VISI MISI MANUSIA
DIHIASI KESENANGAN DUNIAWI
(Q.S. Ali Imron : 14-15)
Ulin Nuha (2021115051)
Kelas : D
FAKULTAS TARBIYAH / PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, kesehatan,sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas Makalah Tafsir Tarbawi II ini dengan tepat waktu dan sesuai
prosedur. Yang kedua sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW semoga kita mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir.
Tidak lupa pula saya haturkan kepada
kedua orang tua saya terutama Ibu yang telah sabar dan menginspirasi saya,
terima kasih kepada keluarga yang te;ah mendukungku dan teman-teman
seperjuangan.
Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada pembaca dan saya mohon maaf apabila ada kekeliruan , karena kita
semua masih dalam proses pendidikan maka perlunya saya menerima kritik dan
saran dari para pembaca.
Pekalongan,
17 Pebruari 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia
adalah ciptaan Allah SWT yang paling sempurna daripada makhluk-makhluk lainnya.
Manusia diberi akal untuk berfikir tentang sesuatu yang akan dilakukannya.
Manusia hidup di dunia ini telah mendapatkan berbagai karunia rahmat dan nikmat
yang berlimpah dari Allah yang mana tidak akan terhitung sampai kapanpun.
Bagaimana
manusia itu dapat mensyukuri nikmat yang diberi oleh Allah, yaitu dengan
mensyukurinya, menjaganya , memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, tidak serakah
dan lainnya. Dunia adalah kehidupan yang sangat singkat dimana dikehidupan ini
janganlah terlena dengan kesenangan duniawi karena pada dasarnya hidup di dunia
itu untuk mencari bekal hidup diakhirat kelak.
Setiap
perbuatan manusia sekecil apapun itu pasti akan ada balasannya nanti di yaumul
akhir. Perjalanan hidup di dunia ini hendaklah dihiasi dengan kehati-hatian,
takut akan siksaan Allah. Jadikan kehidupan di dunia untuk mencari Ridho Allah
dengan selalu menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, bukan malah
terlena dengan kesenangan duniawi yang sementara.
B.
Judul
Makalah
ini berjudul “Dihiasi kesenangan Duniawi”, sesuai dengan Tugas yang penulis
terima. Semoga dengan makalah ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca.
C.
Nash Al-Qur’an beserta Artinya (Ali-Imron ayat
14-15)
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ
النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ
وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ
مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَٰلِكُمْ ۚ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ
رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ
بِالْعِبَادِ
Artinya:
Dijadikan
Indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup
didunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (14).
Katakanlah: “ Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang
demikian itu?”. Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan
mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal
didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta
keridhaan Allah. Dan Alah Maha Melihat akan hamba-hamba-NYA.(15)
D.
Pentingnya di Bahas
Pada
pembahasan ini , saya mendapat tugas mengenai Visi Misi manusia dengan judul
“dihiasi kesenangan duniawi”, yang mana tercantum dalam Q.S. Ali-Imron ayat
14-15. Pentingnya membahas masalah ini, agar kita dapat menyadari bahwa
kehidupan yang sebenarnya adalah di Akhirat kelak. Hidup di dunia adalah hidup
sementara , hidup untuk mencari bekal ke Akhirat, agar hidup diakhirat dapat
selamat dan mendapat kesenangan yang sesungguhnya.
Kekayaan
, wanita, anak laki-laki, jumlah yang banyak emas dan perak, kuda kendaraan,
hewan-hewan ternak dan sawah ladang itu pasti sangat di senangi oleh manusia
dan itu memang karunia dari Allah yang sangat indah, tetapi kita juga harus
menyeimbangan kesenangan itu dengan tidak berlebih-lebihan. Agar kita mendapat
keridhoan Allah yang merupakan kesenengan yang sangat indah bagi orang-orang
yang bertakwa.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Teori
Banyak bukti
dapat ditunjukkan bahwa manusia diciptakan memiliki keistimewaan dan kemuliaan
tersendiri dibandingkan dengan makhluk –makluk lain, mislanya :
a. Manusia dapat menguasai dan memanfaatkan
semu unsur alam ini untuk keperluan pribadinya.
b. Manusia mampu mengatur perkembangan
hidup makhluk lain dan menghindarkan kepunahan.
c. Manusia dapat mengusahakan agar segala
yang ada dialam ini tidak saling meniadakan.
d. Manusia mampu mengubah alam yang secara
alamiyah tidak bermanfaat menjadi bermanfaat, baik bagi dirinya mauoun
kehidupan pada umumnya.
e. Manusia memiliki rasa indah sehingga
mampu menciptakan benda-benda seni yang dapat menambah kenikmatan hidup
rohaninya.
f. Manusia memiliki alat komunikasi
g. Manusia memiliki srana pengatur
kehidupan bersama /sopan santun/ tata susila.
h. Manusia mempunyai ilmu pengetahuan.
i. Manusia memiliki pegangan hidup di dunia
taupun diakhirat, yang dihubungkan dengan Allah SWT.
Manusia
memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan manusia sebagai ciptaan Allah
adalah memiliki akal dan budi sehingga ia memiliki kemampuan seperti diatas.
Adapun kekurangannya terletak pada eksistensi manusia itu sendiri, bahwa ia
tetap sebagai makhluk Allah sehingga akal dan budinya jangan sampai
dikendalikan nafsu-nafsunya. Kesadaran manusia sebagai makhluk Allah ini sangat penting agar
kehidupannya tidak berlaku sombong karena jabatan, titel, pangkat, kekuasaan,
kekayaan, kepandaian yang terletak pada dirinya.[1]
Salah
satu petunjuk penting yang diajarkan Al-Quran ialah penerapan prinsip
keseimbangan dan kewajaran dalam semua aspek kehidupan. Sebaliknya Al-qur’an
melarang kita bertindak dan bersikap acuh tak acuh, berlebih-lebihan dan
melanggar batas-batas Allah. Ajaran tersebut berkali-kali ditegaskan dalam
Al-Qur’an, baik dalam bentuk kalimat berita, perintah , maupun larangan.[2]
2.
Tafsir
Tafsir
Al-Azhar
“Diperhiaskan
bagi manusia kesukaan kepada barang yang di ingini.” Disini telah terdapat 3
kata. Pertama Zuyyina artinya diperhiaskan. Maksudnya, segala barang yang
diingini itu ada baiknya dan ada buruknya, tetapi apabila keinginan telah
timbul, yang kelihatan hanya eloknya saja dan lupa akan buruk atau susahnya.
Kata kedua ialah Hubb, artinya kesukaan atau cinta. Kata ketiga adalah Syahwat,
yaitu keinginan-keinginan yang menimbulkan selera yang menarik nafsu buat
mempunyainya.
Maka
disebutlah enam macam hal yang manusia sangat menyukainya karena ingin hendak
mempunyai dan menguasainya, sehingga yang nampak oleh manusia hanyalah
keuntungannya saja, sehingga manusia tidak memperdulikan kepayahan buat
mencintainya. “(yaitu) dari hal perempuan dan anak laki-laki dan berpikul-pikul
emas dan perak dan kuda kendaraan yang diasuh dan binatang-binatang ternak dan
sawa ladang.” Itulah macam yang sangat disukai dan di inginkan serta dengan
berbagai macam usaha manusia ingin mempunyainya.
Penjelasannnya
yaitu : Pertama Perempuan: sudah ditakdirkan oleh Tuhan bahwa tiap-tiap orang
laki-laki apabila bertambah kedewasaanya bertambah pulalah keinginannya hendak
mempunyai teman hidup orang perempuan. Apabila syahwat kepada perempuan itu
sedang tumbuh dan mekar, maka seluruh tubuh orang perempuan itu laksana besi,
berani buat menumbuhkan syahwat silaki-laki hendak mempunyainya. Zuyyina,
diperhiaskan kepadanya, sehingga meskipun misalnya telah didapatnya perempuan
itu, hanya kesusahan yang akan dihadapinya, tidaklah diperdulikanny. Adapun
keinginan kepada perempuan itu adalah sayhwat yang mesti ada pada laki-laki.
Allah menakdirkan bahwa laki-laki mengingini perempuan adalah mengundang nikmat
yang lebih dalam, yaiu karena hendak menyambung keturunan. Hendak menjalin
hidup berdua, sebab yang satu akan mencukupkan yang lain. Tetapi kalau sayhwat
silaki-laki tidak terkendali niscaya dia tidak akan memperdulikan nikmatnya,
hanyalah melepaskan syahwatnya, lalu zinalah yang terjadi dan kalau mereka beranak,
kacaulah keturunan. Maka agama pun mengajarkan penyaluran syahwat itu, mecari
jodoh, mencari isteri untuk teman hidup dengan jalan halal.
Kedua Anak Laki-laki : diayat ini disebutkan banin ditonjolkan kesukaan karena ingin
mempunyai anak, terutama anak laki-laki, termasuk hal yang dihiaskan kepada
manusia. Anak adalah hasil utama dan pertama dari hubungan dengan perempuan.
Maka dalam ayat ini masih dibayangkan bahwa keinginan mendapat anak laki-laki
itu lebih utama bagi mereka daripada anak perempuan. Ketiga dan berpikul-pikul
Emas dan Perak : kekayaan. Manusia semuanya mempunyai keinginan kekayaan emas
dan perak. Keinginan mempunyai kekayaan itu tak ada batasnya. Sehingga Nabi SAW
bersabda, yang artinya “ Kalau adalah bagi anak Adam dua lembah daripada emas,
masihlah dia menginginkan yang ketiga. Tapi tidaklah yang akan memenuhi perut
anak Adam, selain tanah. Dan Allah akan memberi taubat kepada yang taubat.”
(HR. Bukhori dan Muslim dari Hadis Ibnu Abbas).
Keempat
Dan Kuda Kendaraan Yang Diasuh : Dizaman sekarang ini mundurlah kuda kendaraan
yang dipingit dan naiklah kepentingan kendaraan bermotor. Dia menjadi alat
perlengkapan hidup dizaman modern, sehingga mobil tidak lagi mewah melainkan
barang penting. Ke lima : Dan Binatang-binatang Ternak : pada kehidupan suku
Badwi, hitungan kekayaan ialah pada binatang ternak. Ke enam Dan Sawah Ladang :
kekayaan dari perkebunan dan pertanian. Didalam ayat ini iala menjelaskan kekayaan
pertanian ini dihiaskan bagi manusia, sehingga kadang-kadang seluruh tenaga,
seluruh kegiatan hidup mereka ditumpahkan untuk mencapainya.
“Yang demikian itulah perhiasan
hidup di dunia.” Tegasnya bahwasanya semuanya itu hanyalah perhiasan hidup di dunia,
niscaya usianya akan habis itu, sedangkan perhiasan untuk diakhirat kelak dia
tidak sedia. “ namun di sisi Allah ada (lagi) sebaik-baik tempat kembali.”
(ayat 14).
“Katakanlah:
Sukakah kamu Aku ceritakan kepada kamu apa yang lebih baik daripada yang
demikian? Ialah surga –surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, kekal
mereka didalamnya, dan isteri-isteri yang suci.” Ini lebih baik daripada yang
dihiaskan dari yang enam tadi. Orang yang tidak mengingat bahwa hari depan,
yaitu akhirat akan habislah hidupnya dengan rasa tidak puas.
Maka
sebagai kunci, atau intisari dari surga atau martabat yang atas sekali didalam
surga itu diterangkan lagi oleh Allah, inilah sebenar puncak nikmat surga.
Dalam surat at-Taubah ayat 72 : “dan keridhaan Allah itulah adalah lebih
besar.”
Tuhan
mengakui bahwa Dunia mempunyai perhiasan dan manusia ditakdirkan mengingini
perhiasan itu, tetapi Tuhan memperingatkan janganlah lupa akan tujuan karena
bimbanga melihat perhiasan. Jangan terpesona oleh perhiasan diluar karena yang
disebelah dalam lebih hebat daripada perhiasan luar itu. “ Dan Allah adalah
melihat akan hamba-hamba Nya.” Bahwa Allah melihat setiap gerak-gerik mu,
bekerjalah, carilah, tetapi jangan kamu lupakan bahwa kamu tidak lepas dari
penglihatan Tuhan. Kerja keras selalu dan ingat mati selalu.[3]
Tafsir
Al-Maroghi
“Manusia
dihiasi oleh cinta kepada kesenangan-kesenangan.” Maksudnya, cintanya kepada
kesenangan ialah mereka menganggap bahwa semua kesenangan itu baik dan tidak
melihat adanya kejelekan dan aib. Karena itu mereka hampir tidak meninggalkan
kesenangannya. Dan inilah tingkat cinta kesenangan itu, dimana yang
bersangkutan setiap kali memikirkan kejelekan dan bahaya-nya. Jika memang ada
jelek dan dan bahayanya kesenangan itu, dia tetap tidak suka meninggalkan
sekalipun menyakiti dirinya sendiri.
“Kepada
wanita dan anak-anak dan jumlah yang sangat banyak dari emas dan perak dan kuda
tunggangan dan ternak dan sawah ladang.” Wanita adalah sasaran kesenangan
pandangan. Merekalah tempat ketenangan bagi laki-laki. Dan adanya bercinta yang
secara berlebih-lebihan sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan umat dan dalam
hal pemerkosaan hak-haknya.
Kedua
anak-anak, yang dimaksud disini adalah anak kandung saja. Cinta ayah lebih
besar kepada anak laki-laki daripada anak perempuan. Ketiga, emas dan perak
yang berlimpah, besarnya kekayaan yang bisa menjadikan sumber fitnah dan
membuat kesenangan yang mengasyikkan, sehingga dapat menghabiskan sebagian
besar waktu untuk mengurus kekayaan itu, sampai tak ada waktu tersisa untuk
memikirkan membela kebenaran dan mempersiapkan diri bagi kehidupan akhirat.
Keempat,
kuda tunggangan yaitu kuda yang digembalakan dilembah-lembah. Setiap kuda yang
digembalakan adalah jadi tunggangan untuk memuat barangdagangan atau untuk
kepentingan dagang atau kuda yang dapat diajari untuk menjadi tunggangan
orang-orang besar dan kaya. Kuda inilah yang jadi kebanggaan dan membuat orang
berlebih-lebihan menyukai kuda.
Kelima,
binatang ternak. Jenis kekayaan penduduk desa. Diantaranya menjadi sumber
penghidupan dan kesibukan mereka, sehingga mereka saling berbangga dengan
banyaknya ternak, dan Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan harta kekayaan
ternakini sebagaiman Allah firmankan dalam surat An-Nahl ayat 5.
Keenam,
sawah ladang yang merupakan tulang-punggung kehidupan manusia dan hewan, baik
bagi penduduk desa maupun kota. Kebutuhan manusia jauh lebih besar daripada
yang lainnya. Sehingga dapat memalingkan orang dari menyiapkan diri melakukan
amal akhirat atau tidak mau membela kebenaran.
“Demikian
itu adalah kesenangan kehidupan dunia. Dan disisi Allah tempat kembali yang
sebaik-baiknya.” Maksudnya, ke enam tadi adalah obyek kesenangan manusia yang
sangat sedikit sekali dalam masa kehidupan dunia yang fana, yang mereka jadikan
alat dalam kehidupandan obyek kesenangan. Dan kepada mereka dihiasi dengan rasa
cinta kepada benda-benda itu dalam kehidupan kekinian dunianya. Sedangkan yang
ada disisi Allah merupakan tempat kembali sebaik-baiknya di alam akhirat yang
akan ada sesudah hari kebangkitan dari mati. (ayat 14)
Katakanlah
: “Apakah aku akan mengabarkan kepadamu yang lebih baik dari itu ?” kalimat ini
dinyatakan dalam bentuk pernyataan adalah untuk mengarahkan jiwa dan
membangkitkan rasa kerinduan kepada jawaban yang akan diberikan. Kata “lebih
baik” memberikan gambaran bahwa berbagai macam kesenangan itu baik karena
karunia dari Allah tetapi bisa jadi juga jelek untuk manusia.
“Bagi
orang-orang yang bertakwa, disisi Tuhan mereka surga-surga yang dibawahnya
mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalam nya dan istri-istri yang suci
serta keridhoan dari Allah.” Bahwa bagi manusia yang mau tunduk dan kembali
kepada Allah akan memperoleh dua macam balasan. Salah satunya bersifat materiil
yaitu surga beserta isinya yang sangat nikmat dan baik-baik serta istri-istri
yang bersih dari segala macam cacat sebagaimana istri-istri didunia, baik cacat
akhlak maupun fisik. Dan yang kedua adalah balasan moril yaitu memperoleh
keridhoan Allah. Dan balasan inilah merupakan nikmat terbesar bagi orang-orang
yang bertaqwa diakhirat kelak. Ayat ini memberikan isyarat bahwa surga itu
bertingkat-tingkat, sebagaimana halnya yang kita lihat contoh di dunia ini.
“Dan
Allah Maha Mengetahui hamba-hamba-Nya.” Bahwa sudah jelas Allah maha melihat
secara seksama kepada hamba-hamba-Nya, maha mengamati isi hati dan keadaan
mereka sedalam-dalamnya, maha mengetahui rahasia dan bisikan-bisikan meraka
mereka, sehingga tidak satupun perkara nereka yang tertutup luput dari
pengawasan-Nya. Dan Dialah pemberi balasan kepada setiap orang atas segala
amalnya yang baik maupun buruk.[4]
3.
Implikasi / Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
Pada
hakikatnya setiap pembahasan itu dijadikan sebagai pemeblajaran , menambah ilmu
dan yang terpenting aplikasi keseharian dari seorang tersebut. Maka dari
pembahasan tentang “Dihiasi kesenangan Duniawi” dapat kita ambil pembelajaran
untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :
1. Setiap perbuatan yang dilakukan
hendaklah dimulai dengan membaca doa, akan mendapat Keridhoan Allah.
2. Berhati-hati dalam setiap perbuatan.
3. Selalu berAmar Ma’ruf Nahi Mungkar.
4. Berlomba-lomba dalam hal kebaikan.
5. Menyeimbangan kehidupan antara duniawi
dan akhirat.
6. Tidak terlalu cinta duniawi yang hanya bersifat sementara.
4.
Aspek Tarbawi
Aspek
pembelajaran yang dapat diambil dari paparan diatas yaitu :
1. Pentingnya belajar agar selamat hidup didunia
dan akhirat.
2. Sadarnya akan kehidupan yang akan ada
setelah kehidupan akhirat, maka kehidupan duniawi harus di isi dengan perbuatan
yang sesuai syariat Agama.
3. Allah Maha Melihat semua perbuatan
makhluk-Nya, maka manusia harus selalu berhati-hati dan menyadari bahwa Allah
akan membalas setiap perbuatannya sekecil apapun itu.
4. Menyadari bahwa manusia adalah makhluk
yang diciptakan Allah , sehingga tidak berlaku sombong.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari paparan diatas tentang visi
misi manusia dengan judul “Dihiasi Kehidupan Duniawi”, maka dapat disimpulkan
bahwasanya ayat ini diturunkan agar kita sadar akan bahanya menyukai kehidupan
duniawi secara berlebih-lebihan dan tidak mengurusi kehidupan akhirat. Semua
yang ada didunia ini karunia dari Allah yang harus kita syukuri dan kita jaga
dengan tidak berlebih-lebihan dalam hal apapun itu , karena dapat memicu
timbulnya rasa sombong dan kufur atas nikmat Allah.
Dengan paparan ini kita juga
menambah ilmu dan bisa diaplikasikan dalam kehidupan , sehingga hidup kita
adapat teratur sesuai syariat Agama Islam. Serta akan mendapat keridhoaan Allah
bagi orang-orang yang selalu bertaqwa.
DAFTAR PUSTAKA
Sujarwa. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Dahlan, Rahman. 2014.
Kaidah-kaidah Tafsir. Jakarta: Amzah.
Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar Juzu’ Ke 3. Jakarta:
Pustaka Panjimas.
Al-Maraghi,
Ahmad Musthafa. 1986. Tarjamah Tafsir Al-Maraghi.
Yogyakarta: Sumber Ilmu.
PROFIL
Nama :
Ulin Nuha
Tempat, Tanggal
Lahir : Pekalongan,
07 Maret 1997
Alamat :
Desa Pucung RT 06 RW 02 Tirto Pekalongan
Riwayat
Pendidikan :
1.
MIS
Pucung (Lulus
Tahun 2009)
2. Mts-IN Banyuri Ageng (Lulus Tahun 2012)
3. SMK Ma’arif NU Tirto (Lulus Tahun 2015)
4.
IAIN
Pekalongan (Proses)
Hobi :
Membaca
[1] Sujarwa. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Hal. 24-25.
[2] Dahlan, Rahman. Kaidah-kaidah
Tafsir. Jakarta: Amzah, 2014. Hal. 114.
[3] Hamka. Tafsir Al-Azhar Juzu’ Ke 3. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983, hal.
117-125.
[4] Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. Tarjamah
Tafsir Al-Maraghi. Yogyakarta: Sumber
Ilmu. 1986. Hal. 141-149.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar