PENDEKATAN
BELAJAR MENGAJAR
“
PENERAPAN PENDEKATAN BELAJAR MENGAJAR”
Rizka
Barokah (2021115117)
Kelas:
E
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS
TARBIYAH
DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI PEKALONGAN
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam tetap kita curahkan kepada baginda nabi agung
Muhammad SAW, semoga kita semua termasuk umat yang mendapat syafaat di Yaumul
Akhir nanti. Aamiin.
Makalah tentang
“Penerapan Pendekatan Belajar
Mengajar”, dibuat guna memenuhi tugas mata Strategi Belajar Mengajar
Pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan Terima Kasih kepada
Bapak Muhammad Ghufron, M.S.I selaku dosen pengampu mata
kuliah
Strategi Belajar Mengajar yang telah memberikan waktu untuk
mengizinkan penulis menyelesaikan makalah ini dengan semampu penulis. Serta teman-teman yang telah mendukung sehingga makalah ini dapat terselesaikan .
Dengan
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi bahasa,
analisis materi kajian ataupun cara penulisannya. Maka dari itu penulis sangat
mengharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata penulis berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan para pembaca pada umumnya. Aamiin.
Pekalongan, 6 Oktober 2017
Rizka Barokah
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Tema : Pendekatan Belajar Mengajar
B.
Sub Tema : Penerapan Pendekatan Belajar Mengajar
C.
Mengapa Penting Untuk Dikaji
Penerapan pendekatan belajar mengajar penting untuk dikaji karena dengan
penerapan pendekatan belajar mengajar maka penyampaian materi atau keterampilan
kepada siswa dapat berjalan dengan lancar, nyaman dan menyenangkan. Penerapan pendekatan
belajar mengajar yang dilakukan oleh guru akan berpengaruh terhadap berhasil
atau tidaknya tujuan pembelajaran itu sendiri.
Penerapan pendekatan belajar mengajar dapat dijadikan sebagai titik
tolak untuk calon guru bahwa ketika kelak mengajar dapat menerapkan pendekatan
belajar mengajar yang mampu mengembangkan kreativitas peserta didik, mampu
menjadikan peserta didik aktif, mampu menjadikan peserta didik mengungkapkan
pendapat-nya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pendekatan Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi
interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakannya. Interaksi
yang bertujuan itu disebabkan guru yang memaknai dengan menciptakan lingkungan
yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar mengajar. Guru
ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik dengan menyediakan
lingkungan yang menyenangkan.
Dalam belajar guru harus pandai menggunakan secara arif dan
bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru
terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak
selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik, hal ini akan
mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.[1]
B.
Penerapan Pendekatan Belajar Mengajar
1.
Pendekatan Kompetensi
Dalam
hubungannya dengan proses pembelajaran, kompetensi menunjukkan kepada perbuatan
(performance) yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam
proses belajar. Dalam proses belajar
paling tidak terdapat tiga landasan yang mendasari pembelajaran berdasarkan
pendekatan kompetensi. Pertama, adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok
kearah pembelajaran individual. Kedua, pengembangan konsep belajar tuntas
(mastery learning) atau belajar sebagai penguasaan (learning for mastery)
adalah falsafah tentang pembelajaran yang tepat, semua peserta didik akan dapat
belajar dengan hasil yang baik dari seluruh bahan yang diberikan. Landasan
teoritis yang ketiga bagi perkembangan pendidikan berdasarkan kompetensi adalah
menyusun kembali definisi bakat.
Implikasi dari
pendekatan kompetensi terhadap pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.
Pembelajaran perlu menekankan pada pembelajaran individual meskipun
dilaksanakan secara klasikal, dalam pembelajaran perlu diperhatikan peserta
didik. Dalam hal ini misalnya tugas diberikan secara individu, bukan secara
kelompok.
b.
Perlu diupayakan lingkungan belajar yang kondusif, dengan media dan
metode yang bervariasi yang memungkinkan setiap peserta didik mengikuti belajar
dengan tenang dan menyenangkan.
c.
Dalam pembelajaran perlu diperhatikan waktu yang cukup, terutama
dalam penyelesaian tugas/praktik pembelajaran agar setiap peserta didik dapat
mengerjakan tugas belajar dengan baik. Apabila waktu yang tersedia disekolah
tidak mencukupi, berilah kebebasan kepada peserta didik untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan diluar kelas.[2]
2.
Pendekatan Lingkungan
Belajar dengan
pendekatan lingkungan berarti peserta didik mendapatkan pengetahuan dan
pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang ada disekitar, baik
dilingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.
Implikasi dari pendekatan
lingkungan dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan dua cara:
a.
Membawa peserta didik ke lingkungan untuk kepentingan pembelajaran.
Hal ini bisa dilakukan dengan metode karya wisata, metode pemberian tugas, dan
lain-lain.
b.
Membawa sumber-sumber dari lingkungan sekolah (kelas) untuk
kepentingan pembelajaran. Sumber tersebut bisa sumber asli, seperti narasumber,
bisa juga sumber tiruan, seperti model dan gambar.[3]
3.
Pendekatan Konstruktivisme Belajar
Pendekatan
kontruksivisme dalam belajar merupakan salah satu pendekatan yang lebih
berfokus kepada peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran. Pendekatan
ini disajikan supaya lebih merangsang dan memberi peluang kepada peserta didik
untuk belajar berpikir inovatif dan mengembangkan potensinya secara optimal..
Pendekatan konstruktivis dalam belajar dilakukan, melalui proses eksplorasi
personal, diskusi, dan penulisan refleksi.
Implikasi
pendekatan Konstruktivisme terhadap proses pembelajaran adalah:
a.
Pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, jika peserta didik
tidak diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan tingkat pengetahuan
yang dimilikinya.
b.
Pada akhir proses pembelajaran, peserta didik memiliki tingkat pengetahuan
yang berbeda sesuai dengan kemampuannya.
c.
Untuk mengambil keputusan (menilai), peserta didik harus bekerja
sama dengan peserta didik lainnya.
d.
Guru harus mengakui bahwa peserta didik membentuk dan menstruktur
pengetahuaanya berdasarkan modalitas belajar yang dimilikinya, seperti :
bahasa, matematika, musik, dan lain-lain.[4]
4.
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan
kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan kepada keterkaitan
materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga
para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar
dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses penerapan kompetensi dalam
kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan
mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.[5]
Pendekatan Kontekstual
dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar
berupa menghadirkan atau membangun model sebagai contoh pembelajaran.
langkah-langkah membangun model antara lain:
a.
Uji pengetahuan yang telah dimiliki siswa mengenai model.
b.
Gunakan logo atau balok-balok kayu untuk menunjukkan bagaimana cara
membangun model yang sederhana.
c.
Cari ide-ide untuk dibuat model dalam bidang pelajaran. Minta siswa
mendiskusikan bahan-bahan yang mereka perlukan untuk mebuat model-model
tersebut.
d.
Lakukan curah ide dengan siswa kelas tentang kriteria-kriteria yang
diperlukan untuk membuat model yang baik.
e.
Tugaskan untuk membangun model yang dibuat siswa menggambarkan
konsep-konsep atau ide-ide yang berhubungan dengan unit atau topik tertentu
yang akan mereka pelajari.
f.
Tampilkan model di ruang kelas.
g.
Tinjau setiap model yang dibuat dab berikan model tersebut kepada
masing-masing pembuat model.[6]
5.
Pendekatan Tematik (Thematic Approach)
Pendekatan
tematik merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menyatupadukan serangkaian
pengalaman belajar, sehingga terjadi saling berhubungan satu dengan yang
lainnya, dan berpusat pada sebuah pokok atau persoalan.
Pendekatan
tematik dapat diterapkan oleh seorang guru, jadi semua bahan ajar menjadi
tanggung jawabnya. Dapat pula diterapkan oleh beberapa guru secara kolektif,
namun harus dilandasi dengan kelancaran komunikasi, semangat kerja sama, dan
mengadakan koordinasi yang baik diantara mereka.[7]
Pendekatan
Tematik dapat diterapkan pada model pembelajaran teknik Jigsaw. Pelaksanaan
teknik Jigsaw antara lain:
a.
Bentuk kelompok beranggotakan tiga siswa dengan kemampuan berbeda.
Berikan pada setiap kelompok satu salinan bacaan, bukan bacaan fiksi. Pastikan
bacaan tersebut bukan potongan bacaan lainnya sehingga setiap kelompok dapat
membaca bacaan tersebut tanpa harus mengacu pada bacaan sebelumnya.
b.
Bagi bacaan menjadi beberapa bagian berdasarkan penggalan-penggalan
logis dalam bahan bacaan. Tugaskan seorang siswa membaca satu bagian sementara
kelompok lain mendengarkan dan memcatat.
c.
Siapkan grafik penyusun. Minta siswa untuk membuat daftar ide-ide
utama yang dipaparkan dalam bacaan.
d.
Perintahkan setiap anggota kelompok menunjukkan tanggapan-tanggapan
dan informasi-informasi yang masuk kedalam grafik penyusun saat seluruh bacaan
selesai dibaca. Menggunakan informasi ini buat satu macam grafik yang memuat
seluruh informasi penting yang diperoleh.
e.
Setelah jigsaw terbentuk, lakukan diskusi kelas mengenai bahan
bacaan. Perhatikan hubungan diantara bagian-bagian tersebut.[8]
6.
Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat
Dalam
pendekatan STM guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima
siswa akan lebih lama diingat. Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu ditekankan
pada masalah yang ditemukan sehari-hari, yang dalam pemecahannya menggunakan
langkah-langkah ilmiah.[9]
Pendekatan STM
dalam proses belajar mengajar dapat diterapkan dengan pembelajaran memecahkan
masalah. Salah satu contohnya yaitu memecahkan masalah dalam cerita.
Langkah-langkah tersebut antara lain:
a.
Bersama seluruh kelas, melakukan curah ide untuk memperoleh daftar
tayangan televisi, dan minta siswa menjelaskan mengapa mereka memilih tayangan
tersebut.
b.
Pada papan tulis, gambar tabel T dua kolom dengan judul “ Masalah”
dan “ Strategi yang digunakan”. Pilih salah satu tayangan dari daftar dan minta
salah satu siswa mendiskusikan situasi masalah yang terjadi di dalam tayangan.
c.
Lakukan curah ide mengenai solusi-solusi yang memungkinkan untuk
memecahkan masalah.
d.
Terangkan bahwa siswa akan bertindak mengeluarkan situasi masalah,
dan memutuskan solusi terhadap masalah.
e.
Berikan setiap kelompok lembar tabel pemecahan masalah dan minta
siswa untuk bekerja bersama-sama melengkapinya.[10]
7.
Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan
keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Indikator-indikator pendekatan Keterampilan Proses antara lain
kemampuan mengidentifikasi, mengklarifikasi, menghitung, mengukur, mengamati,
mencari hubungan, menafsirkan, menyimpulkan, menerapkan, mengkomunikasikan, dan
mengekspresikan diri dalam suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu karya.[11]
Pendekatan Keterampilan Proses dapat
diterapkan dalam proses belajar mengajar dengan melakukan pengamatan. Salah
satu contoh kegiatan pengamatan yaitu proyek mengamatan tanaman.
Langkah-langkah kegiatan proyek pengamatan tanaman antara lain:
a.
Siapkan siswa biji-bijian dari tiga jenis tanaman berbeda: bunga,
kacang-kacangan, rumput-rumputan. Berikan setiap siswa tiga pot dan tanah
secukupnya.
b.
Minta siswa membuat tabel dalam buku catatannya, yang nanti akan
digunakan untuk memperlihatkan sikslus pertumbuhan dari setiap tanaman.
c.
Diskusikan apa saja yang harus dilakukan agar biji dapat tumbuh.
Tugaskan siswa membuat daftar petunjuk untuk menanam setiap jenis tanaman.
d.
Minta siswa memeriksa tanamannya dua hari sekali, untuk mengamati
tanda-tanda pertumbuhannya dan mencatat pengematannya.
e.
Setelah tanaman berumur 6 sampai 7 minggu, minta siswa membuat
tabel yang memuat daftar ciri-ciri umum untuk setiap jenis tanaman.
f.
Tugaskan siswa menunjukkan persamaan dan perbedaan setiap jenis
tanaman.
g.
Saat tanaman mencapai cukup dewasa, minta siswa menulis ringkasan
yang menggambarkan karakteristik setiap tanaman. [12]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bahwa dalam proses kegiatan belajar mengajar perlu diterapkannya
pendekatan belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran itu sendiri.
Dimana dalam mengajar guru harus pandai menggunakan pendekatan yang baik dan
benar, yang mampu menjadikan anak didik mengeksplor dirinya sendiri, mampu
bertanya dan mampu mengemukakan pendapat.
Ada beberapa pendekatan belajar mengajar antara lain: pendekatan
kompetensi, pendekatan lingkungan , pendekatan kontruksivisme, pendekatan
kontekstual, pendekatan Tematik, Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat dan
Pendekatan Keterampilan proses. Yang mana dari pendekatan-pendekatan tersebut
dapat diterapkan dengan baik maka tujuan pembelajaran yang diinginkan akan
tercapai dengan baik.
Daftar
Pustaka
Bellance James.
2011. 200+ Strategi dan Proyek Pembelajaran Aktif untuk Melibatkan
Kecerdasan Siswa. Jakarta: PT. Indeks
Djaramah
Syaiful Bahri, dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Hanafiah
Nanang, dkk. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika
Aditama
Mustakim
Zaenal. 2017. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: IAIN
Pekalongan Press
Profil
Nama : Rizka Barokah
Ttl : Pekalongan, 27 Oktober 1997
Alamat : Dk. Pekanyaran Ds. Galang Pengampon
Wonopringgo
Riwayat Pendidikan:
1.
SDN 01 Galang Pengampon
2.
SMP N 02 Wonopringgo
3.
SMK Gondang
4.
Masih menempuh S1 di IAIN Pekalongan
[1] Syaiful Bahri
Djaramah, dkk. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1996), hlm. 61-61
[2] Zaenal
Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan: IAIN Pekalongan
Press, 2017), hlm. 77-78
[3] Ibid., hlm.
81-82
[4] Nanang Hanafiah,
dkk, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012), hlm.
62-63
[5] Zaenal
Mustakim, Op.Cit., hlm. 82
[6] James
Ballanca, 200+ Strategi dan Proyek Pembelajaran Aktif, (Jakarta: PT.
Indeks, 2011), hlm. 153
[7] Zaenal
Mustakim, Op.Cit., hlm. 84-85
[9] Zaenal
Mustakim, Op.Cit., hlm. 86
[11] Zaenal
Mustakim, Op.Cit., hlm. 86
Tidak ada komentar:
Posting Komentar