Uswah (Keteladanan)
Mukti Salamah 2023116045
KELAS D
JURUSAN PGMI
FAKULTAS TARBIYAH
DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT,yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul ”USWAH (KETELADANAN)” Sholawat
serta salam senantiasa kita limpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Nabi
Muhammad SAW,beserta keluarg dan para
sahabatnya. Makalah ini saya susun guna
memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi
Belajar Mengajar yang di ampu
oleh Bpk Dosen Muhammad Ghufron, M.Si. saya ucapkan banyak terimakasih keepada
beliau yang sudah mau mengamalkan ilmunya kepada kita semua dan saran yang
telah beliau berikan kepada kita semua sehingga dapat terwujudnya makalah yang
saya buat ini.
Tiada yaang sempurna di dunia
kecuali Tuhan Yang Maha Esa. Maka saran dan kritik anda semua sangat
dibutuhkan bagi kita semua. Dengan di susunya
makalah ini semoga bisa membantu
para pembaca.
Pekalongan,
26 September 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
TEMA
“
Ketrampilan Dasar Mengajar”
B.
SUB TEMA
“
Keteladanan (Uswah)”
C.
Mengapa Penting Dikaji
Keteladanan guru sangat penting di kaji,
karena seorang guru adalah panutan bagi para siswa dan masyarakat. Guru adalah
contoh yang ditiru oleh semua orang termasuk siswanya, seorang siswa pasti akan
lebih patuh kepada gurunya di banding orang tuanya. Karena menurut siswa guru
itu lebih pintar dan benar dibanding orang tuanya sendiri. Maka dari itu siswa
pasti akan meniru gurunya dari segi gaya bahasa, ucapan,penampilan dan perilaku
dari guru tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian keteladanan (Uswah)
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa”keteladanan” dasar katanya “teladan” yaitu(perbuatan atau
barang dsb) yang patut di tiru dan dicontoh. Oleh karena itu “keteladanan”
adalah hal – hal yang dapat ditiruatau dicontoh. Dalam bahasa arab “
keteladanan” diungkapkan dengan kata”uswah” dan “qudwah” kata “uswah” terbentuk
dari huruf – huruf: hamzah, as-sin dan
al-waw.Secara etimologi setiap kata bahasa arab yang terbentuk dari ketiga
huruf tersebut memiliki persamaan arti yaitu’’ pengobatan dan perbaikan”.
Dengan demikian keteladanan adalah hal –
hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain. Namun
keteladanan yang dimaksud disini adalah keteladanan yang dapat dijadikan
sebagai alat pendidikan islam yaitu keteladanan yang baik,sesui dengan
pengertian “uswah”.
B.
Urgensi keteladanan dalam pelaksanaan pendidikan
Metode keteladanan sebagai suatu metode
digunakanuntuk merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan
yang baik kepada siswa agar mereka dapat berkembang baik fisik maupun mental
dan memiliki akhlak yang baik dan benar. Keteladanan memberikan kontribusi yang
sangat besar dalam pendidikan ibadah,akhlak,kesenian dll.[1]
Setiap tenaga didik (guru) di lembaga
pendidikan harus memiliki tiga hal yaitu:
1.
Competency =>yang menyangkut
kemampuan dalam menjalankan tugas secara
profesional yang meliputi kompetensi materi, ketrampilan, dan metodelogi.
2.
Personality =>yang
menyangkut integritas, komitmen, dan dedikasih.
3.
Religiosity =>yang
menyangkut pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman di bidang keagamaan.
Dengan ketiga hal tersebut, guru akan
mampu menjadi model dan mampu mengembangkan keteladanan di hadapan siswanya.
Semua guru adalah guru agama. Artinya, tugas untuk menanamkan nilai – nilai
etis religius bukan hanya tugas guru bidang studi keagamaan saja, melainkan
tugas semua orang di lembaga pendidikan ini, termasuk kepala dan karyawan adalah guru agama.[2] Semua
orang dalam komunitas sekolah harus mampu menjadi teladan bagi peserta didik.
Bahkan , peserta didik senior juga harus mampu menjadi teladan bagi adik – adiknya.
Contoh:
Keteladanan seorang kepala sekolah yaitu:
a. Apabila datang paling awal pulang paling
akhir
b. Terdepan dalam menjalankan kewajiban
c. Mau mengalah dalam mengambil hak / keputusan.
d. Melaksanakan tugasnya dengan dedikasih
e. Mengerjakan tugas dengan ikhlas
Keteladanan
seorang guru yaitu apabila ia dapat menjadi guru yang berprestasi, guru
teladan. Yaitu guru yang menguasai materi, metodelogi dan terampil dalam
mengajaryang didukung dengan komitmen dan dedikasih yang tinggi sehingga mampu
menjalankan tugas dengan tekun dan disiplin.[3]
C.
Guru Sebagai Model dan Teladan
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan
apayang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar
lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Sehubungan itu,
beberapa hal di bawah ini perlu mendapat perhatian dan bila didiskusikan para
guru.
1. Sikap dasar: postur psikologi yang akan
nampak dalam masalah – masalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan,
pembelajaran, kebenaran, hubungan antara manusia agama pekerjaan, permainan dan
diri.
2. Bicara dan gaya bicara : penggunaan
bahasa sebagai alat berfikir.
3. Kebiasaan bekerja : gaya yang dipakai
oleh seseorang dalam bekerja yang ikut mewarnai kehidupannya.
4. Pakaian : merupakan perlengkapan pribadi
yang amat penting dan menampakkan ekspresi seluruh kepribadian.
5. Sikap melalui pengalaman dan kesalahan:
pengertian hubungan antar luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya
mengelak dari kesalahannya.
6. Hubungan kemanusiaan: diwujudkan dalam
semua pergaulan manusia, intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana
berprilaku.
Apa
yang diterapkan diatas hanyalah ilustrasi, para guru dapat menambah aspek –
aspek tingkah laku lain yang sering muncul dalam kehidupan bersama peserta
didik. Hal ini untuk menegaskan berbagai cara pada contoh – contoh yang
diekspresikan oleh guru sendiri dalam menjalankan pekerjaannya sehari – hari.[4]
D.
Menjadi Teladan bagi Peserta Didik
Guru merupakan teladan bagi para peserta
didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan
yang besar untuk menganggap bahwa peran
ini tidak mudah untuk ditentang, Apalagi ditolak. Keprihatinan, kerendahan,
kemalasan, dan rasa takut, secara terpisah ataupun bersama-sama bisa
menyebabkan seseorang berfikir atau berkata “jika saya harus menjadi teladan
atau dipertimbangkan untuk menjadi model, maka pembelajaran bukanlah pekerjaan
yang tepat bagi saya. Saya tidak cukup baik di teladani, disamping saya sendiri
ingin bebas untuk menjadi diri sendiri dan untuk selamanya tidak ingin menjadi teladan bagi orang lain.
Jika peserta didik harus memiliki model, biarkanlah mereka menemukanya
dimanapun.[5]
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Teladan yaitu (perbuatan atau
barang dsb) yang patut di tiru dan dicontoh. Oleh karena itu “keteladanan”
adalah hal – hal yang dapat ditiruatau dicontoh. Guru merupakan teladan bagi para peserta
didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru maka dia dijadikan patokan
semua murid yang harus ditiru dan dicontoh oleh murid atau peserta didik. Jadi
guru harus bersikap yang sopan, bebicara yang baik, dan bersikap yang bijak
dalam semua bidang karena semua perbuatan seorang guru gerak – gerik yang
dilakukan akan selalu di perhatikan oleh siswa dan masyarakatnya untuk ditiru
dan dicontoh dalam kehidupan sipeniru (siswa dan masyarakat).
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai
M.A. 2002. ILMU DAN METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta: Ciputat Pers.
Barizi,
Ahmad dan Muhammad Idris. 2013 MENJADI
GURU UNGGUL,. Jogjakarta: Ar – RUZZ Media
Mulyasa, E.
2005. Menjadi Guru PROVESIONAL.
Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Mulyasa, E. 2008.
Sertifikasi Guru. Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA
Mustakim, Zaenal.
2017. STRATEGI dan METODE PEMBELAJARAN. Pekalongan:IAIN Pekalongan Press.
Profil
Biodata
pribadi
Nama
Lengkap : Mukti Salamah
Tempat,
Tanggal Lahir : Batang,02 Oktober 1997
Jenis
Kelamin : Perempuan
Agama
: Islam
Riwayat
Pendidikan:
SD/MI
:SD NEGERI ROWOBELANG
SMP
/ MTS : SMP Negeri 4 Batang
SMA
/ SMK / MA : SMA Ahmad Yani Batang
Perguruan
Tinggi Sekarang : STAIN / IAIN Pekalongan
[1] Armai Arief, M.A.ILMU DAN METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM,(Jakarta:
Ciputat Pers, Juli 2002)hlm. 117-120
[2] Ahmad Barizi dan
Muhammad Idris, MENJADI GURU UNGGUL,(Jogjakarta:
Ar – RUZZ Media, 2013) hlm.65
[3] E. Mulyasa, Menjadi Guru PROVESIONAL, (PT REMAJA
ROSDAKARYA,2005), 45-47
[4] Zaenal Mustakim, STRATEGI dan METODE PEMBELAJARAN, ( Pekalongan:
IAIN Pekalongan Press,2017),hlm.21-22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar