JATI
DIRI MANUSIA
“Asal
Usul Manusia (QS. Al Hijr 15, 26-34)”
FIKI
DZAKIYATI 2021114221
FAKULTAS TARBIYAH / PRODI PAI
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur marilah
kita panjatkan kepada Allah SWT, atas nikmat dan Ridho-Nya. Penulis dapat
menyelesaikan tugasnya dalam pembuatan makalah tentang “asal-usul manusia”.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW., yang telah membawa manusia dari zaman jahiliyah menuju
alam yang berilmu sekarang ini.
Dalam
penulisan makalah ini, tentunya dapat tersusun bukan hanya dari usaha keras
penulis semata, melainkan berkat do’a dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak,
antara lain:
1.
Kepada
bapak dan ibu yang telah mendidik sejak kecil sampai sekarang.
2.
Bapak
Muhammad ghufron, M.S.I selaku dosen mata kuliah tafsir tarbawi II
3.
Serta teman-teman
yang telah mendukung penulis dalam menjalani studi.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan, agar dalam penulisan yang akan datang penulis dapat membuat makalah
yang lebih baik lagi. Untuk itu, diharapkan dengan adanya kritik dan
saran dapat menjadi bahan evaluasi bagi kebaikan penulis kedepannya. Semoga
makalah ini dapat memberi manfaat, baik bagi pembaca maupun penulis pribadi.
Pekalongan,
13 Februari 2017
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan
berkembangnya teknologi, berkembang pula ilmu pengetahuan yang ada pada zaman
sekarang ini. Ini menunjukkan bahwa banyak adanya teori-teori yang terus
dikembangkan seperti halnya teori Darwin yang dulu sempat menyesatkan banyak
orang yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera. Tapi ini juga ada hikmah
yang dikandung, dengan begitu penelitian tentang manusia terus
dikembangkanuntuk menemukan informasi yang sebenarnya, dan informasi tersebut
yang mengandung kebenaran hanyalh yang bersumber dari Al-Qur’an.
Dalam Al-Qur’an menjelaskan
perkembangan kehidupan manusia secara ilmiah sebagai pembelajaraan kepada
manusia, agar manusia mengetahui bahwa segala sesuatu ada proses-proses
perkembangannya.
B. TEMA/JUDUL : JATI DIRI MANUSIA / ASAL-USUL
MANUSIA
C. NASH
وَلَقَدْ
خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (٢٦) وَالْجَانَّ
خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ (٢٧) وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ
لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (٢٨)
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
(٢٩)فَسَجَدَ الْمَلائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ (٣٠)إِلا إِبْلِيسَ أَبَى أَنْ
يَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ (٣١)قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلا تَكُونَ مَعَ
السَّاجِدِينَ (٣٢) قَالَ لَمْ أَكُنْ لأسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ
صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (٣٣) قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ
(٣٤)
Artinya:
26. Dan sesungguhnya telah Kami jadikan manusia
dari tanah kering, dari tanah hitam berubah bau.
27. Dan
akan jin itu, Kami jadikan dia lebih dahulu, dari api beracun.
28. Dan (ingatlah) tatkala berkata Tuhan engkau
kepada malaikat: sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia dari tanah kering,
dari tanah hitam berubah bau.
29. Maka apabila telah Aku sempurnakan dia, dan
aku lupakan padanya Rohku, hendaklah kamu tunduk kepada nya sujud.
30. Maka
sujudlah malaikat itu sama sekali, bersama-sama.
31. Kecuali
iblis, enggan dia akan ada bersama sekalian yang bersujud itu.
32. Dia bertanya: Hai iblis! Mengapa engkau
tidak turut bersama mereka yang bersujud itu?
33. Dia (iblis) menjawab : tidaklah aku hendak
bersujud kepada manusia yang telah engkau ciptakan dari tanah kering, dari
tanah hitam berubah bau.
34. Dia bersabda:keluarah engkau dari dalamnya,
karena sesungguhnya engkau adalah terkutuk.
D.
MENGAPA PENTING
UNTUK DIBAHAS
Pentingnya
mempelajari tentang asal usul manusia
ini karena kita dapat mengetahui proses terjadinya manusia melalui
penjelasan dari Al-Qur’an mengingat banyak orang yang percaya akan teori Darwin
yang beranggapan bahwa manusia berasal dari kera serta dapat mensyukuri nikmat
Allah yang diberikan kepada kita yaitu berupa akal fikiran yang itu merupakan
perbedaan antara makhluk-makhluk lain ciptaan Allah dan itu mengapa manusia
adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia
1. Pengertian manusia menurut para ahli
a. ABINENO J. I
Manusia adalah “tubuh yang berjiwa”
dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana’
b. UPANISADS
Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur
roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana atau badan fisik
c. ERBE SENTANU
Manusia adalah makhluk sebaik-baiknya
ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling
sempurna dibanding dengan makhluk yang lainnya[1]
Jadi manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh
(atman), jiwa, fikiran, dan fisik yang terbungkus dalam tubuh yang fana dan
merupakan mkhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibanding dengan makhluk
lainnya.
B. Tafsir tentang Asal usul manusia
1. Tafsir Al-Misbah
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ
صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (٢٦) وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ
نَارِ السَّمُومِ (٢٧)
Thahir Ibn Asyur
berpendapat bahwa tujuan uraian ayat ini adalah untuk membuktikan betapa
mengagumkan Allah Swt. dalam ciptaan-Nya. Dia menciptakan dari unsur-unsur yang
remeh dan menjijikan itu, satu makhluk yakni manusia yang merupakan tokoh jenis
makhluk alam material yang hidup.
Sedangkan jin
diciptakan dari nyala api yang timbul dari kebakaran yang disebabkan oleh angin
panas. Ini berarti bahwa asal kejadian manusia dan jin sungguh sangat berbeda .
Jin tercipta dari angin panas yang menimbulkan api, sedang manusia seperti yang
telah anda ketahui
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ
إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (٢٨) فَإِذَا
سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ (٢٩)فَسَجَدَ
الْمَلائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ (٣٠)إِلا إِبْلِيسَ أَبَى أَنْ يَكُونَ مَعَ
السَّاجِدِينَ (٣١)
Uraian tentang
penciptaan manusia mengisyaratkan bahwa betapapun asal kejadian sesuatu bukan
merpakan hal yang istimewa, bahkan menjijikan, tetapi jika dampak yang
diakibatkannya atau hasil yang dapat diperoleh darinya merupakan hal-hal baik
dan bermanfaat, maka unsur kejadian itu tidak memperngaruhi penilaian terhadap
sesuatu itu. Sperma yang menjijikkan jika di pandang, dan yang hanya bagian
kecil dari setetes yang ditumpahkan ke rahim, merupakan asal kejadian manusia.
Namun demikian,
manusia yang dapat menghasilkan amal-amal kebajikan yang direstui Allah Swt.,
menjadi makhluk yang sangat mulia di sisi-Nya. Itulah yang dapat mempengaruhi
samudera serta menjelajah angkasa. Demikian asal kejadian sesuatu tidak
berpengaruh jika dampak yang dihasilkan baik.
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلا
تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ (٣٢) قَالَ لَمْ أَكُنْ لأسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ
مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (٣٣) قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ
رَجِيمٌ (٣٤)
Kedurhakaan iblis mengarahkan jatuhnya laknat terhadap iblis, sedang
tiak satu kedurhakaan pun yang tidak melibatkan iblis melalui rayuan dan
godaannya. Dengan demikian pula setiap kedurhakaan yang dilakukan seseorang,
maka dampak buruknya disamping akan menyentuh pelakunya sendiri, juga akan
menyentuh pendorongnya, dalam hal ini setan da iblis. Dengan demikian bertumpuk
laknat atas iblis sampai hari Kemudian, karena kedurhakaan akan terus menerus
terjadi hingga hari kemudian.[2]
2. Tafsir Al-Azhar
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ
صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (٢٦)
Manusia telah
mencoba menyelidiki sendiri , yang menghasilkan ilmu pengetahuan tentang asal
usul manusia dan bagaimana asal jadinya. Darwin pun mengemukakan berbagai teori
tentang asal terjadinya manusia. Tetapi teori Darwin pun hanya sampai di
setengah jalan, tidak sampai kepada pangkal benar-benar. Dia berteori bahwa
manusia yang sekarang ini di zaman yang sangat purbakala masih sama saja
keadaannya dengan kera ataupun monyet. “Kekeluargaan” manusia dengan monyet
bertemu pada satu rumpun, yaitu satu makhluk yang kira-kira perangainya adalah gabungan
diantara kemanusiaan dengan kemonyetan. Tetapi Darwin belum sampai kepada
teori yang tegas bagaimana sebenarnya
“nenek-moyang” pertemuan manusia dengan monyet itu. Itulah yang disebut rantai
yang hilang. Yang menerangkan asal sekali dari kejadian manusia hanyalah
Al-Qur’an, yaitu dari tanah hitam berubah bau dan menjadi tanah kering.
وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ
مِنْ نَارِ السَّمُومِ (٢٧) وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ
بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (٢٨) فَإِذَا سَوَّيْتُهُ
وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ (٢٩)فَسَجَدَ
الْمَلائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ (٣٠)إِلا إِبْلِيسَ أَبَى أَنْ يَكُونَ مَعَ
السَّاجِدِينَ (٣١)
Dengan ayat-ayat
ini dipertemukanlah diantara tiga makhluk Allah. Makhluk Insani yang terjadi
dari tanah, makhluk iblis, yang seasal dengan jin, terjadi dari api beracun dan
makhluk malaikat. Dalam hal keghaiban, samalah iblis dengan malaikat, tetapi
asal kejadian tidak sama. Iblis dari api beracun, Malaikat dai Nur atau cahaya.
Sedang diri manusia tadi mempunyai gabungan di antara nyata dan ghaib, zahir
dan batin.
Tubuhnya
terjadi dari tanah yang kering dari tanah hitam yang berbau, tetapi kepadanya
ditiupkan Roh dan Illahi. Tuhan bersabda: “Dari RohKu”. Yaitu Roh kepunyaan Tuhan.
Sekalian Roh kita ini adalah kepunyaan Tuhan. Sebab kita semua ini kepunyaan
Tuhan. Setelah Tuhan menjadikan manusia, semua makhluk ghaib itu disuruh sujud
kepada manusia itu, memberi hormat. Malaikat yang terjadi dari Nur, semuanya
sujud. Tetapi Iblis yag terjadi dari api beracun tidak mau sujud.
Sebuah hadits yang shahih ada
menyebutkan dengan tegas:
خُلِقَتْ
الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُوْرٍ وَخُلِقَتِ الْجَانُّ مِنْ مَارِخٍ مِنْ نَارٍ
وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّاوُصِفَ لَكُمْ
“Bersabda Nabi s.a.w.: Dijadikan Malaikat
daripada Nur atau cahaya, dan dijadikan Jin dari gejala api, dan dijadikan Adam
daripada apa yang telah dinyatakan sifatnya kepada kamu.”
(Dirawikan oleh Muslim dan Imam
Ahmad dari Hadis Aisyah)
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلا
تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ (٣٢) قَالَ لَمْ أَكُنْ لأسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ
مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (٣٣) قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ
رَجِيمٌ (٣٤)
Dalam jawaban
ini terbentang dengan sendirinya kesombongan yang tersembunyi. Si Iblis merasa
bahwa dia disuruh bersujud kepada si
manusia itu adalah satu penghinaan terhadap dirinya dari Tuhan. Dia merasa
lebih, dalam tiga hal daripada manusia itu. Pertama dia terjadi dari api,
sedang manusia terjadi dari tanah berbau. Kedua dia terjadi lebih dahulu,
sedang manusia kemudian. Ketiga, menurut hadits-hadits yang shahih, Iblis itu
adalah makhluk yang sangat taat pada mulanya. Berjuta-juta tahun dia telah
beribadat kepada Ilahi. Tidak ada lagi sejengkal langitpun yang tidak
dijadikannya tempat sujud kepada Tuhan. Tiba-tiba di saat penting dia disuruh
bersujud kepada orang yang lebih hina pada pandangannya daripada dirinya
sendiri. Berbeda dengan Malaikat. Bagi Malaikat, karena Tuhan Allah yang
menyuruh sujud memberi hormat, mereka taati perintah itu. Padahal kejadian asal
mereka lebih tinggi dan lebih mulia daripada Iblis. Tidak ada racun dalam asal
kejaidan mereka, melainkan Nur semata-mata.
Iblis telah
menjadi terkutuk lantaran sombong, angkuh, enggan menuruti perintah, merasa
lebih dari orang lain. Sehingga tidak diperhatikannya keistimewaan dari makhluk
yang baru diciptakan itu. Dia hanya menilik asal dari tanah, tetapi dia tidak
memperhatikan Roh ciptaan Ilahi yang ditiupkan kepada asal tanah itu. Bukankah
hal begini kerap kali juag kejadian pada manusia sendiri dengan sesamanya
manusia karena pengaruh Iblis telah masuk ke dalam dirinya. Banyak manusia yang
membanggakan keturunannya dan asal usulnya, lalu dihinakannya manusia lain yang
tidak setinggi dia asal keturunannya itu. Sehingga tidak diperhatikannya lagi nilai-nilai
fikiran yang dikeluarkan oleh orang yang dihinakannya itu.[3]
3. Tafsir Al-Maraghi
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ
صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (٢٦) وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ
نَارِ السَّمُومِ (٢٧)
Sesungguhnya
Kami telah menciptakan individu pertama dari jenis manusia dari tanah kering
yang apabila dilubangi akan berbunyi, berwarna hitam dan dibentuk dalam pola
agar menjadi kering, seperti batu-batu permata cair yang dicurahkan ke dalam
cetakan.
Dalam
QS Al-Hijr ayat 27 menunjukkan kepada kemuliaan Adam as. Kebaikan unsurnya dan
kesucian asalnya. Kewajiban kita adalah mempercayai bahwa jin diciptakan dari
api, tetapi kita tidak mengetahui hakekat hal itu. Yang demikian itu hanya dpat
diketahui melalui wahyu
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ
إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (٢٨) فَإِذَا
سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ (٢٩)فَسَجَدَ
الْمَلائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ (٣٠)إِلا إِبْلِيسَ أَبَى أَنْ يَكُونَ مَعَ
السَّاجِدِينَ (٣١)قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلا تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ
(٣٢) قَالَ لَمْ أَكُنْ لأسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ
مَسْنُونٍ (٣٣) قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ (٣٤)
Allah telah
menyajikan bantahan iblis dan menerangkan sebab keengganannya untuk bersujud
kepada Adam:
Pertama : Iblis membantah penciptanya dengan kata-kata yang terkandung
dalam jawabannya
Kedua : Iblis mengemukakan hujjah, kepada Allah dengan apa yang
menguatkan bantahannya tersebut
Ketiga : Iblis menjadikan ketaatan untuk emlaksanakan perintah
tergantung pada pandangannya
Keempat : Iblis mendasarkan kebaikan dirinya atas materi (bahan) dari apa
dia ucapkan, padahal kebaikan-kebaikan sebagian materi atas sebagian lainnya
merupakan perkara relatif yang menimbiulkan perbedaan pendapat.
Kelima : Iblis tidk mengetahui keistimewaan Adam as.
Allah Ta’ala
memerintahkan kepada iblis-perintah kauni (pasti terlaksana) yang tidak bisa
dibantah-untuk keluar dari kedudukannya, kedudukan makhluk tertinggi, kemudian
melemparkan dan mengusirnya, lalu mengutuknya dengan kutukan yang
berkesinambungan hingga hari kiamat, ketika Allah membangkitkan makhluk dari
kubur, lalu mengumpulkan mereka di tempat penghisaban, yaitu pada waktu tiupan
pertama. Ketika penangguhan diberikan kepada iblis.
Iblis berkata,
“Ya Tuhanku, disebabkan Engkau tela menyesatkan aku, maka aku pasti membuat
anak cucu Adam memandang baik perbuatan-perbuatan maksiat, membuat mereka
senang kepadanya, dan menyesatkan mereka sebagaimana Engkau telah menyesatkan
aku dan menakdirkan aku untuk berada dalam kesesatan, kecuali orang-orang yang
ikhlas taat kepada-Mu di antara mereka, serta Engkau berkati untuk menerima
hidayah-Mu, karena mereka adalah orang-orang yang aku tidak mempunyai kekuasaan
dan kekuatan terhadap mereka.”[4]
C.
Implementasi
Manusia hidup didunia
haruslah melakukan kebajikan-kebajikan serta menjalankan semua perintah Allah
dan menjauhi larangan Allah. Bersyukur atas nikmat yang diberikan sehingga
terjauh dari sikap musyrik atau hal-hal yang dapat mendatangkan laknat dari
Allah SWT.
D.
Aspek Tarbawi
1.
Kita harus tetap percaya bahwa adanya makhluk ghaib
seperti malaikat, setan dan jin
2.
Seorang manusia dinilai bukan berdasarkan sisi
jasmaninya, melainkan pada sisi rohaninya.
3.
Orang-orang yang tidak mau melakukan sholat atau
bersujud kepada Allah atau memjauh dari suatu kebajikan termasuk orang-orang
yang memiliki karakter setan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Didalam QS. Al-hijr 15:26-34
menjelaskan tentang asal-usul manusia yang berasal dari tanah kering, dari
tanah hitam yang berubah bau. Dan akan jin itu, Kami jadikan dia lebih dahulu,
dari api beracun.
Dengan ayat-ayat yang terdapat
dalam surat Al-hijr tersebut dipertemukanlah diantara tiga makhluk Allah.
Makhluk Insani yang terjadi dari tanah, makhluk iblis, yang seasal dengan jin,
terjadi dari api beracun dan makhluk malaikat. Dalam hal keghaiban, samalah
iblis dengan malaikat, tetapi asal kejadian tidak sama. Iblis dari api beracun,
Malaikat dai Nur atau cahaya. Sedang diri manusia tadi mempunyai gabungan di
antara nyata dan ghaib, zahir dan batin. Dalam Al-Qur’an juga dijelaskan proses
perkembangan kehidupan manusia secara ilmiah. sebagai pembelajaraan kepada
manusia
DAFTAR PUSTAKA
https://carapedia.com/pengertian_definisi_manusia_menurut_para_ahli_info508.html diakses tanggal 12 februari 2017
Quraish
Shihab.TAFSIR AL-MISHBAH, 2002. Jakarta: Lentera Hati..
HAMKA,
Tafsir Al-Azhar juz 13-14, Cet ke-II, 1983, Jakarta: PT. Pustaka
Panjimas,
Ahmad Mustafa
Al Maraghi, Tafsir Al-Maraghi,
cet ke-2,1992 Semarang: CV. Toha Putra Semarang.
PROFIL
Nama
: Fiki Dzakiyati
Tempat,TanggalLahir : Pekalongan, 30 Desember 1995
Alamat
: Jl. Joko Tingkir No.175 Gg. 9 Degayu Pekalongan
No.
Hp
: 0858-6747-3967
RiwayatPendidikan
: MII Degayu 01 Pekalongan
SMP SLAFIYAH
PEKALONGAN
SMKN2 PEKALONGAN
IAIN Pekalongan
PengalamanOrganisasi
: 1.IPPNU RANTING DEGAYU
2. PRAMUKA
3. PIK-R ARDEGA PEKALONGAN
4. PIK-R PEKALONGAN
Status
: Mahasiswa IAIN Pekalongan
[1]https://carapedia.com/pengertian_definisi_manusia_menurut_para_ahli_info508.html,
diakses tanggal 12 februari 2017
[3] HAMKA, Tafsir Al-Azhar juz 13-14, Cet ke-II, Jakarta: PT.
Pustaka Panjimas, 1983 hal.185-187
[4]Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Semarang: CV. Toha
Putra Semarang,1992 Hal 35-37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar