Laman

new post

zzz

Minggu, 05 November 2017

sbm B 10-c CARA EVALUASI DAN UMPAN BALIK

CARA EVALUASI DAN UMPAN BALIK

Arif Farhan Mubarok
2023116149 
PGMI B

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017




KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala Puji & Syukur kita haturkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan karunia dan nikmatNya kepada kita semua. Sehingga saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Evaluasi dan umpan balik” dengan sub tema “Cara evaluasi dan umpan balik”.
Dalam penyusunan makalah ini, tentunya penulis mengalami beberapa kesulitan, seperti mencari sumber buku referensi yang sesuai dengan tema dan subtema, serta kesulitan pada pemahaman terhadap pembahasan sub tema itu sendiri. Semua ini tidak akan terlaksana dengan lancar, apabila tidak adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang sudah membantu dalam penyusunan makalah ini, baik itu teman-teman saya dan lainya,  termasuk dosen yang sudah menyediakan buku untuk referensi dan lain-lain.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, selaku penulis saya mengharapkan masukan, kritik, dan saran dari pembaca agar dapat menyempurnakan pembuatan makalah untuk selanjutnya. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat  bagi para pembaca.



Pekalongan, 03 Oktober 2017

Penulis



            ARIF FARHAN MUBAROK
NIM: 2023116149
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Tema
Evaluasi dan umpan balik
B.       Sub tema
Cara evaluasi dan umpan balik
C.       Arti penting di kaji:
Didalam kenyataannya seperti yang dikatakan wakil rektor 3 IAIN Pekalongan, Drs. Moh. Muslih, M.Pd bahwasannya evaluasi pendidikan yang ada saat ini berdasarkan penelitiannya sangatlah kurang sekali, mungkin dalam rencana pembelajarannya sudah bagus, akan tetapi dalam pelaksanaanya sangat sekali kurang dari apa yang diharapkan. Beliau Selaku Dosen  mata kuliah Evaluasi Pendidikan menekankan agar evaluasi pendidikan itu harus bisa diterapkan bukan hanya ada didalam kertas putih saja.
Maka disinilah penulis membahas tentang evaluasi pendidikan khususnya bagaimana cara evaluasi dalam sebuah pendidikan dapat terlaksana. Karena terkadang kebanyakan pendidik belum dapat mengetahui bagaimana proses evaluasi itu dapat dilakukan, maka penulis dalam makalah ini akan membahas tentang permasalahan tersebut agar kualitas atau mutu pendidikan dapat menjadi lebih baik.






