Laman

new post

zzz

Senin, 20 Februari 2017

TT2 C2a ”TUGAS POKOK MANUSIA” QS. ADZ-DZARIYAT: 56

VISI MISI MANUSIA
”TUGAS POKOK MANUSIA” QS. ADZ-DZARIYAT: 56


Istifarin     (2021115008)
Kelas : C


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN

2017


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah atas rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Tafsir Tarbawi II dengan judul “Tugas Pokok Manusia (QS. Adz-Dzariyat ayat 56)”.
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas individu Tafsir Tarbawi II. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini belum sempurna atau jauh dari kata sempurna.
Dalam penyusunan tugas ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah ikut membantu dan membimbing penulis selama penyusunan tugas ini, khususnya kepada:
1.     Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
2.     Orang tua, karena telah memberikan support atau dukungan bagi penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
3.     Muhammad Hufron, M.S.I, selaku dosen Tafsir Tarbawi II.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tugas ini belum sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Penulis


Istifarin
(2021115008)


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Allah SWT menciptakan alam semesta dan menentukan fungsi-fungsi dari setiap elemen alam ini. Matahari mempunyai fungsi, bumi mempunyai fungsi, udara mempunyai fungsi, bintang-bintang, awan, api, air, tumbuh-tumbuhan juga memiliki fungsi dalam kehidupan. Begitu juga dengan penciptaan jin dan manusia, Allah menciptakan jin dan manusia bukan untuk menyekutukan-Nya tetapi semata-mata untuk menyembah dan mengabdi hanya kepada Allah.
B.    Tema dan Judul
“Visi Misi Manusia” : Tugas Pokok Manusia
C.    Nash dan Arti
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالاِنسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ 
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengapdi kepada-Ku” (QS Adz-Dzariyat : 56)

D.    Arti Penting dikaji
Dalam QS Adz-Dzariyat ayat 56 ini menjelaskan, bahwa tujuan diciptakannya jin dan manusia untuk beribadah kepada Allah sehingga diharapkan manusia di dunia ini sadar akan hal itu, maka manusia di dunia seharusnya selalu dijalan yang diridhoi oleh Allah. Karena  Allah tidak menginginkan apapun dari manusia melainkan Allah hanya ingin manusia bertaqwa kepada-Nya.




BAB II
ISI

A.   Teori
1.     Pengertian Jin dan Manusia
a.      Pengertian Jin
Jin adalah suatu makhluk yang tak dapat dipandang oleh mata manusia, karena mereka memiliki unsur-unsur kejadian yang berbeda dengan manusia.[1]
b.     Pengertian Manusia
Manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa Arab, yang berasal dari kata  “nasiya” yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar “al-uns” yang berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya.[2]
2.     Terciptanya Jin dan Manusia
a.      Terciptanya Jin
Sesungguhnya jin diciptakan lebih awal daripada penciptaan manusia. Mereka ada sebelum Adam, berdasarkan kenyataan, bahwa Allah telah memakmurkan bumi pada mulanya dengan golongan jin sebagai penghuninya. Tetapi mereka telah melakukan berbagai kejahatan dan kerusakan. Kemudian, Allah mengutus malaikat untuk mengusir mereka berdasarkan perintah-Nya.[3]
b.     Terciptanya Manusia
Dalam QS Al-Mu’minun: 12-14 memberikan teori tentang proses terjadinya manusia dalam kandungan ibu secara rinci, yang dibuktikan dengan ilmu kedokteran dan kandungan, yang sama persis memerinci proses embriologi (kehamilan) dari mulai setetes air sperma berubah menjadi segumpal darah, lalu segumpal daging, diciptakan tulang, kemudian dibungkus daging, dan pada usia 9 bulan lebih dilahirkan dalam bentuk lain yaitu bayi manusia.

QS Al-Mu’minun: 12-14

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن سُلَالَةٍ مِّن طِينٍ

ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ

ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ    مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقًا   آخَرَ ۚ  فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِين 
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang PalingBaik”. (QS. al-Mu’minun) : 12-14. [4]
3.     Tugas hidup manusia
Beribadah kepada Allah dan menjalankan tugas-tugas kekhalifahan bukan semata tujuan hidup manusia, melainkan tujuan Allah menciptakan manusia, sebagai tujuan dikehendaki Allah. Sehingga manusia pada hakikatnya tidak mempunyai kehendak selain mengikui kehendak Allah. Memang Allah telah menciptakan pada diri manusia satu kebebasan dasar, yaitu kebebasan memilih. Kebebasan inilah yang akan membuatnya memilih apakah mengikuti kehendak Allah atau mendurhakai-Nya.
Jadi kesimpulannya tugas setiap manusia didalam hidup ini ialah menjalankan peranan sebagai khalifah dibumi ini dengan sempurna, dan senatiasa menambah kesempurnaannya sampai akhir hayatnya, hingga menjadi orang muslim yang paling mulia dan juga yang paling bertaqwa.[5]
B.    Tafsir
1.     Tafsir Al-Mishbah
QS Adz-Dzariyat ayat 56 menggunakan bentuk persona pertama (Aku) setelah sebelumnya menggunakan persona ketiga (Allah) hal ini bertujuan untuk mengisyaratkan bahwa perbuatan-perbuatan Allah melibatkan malaikat atau sebab-sebab lainnya. Penciptaan, pengutusan Rosul, turunnya siksa, rezeki yang dibagikan-Nya melibatkan malaikat dan sebab-sebab lainnya, sedang disini karena penekanannya adalah beribadah kepada-Nya semata-mata, maka redaksi yang digunakan berbentuk tunggal dan tertuju kepada-Nya semata-mata tanpa memberi kesan adanya keterlibatan selain Allah SWT.
Ibadah adalah satu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi.
Ibadah terdiri dari ibadah murni dan ibadah tidak murni. Ibadah murni adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah, bentuk, kadar, atau waktunya, seperti sholat, zakat, puasa dan haji. Ibadah tidak murni adalah segala aktivitas lahir dan batin manusia yang dimaksudkannya untuk mendekatkan diri kepada Allah.[6]
2.     Tafsir Al-Azhar
Bahwasannya Allah menciptakan jin dan manusia untuk mengabdikan diri kepada Allah. Jika seseorang telah mengakui beriman kepada Allah, tidaklah dia akan mau jika hidupnya didunia ini kosong saja. Dia tidak boleh menganggur, selama nyawa dikandung badan manusia harus ingat bahwa temponya tidak boleh kosong dari pengabdian. Seluruh hidup hendaknya dijadikan ibadat.
Menurut riwayat dari Ali bin Abi Thalhah, yang diterimanya dari Ibnu Abbas, arti untuk beribadat, ialah mengakui diri adalah budak atau hamba dari Allah, tunduk menurut kemampuan Allah, baik secara sukarela atau secara terpaksa, namun kehedak Allah berlaku juga. Mau tidak mau diri pun hidup, mau tidak mau kalau umur panjang pasti tua. Ada manusia yang hendak melakukan didalam hidup ini menurut kemauannya, namun yang berlaku ialah kemauan Allah jua.
Ibadat itu diawali dengan iman yaitu percaya adanya Allah yang menjamin kita, maka iman yang telah tumbuh itu wajib dibuktikan dengan amal yang shaleh, yaitu perbuatan yang baik.[7]
3.     Tafsir Al-Lubab
Manusia hendaknya berlari menuju Allah SWT untuk berlindung, memperoleh rahmat, bahkan untuk mewujudkan tujuan penciptaannya, karena menurut ayat 56 “Aku atau Allah SWT tidak menciptakan jin dan manusia untuk satu manfaat yang kembali pada diri-Ku. Aku tidak menciptakan mereka melainkan agar kesudahan semua aktivitas mereka adalah ibadah kepada-Ku.[8]
C.    Aplikasi dalam kehidupan
Dari QS Adz-Dzariyat ayat 56, banyak pelajaran yang dapat diambil untuk diterapkan dalam kehidupan yakni kita harus selalu mengabdi kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya seperti sholat, puasa, zakat, saling membantu, dan lain sebagainya. Dan juga menjauhi larangan-larangan-Nya.
D.    Aspek Tarbawi
Nilai yang terkandung dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 adalah sebagai berikut:
1.     Kita sebagai manusia ciptaan Allah maka seharusnya kita beriman kepada Allah dan patuh atas segala perintah-Nya
2.     Kita hendaknya taat dan tunduk terhadap perintah Allah
3.     Jika kita murka kepada Allah, maka Allah akan memberi azab yang pedih kepada kita dan tidak ada seorangpun yang mampu menolak azab tersebut, dan juga tidak seorangpun yang dapat menolong kita untuk menghindari azab tersebut.












BAB III
PENUTUP
A.   Simpulan
QS Adz-Dzariyat ayat 56 ini membahas tentang tujuan diciptakannya jin dan manusia. Yang dimaksud jin itu sendiri ialah suatu makhluk yang tak dapat dipandang oleh mata manusia, karena mereka memiliki unsur-unsur kejadian yang berbeda dengan manusia, sedangkan manusia  secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa Arab, yang berasal dari kata  “nasiya” yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar “al-uns” yang berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya. tugas keduanya (manusia dan jin) didalam alam ini ialah menjalankan peranan sebagai khalifah dibumi ini dengan sempurna, dan senantiasa menambah kesempurnaannya sampai akhir hayatnya, hingga menjadi orang muslim yang paling mulia dan juga yang paling bertaqwa.



 


      [1] Sayyid Abdullah Husain, Menyingkap Rahasia Jin, Syetan dan Malaikat (Bandung: Husaini, 1985), hlm. 1
      [2] Musfirotun Yusuf, Manusia & Kebudayaan Perspektif Islam (Pekalongan: CV Duta Media Utama, 2015) hlm. 1
      [3] Sayyid Abdullah Husain, Op Cit., hlm. 13
        [4]Ahmad Ta’rifin, IAD Ilmu Alamiah Dasar (Pekalongan: Duta Media Utama, 2013) hlm. 5-6

     [5] Drs. Hery Noer Aly, MA, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 64-65
      [6] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Tangerang: Lentera Hati, 2005), hlm. 355-356
      [7] Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz’u XXVII (Surabaya: Yayasan Latimojong. 1981), hlm. 49-50

      [8] M. Quraish Shihab, Al-Lubab Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah Al-Qur’an (Tangerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 60



DAFTAR PUSTAKA
    
 Aly, Hery, Noer.1999.  Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Hamka. 1981. Tafsir Al-Ahzar Juz’u XXVII . Surabaya: Yayasan Latimojong.
Husain, Sayyid, Abdullah.1985.  Menyingkap Rahasia Jin, Syetan dan Malaikat.  Bandung: Husaini.
Shihab, M. Quraish. 2005. Tafsir Al-Mishbah. Tangerang: Lentera Hati.
Shihab, M. Quraish. 2012. Al-Lubab Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah Al-Qur’an. Tangerang: Lentera Hati.
 Ta’rifin, Ta’arifin. 2013.  IAD Ilmu Alamiah Dasar. Pekalongan: Duta Media Utama.
 Yusuf, Musfirotun. 2015. Manusia & Kebudayaan Perspektif Islam Pekalongan: CV Duta Media Utama.
      


PROFIL PENULIS

Istifarin, dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 15 November 1996. Pendidikannya dimulai di MIS Wonorejo Wonopringgo dan di tempuh selama 6 tahun, lulus pada tahun 2009. Dilanjutkan di SMP N 1 Wonopringgo dan lulus pada tahun 2012, kemudian dilanjutkan  di SMA 1 Kedungwuni dan ditempuhnya selama 3tahun dan lulus pada tahun 2015. Sekarang sedang menempuh pendidikan S1 nya di IAIN Pekalongan, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, semester 4.
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar