Laman

new post

zzz

Jumat, 08 September 2017

TT1 L 1-A “Kesaksian Allah atas Orang Berilmu”

TAFSIR TARBAWI
KEDUDUKAN ILMU DAN AHLI ILMU

“Kesaksian Allah atas Orang Berilmu”
Qur’an Surat Al-Imron ayat 18


Nama   : Firman Irfanda
Nim     : 2021216001      


PRODI PAI
JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017



Kata Pengantar

            Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tafsir Tarbawi dengan Tema”Kedudukan Ilmu dan Ahli Ilmu”yang berjudul “Kesaksian Allah atas Orang Berilmu Qur’an Surat Al-Imron ayat 18”.
            Adapun makalah Tafsir Tarbawi ini kami buat dengan usaha semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak,sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh karena itu,kami juga mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Muhammad Hufron,M.S.I selaku dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi.
            Dengan demikian kami mengharapkan semoga dari makalah Tafsir Tarbawi tentang”Kesaksian Allah atas Orang Berilmu Qur’an Surat Al-Imron ayat 18”ini dapat diambil dan diaplikasikan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi kepada pembaca. Selain itu kritik dan saran dari anda kami tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.






Pekalongan, 16 september 2017
Penulis



Firman Irfanda
PENDAHULUAN

            Ilmu di tafsirkan dengan sifat yang apabila dimiliki oleh seseorang maka menjadi jelaslah apa apa yang terlintas didalam pengertiannya. Untuk memperolah keberhasilan daalam mencapai sesuatu pun memperlukan ilmu. Ketika seseorang ingin sukses tidak hanya didunia tetapi juga sukses di akhirat  pun ada ilmunya. Allah mengangkat derajat dan juga memudahkan jalan bagi mereka kesurga.
            Dalam makalah ini membahas suatu permasalahan ilmu bertemakan “kedudukan Ilmu dan Ahli Ilmu” dengan judul “kesaksian Allah atas Orang Berilmu Qur’an Surat Al-imron ayat 18”. Yang mana orang yang berilmu itu menunjukkan kesaksiannya terhadap Allah dengan pemikiran-pemikiran dan akal-akal yang cerdas tersebut.
            Pentingnya tema ini dikaji adalah agar kita sebagai mahasiswa,sebagai manusia dapat mengambil pelajaran yang ada dalam penjelasan bab ini nantinya. Dengan begitu makalah ini dibuat selain untuk memenuhi tugas juga sebagai penambahan wawasan kita semua.


PEMBAHASAN
KEDUDUKAN ORANG BERILMU DAN AHLI ILMU

Kesaksian Allah atas Orang Berilmu
A.    Teori Kedudukan Orang Berilmu dan Ahli Ilmu
Di dalam kehidupan kita sehari-hari, kita mengenal kata Ilmuan/Ulama’. Dimaana arti Ilmuan/Ulama’ adalah orang yang ‘Alim atau mengetahui. Secara bahasa,ulama berasal dari kata kerja dasar ‘alima (telah mengetahui), berubah menjadi kata benda pelaku ‘alimun berarti orang yang mengetahui (mufrod/singular) dan ulama (jamak taksir/irreguler plural). Berdasarkan istilah, pengertian ulama dapat dirujuk pada Al-Qur’an.
Sedangkan ilmu adalah cahaya yang dikaruniakan Allah kepada manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan di dunia dewasa ini memang sudah tak terbendung lagi dari segala sektor kehidupan, terutama dalam segi pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan di satu sisi memang berdampak positiif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Tapi di sisi lain, tak jarang ilmu pengetahuan juga berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia.[1]


B.     Tafsir
Qur’an Surat Al-Imron ayat 18

Hasil gambar untuk qs al imran ayat 18





Artinya :
 “Allah menyatakan bahwasannya tidak ada tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
            a. Tafsir Al-Azhar
                        “Allah telah menjelaskan bahwa tiada Tuhan selain Dia”. (pangkal ayat 18). Syahida diartikan menjelaskan. Dengan segala amal ciptaan-Nya ini, pada langit dan bumi, pada lautan dan daratan, pada tumbuhan dan binatang, dan segala semesta, Tuhan Allah telah menjelaskan bahwa hanya dia yang Tuhan, hanya dia yang mengatur. Maka segala yang ada ini adalah penjelasan atau kesaksian dari Tuhan, menunjukkan bahwa tiada Tuhan selain Allah. “Demikian Malaikat” dalam keadaan mereka yang ghaib itu; semuanya telah menyaksikan, telah memberikan syahadah bahwa tiada Tuhan selain Allah. Sebab malaikat adalah sesuatu kekuatan yang telah diperintahkan oleh Tuhan melaksanakan perintah-Nya, dan taat patuh setialah mereka menjalankan perintah itu. Diantara malaikat itu adalah jibril yang diperintahkan Tuhan menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad saw, dan wahyu itu telah tercatat menjadi Al-Qur’an-al-qur’an telah terkumpul menjadi mushaf. Oleh sebab itu ditangan kita sendiri kita telah mendapat salah satu bekas syahadah dari malaikat.
            “Dan orang-orang yang berilmupun telah menyampaikan syahadahnya pula, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Bertambah mendalam ilmu, bertambah menjadi kesaksian dia bahwa alam ada  berTuhan dan Tuhan itu hanya satu, yaitu Allah dan tidaj ada Tuhan  yang lain, sebab yang lain adalah makhluk belaka. “bahwa dia berdiri dengan keadilan”, yakni setelah Allah meyaksikan dengan kodrat iradatnya dan malaikat menyaksikan dengan ketaatannya, dan manusia yang berilmu menyaksikan dengan penyelidikan akalnya bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, maka timbul pulalah kesaksian bahwa Tuhan Allah itu berdiri dengan keadilan.
            “Tidaklah ada Tuhan selain Dia. Maha gagah lagi Bijaksana.” (ujung ayat 18).
            Hendaklah menarik perhatian kita tentang kedudukan mulia yang diberikan Tuhan kepada  Ulil-Ilmi, yaitu orang-orang yang mempunyai ilmu di dalam ayat ini. Setelah Tuhan menyatakan kesaksian-Nya yang tertinggi sekali, bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan kesaksian itu datang dari Allah sendiri, maka Tuhan pun menyatakan pula bahwa kesaksian tertinggi itupun diberikan oleh malaikat. Setelah itu kesaksian itupun diberikan pula oleh orang-orang yang berilmu, yaitu orang-orang yang menyediakan akal dan pikirannya untuk menyelidiki keadaan alam ini baik dibumi ataupun dilangit, dilaut ataupun didaratan dan semua makhluk hidup yang ada didunia ini, niscaya manusia itu akhirnya akan sampai juga, tidak dapat tidak kepada kesaksian yang murni bahwa memang tidak ada Tuhan melainkan Allah. Itulah pula sebabnya maka didalam surat fathir (surat 35 ayat 8) tersebut bahwa yang bisa merasa takut kepada Allah itu hanyalah ulama yaitu ahli-ahli ilmu pengetahuan.
            Imam ghozali didalam kitab al-‘ilmi dan didalam kitabnya ihya ulumuddin telah memahkotai karangannya itu ketika memuji martabat ilmu nahwa ahli ilmu yang sejati telah diangkat Tuhan dengan ayat ini kepada martabat yang tinggi sekali, yitu kedekat Allah dan kedekat malaikat.
            Kemudian itulah timbul kembali kesan mayakinkan kesan pertama tadi demi setelah memperhatikan pendiriaan Tuhan Allah dengan keadilan itu. Pada dua nama aziz dan hakim, gagah dan bijaksana terdapat lagi keadilan. Tuhan Allah itu gagah perkasa, hukumnya keras, teguh dan penuh disiplin. Tetapi dalam kegagahan perkasa itu, diimbanginya lagi dengan sifatnya yang lain yaitu bijaksana. Sehingga tidak pernah Allah berlaku sewenang-wenang karena kegagah dan perkasaannya dan tidak pernah pula bersikap lemah karena kebijaksanaanya. Diantara gagah dan bijaksana itulah terletak keadilan.[2]

Hasil gambar untuk qs al imran ayat 18
b.
Allah menerangkan keesaan-Nya dengan mengemukakan bukti-bukti alam fisik yang adadi cakrawala dan diri manusia sendiri. Dan para malaikat memberikan kabar hal ini kepada para rasul serta mereka bersaksi dengan kesaksian yang dikuatkan olrh ilmu berasal dari wahyu atau ilham, dan ilmu pada para nabi lebih kuat daripada keyakinan-keyakinan yang lain. Dan orang-orang yang berilmu mengabarkan keesaan Allah, menjelaskan dan bersaksi dengan kesaksian yang berdasarkan bukti dan dalil. Karena orang yang mengetahui sesuatu tidaklah terlepas dari dasar dalil.
               Allah juga telah menetepkan hukum-hukum ciptaan-Nya berdiri pada prinsip keadilan. Barang siapa yang memperhatikan hukum dan seluruh sistem yang begitu rumit pada alam ciptaan-Nya, maka akan jelas baginya keadilan Allah dalam bentuknya yang amat sempurna dan paling jelas. Maka tegaknya  Allah dengan keadilan pada setiap ciptaan-Nya ini menjadi bukti atas kebenaran kesaksian-Nya bahwakesatuan sistem di seluruh alam ini menunjukkan keesaan penciptanya. Kemudian Allah menegaskan bahwa Dia sematalahyang tunggal dalam ketuhanan-Nya dan tegak pada keadilan dengan firman-Nya.
               Sifat perkasa mengisyaratkan pada kesempurnaan kekuasaan dan sifat bijaksanaan mengisyaratkan adaanya kesempurnaan pengetahuan. Kekuasaan itu tidaklah sempurna kecuali jika menyendiri dan bebas. Dan keadilan itu tidaklah sempurna kecuali jika meliputi semua kemaslahatan dan kondisi. Maka, yang bersifat itu tidak ada seorangpun yang bisa mengalahkan terhadap apa yang telah ia tegakkan, yakni sunnah keadilan dan tidak ada kebijaksanaan yang sempurna itu.[3]    



C.     Aplikasi dalaam Kehidupan
Dari qur’an surat al-imron ayat 18 banyak pelajaran yang dapat kita ambil untuk diterapkan dalam kehidupan kita, salah satunya ialah dengan menyakini keesaaan Allah atas penciptaan yang ada dalam alam raya ini.
            Kemudian,pada potongan ayat berikutnya membahas tentang keadilan dan kebijaksanaan yang dapat kita terapkan dalam kehidupan ialah menyikapi sesuatu hal yang ada dalam diri kita maupun disekitar kita dengan sifat bijak dan adil tersebut.[4]


PENUTUP
KESIMPULAN

            Dengan sambungan ayat ini kita dapat memahamkan bahwasannya masing-masing manusia dengan akal murni dan ilmunya sendiri bisa mencapai dasar percaya kepada keesaan Tuhan, bisa sampai kepada suasana penyerahan diri kepada Allah Yang Maha Kuasa dengan sendirinya.
            Allah SWT berkuasa yang berdasarkan keadilan, semuanya merupakan bukti kebenaran kesaksiaan-Nya. Sebab adanya kesatuan tatanan (sistem) alam semesta ini menunjukkan kesatuan penataannya (pencipta-Nya).
DAFTAR PUSTAKA

Mustafa  Al-Maragi,Ahmad.1993. Tafsir Al-Maragi Semarang:PT Karya Toha Putra
Hamka. 2003. Tafsir Al-Azhar Juz III. Jakarta : Pustaka Panjimas
http://agusdus11.blogspot.com/2014/06/kedudukan-orang-berilmu-dan-dampak-ilmu.html


PROFIL DIRI



Nama   : Firman Irfanda
Alamat  : Setono gg.8 no.6 kecamatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan.
Riwayat Pendidikan   :-  TK Batik Setono
    SD Islam Setono 01
    SMPN 5 Pekalongan
    MAN 2 Pekalongan
    Strata 1 IAIN Pekalongan (Masih dalam Pelaksanaan)




[1]http://agusdus11.blogspot.com/2014/06/kedudukan-orang-berilmu-dan-dampak-ilmu.html
[2]Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz III, (JaHamka, Tafsir Al-Azhar Juz III, (Jakarta:Pustaka Panjimas,2003)hlm.178-180
[3]Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi,(Semarang:PT Karya Toha Putra, 1993) hlm. 204-206
[4]http://ghufron-dimyati.blogspot.com/2016/09/tt1-d-1a-kedudukan-orang-berilmu.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar