TAFSIR TARBAWI
KEDUDUKAN ILMU DAN AHLI ILMU
Ahli Hikmah: Anugerah Besar dari Allah
Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 269”
Nama : Nur Hidayah
NIM : 2021216003
PRODI PAI
JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
Kata Pengantar
Dengan
menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dengan ini kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmatNya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tafsir Tarbawi dengan Tema
“Kedudukan Ahli Ilmu” yang berjudul “Ahli Hikmah: Anugerah Besar dari Allah Qur’an
Surat Al-Baqarah ayat 269”
Adapun
makalah Tafsir Tarbawi ini kami buat dengan usaha semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancaar
proses pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih kepada
Bapak Muhammad Hufron, MSI selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi I
yang telah membimbing dalam proses pembuatan makalah ini.
Dengan
demikian kami mengharapkan semoga makalah ini dapat diambil dan diterapkan
manfaatnya dalam kehidupan para pembaca.
Selain itu juga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan
untuk kedepannya. Terima kasih.
Pekalongan,
16 September 2017
Nur
Hidayah
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................. 1
Daftar Isi........................................................................................... 2
Bab I Pendahuluan............................................................................ 3
Bab II Pembahasan............................................................................ 4
A.Tafsir
QS. Al Baqarah ayat 269........................................ 4
B.
Penjelasan Tafsir .............................................................. 4
C.
Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari-hari............................ 7
D.
Aspek Tarbawi ................................................................. 8
Bab III Penutup................................................................................. 9
Daftar Pustaka .................................................................................. 10
Profil Diri........................................................................................... 11
Bab I
Pendahuluan
Ilmu
ditafsirkan dengan sifat yang apabila dimiliki oleh seseorang maka menjadi
jelaslah apa yang terlintas didalam pengertiannya. Untuk memperoleh
keberhasilan dalam mencapai sesuatu pun memerlukan ilmu. Ketika seseorang ingin
sukses tidak hanya di dunia tetapi juga sukses di akhirat oun ada ilmunya.
Allah mengangkat orang-orang berilmu beberapa derajat dan memudahkan jalan bagi
orang-orang berilmu masuk surga.
Dalam makalah ini membahas Ahli
hikmah, yaiyu anugerah besar yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang
berilmu. Hikmat itu lebih luas daripada ilmu, bahkan ujung daripada ilmu adalah
permulaan hikmat. Hikmat boleh juga diartikan mengetahui yang tersirat di
belakang yang tersurat, menilik yang ghaib dari yang terlihat nyata, mengetahui
akan kepastian ujung karena telah melihat pangkal.
Pentingnya makalah ini dibahas
karena kita sebagai manusia yang memiliki ilmu agar nantinya dapat menjadikan
ilmu tersebut bermanfaat sehingga kita mampu masuk sebagai golongan orang-orang
yang mendapatkan hikmah dari Allah.
Bab II
Pembahasan
A.
Tafsir QS. Al Baqarah ayat 269
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ
أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
Terjemahan
:
269. Allah menganugerahkan al hikmah
(kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah
dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang
dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
Mufrodat
:
يُؤْتِى = Dia memberikan
الْحِكْمَةَ
= Hikmah
يَشآءُ = Dia kehendaki
خَيْرًا
= Kebajikan
يَذَّكَّرُ
= Mengambil pelajaran
B. Penjelasan
Tafsir
269. a. Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam
tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Hikmat itu
lebih luas daripada ilmu, bahkan ujung daripada ilmu adalah permulaan hikmat.
Hikmat boleh juga diartikan mengetahui yang tersirat di belakang yang tersurat,
menilik yang ghaib dari yang terlihat nyata, mengetahui akan kepastian ujung
karena telah melihat pangkal.
Menurut
Syaikh Muhammad Abduh, bahwasanya hikmat itu adalah ilmu yang sah, yang dapat
dipertanggung-jawabkan, yang telah
sangat mendalam pengaruhnya di dalam diri sendiri, sehingga dia yang menentukan
iradah dan kemauan, untuk memilih apa yang dikerjakan. Kalau suatu amal
perbuatan benar-benar timbul daripada ilmu yang shahih, maka amal itu akan
menjadi amal yang shahih, yang memberi faedah dan membawa orang kepada
kebahagiaan.[1]
Allah
memberikan ilmu yang berguna yang bisa membangkitkan kemauan kepada
hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, sehingga ia dapat membedakan mana yang
benar dan mana yang salah, lalu dengan mudah dapat ia membedakan antara ilham
yang datang dari Allah dan bisikan setan. Allah memberikan hikmat kepada barang
siapa yang dikehendaki Nya ; artinya ialah diberi alat budi itu, diantara
makhluk ini, hanyalah manusia saja. Maka akal yang cerdas itu adalah alat yang
seampuh-ampuhnya untuk memperdalam ilmu yang sejati. Akal adalah alat
penimbang, penyisihkan di antara agak-agak dengan kesimpulan yang benar.
Penyisihkan di antara mana yang dapat diketahui dan difahami dan mana yang
meminta renungan panjang. Kalau akal sudah bekerja dan memberi hasil yang baik,
maka segala keraagu-raguan, faham, daan agak-agak menjadi hilang, dan mudahlah
membedakan mana yang was-was dan mana ilmu yang dapat dipertanggung jawabkan.
Penangkapan
ilmu ialah akal, yang menangkap pengertian berdasarkan dalil-dalil dan
memahaminya dengan sebenarnya. Dan siapa yang diberi pengetahuan seperti ini,
nisyaca mampu membedakan antara janji Tuhan dan janji setan, mampu memegang
teguhjanji Allah dan melemparkan janji setan.[2]
269. b. Dan barangsiapa yang dianugerahi
hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.
Barang siapa
yang diberi ilmu yang berguna dan diberi petunjuk cara menggunakan akal serta menempuh
arah yang benar, maka orang ini berarti mendapatkan petunjuk dan kebaikan di
dunia dan diakhirat. Karena itu ia dapat menggunakan potensi-potensi yang ada
dalam dirinya, seperti penglihatan, pendengaran, hati dan pikirannya secara
berdaya guna dan menyiapkan untuk kesenangannyayang benar, lalu berserah diri
kepada Allah karena Dialah asal segala sesuatu dan kepada-Nya lah semua akan
berakhir. Dia tidak mau menerima bisikan-bisikan setan dan mengotori dirinya
sendiri dengan berbuat dosa.[3]
Siapa saja
yang telah diberi taufik (pertolongan Allah) akan mengerti mengenai ilmu yang
bermanfaat ini. Ia juga akan dituntun oleh Allah untuk menggunakan akalnya
secara sehat dan diarahkan ke jalan yang benar. Ini berarti ia telah
mendapatkan kebaikan dunia akhirat. [4]
Kekayaan
sejati ialah hikmat yang diberikan
Allah. Kecerdasan akal, keluasan ilmu, ketinggian budi, kesanggupan
menyesuaikan diri dengan masyarakat; itulah kekayaan yang sangat banyak.
Betapapun orang menjadi kaya raya, jutawan yang harta-bendanya berlimpah-limpah,
kalau dia tidak dianugerahi oleh Allah hikmat, samalah artinya dengan orang
miskin. Sebab ia tidak sanggup dan tidak mempunyai pertimbangan yang sehat,
buat apa harta bendanya itu akan dikeluarkan.
269. c. Dan hanya orang-orang
yang berakal lah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
Tidak akan
bisa mengambil hakikat dari ilmu pengetahuan dan bisa terpengaruh oleh ilmu
itu, hingga kehendaknya bisa dikendalikan dan tunduk kepada kemauannya,
melainkan hanya orang-orang yang mempunyai akal sehat dan berjiwa luhur, yang
mampu menyelami hakikat kenyataan.
Dengan ilmu
pengetahuan, mereka mampu memilih hakikat kehidupan yang bermanfaat bagi
dirinya, yang bisa membuat dirinya bahagia dalam kehidupan ini, sekaligus bisa
meniti tangga kebahagiaan ukhrawi.[5]
Orang yang
mempunyai inti-fikiranlah cuma yang akan mengerti soal yang penting ini. Orang
yang fikirannya hanya terhadap mengumpulkan benda, yang memandang bahwa
kekayaan ialah kesanggupan mengumpulkan harta benda belaka, tidaklah akan
mengingat ini. tujuan hidupnya hanya berkisar pada Tuhan kepada harta. Sebab
itu maka hidupnya tidaklah akan memberi faedah dan manfaat kepada sesamanya
manusia daan hari depannya pun gelap gulita.
C.
Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari-hari
Dari Surat Al Baqarah ayat 269 ini memberikan kita pengertian
tentang apa itu hikmat. Aplikasi dalam kehidupan nyata
adalah laksana seorang sarjana yang baru lepas dari sebuah Universitas. Dia
telah lulus ujian dari berbagai macam pelajaran. Pada waktu itu sudah bolehlah
ia disebut orang alim. Tetapi belum berhak ia disebut al-Hakim atau ahli
hikmat. Dia baru akan berhak mendapatkan sebutan ahli hikmat setelah ia
melakukan praktek kelak di dalam bidang ilmu yang diketahuinya itu.
Pada ayat ini telah dijelaskan bagaimana seseorang bisa dikatakan
mendapat hikmat dari Allah, yaitu orang-orang yang mampu mengendalikan hawa
nafsu nya dan menggunakan akal fikiran nya untuk mengambil keputusan dalam
kehidupannya.
Tidak semua orang mendapatkan hikmat dari Allah, hanya orang-orang yang
dipilih Allah lah yang dianugerahi hikmat. Sehingga beruntunglah orang orang
yang terpilih itu.[6]
D.
Aspek Tarbawi
Aspek tarbawi yang dapat kita ambil
dari Quran Surat Al Baqarah ayat 269 ialah:
1.
Anugerah al Hikmat diberikan Allah kepada seseorang melalui banyak
cara dan kepada seseorang yang telah Allah pilih.
2.
Kewajiban bersyukur bagi orang-orang yang telah dianugerahi al
Hikmat.
3.
Kemuliaan agung bagi orang yang diberikan al Hikmat kepadanya,
seperti pada tafsir ayat diatas.
4.
Meningkatkan rasa syukur atas ilmu, dan akal yang diberikan oleh
Allah.
5.
Menghindari rasa sombong dan
berbangga diri atas apa yang telah kita terima di dunia ini, karena
sesungguhnya apa yang kita miliki itu datangnya dari Allah
Bab III
Penutup
A.
Simpulan
Allah
menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah)
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia
benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
Tidak semua
orang mendapatkan hikmat dari Allah, hanya orang-orang yang dipilih Allah lah
yang dianugerahi hikmat. Sehingga beruntunglah orang orang yang terpilih itu.
B.
Kritik dan
Saran
Kami yakin dalam
pembuatan makalah ini masih ada banyak kekurangan dan kesalahan oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.Semoga makalah
ini bermanfaat bagi penulis khususnya berupa penambahan wawasan tentang
Kedudukan Ahli Ilmu : Ahli Hikmah Anugerah Besar dari Allah.
Kami hanya manusia
biasa yang tidak terlepas dari kekurangan, maka dari itu kami mohon maaf
apabila ada kesalahan dalam penulisan maupun yang lain.
Daftar
Pustaka
Al-Maraghi,
Ahmad Musthofa. 1987. Tarjamah Tafsir Al-Maraghi. Bandung: ROSDA.
Al-Maraghi,
Ahmad Musthofa. 1986. Tarjamah Tafsir Al-Maraghi. Bandung: ROSDA.
Al-Maraghi,
Ahmad Musthofa. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maraghi 3. Semarang:
Karya Toha Putra.
Al-Maraghi,
Ahmad Musthofa.1987. Terjemah Al-Maraghi. Semarang: Karya Toha
Putra.
Amrullah,
Abdul Malik Karim.1983. Tafsir Al Azhar Juz III. Jakarta: Pustaka
Panjimas.
Profil Diri :
Nama : Nur Hidayah
NIM : 2021216003
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Alamat : Jln. Sidomulyo gg. 12 no. 01 PasirKratonKramat,
Pekalongan Barat, Kota Pekalongan.
TTL : Pekalongan, 14 Maret1997
Riwayat
Pendidikan :
SD Negeri Bendan 08
SMP Negeri 08 Kota
Pekalongan
SMK Negeri 01 Kota
Pekalongan
Strata 1 IAIN Pekalongan
(dalam proses)
Pesan : Jalanilah hidup ini apa adanya,
jangan pernah mengeluh dan putus asa.
Dengarkan nasehat
orang-orang yang lebih baik dari kita.
[1]Amrullah, Abdul
Malik Karim, Tafsir Al Azhar juz III, (Jakarta: Pustaka Panjimas,
1983), hlm. 74-75.
[2]Al-Maraghi,
Ahmad Musthofa, Tarjamah Tafsir Al-Maraghi penterjemah Drs. M. Thalib, cet.1
(Yogyakarta: Sumber Ilmu, 1986), hlm.
49.
[3]Al-Maraghi,
Ahmad Musthofa, Tarjamah Tafsir Al-Maraghi penterjemah Drs. M. Thalib,cet.2., (Bandung:
ROSDA, 1987), hlm.49-50.
[4]Al-Maraghi,
Ahmad Musthofa, Terjemah Tafsir Al-Maraghi 3 penterjemah Bahrun Abubakar,
Lc. Dkk., (Semarang: Karya Toha Putra, 1993), hlm. 74.
[5]Al-Maraghi,
Ahmad Musthofa, Terjemah Al Maraghia 3 penterjemah K. Anshori Umar, Dkk., (Semarang:
Karya Toha Putra, 1987), hlm. 75.
[6]Amrullah, Abdul
Malik Karim, Loc.cit., hlm. 76.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar