PENDIDIKAN
SOSIAL UNIVERSAL
“Persamaan Derajat Manusia” (QS. Al Hujuraat : 13)
Naily Murtafiana (2021115377)
Kelas D
JURUSAN PAI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
PENGANTAR
Puji syukur
saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan makalah terntang
PENDIDIKAN SOSIAL UNIVERSAL “Persamaan Derajat Manusia” dengan baik, meskipun
banyak kekurangan didalamnya dan juga saya berterima kasih kepada Bapak
M.Hufron, M.S.I Selaku dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi II yang telah
memberikan tugas ini kepada saya. Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai kesempurnaan akal. Saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna.
Oleh sebab itu,
saya berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan saya
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun, semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan-kesalahan yang kurang berkenan.
Pekalongan, 29 April
2017
Naily
Murtafiana
(2021115377)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam Islam, semua
yang namanya manusia itu adalah sama,yang pernah lahir pasti nantinya
akan merasakan mati, tidak ada satupun ysng memiliki posisi lebih tinggi dari
yang lainnya. Maka persamaan derajat dalam islam adalah yang paling adil, semua
dipandang sama tak ada yang berbeda. Persamaan derajat adalah persamaan nilai,
harga, taraf yang membedakan makhluk yang satu dengan makhluk yang lain. Harkat
manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan yang dibekali cipta, rasa,
karsa dan hak-hak serta kewajiban azasi manusia. Martabat adalah tingkatan
harkat kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat, sedangkan derajat manusia
adalah tingkatan, martabat dan kedudukan manusia sebagai makhluk Tuhan yang
memiliki kemampuan kodrat hak dan kewajiban azasi. Dengan adanya persamaan
harkat, derajat dan martabat manusia, setiap orang harus mengakui serta
menghormati akan adanya hak-hak, derajat dan martabat manusia. Sikap ini harus
harus ditumbuhkan dan dipelihara dalam hubungan kemanusiaan baik dalam
lingkungan keluarga, lembaga pendidikan,
maupun dilingkungan pergaulan masyarakat.
B.
TEMA : PENDIDIKAN SOSIAL UNIVERSAL
JUDUL : Persamaan Derajat Manusia
QS. Al Hujuraat Ayat
13
C.
NASH
يا ء يها ا لنا س انا خلقنكم من ذكر وانثى وجعلنكم شعو با وقبا ءل لتعا ر فو ا
ان اكرمكم عند الله اتقكم ان الله عليم خبير (13)
Artinya : “Hai
manusia, sesungguhnya kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal. sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah adalah orang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha
mengetehui lagi maha mengenal.” (QS. Al Hujuraat Ayat 13)
D. ARTI PENTING
manusia dilahirkan dengan potensi yang sama,
sebab manusia merupakan satu keluarga dari rahim seorang hawa dengan bapak
tunggal adam namun seiring dengan banyaknya kepentingan maksud dan tujuan yang
berbeda, lazimlah bila di kemudian hari timbullah rasisme yang muncul karena
perbedaan-perbedaan. Islam datang sebagai pencerah yang memberikan wacana yang
sempurna terkait persamaan derajat.
Surat Al Hujuraat ayat 13 ini sangat perlu dikaji
karena Allah menjelaskan bahwa manusia diciptakan Nya bermacam-macam bangsa dan
suku supaya saling mengenal dan saling menolong didalam kehidupan
bermasyarakat, namun dalam kehidupan bermasyarakat pasti ada saja tingkatan
sosialnya (misalnya antara yang kaya dan yang miskin) begitu terlihat
kesenjangan, tapi seperti yang kita ketahui kita diciptakan didunia ini oleh
Allah mempunyai derajat yang sama,bahwa kemuliaan seseorang disisi Allah dinilai
dari derajat ketaqwaannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI
Persamaan derajat adalah suatu sifat yang menghubungkan antara manusia dan
lingkungan masyarakat umumnya timbal balik, maksudnya orang sebagai anggota
masyarakat memiliki hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap
pemerintah dan negara. Hak dan kewajiban sangat penting ditetapkan dalam
perundang-undangan atau konstitusi, undang-undang itu berlaku untuk semua orang
tanpa terkecuali dalam arti semua orang memiliki kesamaan derajat, kesamaan
derajat ini terwujud dalam jaminan hak yang diberikan dalam berbagai faktor
kehidupan.[1]
Dengan memiliki status sebagai warga
negara, orang memiliki hubungan dengan negara. Hubungan itu yang nantinya tercermin dalam hak dan
kewajiban. Seperti halnya sebagai anggota sebuah organisasi, maka hubungan itu
berwujud peranan, hak dan kewajiban secara timbal balik, anggota memiliki hak
dan kewajiban kepada organisasi, demikian pula organisasi memiliki hak dan
kewajiban terhadap anggotanya.[2]
B. TAFSIR QS. Al Hujuraat Ayat 13
1. Tafsir Al-Lubab
Ayat 13 menyeru semua manusia dan mengingatkan mereka bahwa :Allah swt
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, yakni Nabi Adam
As dan Hawa, atau dari sperma (benih lelaki) dan ovum (indung telur perempuan)
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal, yakni perkenalan yang mengantar kamu bantu membantu serta
saling melengkapi. Ayat ini
ditutup dengan menegaskan bahwa yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah
swt ialah yang paling bertakwa. Sungguh Allah swt maha mengetahui, maha teliti
sehingga tidak ada sesuatupun yang tersembunyi baginya. Walau detak detik
jantung dan niat seseorang.[3]
2.
Tafsir
Al-Maraghi
Allah swt melarang pada ayat-ayat
yang lalu mengolok-olok sesame manusia dan mengejek serta menghina dan
panggilan memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, maka disini Allah
menyebutkan ayat yang lebih menegaskan lagi larangan tersebut dan memperkuat
cegahan tersebut. Allah menerangkan bahwa manusia seluruhnya berasal dari
seorang ayah dan seorang ibu. Maka kenapakah salingmengolok-olok sesama
saudara. Hanya saja Allah Ta’alamenjadikanya mereka bersuku-suku dan
berkabilah-kabilah yang berbeda-beda, agar diantara mereka terjadi saling kenal
dan tolong-menolong dalam kemaslahatan-kemaslahatan mereka yang bermaca-macam.
Namun tetap tidak ada kelebihan bagi
seorang atas yang lain kecuali dengan takwa dan kesalehan, disamping
kesempurnaan jiwa, bukan dengan hal-hal yang bersifat keduniaan yang tiada
abadi.
Pada peristiwa Fakkul Makah, bilal
naik keatas ka’bah lalu adzan.maka berkatalah ‘Attab bin Usaid bin Abi ‘I-‘Ish:
segala puji bagi Allah yang telah mencabut nyawa ayahku sehingga tidak
menyaksikan hari ini. Sedang Al Harits bin Hisyam berkata: Muhammad tidak
menemukan selain burung gagak yang hitam ini ubtuk dijadikan muadzim. Dan
Suhail bin Amr barkata: jika Allah menghendaki sesuatu maka bisa saja Dia
merubahnya. Maka, jibril datang kebada Nabi saw dan memberitahukan kepada
beliau apa yang mereka katakan. Lalu, merekapun di panggil datang, ditanyai
tentang apa yang telah mereka katakan, dan merekapun mengaku.
Maka Allahpun menurunkan ayat ini
sebagai cegahan bagi mereka dari membanggakan nasab, mengunggul-unggulkan harta
dan menghina kepadaorang-orang kafir. Dan Allah menerangkan bahwa keutamaan itu
terletak pada takwa.
Ath thabari mengatakan, katanya:
Rasulullah saw berkhutbah di mina di tengah hari-hari tasyriq, sedang beliau
berada di atas untanya. Katanya:
Hai manusia, ketahuilah sesungguhnya
Tuhanmu adalah Esa dan ayahmu satu, ketahuilah tidak ada kelebihan bagi orang
Arab ats seorang ‘ajam (bukan arab) maupun bagi seorang ‘ajam atas seorang
arab, atau bagi orang hitam atas orang merah, atau bagi orang merah atas orang
hitam, kecuali dengan takwa. Ketahuilah, apakah telah aku sampaikan. Mereka
menjawab: Ya. Rasul berkata: maka hendaklah yang menyaksikan hari ini
menyampaikan kepada yang tidak hadir.[4]
3. Tafsir Al-Azhar
“Wahai manusia sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan”(pangkal ayat 13) kita boleh menafsirkan hal
ini dengan dua tafsir yang keduanya nyata dan tegas. Pertma ialah bahwa seluruh
manusia itu dijadikan pada mulanya dari seorang laki-laki, yaitu Nabi Adam dan
seoran perempuan yaitu Siti Hawa. Beliau berdualah manusia yang mula diciptakan
dalam dunia ini. Dan boleh kita tafsirkan secara sederhana saja. Yaitu
bahwasanya segala manusia ini sejak dahulu sampai sekarang ialah terjadi
daripada seorang laki-laki dan seorang perempuan, yaitu ibu. Maka tidaklah ada
manusia di dalam ala mini yang tercipta kecuali dari percampuran seorang
laki-laki dengan seorang perempuan, persetubuhan yang menimbulkan berkumpulnya
dua kumpul mani (khama) jadi satu 40 hari lamanya, yang dinamai nutfah.
Kemudian 40 hari pula lamanya jadi darah, dan 40 hari pula lamanya jadi
daging(‘alaqah). Setelah tiga kali 40 hari, nutfah, ‘alaqah dan mudhghah,
jadilah dia manusia yang ditiupkan nyawa kepadanya dan lahirlah dia kedunia.
Kadang-kadang karena percampuran kulit hitam dan kulit putih atau bangsa afrika
dengan bangsa eropa. Jika diberi permulaan dengan bersatunya mani itu, belumlah
terjadi perbedaan warna, sifatnya masih sama saja. “dan kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa, bersuku-suku, supaya kenal mengenalah kamu”. Yaitu bahwasanya
anak yang mulanya setumpuk mani yang berkumpul berpadu satu dalam satu keadaan
belum Nampak jelas warnanya tadi, menjadilah kemudian dia berwarna menurut
keadaan iklim dunia, hawa udaranya, letak tanahnya, peredaran musimnya,
sehingga berbagailah timbul warna wajah dan diri manusia dan berbagai pula
bahasa yang mereka pakai, terpisah diatas bumi dalam keluasannya, hidup mencari
kesukaannya, sehinggan diapun berpecah-pecah, dibawah untung masing-masing. Berkelompok karena dibawa oleh
dorongan dan panggilan hidup, mencari tanah yang cocok dan sesuai, sehingga
lama kelamaan hasillah apa yang dinamai bangsa-bangsa dan kelompok yang lebih
besar dan rata dan bangsa-bangsa tadi terpecah pula menjadi berbagai suku dalam
ukuran lebih kecil terperinci. Dan suku tadi terbagi pula kepada berbagai keluarga
dalam ukuran kecil dan keluargapun terperinci pula kepada berbagai rumah
tangga, ibu bapak dan sebagainya.[5]
4. Tafsir Al-Qurthubi
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dia
menciptakan makhluknya dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Seandainya Allah menghendaki, maka Allah dapat
menciptakan makhlukNya dari selain lak-laki dan perempuan, seperti Allah
menciptakan adam atau selain dari laki-laki seperti Allah menciptakan Isa, atau
dari selain perempuan seperti Allah menciptakan hawa yang hanya dari salah satunya
saja. Hal yang jaiz (boleh/mungkin terjadi) dalam kekuasaan Allah ini tidak
bertentangan dengan eksistensi yang ada.Allah menciptakan makhluknya dari
persilangan laki-laki dan perempuan, bernasab-nasab, bermarga-marga,
bersuku-suku an berbangsa-bangsa. Dari itulah Allah menciptakan perkenalan
diantara mereka, dan mengadakan generasi bagi mereka, demi sebuah hikmah yang
telah Allah tentukan. Dalam ayat ini terdapat dalil yang menunjukan bahwa
sesungguhnya ketakwaanlah yang dipandang oleh Allah dan RasulNya, bukanlah
kedudukan dan garis keturunan.[6]
C.
Aplikasi Dalam Kehidupan
a.
Senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah
Allah berikan.
b.
Senantiasa menghormati dan menghargai orang
lain.
c.
Perbedaan bangsa harus digunakan untuk upaya
saling mengenal.
d.
Semua kalangan masyarakat ada dalam kelas yang
sama, tidak ada perbedaan kekuasaan dan memiliki hak yang sama sebagai warga
negara, sehingga tidak ada dinding pembatas antara kalangan atas dan kalangan
bawah.
e.
Untuk mencapai kemuliaan disisi Allah, hendaknya
manusia senantiasa menaati perintahNya dan menjauhi laranganNya.
D.
Aspek Tarbawi
a.
Persamaan derajat yang diajarkan Islam adalah
persamaan dalam bentuk yang paling hakiki dan paling sempurna, Islam
mengajarkan bahwa semua manusia dari segi harkat dan martabatnya sama dihadapan
Allah, yang membedakan adalah tingkat ketaqwaanya.
b.
Persamaan derajat adalah suatu sifat yang
menghubungkan antara manusia dengan lingkungan masyarakat.
c.
Dari segi hakikat penciptaan antara manusia
satu dengan manusia lainnya tidak ada
perbedaan.
d.
Kitab ilahi jauh lebih bermanfaat dari pada
kekayaan dan harta benda duniawi.
e.
Persamaan derajat di Indonesia terwujud dalam
jaminan hak di berbagai bidang kehidupan.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam surat Al Hujuraat ayat 13 ini, Allah
menjelaskan bahwa manusia diciptakan Nya bermacam-macam bangsa dan suku supaya
saling mengenal dan saling menolong didalam kehidupan bermasyarakat, namun
dalam kehidupan bermasyarakat pasti ada saja tingkatan sosialnya (misalnya
antara yang kaya dan yang miskin) begitu terlihat kesenjangan, tapi seperti
yang kita ketahui kita diciptakan didunia ini oleh Allah mempunyai derajat yang
sama,bahwa kemuliaan seseorang disisi Allah dinilai dari derajat ketaqwaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Musthafa Al-Maraghi,1993 Tafsir Al-Maraghi Juz IV ,Semarang:PT Karya Toha Putra Semarang
Al Qurthubi Syaih Imam,2009, Tafsir Al Qurthubi/Syaih
Imam Al Qurthubi, Jakarta : Pustaka Azzam.
Hamka,2004, Tafsir Al Azhar Juz IV,Jakarta:
Pustaka Panjimas.
M.Quraish Shihab,2012, Al-Lubab makna, tujuan, dan
pelajaran dari surah-surah Al-Qur’an, Tangerang:Lentera Hati.
Winarno, 2008, Paradigma Baru Pendidikan
Kewarganegaraan Jakarta : PT Bumi Aksara.
Profil Penulis
Nama
: Naily Murtafiana
TTL :
Pekalongan, 18 Maret 1992
Pendidikan : TK
Muslimat NU Ngalian Tirto Pekalongan
MIS Ngalian Tirto Pekalongan
Mts N
Kedungwuni Pekalongan
MA Matholi’ul Falah Pati
Masih menempuh S1 di IAIN Pekalongan
Alamat :Ngalian,Gang 7, Tirto Pekalongan.
[3] M.Quraish Shihab, Al-Lubab makna, tujuan,
dan pelajaran dari surah-surah Al-Qur’an, (Tangerang:Lentera Hati, 2012),
hlm 48-49
[4] Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir
Al-Maraghi Juz IV , (Semarang:PT Karya Toha Putra Semarang,1993), hlm 238-241
[5] Hamka, Tafsir Al Azhar Juz IV, (Jakarta: Pustaka
Panjimas,2004), hlm
[6] Al Qurthubi Syaih Imam, Tafsir Al
Qurthubi/Syaih Imam Al Qurthubi, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009), hlm
106-111
Tidak ada komentar:
Posting Komentar