Laman

new post

zzz

Jumat, 07 April 2017

tt2 d8a “Pena dan Karya Angkat Budi Mulia” Surah Al Qalam ayat 1-2

 “Pendidikan Pengetahuan Dasar”
“Pena dan Karya Angkat Budi Mulia”
Surah Al Qalam ayat 1-2

Nabilla Risqi Oktavia (2021115193)
 Kelas D

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017




KATA PENGANTAR
            Pertama- tama  perkenankanlah saya selaku penyusun makalah ini mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan judul kebaikan di dunia dan di akhirat
            Tujuan di susunnya makalah ini adalah untuk memahami tujuan pendidikan agama islam .Dengan mempelajari isi dari makalah ini diharapkan generasi muda bangsa mampu menjadi islam yang sesungguhnya, saleh beriman kepada Allah SWT dan bermanfaat bagi masyarakat.
            Ucapan terima kasih dan puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT , Serta tidak pula lupa kepada bapak M. Ghufron M.SI dan kepada orang tua, serta semua pihak yang telah membantu mendukung dalam pembuatan makalah ini
            Saya selaku penyusun makalah ini telah berusaha sebaik mungkin, namun tidak mustahil bila terdapat kekurangan maupun kesalahan. Oleh karena itu saya memohon saran serta komentar yang dapat saya jadikan motivasi untuk pedoman di masa yang akan datang. Dan terakhir kalinya saya ucapkan terimakasih.

                                                                                    Pekalongan, April 2017

                                                                                                Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kehidupan manusia dari beberapa abad tidak bisa dijauhkan dari unsur pena. Tingkat kemajuan termasuk peradaban manusia berubah sedikit demi sedikit tidak lepas dari peran pena. Pena bisa mengambil peran hampir sepadan dengan Pangan, Papan dan tentu saja Sandang. Bagaimana tidak, selain kebutuhan jasmaniyah, manusia memerlukan unsur unsur pemikiran yang berkaitan dengan perkembangan budaya di sekitar lingkungan mereka.
Perkembangan sosial mendorong mereka untuk menghasilkan karya karya yang tentu saja membawa dampak perubahan kreativitas baik itu seni maupun dalam bidang science. Perkembangan pendidikan dengan peran pena di tangan mereka yang mampu menuliskan ide ide cemerlang manusia ke dalam bentuk tulisan. Tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi mengambil peran yang sangat penting dalam kehidupan dan kemajuan peradaban dari sebuah negara.
Terlahirnya karya karya fenomenal baik itu dari seorang Ilmuwan, Ulama, Pujangga, Lyric Writers, Novelis dan masih banyak lagi tentunya tidak lepas dari pena. Rasa humanis yang ada di setiap masing masing individu lah sebagai motor penggerak pena. Sosialitas yang tinggi menuntut pikiran dan hati mereka membangun sesuatu yang dapat berguna bagi sesama manusia.

B.     Tema
Makalah ini bertema “Pendidikan Pengetahuan Dasar” sesuai dengan tugas yang telah didapatkan oleh penulis.
C.     Judul
Makalah ini berjudul “Pena dan Karya Angkat Budi Mulia”

D.    Nash dan Arti
ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ ﴿١﴾مَا أَنتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ ﴿٢﴾

Artinya:
1.      Nun, demi pena dan apa yang mereka tulis.
2.      Tidaklah engkau, dengan hikmat Tuhan engkau, seorang yang gila

E.     Arti Penting
Ayat ini penting untuk dikaji karena secara tersirat Allah swt menuntun kita agar memperhatikan perkembangan dunia tulisan, yang dahulu kala menggunakan tinta, sekarang sudah melalui dunia maya. Seorang guru, dosen, dai, ustadz maupun ustadzah harus melek teknologi, karena tulisan era sekarang tidak lagi berupa dalam selembar daun, kertas, atau batu tapi sudah melalui teknologi eBook, internet, dan lain sebagainya.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori
1.      Pengertian Pena
Pena (bahasa Inggris: pen) adalah alat tulis yang digunakan untuk menyapukan tinta ke permukaan, seperti kertas, untuk menulis atau menggambar. Awalnya, alat tulis yang menggunakan tinta adalah pena dan tinta yang digunakan terpisah. Pena yang digunakan pada awalnya dibuat dari bulu angsa seperti yang lazim digunakan di Eropa pada abad pertengahan, batang alang-alang air yang digunakan di Timur Tengah atau bahkan kuas yang digunakan di Cina dan Jepang. Kelemahannya adalah penggunaannya sering merepotkan para pemakainya karena tintanya berceceran atau bahkan tumpah di atas kertas. [1]
Pena yakni alat yang digunakan untuk mencatat di Lauh Mahfuzh segala sesuatu yang terjadi sampai hari Kiamat. Ada pula yang menafsirkan qalam (pena) di sini dengan semua pena yang digunakan untuk mencatat ilmu.[2]
2.      Pengertian Karya
Maksud "karya" adalah sebuah perbuatan seseorang atau beberapa orang atau organisasi / lembaga yang menghasilkan sesuatu produk atau jasa. Karya merupakan bentuk tindakan nyata setelah proses oleh cipta dan rasa serta diniati "berbuat sesuatu untuk membuahkan hasil". Pemahaman apa adanya , karya bisa membuahkan hasil negatif atau positif, sedikit atau banyak, berkualitas rendah atau unggul. Tetapi tentu yang kita bicarakan adalah karya yang membuahkan hasil positif dan berkualitas.[3]
3.      Akhlak Mulia
Akhlak berarti prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun. Akhlak mulia berati seluruh prilaku umat manusia yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadist  yaitu adab sopan santun yang dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad SAW kepada kepada seluruh umat manusia ketika beliau masih hidup. Akhlak beliau adalah Al-Quran.
Akhlak atau adab sopan santun yang telah dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad SAW itu meliputi akhlak manusia kepada Allah SWT dan Akhlak terhadap sesama ciptaan Allah, termasuk didalamnya akhlak terhadap diri sendiri karena diri sendiri itu termasuk ciptaan Allah Juga, lahir dan batin.
Secara garis besar, akhlak mulia itu dapat dikelmpokkan kedalam dua kelompok yaitu:
1.      Akhlak kepada Allah
Akhlak mulia kepada Allah berati mengikuti seluruh perintah yang telah disampikan Allah kepada Rasul yang Maha Mulia Muhammad SAW. Seluruh perintah tersebut sudah tercatat dalam Al-Quran dan Hadist.
2.      Akhlak kepada ciptaan Allah
Akhlak terhadap ciptaan Allah meliputi segala prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun sesama ciptaan Allah yang terdiri atas ciptaan Allah yang gaib dan ciptaan Allah yang nyata, benda hidup dan benda mati.[4]

B.     Tafsir dalam surah Al qalam ayat 1-2
1.      Tafsir Al-Azhar
       Sesungguhnya di dalam kitab tafsi yang lama-lama banyak kita dapati penafsiran tentang ayat ini, yaitu:
“Nun, demi pena dan apa yang mereka tulis.”
Ada tafsir yang mengatakan bahwa Nun itu bukanlah semata-mata huruf nun lengkung bertitik satu diatas, yaitu huruf yang bermakhraj di pertemua ujung lidah dengan ujung langit-langit dan dikeluarkan melalui hidung, yang dinamai juga huruf “sengau”: bukan itu saja! Kata penafsiran itu, Nun adalah nama sebangsa ikan besar di laut sebangsa ikan paus. Ikan itulah yang menelan Nabi Yunus ketika beliau meninggalkan negerinya karena kecewa melihat kekufuran kaumnya. Penafsiran ikan bernama Nun yang menelan Nabi Yunus di hubungkan dengan ayat-ayat terakhir dari surat ini, yaitu 48,49, dan 50. Karena ketiga ayat ini ada menceritakan tentang Nabi Yunus ditelan ikan itu.
       Penafsiran ini dikuatkan oleh ayat 87 dari surat 21 (Al-Anbiya’) yang menyebut Nabi Yunus dengan Zan Nun.
       Tentang qalam, atau disebut juga pena, yang diambil menjadi sumpah utama oleh Tuhan di permulaan ayat 1, ada pula terdapat berbagai ragam tafsir. Ada yang mengatakan bahwa yang mula-mula sekali diciptakan oleh Yuhan dari makhluk-Nya ini tidak lain ialah qalam atau pena. Di sebutkan pula bahwa panjang qalam itu ialah sepanjang antara langit dan bumi dan dia tercipta dari Nur, artinya cahaya. Dalam tafsir itu dikatakan bahwa Allah memerintahkan kepada qalam daripada Nur itu agar dia terus-menerus menulis, lalu dituliskannya apa yang terjadi dan apa yang ada ini, baik ajal atau amal perbuatan.
       Tentang ujung ayat: “Dan apa yang mereka tulis,” kata Ar-Razi ada pula tafsir yang mengatakan bahwa yang di katakan “mereka” disini ialah malaikat-malaikat yang menuliskan segala amal perbuatan manusia. Sebab di dalam surat 82, Al-Infithar (terbelah-belah), ayat 10, 11, dan 12 ada tersebut malaikat-malaikat yang mulia-mulia yang ditugaskan Allah menuliskan amalan manusia dan memeliharanya. Malaikat-malaikat itu mengetahui apa saja yang di kerjakan oleh manusia di dunia ini. Maka kata tafsir itu yang dituju oleh ujung ayat kesatu Surat Al-Qalam ini ialah malaikat-malaikat itu.
       Di antara Qalam dalam Surah Al-Alaq sebagai ayat yang mula-mula turun dan “Qalam” di surat ini, dan keduanya sama-sama turun di Makkah, memang ada pertalian yang patut menjadi perhatian kita. Keduanya menarik perhatian manusia tentang pentingnya qalam atau pena dalam hidup manusia di atas permukaan bumi ini. Dengan qalamlah ilmu pengetahuan dicatat. Bahkan kitab-kitab Zabur dan Al-Quran dan berpuluh zabur-zabur yang diturunkan kepada Nabi-nabi sebagai tercatat di dalam kumpulan “Perjanjian Lama”, barulah menjadi dokumentasi agama setelah semuanya itu dicatat. Kitab suci al-Quran sendiri yang mulanya hanya sebagai hafalan dan tercatat terserak-serak dalam berbagai catatan barulah berani untuk menjadi pegangan kaum Muslimin di permukaan bumi ini sudah 14 abad sampai sekarang stelah dia dijadikan satu Mushhaf; mulanya atas prakasa dari khalifah Nabi pertama, Saiyidina Abu Bakar As-Shiddiq, setelah itu di salin ke dalam beberapa naskah atas perintah Khalifah ketiga. Amirul Mu’minin Saiyidina Usman bin Affan.
       Itu barulah satu sudut dari kemajuan “tinta, pena, dan tulisan”.  Sebab islam adalah satu sudut yang tidak dapat dimungkiri daripada tamaddun manusia di dunia ini. Apalagi kalau kita kaji, selidiki dan renungi perkembangan bekas tinta dan pena, nun dan qlam dan bekas tulisan mereka yang menulis. Kita bertemu dengan huruf: Hyroglyp, Paku, Kanji, Latin, Arab dan berbagai huruf lainnya. Semuanya menuliskan bekas ingatan manusia yang penting-penting. Cobalah bayangkan beberapa kertas yang telah mengalir. Dan kemudian pena itu, yang di negeri kita Indonesia ini berasal daripada segar pohon aren: atau rotan halus, atau dari keratan bambu, atau dari gagang paku ransam, ataupun daripada pangkal bulu burung. Kemudian baru berubah menjadi pena dari emas, atau perak sampai timbul pensil atau bolpen dan sebagainya. Kemudian itu terbukalah fikiran manusia kepada alat percetakan sehingga sudah lebih mudah mencetak buku-buku yan tebal-tebal dan tidak sukar lagi menyebarkan karangan seorang pengarang. Satu buku yang ditulis oleh seorang penulis dengan qalamnya dapat diperbanyak di cetak 1000, kemudian 100.000 dan kemudian berjuta-juta dan tersebar di seluruh dunia.

“Tidaklah engkau, dengan hikmat Tuhan engkau, seorang yang gila.” (ayat 2)

       Ayat ini adalah satu bujukan atau hiburan yang amat halus penuh kasih sayang dari Tuhan kepada RasulNya, Nabi kita Muhammad SAW. Setelah Rasulullah menyampaikan dakwahnya mengajarkan Tauhid dan ma’rifat kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mencela segala perbuatan jahiliyah, terutama mempersekutukan yang lain dengan Allah, sangatlah besar reaksi daripada kaumnya. Macam-macam tuduhan yang dilontarkan kepada diri beliau. Satu diantara tuduhan itu ialah bahwa dia gila!
       Keberanian beliau menegakkan kebenaran di tengah-tengah seluruh masyarakat yang berbuat munkar. Sikap yang pantang mundur dan terus terang menyatakan yang salah itu tetap salah dan yang benar tetap benar, meskipum apa tuduhan yang akan ditimpakkan kepada dirinya, menyebabkan sebagian besar orang yang tidak dapat menangkis dakwahnya itu jadi gelap mata! Lalu menuduhnya sebagai orang gila![5]



2.      Tafsir Ibnu Katsir
       Firman Allah Ta’ala nuun sama dengan firman-Nya qaaf, shaad, dan huruf-huruf yang terpisah lainnya yang terletak di awal-awal surah. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa firman Allah nuun itu artinya ikan besar di dalam gelombang besar samudra. Ikan inilah yang memikul tujuh lapis bumi? Ada juga yang mengatakan bahwa maksudnya adalah tempat tinta.
       Demi Kalam, pada zahirnya, ia adalah jenis pena yang dipakai untuk menulis. Hal ini seperti firman-Nya, “bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan .... bacalah dan Tuhanmu yang paling mulia. Yang telah mengajarkan dengan kalam. Yang telah mengajarkan manusia sesuatu yang tidak di ketahuinya.” Kalau begitu, kalam dalam dalam ayat ini merupakan sumpah dari Allah dan peringatan bagi hamba-hamba-Nya tentang nikmat yang telah diberikan kepada mereka berupa pengajaran menulis, yang menjadi wasilah untuk mendapatkan berbagai macam ilmu. Itulah sebabnya Allah berfirman, “Dan apa yang mereka tulis.” Dikatakan, maksudnya ialah pena yang merupakan makhluk Allah yang pertama, dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW:
اَوَّلُ مَاخلق الله القَلَمَ
“Yang pertama kali diciptakan Allah adalah kalam....”
       Sedangkan, yang dimaksud dengan firman Allah Ta’ala, “Dan apa yang mereka tulis,” Ibnu Abbas dan yang lainnya mengatakan, “Dan apa yang mereka catat atau apa yang mereka ketahui.” As-Sidi mengatakan, “Dan apa yang mereka tulis maksudnya adalah para malaikat dan perbuatan-perbuatan yang mereka catat.” Namun, penafsiran yang paling shahih adalah “apa yang mereka catat.”
       Firman Allah SWT, “Berkat nikmat Tuhanmu, kamu sekali-kali bukan orang gila.” Yaitu, bukanlah kamu –kepunyaan Allahlah segala puji—orang yang gila sebagaimana yang telah dikatakan oleh orang-oramg bodoh dari kaummu itu, yaitu orang-orang yang mendustakan kebenaran dan petunjuk nyata yang telah kamu bawakan kepada mereka itu sehingga mereka menuduhmu sebagai orang yang gila. “Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.” Bahkan, kamu akan mendapatkan ganjaran yang besar dan pahala yang melimpah ruah, yang tidak pernah berhenti dan lapuk di makan masa, karena kamu telah menyampaikan risalah Tuhanmu kepada semua makhluk dan kebesaranmu atas gangguan mereka. [6]
3.      Tafsir Al-Maraghi
       Tuhan kita bersumpah dengan kalam (pena) dan kitab yang ditulis, bahwa Muhammad yang dikaruniakan nikmat kenabian itu bukanlah orang gila seperti yang kamu sangkakan. Bagaimana dia gila, sedangkan kitab-kitab dan pena-pena disediakan untuk menulis wahyu yang diturunkan kepadanya.
       Allah SWT bersumpah dengan kalam dan kitab untuk membuka pintu pengajaran dengan keduanya itu, karena Tuhan kita tidak bersumpah kecuali dengan urusan-urusan yang besar. Apabila Dia bersumpah dengan matahari dan bulan, malam dan fajar, maka itu disebabkan besarnya makhluk dan penciptaannya. Apabila Dia bersumpah dengan kalam dan kitab, maka itu disebabkan luasnya ilmu dan pengetahuan, yang dengannya jiwa dididik, urusan sosial dan pembangunan menjadi maju, dan kita menjadi umat terbaik.
       Kemudian Dia menjanjikan kepada rasul-Nya pahala yang banyak, yang akan diperolehnya karena kesabarannya menghadapi gangguan orang-orang musyrik. Dan yang demikian itu dilanjutkan dengan menggambarkan rasul-Nya, sebagai orang berakhlak mulia dam kasih sayang terhadap manusia, karena menjalankan perintah-Nya.
       Kemudian Dia mengancam dan menjanjikan kepada orang-orang musyrik apa yang akan mereka jumpai sebagai akibat dari urusanya dan urusan mereka. Pada saat itulah mereka akan mengetahui tentang orang-orang yang gila lagi sesat dari jalan-Nya dan orang-orang yang berakal sehat lagi mengambil petunjuknya.[7]

4.      Tafsir Al-Misbah
       Allah berfirman: Nun, demi qalam yakni demi pena yang biasa digunakan untuk menulis oleh malaikat atau oleh siapapun dan juga demi apa yang mereka tulis. Bkanlah engkau wahai Nabi Muhammad – disebabkan nikmat Tuhan Pemelihara dan Pembimbing-Mu  semata – seorang gila sebagaimana dituduhkan oleh para pendurhaka. Dan sesungguhnya untukmu secara khusus atas jerih payah dan kesungguhanmu menyampaikan dan mengajarkan wahyu Illahi – benar-benar telah tersedia pahala yang besar dan yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya engkau benar-benar berada diatas budi pekerti yang agung.
       Kata ((القلم pena ada yang memahaminya dalam arti sempit yakni pena tertentu, ada juga yang memahaminya secara umum yakni alat tulis apapun. Yang memahaminya dalam arti sempit, yaitu pena yang digunakan malaikat untuk menulis takdir, baik dan buruk serta segala kejadian dan makhluk yang kesemuanya tercatat dalam Lauh Mahfuzh, atau pena yang digunakan malaikat menulis amal-amal baik dan buruk setiap manusia, atau pena sahabat Nabi menulis ayat-ayat al-Qur’an.
       Firman-Nya ((وما يسطرون dan apa yang mereka tulis. Kata mereka bisa dipahami dalam arti malaikat, atau para penulis wahyu atau manusia seluruhnya.  Ma yasthuruun adalah tulisan yang dapat dibaca.
       Kalimat (بنعمة ربك)  dapat dipahami dalam arti berkat nikmat Tuhanmu engkau bukanlah seorang yang gila. Nikmat itu adalah aneka anugrah Allah yang menjadikanmu terbebas dari segala kekurangan manusiawi.[8]
C.     Aplikasi dalam Kehidupan
1.      Jika kita bertekad dalam urusan apa pun, ingatlah untuk menyebut namaAllah.
2.      Selalu berusaha menjadi orang yang bertakwa dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
3.      Membiasakan bersikap budi pekerti luhur serta selalu berusaha berkarya atas nama Allah.
D.    Aspek Tarbawi
1.      Allah telah bersumpah dan memberikan peringatan bagi hamba-hamba-Nya tentang nikmat yang telah diberikan kepada mereka berupa pahala menulis yang menjadi sarana untuk mendapatkan berbagai macam ilmu.
2.      Makhluk Allah pertama yang digunakan malaikat untuk menulis takdir baik dan buruk serta segala kejadian dan makhluk yang kesemuanya tercatat dalam Lauful Mahfuzh, atau pena malaikat yang digunakan malaikat menulis  amal-amal baik dan buruk setiap manusia
3.      Allah telah mengkaruniakan kepadamu kenabian, keistimewaan akal dan kemuliaan akhlak.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengan pena dan apa yang mereka tulis karena hal itu termasuk tanda-tanda kekuasaan Allah yang besar yang berhak Allah bersumpah dengannya untuk menunjukkan kebersihan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dari tuduhan yang dilemparkan oleh musuh-musuh Beliau seperti tuduhan gila. Maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menafikan sifat gila dari Beliau karena nikmat Allah dan ihsan-Nya, yaitu dikaruniakan kepadanya akal yang sempurna, pandangan yang bagus dan kata-kata yang tepat yang paling baik untuk ditulis. Hal ini merupakan kebahagiaan untuk Beliau di dunia, selanjutnya kebahagiaan untuk Beliau di akhirat sebagaimana diterangkan di ayat selanjutnya adalah bahwa untuk Beliau pahala yang besar yang tidak akan putus, karena amal Beliau yang saleh dan akhlaknya yang sempurna. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.



DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1993. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.  
Nasib, Muhammad. 2002.  Taisiru al-Aliyyu Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsier. Jakarta: Gema Insani.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.


RIWAYAT PENULIS
Ø  Nama               : Nabilla Risqi Oktavia
Ø  TTL                 : Pekalongan, 01 Oktober 1997
Ø  Alamat            : Perumahan Bumi Wira Baru II, Jl. Kepodang Blok U no. 4 Pekuncen, Wiradesa, Kab. Pekalongan
Ø  Hobi                : Berenang
Ø  Motto hidup    : Lihatlah kedepan, karena masa depan ada di depanmu. Jangan liat kebelakang, karena kamu pasti akan terjatuh.
Ø  Email               : nabillarisqioktavia@yahoo.co.id







[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Pena, dikutip pada tanggal 4 april, jam 14.30 WIB
[2] http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-al-qalam-ayat-1-16.html, dikutip pada tanggal 4 april , jam 14.45 WIB

[5]Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), hlm.38-45
[6] Muhammad Nasib, Taisiru al-Aliyyu Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsier, (Jakarta: Gema Insani,  2002), hlm. 774-775
[7] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993), hlm. 47-48
[8] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 378-380

Tidak ada komentar:

Posting Komentar