BAB II
PEMBAHASAN
A.      Cara evaluasi dan umpan balik
1.      Cara evaluasi
Kata evaluasi secara harfiah berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Arab at-taqdir, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value, dalam bahasa Arab al-Qimah, dan dalam bahasa Indonesia berarti nilai. Dengan demikian secara harfiah evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.[1]
Kesimpulannya evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat di capai. Evaluasi juga merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan, dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambil keputusan.
Cara merupakan hal-hal yang dilakukan seseorang untuk mencapai sebuah tujuan. Berarti cara evalasi merupakan hal-hal yang harus dilakukan dalam melaksanakan evaluasi.
Adapun cara dalam mengevaluasi pembelajaran itu menggunakan 2 cara, yaitu tes dan non tes.
a.    Tes
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memeperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara tepat dan cepat.
Pengertian lain, tes adalah satu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau sekelompok murid.
Dari 2 pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.[2]
Macam-macam tes yang digunakan dalam evaluasi:
1)        Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas 3 macam tes yaitu:
a)    Tes diagnostik
Adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan tersebut dapat diklakukan pemberian perlakuan yang tepat.
Contoh: untuk mengajarkan perhitungan menghitung korelasi serial, guru harus yakin bahwa siswa sudah menguasai perhitungan tentang rata-rata dan simpangan baku. Oleh karena itu sebelum mulai dengan menerangkan teknik korelasi serial tersebut
b)    Tes formatif
Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses.
c)    Tes sumatif
Tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir catur wulan atau akhir semester.
d)   Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam menentukan jurusan yang akan dimasuki oleh peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar.[3]
2)        Dari segi bentuk pelaksanaannya, siswa dapat diukur melalui:
a)    Tes tertulis
Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pensil sebagai media utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan komputer.
b)    Tes lisan
Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan langsung, tatap muka antara guru dan murid.
c)    Tes perbuatan
Tes perbuatan mengacu pada penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik.
3)        Dari bentuk soal, siswa dapat diukur melalui:
a)      Tes essay (uraian)
Tes essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangan bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.
b)      Tes objektif
Adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dari berbagai macam bentuk, antara lain: tes betul-salah, tes pilihan ganda, tes menjodohkan dan tes analisa hubungan.[4]
Dalam pengembangan tes itu sendiri, ada 9 langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar:
a.       Menyusun spesifikasi tes, yaitu yang berisi uraian yang menunjukan keseluruhan karakteristik yang harus dimilik oleh suatu tes. Menentukan tujuan tes. Dalam menyusun itu mencakup kegiatan menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi tes, memilih bentuk tes, dan menentukan panjang tes.
b.      Menulis soal tes
c.       Menelaah soal tes, untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kesalahan atau kekurangan.
d.      Melakukan uji coba tes, dilakukan untuk memperbaiki kualitas soal.
e.       Menganalisis butir soal tes, melalui analisis butir ini dapat diketahui: tingkat kesulitan butir soal, daya pembeda, dan juga efektifitas pengecoh
f.       Memperbaiki tes
g.      Merakit tes, artinya menyatukan butir-butir soal menjadi satu bentuk soal.
h.      Melaksanakan tes
i.        Menafsirkan hasil tes, menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor[5]
b.    Non-tes
Untuk menilai aspek tingkah laku, jenis non-tes lebih sesuai sebagai alat evaluasi. Seperti menilai aspek sikap, minat, perhatian, karakteristik, dan lainnya segi afektif dan psikomotorik. Sedangkan bentuk-bentuk teknik non-tes yang bisa digunakan adalah:
1)      Skala bertingkat
Adalah menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Biasanya angka-angka yang digunakan diterapkan pada skala dengan jarak yang sama.
2)      Kuesioner (angket)
Kuisoner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh oleh orang yang akan dievaluasi. Dengnan ini orang akan diketahui tentang keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dan lain-lain.
Ditinjau dari segi dari siapa yang menjawab, maka ada 2 kuesioner: Kuisoner langsung dan tidak langsung.
Sedangkan ditinjau dari cara menjawabnya, ada 2 pula: kuesoner tertutup dan terbuka.
3)      Daftar cocok (ceklis)
Yaitu deretan pertanyaan (yang biasanya singkat-singkat), dimana responden evaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (v) ditempat yang sudah disediakan.
4)      Wawancara
Wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: wawancara bebas dan terpimpin.
5)      Pengamatan
Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Ada 3 macam observasi, yaitu: observasi partisipan, sistematik dan eksperimental
6)      Riwayat hidup
Adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupanya.
2.      Cara melakukan umpan balik
Umpan balik adalah pemberian informasi yang diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya tentang keadaan siswa untuk memperbaiki atau meningkatkan pencapaian hasil belajarnya. Termasuk dalam alat ukur lainnya itu adalah pekerjaan rumah (PR) dan petanyaan yang diajukan guru dalam kelas.[6]
1.      Ketentuan umpan balik
Dalam melakukan umpan balik terlebih dulu evaluator memerhatikan ketentuan ataupun syarat sebelum umpan balik dilakukan. Yaitu dengan:
a.       Umpan balik tidak mempermudah belajar jika :
1)        Siswa sudah mengetahui jawaban yang benar sebelum memberikan jawaban atas soal itu  (misalnya “nyontek” jawaban yang benar dari temannya tanpa mengolah soal itu dalam pikirannya sendiri).
2)        Bahan yang hendak dipelajari terlalu sukar dimengerti oleh siswa sehingga siswa umunya menebak jawaban soal-soal yang diberikan.
b.      Umpan balik membantu dan mempermudah belajar apabila dipenuhi syarat-syarat berikut ini:
1)        Mengkonfirmasikan jawaban-jawaban benar yang diberikan siswa, dan menyampaiakan kepadanya seberapa jauh dia mengerti materi belajar yang disajikan.
2)        Mengidentifikasi kesalahan serta memperbaikinya atau menyuruh siswa memperbaikinya sendiri.[7]
2.      Cara umpan balik dari jenis-jenis umpan balik
Adang Suherman (1998:124-16) mengemukakan beberapa jenis umpan balik berdasarkan kajian dari beberapa literatur. Jenis-jenis umpan balik tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. General dan specific feedback
General feedback atau umpan balik umum misalnya berkaitan dengan gerakan umum, tingkah laku siswa, atau pakaian yang digunakan. General  feedback digunakan guru untuk mendorong siswa terus belajar dan mencobanya.
Biasanya feedback jenis ini diungkapkan dengan kata-kata seperti: bagus, hebat, mengagumkan. Ungkapan dengan kata-kata itu masih bersifat umum sehingga tidak mencerminkan informasi yang spesifik untuk meningkatkan kemampuan  dan keterampilan siswa.
Specifik feedback atau umpan balik khusus adalah berisikan informasi  yang menyebabkan siswa mengetahui apa yang harus dilakukan dan mengetahui  bagaimana seharusnya siswa melakukan tugas gerak dengan benar dan bagaimana   harus berlatih. Feedback ini diberikan manakala siswa menyadari bahwa ia  melakukan kesalahan akan tetapi belum atau tidak tahu bagaimana cara  memperbaikinya. Contoh ungkapan specific feedback misalnya: “ Bagus! Mata  kamu tidak terpejam pada saat menyundul bola itu!”, atau “Dapatkah lututmu lebih ditekuk lagi !”.
2. Congruent dan Incongruent feedback
Congruent feedback adalah umpan balik yang terfokus pada aktivitas belajar yang sedang dipelajari siswa. Misalnya pada saat siswa sedang mempelajari footwork dalam stroke bulu tangkis. Umpan balik yang berhubungan  dengan footworks tersebut dapat dikatakan congruent feedback. Sedangkan yang   berhubungan dengan stroke sebagai incongruent feedback. Misalnya yang  berkaitan dengan stroke dalam bulu tangkis adalah cara memegang raket, follow  through, dan aspek lainnya selain footworks.
3. Simple Feedback
Simple feedback adalah umpan balik yang hanya terfokus pada satu  komponen keterampilan dalam satu saat. Simple feedback biasanya berisi satu atau dua buah kata kunci (key words) yang menggambarkan aktivitas penyempurnaan dan diulang-ulang sebagai umpan balik selama pembelajaran berlangsung.
Keuntungan dari penggunaan simple feedback diantaranya adalah:
a. Guru lebih mudah dan lebih akurat dalam memberikan umpan balik karena  hanya terfokus pada satu komponen saja.
b. Memudahkan siswa menerima dan melatih penyempurnaan gerakan yang  menjadi fokus pembelajarannya.  
c. Siswa akan mengingat terus apa yang dipelajarinya pada kegiatan belajar  tersebut.
4. Positive, Netral, dan Negatif Feedback
Jenis umpan balik yang lain dikemukakan oleh Adang Suherman  (1998:126) yaitu umpan balik positif, umpan balik netral, dan umpan balik negatif. Ketiga jenis umpan balik ini paling sering dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar penjas yang bersifat praktik di lapangan dan lebih mudah dilakukan oleh guru. 
a. Umpan balik positif adalah umpan balik yang diungkapkan dengan kata-kata  bagus, menyenangkan, pintar, menarik, dan hebat.
b. Umpan balik netral adalah umpan balik yang tidak merujuk secara khusus kepada siswa yang melakukan kesalahan melakukan tugas gerak, tetapi secara  netral mengingatkan kepada seluruh siswa yang sedang melakukan tugas gerak.  Misalnya ketika berlatih menyundul bola, guru berkata “lihat bola !”
c. Umpan balik negatif adalah lawan dari umpan balik positif, meskipun jarang  dianjurkan mengingat khawatir akan merusak kepercayaan diri siswa tetapi  pemberian negatif feedback dilakukan cara-cara:  
1. Implisit (tidak langsung), misalnya “Pakai awalan sebelum melempar, jangan asal lempar saja !”. 
2. Diberikan pada siswa yang tidak mengerti setelah beberapa kali diberikan  umpan balik.
3. Diberikan pada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan gurunya  (biasanya siswa yang menjadi atlet atau yang sudah terampil).  Pemberian jenis umpan balik harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa.  
Kebutuhan siswa terkait dengan tingkat perkembangan psikososial siswa. Pada perkembangan siswa di masa remaja yang terkadang memiliki keinginan  diperhatikan secara berlebihan atau bahkan ingin diberikan kebebasan seluas luasnya, guru harus berhati-hati memberikan umpan balik untuk perbaikan atau  koreksi atas kekeliruan yang dilakukan siswa. Kekurangsesuaian jenis umpan  balik yang diberikan akan berdampak kepada perasaan tidak enak, pesimistis,  tidak memiliki motivasi, atau tidak memiliki harga diri karena selalu mendapat  teguran guru. Untuk itu karakteristik siswa harus mendapat perhatian penting  ketika guru akan memberikan umpan balik.
Pemberian umpan balik yang sesuai dengan kebutuhan siswa dapat mengurangi dampak negatif tersebut. Fungsi umpan balik adalah membantu siswa  untuk menilai penampilan yang tidak dapat dilihat dan dirasakan oleh dirinya sendiri (Suherman, 1998).[8]



BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Agar mutu pendidikan dalam sebuah lembaga pendidikan dapat menjadi lebih baik, maka perlu akan adanya evaluasi pendidikan dan juga umpan balik, yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada peserta didiknya.
Adapun cara yang dilakukan dalam mengevaluasi dapat dilakukan dengan cara tes ataupun non-tes. Juga harus adanya umpan balik kepada peserta didik agar peserta didik dapat memperbaiki apa yang seharusnya dilakukan juga agar meningkatkan pencapaian dari hasil belajarnya.

B.  Saran
Mengetahui cara dalam memhami evaluasi dan umpan balik adalah lebih baik dari hanya memahami pengertian akan hal itu.










DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Sukarsimi. 1994. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Didin Budiman, Bahan Ajar Pedagogi Olahraga  FPOK UPI (File pdf, diakses tanggal 05 November 2017)  
Mustakim, Zaenal. 2009. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Mustakim, Zaenal. 2017. Strategi dan Metode Pembelajaran (Edisi Revisi). Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Putro, Eko Widoyoko. 2011. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: PT. Grasindo.
Sudisjono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo Persada.








PROFIL PENULIS
Pada hari itu hari dimana seorang yang dapat mengubah dunia lahir, tepatnya pada hari Rabu pada tanggal 26 Februari 1997.
Ia lahir diKuningan, Jawa Barat. Tepatnya didesa Cibingbin yang penuh dengan ketenangan.
Hobinya bertafakur, dan terkadang dengan tafakurannya itu dapat menghasilkan karya yang sangat luar biasa.
Sebelum ia kuliah di IAIN Pekalongan, ia adalah alumni dari Sekolah MAN Ciawigebang Kuningan.
Nama seorang itu adalah Arif Farhan Mubarok.
Kelak ia akan menjadi Motivator Terhebat dan Sukses Dunia Akhirat. Aaamiin...  J




[1]Anas Sudisjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Cet ke-1 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 1.
[2] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. RINEKACIPTA, 1999) hlm. 35.
[3] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan, Cet. Ke-11, (Jakarta: PT> GRAFINDO PERSADA, 1996) hlm. 31-36.
[4] Eko putro widoyoko, Evaluasi program pembelajaran (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2011) hlm. 46-49
[5]  Ibid, hlm. 88-97.
[6] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Edisi Revisi), Cet ke-5 (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2017), hlm. 190.
[7]Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik (Jakarta: PT. Grasindo, 1991), hlm. 149.
[8] Didin Budiman, Bahan Ajar Pedagogi Olahraga  FPOK UPI  (File pdf, diakses tanggal 05-11-2017) hlm. 8-10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar