahaya iman.
Sifat rahmah ini akan muncul manakala niatan utama saat akan melangsungkan pernikahan adalah karena mengikuti perintah Allah dan sunnah Rasulullah serta bertujuan hanya untuk beribadah dan mendapatkan ridha dari Allah SWT.[3]

2.     Fungsi Keluarga
a.      Fungsi Keagamaaanan
Keluarga harus dibangun di atas fondasi yang kukuh, sedangkan tidak ada fondasi yang lebih kukuh untuk kehidupan bersama melebihi nilai-nilai agama. Karena itu, nilai-nilai tersebut harus menjadi landasan sekaligus menjadi pupuk yang menyuburkan kelanjutan hidup kekeluargaan.
b.     Fungsi Sosial Budaya
Fungsi ini diharapkan dapat mengantar seluruh anggota keluarga memelihara budaya bangsa dan memperkayanya.
c.      Fungsi Cinta Kasih
Dengan adanya fungsi cinta kasih diharapkan dapat menumbuhkan cinta kasih karena inilah yang menjamin kelestariannya.
d.     Fungsi Perlindungan
Untuk membina keluarga yang bahagia maka diperlukan fungsi perlindungan, karena seorang istri butuh sosok yang dapat melindungi dirinya, pun sebaliknya suami juga membutuhkan sosok yang dapat mengayomi, mendukung dan memberikan ketenangan lahir dan batin yang seharusnya ia dapatkan dalam rumah tangganya.

e.      Fungsi Reproduksi
Fungsi ini bertujuan untuk meneruskan keturunan dari sepasang suami istri, tentunya keturunan yang baik yang diharapkan.
f.      Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Pendidikan harus dapat menyiapkan anak agar mampu hidup menghadapi segala tantangan masa depan. Sosialisasi antara lain dilakukan dengan pembiasaan, sedangkan pembiasaan terhadap anak akan sangat ampuh melalui keteladanan ibu, bapak, dan keluarga akan sangat menentukan kadar keberhasilan mereka.
g.     Fungsi Ekonomi
Al-Qur’an membebani suami kewajiban untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta kebutuhan istri dan anak-anaknya.
Baik suami maupun istri harus bisa memanfaatkan pendapatan yang ada untuk memenuhi kebutuhan secara baik, tidak bergantung kepada salah satu saja, apalagi melihat proses modernisasi sekarang ini yang menuntut tidak hanya suami yang bekerja namun istri juga bisa ikut bekerja dengan beberapa pertimbangan yang ada.
h.     Fungsi Pembinaan Lingkungan
Keluarga disamping diharapkan memiliki kemampuan untuk menempatkan diri secara serasi, selaras, dan seimbang sesuai dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat, keluarga pun diharapkan berpartisipasi dalam pembinaan lingkungan yang sehat dan positif sehingga lahir nilai dan norma luhur yang sesuai dengan nilai ajaran agama dan budaya masyarakat.[4]




A.    Tafsir dari Al-Qur’an Surah Ar-Rum Ayat 21
1.     Tafsir Al-Mishbah
Ayat sebelum ini berbicara tentang kejadian manusia hingga mencapai tahap basyariyat yang mengantarnya berkembangbiak sehingga menjadikan mereka bersama anak cucunya berkeliaran di bumi ini. Kini ayat 21 akan menguraikan pengembangbiakan manusia serta bukti kekuasaan dan rahmat Allah SWT.
Allah menciptakan dari nafsin wahidah pasangannya, bahwa pasangan suami istri hendaknya menyatu sehingga menjadi nafs/diri yang satu, yakni menyatu dalam perasaan dan pikirannya, dalam cita dan harapannya, dalam gerak dan langkahnya, bahkan dalam menarik dan menghembuskan nafasnya. Itu sebabnya perkawinan dinamai zawaj yang berarti keberpasangan di samping dinamai nikah yang berarti penyatuan ruhani dan jasmani.
Ayat 21 ini di akhiri dengan ‘yatafakkarin’. Di sini obyeknya dengan jelas dapat dilihat dan dirasakan, tetapi untuk memahami tanda itu, diperlukan pemikiran dan perenungan. Betapa tidak, ia terlihat sehari-hari sehingga boleh jadi kita yang tidak menyadari bahwa hal tersebut adalah berkat anugerah Allah. Dialah yang menanamkan mawaddah dan cinta kasih, sehingga seseorang, setelah perkawinan dapat menyatu dengan pasangannya, badan dan hatinya. Sungguh Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.[5]

2.     Tafsir Al-Azhar
Dan setengah daripada tanda-tanda kebesaran-Nya bahwa Dia ciptakan untuk kamu dari dirimu sendiri dan istri-istri.’ (pangkal ayat 21)
Pangkal ayat ini bisa ditafsirkan dengan dua jalan penafsiran. Pertama, jika menggunkakan tafsir yang biasa atau umum maka ayat ini menafsirkan bahwa insan pertama di muka bumi ialah nenek moyang manusia yakni Nabi Adam. Sedangkan jalan tafsir yang kedua yakni di dalam surat ini tertulis arti “Dia ciptakan untuk kamu” itu berarti untuk seluruh manusia, bukan hanya untuk satu orang saja yakni Nabi Adam, seperti yang ditafsirkan jalan pertama.
Laki-laki dan perempuan dipertemukan oleh Allah “jodoh” di antara kedua pihak untuk melanjutkan tugas berkembang biak di muka bumi agar tentram lahir dan batinnya.
Dengan ayat ini menunjukkan bahwa hubungan laki-laki dengan perempuan adalah salah satu bukti dari tanda-tanda kebesaran Allah. Karena jika tidak demikian maka punahlah manusia di dunia ini. Maka untuk mengatur hidup supaya berjalan dengan wajar dan teratur, dijelaskan bahwa agama itu gunanya ialah untuk menjaga yang lima perkara: (1) Menjaga agama itu sendiri. (2) Menjaga akal supaya tidak rusak. (3) Menjaga jiwa supaya tidak menyimpang dari kewajaran. (4) Menjaga harta benda. (5) Menjaga keturunan.
Sesungguhnya pada yang demikian adalah tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. ” (ujung ayat 21)
Ujung ayat ini memberi peringat kepada manusi agar mereka memikirkan kembali. Tentang segala sesuatu yang baik-baik. Memikirkan bagaimana jadinya dunia ini, jika manusia berhubungan dengan yang lainnya, laki-laki dan perempuan sesuka hatinya saja. Tidak ada peraturan yang bernama nikah dan tidak ada peraturan yang bernama talak. Kalau sampai demikian, maka tidak akan seperti sekarang dunia ini, dan tidak akan ada yang namanya kebudayaan.
Disinilah ayat ini menyuruh kita untuk memikirkan sekali lagi, terutama di zaman dunia yang sudah terpengaruh oleh faham zindiq, faham atheis, yang memandang segala sesuatu hanya dari segi materialis saja.[6]


3.     Tafsir Al-Maraghi
Diantara tanda-tanda yang menunjukkan adanya hari berbangkit dan dikembalikannya kalian kepada-Nya, ialah bahwa Dia menciptakan bagi kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian merasa tentram dengannya, dan Dia menciptakan diantara kalian rasa cinta dan kasih sayang supaya kehidupan rumah tangga kalian dapat lestari dalam tatanan yang sempurna.
Sesungguhnya di dalam hal-hal yang telah lalu, yaitu penciptaan kalian dari tanah, diciptakan-Nya istri-istri kalian, dan dilestarikannya rasa cinta dan kasih sayang, terdapat pelajaran bagi orang yang memikirkan seluk beluk semua kejadian itu yang didasari oleh hikmah-hikmah dan maslahat-maslahat. Maka semua itu tidaklah diciptakan untuk berbagai tujuan. Hal ini perlu dipikirkan oleh setiap orang yang berakal dan bijaksana supaya ia dapat mencapai pengetahuan mengenai hal tersebut secara hakiki.[7]

B.    Aplikasi dalam Kehidupan
1.     Ayat ini digunakan sebagai acuan untuk anjuran menikah.
2.     Menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT, bahwasetiap makhluk sudah ditakdirkan berpasang-pasangan.
3.     Memberikan petunjuk tentang keluarga sakinah, mawaddah, warahmah sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah.
4.     Selalu menjaga diri dengan sebaik mungkin dan berusaha untuk selalu hijrah pada kebaikan, istiqomah agar mendapatkan pasangan yang baik.



C.    Aspek Tarbawi
1.     Memberikan petunjuk kepada umat manusia bahwa Allah sudah menciptakan makhluknya secara berpasang-pasangan
2.     Ayat ini mengajarkan tentang perlunya membina keluarga yang sakinah mawaddah warahmah agar merasa tentram pada setiap pasangan suami istri.
3.     Menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT
4.     Menyatukan perbedaan-perbedaan yang ada dalam diri suami maupun istri agar bisa terbentuk keluarga yang harmonis.
5.     Selalu merasa bersyukur atas pasangan yang telah dimiliki dan untuk yang belum memiliki pasangan hendaknya bersabar dan selalu berusaha memperbaiki diri, serta percaya bahwa Allah sudah menyiapkan jodoh terbaiknya di waktu yang tepat.



BAB III
PENUTUP

Simpulan
Sesungguhnya Allah telah menciptakan kita secara berpasang-pasangan, supaya kita bisa merasa aman, tentram, tenang. Serta adanya rasa kasih sayang, cinta diantara sesama makhluk Allah, dalam hal ini adalah suami istri.
Itu merupakan salah satu bukti dari tanda-tanda kebesaran Allah SWT, semoga suatu saat nanti kita bisa membina keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah serta menggapai ridho Allah SWT.



DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. 1989. Tafsir Al-Maraghi. Semarang : PT Karya Toha Putra.
Hamka. 2006. Tafsir Al-Azhar. Jakarta : PT PUSTAKA PANJIMAS.
http://tafsiranmanusia.blogspot.co.id/2013/07/surat-ar-rum-21-30.html. Diakses pada hari Sabtu, 18 Februari 2017. Jam 09.34 WIB.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an. Jakarta : Lentera Hati.
Shihab, M. Quraish. 2005. Perempuan. Jakarta : Lentera Hati.



PROFIL DIRI
Nama              : Nana Ayu Muliawati
TTL                 : Pemalang, 23 Desember 1997
Alamat            : Perum Bumi Wira Baru 1, RT.06 RW.08, Pekuncen, Wiradesa, Kab.Pekalongan
Gol.Darah       : B
Motto Hidup   : Wong urip ning dunyo kudu hijrah luwih becik, istiqomah, lan ojo lali sambi dimesemi.
 Riwayat Pendidikan  :
-TK     : TK Pertiwi, Petarukan, Kab.Pemalang
-SD      : SD N 02 Mayangan
-SMP   : SMP 1 WIRADESA
-SMA  : SMA 1 WIRADESA
-Sedang proses menyelesaikan pendidikan S1 di IAIN Pekalongan, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam.





[1]M.Quraish Shihab, Perempuan (Jakarta: Lentera hati, 2005), hlm. 125
[2]http://tafsiranmanusia.blogspot.co.id/2013/07/surat-ar-rum-21-30.html, diakses pada hari Sabtu, 18 Februari 2017. Pada jam 09.34 WIB

[3]Ibid, hlm. 151-156
[4]Ibid,hlm.140-149
[5]M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2003), hlm. 33-37
[6]Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), hlm. 63-67
[7]Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1989), hlm. 66-68

Tidak ada komentar:

Posting Komentar