Laman

new post

zzz

Jumat, 22 September 2017

SBM D 3-c GEZAG

GEZAG

Muhammad Sofwan Amin

  
PRODI PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Kewibawaan adalah Gezag bertujuan membawa anak menuju kedewasaan .  secara berangsur-angsur anak dapat mengambil niai hidup atau mengambil norma-norma menyesuaikan diri dengan norma itu didalam hidupnya. Syarat mutlak dalam pendidikan ialah adanya kewibawaan pada si pendidik . tanpa adanya kewibawaan pada si pendidik , pendidik tidak akan berhasil dengan baik.
Dalam makalah ini akan kami jelaskan secara rinci mengenai kewibawaan atau disebut Gezag, fungsi Gezag dalam pendidikan dsb semoga makalah ini  dapat bermanfaat bagi yang membaca dan bermanfaat bagi kita semua

B.       Rumusan Masalah
1.  Apa yang dimaksud dengan pengertian Gezag ?
2.  Bagaimana kepribadian guru yang berwibawa ?
3.  Apa saja unsur-unsur dalam kewibawaan ?
4. Apa fungsi kewibawaan dalam pendidikan ?
C.    Tujuan Masalah
       1. agar pembaca mengetahui pengertian Gezag.
       2. Agar mengetahui bagaimana kepribadian guru yang berwibawa,
       3. Agar mengetahui Unsur-unsur dalam kewibawaan
       4. Agar mengetahui fungsi kewibawaan dalam pendidikan         

BAB II
PEMBAHASAN

    A.    Pengertian Gezag
Gezag berasal dari kata zeggen “ berkata “siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain berarti mempunyai kewibawaan terhadap orang lain .
Gezag atau kewibawaan itu terdapat pada orang dewasa , terutama pada orang tua. Dapat dikatakan bahwa kewibawaan terhadap orang tua itu asli. Orang tua dengan langsung mendapat tugas dari tuhan untuk mendidik anak-anaknya, suatu hak yang tidak dapat dicabut karena terikat oleh kewajiban. Hak dan kewajiban yang terdapat pada  orang tua itu keduanya tidak dapat dipisahkan.[1]
B. Kepribadian Guru Yang Berwibawa
Posisi kehidupan guru mendapatkan itu tentunya akan mendapatkan penilaian yang beragam dari dunia sekitarnya sehingga di suatu masa guru disanjung dan dipuja .dalam hal ini anda akan mempelajari tentang hakikat kompetensi kepribadian guru, kompetensi kepribadian guru mencakup sikap (attitude) nilai-nilai kepribadian sebagai elemen perilaku.[2]
kepribadian yang harus ada oleh seorang guru adalah kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif dan berwibawa. Kepribadian berwibawa memiliki indikator essensial, yaitu memiliki perilaku yang berpengaru positif terhadap proses dan hasil belajar siswa , perilaku yang disegani dan berakhlak mulia yang bertindak sesuai dengan norma-norma agama (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan merupakan perilaku yang sangat diteladani siswa. Gurupun harus memiliki kelebihan dalam nilai-nilai spiritual, emosional, moral, sosial dan inteektual dalam kepribadiannya. Serta memiliki pengetahuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi hingga sampai seni, sesuai bidang yang dikembangkan..
maka dengan adanya kepribadian yang berwibawa maka maka proses dalam kegiatan belajar mengajar akan terlaksana dengan baik dan benar, siswa mematuhi apa yang ditugaskan oleh guru.
Kewibawaan harus dimiliki oleh seorang guru, sebab dengan kewibawaan proses belajar mengajar akan terlaksana dengan baik ,berdisiplin dan terti. Dengan demikian kewibawaan bukan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh guru.
C.   Unsur-Unsur yang menentukan kewibawaan
Kewibawaan adalah manifestasi lain dari kepribadian guru. Kewibawaan sejati tidak diperoleh dengan penyalah gunaan kekuasaan dengan ancaman, tetapi dari kematangan pribadhi , keluasan ilmu dan moralitas dan manifestasi perilaku sehari- harinya. Kewibawaan dapat diartikan sebagai “daya pribadhi “ pada diri seorang individu yang sedemikian rupa sehingga membuat pihak lain tertarik, bersikap mempercayai, menghargai secara instrinsik (sadar dan ikhlas). Kewibawaan seorang guru dipengaruhi oleh beragam faktor, baik internal ataupun eksternal, formal ataupun informal, material maupun non material, tampak atau tidak tampak, semu atau asli. Dari sisi sifat kewibawaan bersifat relati dan dan situasional , dengan demikian ada guru yang sangat berwibawa pada posisi tertentu,
Ada empat unsur kewibawaan seseorang sitentukan oleh seorang guru.
1.      Keunggulan.
Seorang guru akan diakui kewibawaanya karena memilikimkompetensi sebagai sumber keunggulan yang mencakup kompetensi profesional, personal, sosial, fisik, moral, dan spiritual.
2.      Rasa percaya diri.
Dengan kepercayaan diri yang kuat , seorang akan tampil lebih meyakinkan dengan wibawa yang mantap sehingga dapat mempengaruhi orang lain. Rasa percaya diri lebih banyak menggambarkan kualitas kepribadian seeorang yang yang bersumberan pada konsep diri.
3.      Ketepatan dalam pengambilan keputusan.
Bentuk dan mutu keputusan akan menentukan kewibawaan, makin tepat seseorang guru mengambil keputusan, terutama dalam situasi kritis dan mendesak, maka makin besar kemungkinan untuk mendapatkan pengakuan terhadap kewibawaan seorang pendidik tersebut.
Salah satu menjaga kewibawaan adalah dengan memberi keteladan. Tidak akan ada wibawa tanpa adanya keteladanan . ungkapan dari tokoh K.H Dewantoro, ing ngarso sing tuladha , adalah kata-kata hikmah yang sangat relevan dalam usaha penegakan disiplin
D. Fungsi Kewibawaan dalam Pendidikan
Dilihat dari realitanya  Mendidik itu memang berkaitan dengan penanaman nilai terhadap individu , singkatnya bagaimana kepribadian seorang individu dibentuk. Artinya pendidikan dimaksudkan untuk pembentukan cara berpikir seseorang dalam memandang hidup dan bagaimana cara pendidikan ini mempengaruhi tingkah lakunya dengan demikian pendidikan harus berbasisi akidah dan ini berakibat falsafah pendidikan haruslah berbasis idiologi sebagai akibat lanjutan.[3]
dan kewibawaan pendidikan yaitu menolong dan memimpin si anak kedalam kearah kedewasaannya. Bahwa kurang lebih umur tiga tahun pada anak terdapat permulaan pembentukan kepribadaian ( pembentukan “aku”), terdapat suatu kemungkinan untuk menurut anak itu sendiri yang menghendakinya. Tentu saja hal ini tidak segera ada dalam bentuk yang sempurna. Itu semua harus dicapai pada masa dewasa , jadi harus mengalami perkembanagan. Oleh karena itu penggunaan kewibawaan harus dilalui dengan faktor sebagai berikut.
1. dalam menggunakan kewibawaan tersebut hendaklah didasarkan atas perkembangan anak itu sendiri sebagai pribadhi. Pendidik hendaklah mengabdi kepada pertumbuhan anak yang belum selesai perkembangannya. Dengan kebijaksanaan pendidik hendaklah anak dibawa kearah kesanggupan memakai tenaganya dan pembawaannya yang tepat.
2. pendidik hendaklah memberi kesempatan kepada anak untuk bertindak atas inisiatif diri sendiri  anak harus diberi kesempatan cukup untuk untuk melatih diri bersikap patuh, karena anak dapat bersiakap tidak patuh. Jadi dengan wibawa itu hendaklah pendidik berangsur-angsur mengundurkan diri sehingga tidak diperlukanlagi. Mendidik anak berarti mendidik untuk dapat berdiri sendiri.
3. pendidik hendaknya menjalan nkan kewajiban pendidikan tersebut atas dasar cinta kepada si anak. Ini berarti bermaksud hendak berbuat sesuatu untuk kepentingan si anak . jadi bukannya memerintah melarang kepentingan diri sendiri.cinta itu perlu untuk pekerjaan pendidik, sebab dari cinta atau kasih sayang itul;ah timbul kesanggupan untuk selalu bersedia berkorban untuk sang anak, selalu memperlihatkan kebahagiaan untuk anak yang sejati.[4]
Jadi jelas bahwa kepribadian kewibawaan yang dimiliki oleh seorang guru memandang anak sebagai makhluk individu dengan segala perbedaan dan persamaan. terhadap peserta didik yang  akan mempengaruhi kegiatan mengajar guru dikelas. Karena pendidikan keguruan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Dan akan mempengaruhi tingkah laku seorang guru terhadap pendidik dalam sikap kewibawaanya atau sikap sikap lain yang dapat diteladaninya.[5]
Pada awal masa  kanak kanaknya mereka akan mengidentifikasi dirinya dengan ibu, ayah, dan guru-gurunya ataupun orang lain yang dekat dengannya. Sedangkan pada masa masa selanjutnya sesuai dengan perkembanangan pergaulan dan pandangan anak anak mulai mengidentifikasi dirinya dengan tokoh tokoh, pahlawan-pahlawan, pimpinan masyarakat atau orang orang yang berprestasi dalam bidang apapun sejalan denganm tumbuhnya usia, biasanya anak mulai memberontak pada disiplin yang diterapkan dirumah atau di sekolah. Pada kewibawaan akan bisa mengisi jaerak dan meletakkan dasar penting bagi perkembangan moral anak.[6]









BAB III
Penutup
Kesimpulan
     Gezag berasal dari kata zeggen “ berkata “siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain. Gezag atau kewibawaan itu terdapat pada orang dewasa , terutama pada orang tua. Dapat dikata     kepribadian yang harus ada oleh seorang guru adalah kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif dan berwibawa. Kepribadian berwibawa memiliki indikator essensial, yaitu memiliki perilaku yang berpengaru positif terhadap proses dan hasil belajar siswa , perilaku yang disegani dan berakhlak mulia yang bertindak sesuai dengan norma-norma agama (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan merupakan perilaku yang sangat diteladani siswa. kan bahwa kewibawaan terhadap orang tua itu asli.










Daftar Pustaka

Satori, Djam’an i. 2011. Profesi Keguruan. Jakarta : Universitas Terbuka,

Purwanto, Ngalim.2000. Ilmu pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Djamarah, Syaiful Bahri dan  Zain, Aswan. 2006 “strategi Belajar Mengajar” Jakarta: PT Asdi Mahasatya


Mustakim, Zaenal . 2017Strategi dan Metode Pembelajaran:Matagraf Yogyakarta

Sumantri, Mulyani.2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas Terbuka




[1] M. Ngalim Purwanto, Ilmu pendidikan Teoritis dan Praktis (cet ke -13, Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2000), hlm 48-49.
[2] Djam’an Satori, Profesi Keguruan, (cet ke-13, Jakarta : Universitas Terbuka, 2011) hlm 2.4
[3] Drs. H. Zaenal Mustakim,M.ag, Strategi dan Metode Pembelajaran (cet:ke-5:Matagraf Yogyakarta ,2017)hal :58

[4] Ngalim Purwanto, op cit. Hlm 50-53
[5] Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.ag. dan Drs. Aswan Zain “strategi Belajar Mengajar” (cet ke 3 Jakarta: PT Asdi Mahasatya
[6] Mulyani Sumantri, “Perkembangan Peserta Didik”, (cet ke-1, Jakarta : Universitas Terbuka ,2011)hlm. 3.15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar