PRINSIP ETOS KERJA
“ SIANG HARI UNTUK MENCARI KARUNIA
ALLAH SWT”
QS. AR-RUM AYAT 23
M. Nurul Anam (2021115119)
Kelas D
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN / PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji
bagi Allah SWT, Sang Maha Pencipta dan pengatur alam semesta, berkat Ridho-Nya,
penulis akhirnya mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ siang hari
untuk mencari karunia Allah SWT ” QS. Ar-rum ayat 23. Sholawat dan salam selalu
tercurahkan kepada junjungan kita Baginda Rosulullah saw. Yang telah membawa
manusia dari zaman jahiliyah menuju alam yang berilmu sekarang ini.
Dalam menyusun
makalah ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami, namun
berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat sehingga penulis
mampu menyelesaikannya, oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan
terimakasih sedalam-dalamnya kepada:
1.
Ayah
dan Ibu atas semua doa dan bantuan financial untuk menyelesaikan makalah ini.
2.
Bapak
Muhammad Hufron, M.S.I selaku pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi II.
3.
Teman-teman
kelas Tafsir Tarbawi II D yang selalu mensuport dan menghibur selama
penyelesaian makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu segala
kritikan dan saran yang membangun akan penulis terima dengan baik.
Semoga makalah
yang berjudul “siang hari untuk mencari karunia Allah SWT ” QS. Ar-rum ayat 23 dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.
Pekalongan,
25 Febuari 2017
M. Nurul Anam
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama Islam sangat menjunjung tinggi nilai kerja setiap umat-Nya.
Ketika masyarakat dunia pada umumnya menempatkan pendeta dan kelas militer
ditempat yang tinggi. Islam lebih menghargai orang-orang yang berilmu, petani, pedagang,
perajin. Karena dihadapan Allah SWT semua makhluk itu memiliki hak dan
kedudukan yang sama. Dan yang membedakan dia diantaranya yaitu taqwa kepada
Allah SWT yang diukur dengan iman dan amal sholehnya.
Al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam sendiri telah menjelaskan
bahwasannya manusia yang telah dikaruniai akal, pikiran, serta panca indra yang
sempurna hendaknya memaksimalkan potensi yang ada didalam dirinya. Salah
satunya dalam QS. Ar-rum ayat 23 dengan meningkatkan rasa syukur dengan
perbuatan, yakni mencari karunia-Nya (rezeki) disiang hari dan malam hari untuk
beristirahat, dalam hal ini sebagai ikhtiar mencari ridha Allah SWT.
Atas dasar diatas, pemakalah akan membahas kajian yang penting
untuk didiskusikan bersama yaitu kandungan QS Ar-rum ayat 23 yang membahas
tentang bagaimana sebenarnya etos kerja dalam perspektif Al-Qur’an.
B.
Judul
“ Siang hari
untuk mencari karunia Allah SWT ” QS. Ar-rum ayat 23
C.
Nash
D. Arti
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu pada malam
hari dan siang hari serta usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang mendengar.
E. Arti penting dikaji
Karena ayat ini menjadi petunjuk untuk umat
Islam dalam upaya untuk mencari karunia Allah (rezeki) itu dilakukan pada siang
hari dan untuk beristirahat yaitu pada malam hari. Ini juga mengisyaratkan pada kita agar tidak terlalu terlena dengan
mengejar rezeki terus menerus tanpa mengenal istrahat. Jadi harus seimbang
antara mencari karunia Allah (rezeki) dan istrahat. Sesungguhnya yang demikian
itu kaum yang mendengarkan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama Islam sangat menjunjung tinggi nilai kerja setiap umat-Nya.
Ketika masyarakat dunia pada umumnya menempatkan pendeta dan kelas militer
ditempat yang tinggi. Islam lebih menghargai orang-orang yang berilmu, petani, pedagang,
perajin. Karena dihadapan Allah SWT semua makhluk itu memiliki hak dan
kedudukan yang sama. Dan yang membedakan dia diantaranya yaitu taqwa kepada
Allah SWT yang diukur dengan iman dan amal sholehnya.
Al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam sendiri telah menjelaskan
bahwasannya manusia yang telah dikaruniai akal, pikiran, serta panca indra yang
sempurna hendaknya memaksimalkan potensi yang ada didalam dirinya. Salah
satunya dalam QS. Ar-rum ayat 23 dengan meningkatkan rasa syukur dengan
perbuatan, yakni mencari karunia-Nya (rezeki) disiang hari dan malam hari untuk
beristirahat, dalam hal ini sebagai ikhtiar mencari ridha Allah SWT.
Atas dasar diatas, pemakalah akan membahas kajian yang penting
untuk didiskusikan bersama yaitu kandungan QS Ar-rum ayat 23 yang membahas
tentang bagaimana sebenarnya etos kerja dalam perspektif Al-Qur’an.
B.
Judul
“ Siang hari
untuk mencari karunia Allah SWT ” QS. Ar-rum ayat 23
C.
Nash
D. Arti
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu pada malam
hari dan siang hari serta usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang mendengar.
E. Arti penting dikaji
Karena ayat ini menjadi petunjuk untuk umat
Islam dalam upaya untuk mencari karunia Allah (rezeki) itu dilakukan pada siang
hari dan untuk beristirahat yaitu pada malam hari. Ini juga mengisyaratkan pada kita agar tidak terlalu terlena dengan
mengejar rezeki terus menerus tanpa mengenal istrahat. Jadi harus seimbang
antara mencari karunia Allah (rezeki) dan istrahat. Sesungguhnya yang demikian
itu kaum yang mendengarkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Kerja adalah
aktivitas yang dinamis dan bernilai, tidak dapat dilepaskan dari faktor fisik,
psikis dan sosial. Nilai yang terkandung dalam kerja bagi individu yang satu
dengan yang lainnya tidaklah sama. Nilai tersebut dapat mempengaruhi sikap dan
perilakunya dalam bekerja.[1]
Bekerja bagi
umat Islam tentu tidak hanya dilandasi oleh tujuan-tujuan yang bersifat duniawi
belaka. Lebih dari itu, bekerja adalah untuk beribadah. Bekerja akan memberikan
hasil. Hasil inilah yang memungkinkan kita dapat makan, berpakaian, tinggal di
sebuah rumah, memberi nafkah keluarga, dan menjalankan bentuk-bentuk ibadah
lainnya secara baik.
“Bahwa Allah
sangat mencintai orang-orang mukmin yang suka bekerja keras dalam usaha mencari
mata pencaharian”. (HR. Tabrani dan Bukhari)
“Dari ‘Aisyah
(istri Rasulullah), Rasulullah Saw bersabda : “Seseorang bekerja keras ia akan
diampuni Allah”. (HR. Tabrani dan Bukhari)
1.
Memenuhi
kebutuhan sendiri dan keluarga
Bekerja menurut Islam adalah
memenuhi kebutuhan sendiri, keluarga termasuk istri, anak-anak dan orang tua.
Islam menghargai semua itu sebagai sedekah, ibadah, dan amal saleh.
2.
Memenuhi
ibadah dan kepentingan sosial
Bila bekerja dianggap sebagai ibadah
yang suci, maka demikian pula harta benda yang dihasilkannya. Alat-alat pemuas
kebutuhan dan sumber daya manusia, melalui proses kerja adalah hak orang-orang
yang memperolehnya dengan kerja tersebut, dan harta benda itu dianggap sebagai
sesuatu yang suci. Jaminan atas hak milik perorangan, dengan fungsi sosial,
melalui institusi zakat, shadaqah, dan infaq, merupakan dorongan yang kuat
untuk bekerja. Dasarnya adalah penghargaan Islam terhadap upaya manusia.[2]
B. Tafsir
1.
Tafsir
Ibnu Katsir
“ dan diantara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah tidurmu pada malam hari dan siang hari serta usahamu mencari
sebagian dari karunia-Nya”. Diantara tanda kebesaran Allah SWT ialah
karakteristik malam yang dapat digunakan untuk beristirahat dan diam, dan
menjadikan siang hari sebagai ajang untuk menyebar, berusaha mencari
penghidupan, dan bepergian. “sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan”. Yakni menyadari kemudian
pengetahuan tentang ayat ini diambil manfaatnya sehingga dapat menunjukan
mereka kepada yang mengadakan tanda kebesaran itu.
Thabrani meriwayatkan dari Zaid bin
Tsabit R.A. bahwa suatu malam aku tidak bisa tidur, lalu aku mengadu kepada
Nabi Muhammad SAW. Maka beliau bersabda : bacalah doa ini
اللَّهُمَّ غَا
رَ تِ النُّجُوْ مُ وَهَدَاَتِ الْعُيُوْ نُ وَاَنْتَ حَيٌّ قَيُّوْمٌ يَا حَيُّ
يَا قَيُّوْمُ اَنِمْ عَيْنِيْ وَاَهْدِ ى ءْ لَيْلِيْ
“ Ya Allah, bintang-bintang bercahaya, mata telah layu, dan Engkau Maha
hidup, Maha mengurus. Wahai Yang Maha hidup lagi Maha mengurus, tidurknlh kedua
mataku dan tenangkanlah malamku “ Kemudian aku membaca doa ini dan lenyaplah
gangguan itu.[3]
2. Tafsir Al-Misbah
Penciptaan langit dan bumi itu dengan sistem
yang ditetapkan-Nya melahirkan malam dan siang, dan diantara tanda-tanda
kekuasaan-Nya yang berkaitan dengan malam dan siang adalah tidur kamu diwaktu
malam dan siang tanpa mampu melawan bila gejala tidur mengunjungimu serta tidak
pula dapat mengundangnya walaupun engkau sangat menginginkan tidur jika ia atas
kehendak kami enggan mengunjungimu. Dan diantara tanda-tanda-Nya yang lain adalah
usaha kamu baik malam atau siang mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhny
pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti bagi kaum yang mendengarkan.
Sementara ulama memahami ayat diatas dalam
arti “ diantara tanda-tanda-Nya adalah tidur kamu diwaktu malam dan usaha kamu
dalam mencari rezeki diwaktu siang”. Ini sejalan dengan banyak ayat Al-Qur’an
yang menjelaskan bahwa Allah SWT menjadikan malam untuk beristirahat dan siang
untuk mencari rezeki-Nya. Memang, secara umum malam untuk tidur dan siang untuk
bekerja. Tetapi pemahaman itu tidak harus selalu demikian. Tidak ada halangn
memahami ayat-ayat diatas sesuai bunyi. Apalagi dewasa ini , malam telah
menjadi kedua tujuan tersebut. Bahkan sebagian orang ada yang pekerjaannya
lebih banyak dilakukan diwaktu malam hari dibanding dengan siang hari.
Pendapat ini dapat dikukuhkan dengan
penyebutan kata Fadlihi. Kata fadhl berati kelebihan dari kadar kebutuhan,
sebagaimana ia dipahmi pul dalam rti pemberian, karena pemberian adalah sesuatu
yang melebihi kebutuhan. Anugrah Allah SWT dinamai fadhl karena Dia tidak
membutuhkannya bahkan tidak membutuhkan sesuatu. Disisi lain, siapa yang
bekerja siang dan malam atau dimalam hari, maka upayanya ketika itu dapat
dinilai sebagai upaya meraih kelebihan dari kadar kebutuhannya.
Perlu dicatat bahwa hingga kini, ilmuan belum
mengetahui persis bagaimana proses tidur, bagaimana ia terjadi, apa hakikat
mimpi dll. Tidur adalah salah satu bukti kekuasaan Allah SWT yang masih
memerlukan banyak penelitian untuk mengetahui hakikatnya.
Ayat diatas yang berbicara tentang kegiatan
mencari rizqi dan tidur, ditutup dengan Firman-Nya : liqaumin yasma’un “ bagi
kaum yang mendengarkan. Tidur dan usaha adalah diam dan gerak. Keduanya dapat
dijangkau melalui pendengaran. Dengan demikian sangat serasi penutup ayat ini
dengan bukti-bukti yang terhampar dialam raya yang dibicarakan-Nya dengan gaya
Al-Qur’an . [4]
3.
Tafsir Jalalain
وَمِنْ آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ(dan diantara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah tidur kalian diwaktu malam dan siang hari) dengan kehendak-Nya
sebagai waktu istirahat buat kalian. وَابْتِغَاؤُكُمْ ( dan usaha kalian) disiang hari. مِنْ فَضْلِهِ( mencari sebagian dari
karunia-Nya) mencari rezeki dan penghidupan berkat kehendak-Nya. إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
( sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda. bagi kaum yang
mendengarkan) dengan pendengaran yang dibarengi pemikiran dan mengambil
pelajaran.[5]
C. Implikasi
dalam kehidupan
1.
Bekerja pada siang hari dan beristirahat pada malam hari
2.
Tidak hanya mengejar materi tanpa mengenal istrahat
3.
Menjadi kaum yang pendengar. Sehingga bertambah kecintaan
kita kepada Allah SWT.
4.
Senantiasa bersyukur kepada Allah karena sudah isyaratkan
waktu mencari rezeki dan istirahat didalam kitab suci Al-Qur’an.
D. Aspek Tarbawi
1. Senantiasa bersyukur atas semua nikmat Allah SWT,
termasuk nikmat dapat mendengarkan
2. Himbauan Allah SWT tentang waktu mencari rezeki
dan istirahat
3. Isyarat kepada umat Islam untuk kembali
memperdalam kitab sucinya, karena semua ada dikitab suci Al-Qur’an
4.
Semua yang ada dibumi ini menunjukan kekuasaan Allah SWT.
Sepatutnya kita untuk senantiasa taat kepada Allah SWT
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam sendiri telah menjelaskan
bahwasannya manusia yang telah dikaruniai akal, pikiran, serta panca indra yang
sempurna hendaknya memaksimalkan potensi yang ada didalam dirinya. Salah
satunya dalam QS. Ar-rum ayat 23 dengan meningkatkan rasa syukur dengan
perbuatan, yakni mencari karunia-Nya (rezeki) disiang hari dan malam hari untuk
beristirahat, dalam hal ini sebagai ikhtiar mencari ridha Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mahalli, Imam Jalaludin dan As-Suyuti, Imam jalaludin. 2009. Tarjamah
Tafsir Jalalain. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Ar-rifa’i, Muhammad Nasib. 2006.
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta:Gema Insani
Rochdjatun, Ika . 2009. membangun etos kerja dan logika berfikir
Islami. Malang:UIN malang press
Shihab, M. Quraish. 2004. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera
Hati
Sumanto,
Ali. 1997. Bekerja Sebagai Ibadah:
Konsep Memberantas Kemiskinan, Kebodohan, dan latar Belakang Umat. Solo :
CV Aneka
Tamara,
Toto. 2002. membudayakan etos kerja
Islami. Jakarta:gema Insani press
BIODATA PENULIS
Nama
: M. Nurul Anam
TTL : Pekalongan, 01
febuari 1996
Alamat : Pekuncen, Rt: 03/ Rw: 06, Kec. Wiradesa, Kab. Pekalongan
Cita-Cita : Guru Besar, Dosen Inspiratif
Riwayat Pendidikan : SDN 02 Pekuncen
: SMPN 01 Wiradesa
: SMK Futuhiyyah, Mranggen, Demak
: S1. Proses di IAIN Pekalongan
[1]
Toto tamara, membudayakan
etos kerja Islami, (Jakarta:gema Insani press, 2002) hlm73
[2] Ali Sumanto, Bekerja
Sebagai Ibadah: Konsep Memberantas Kemiskinan, Kebodohan, dan latar Belakang
Umat, (Solo : CV Aneka, 1997), hlm 47
[3]
Muhammad Nasib
Ar-rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta:Gema Insani, 2006),
hlm 760
[4]
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), hlm
39-40
[5]
Imam Jalaludin
Al-Mahalli dan Imam jalaludin As-Suyuti, Tarjamah Tafsir Jalalain,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo,2009), hlm 455
BIODATA PENULIS
Nama
: M. Nurul Anam
TTL : Pekalongan, 01
febuari 1996
Alamat : Pekuncen, Rt: 03/ Rw: 06, Kec. Wiradesa, Kab. Pekalongan
Cita-Cita : Guru Besar, Dosen Inspiratif
Riwayat Pendidikan : SDN 02 Pekuncen
: SMPN 01 Wiradesa
: SMK Futuhiyyah, Mranggen, Demak
: S1. Proses di IAIN Pekalongan
[1]
Ika rochdjatun, membangun etos kerja dan logika berfikir Islami,(Malang:UIN
malang press, 2009), hlm 15
[2]
Toto tamara, membudayakan
etos kerja Islami, (Jakarta:gema Insani press, 2002) hlm73- 89
[3]
Muhammad Nasib
Ar-rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta:Gema Insani, 2006),
hlm 760
[4]
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), hlm
39-40
[5]
Imam Jalaludin
Al-Mahalli dan Imam jalaludin As-Suyuti, Tarjamah Tafsir Jalalain,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo,2009), hlm 455
Tidak ada komentar:
Posting Komentar