CARA EVALUASI DAN UMPAN BALIK
Arif
Farhan Mubarok
2023116149
PGMI
B
PENDIDIKAN
GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala Puji & Syukur kita haturkan kehadirat Allah swt
yang telah melimpahkan karunia dan nikmatNya kepada kita semua. Sehingga saya
bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Evaluasi dan umpan balik” dengan sub
tema “Cara evaluasi dan umpan balik”.
Dalam penyusunan makalah ini, tentunya penulis mengalami beberapa
kesulitan, seperti mencari sumber buku referensi yang sesuai dengan tema dan
subtema, serta kesulitan pada pemahaman terhadap pembahasan sub tema itu
sendiri. Semua ini tidak akan terlaksana dengan lancar, apabila tidak adanya
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya selaku penulis mengucapkan
terimakasih kepada seluruh pihak yang sudah membantu dalam penyusunan makalah
ini, baik itu teman-teman saya dan lainya, termasuk dosen yang sudah menyediakan buku
untuk referensi dan lain-lain.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, selaku penulis saya mengharapkan masukan, kritik, dan saran
dari pembaca agar dapat menyempurnakan pembuatan makalah untuk selanjutnya.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Pekalongan, 03 Oktober 2017
Penulis
ARIF
FARHAN MUBAROK
NIM: 2023116149
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Tema
Evaluasi dan umpan balik
B. Sub tema
Cara evaluasi dan umpan balik
C. Arti penting di kaji:
Didalam kenyataannya
seperti yang dikatakan wakil rektor 3 IAIN Pekalongan, Drs. Moh. Muslih, M.Pd
bahwasannya evaluasi pendidikan yang ada saat ini berdasarkan penelitiannya
sangatlah kurang sekali, mungkin dalam rencana pembelajarannya sudah bagus,
akan tetapi dalam pelaksanaanya sangat sekali kurang dari apa yang diharapkan.
Beliau Selaku Dosen mata kuliah Evaluasi
Pendidikan menekankan agar evaluasi pendidikan itu harus bisa diterapkan bukan
hanya ada didalam kertas putih saja.
Maka disinilah penulis
membahas tentang evaluasi pendidikan khususnya bagaimana cara evaluasi dalam
sebuah pendidikan dapat terlaksana. Karena terkadang kebanyakan pendidik belum
dapat mengetahui bagaimana proses evaluasi itu dapat dilakukan, maka penulis
dalam makalah ini akan membahas tentang permasalahan tersebut agar kualitas
atau mutu pendidikan dapat menjadi lebih baik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Cara evaluasi dan umpan balik
1. Cara evaluasi
Kata evaluasi secara
harfiah berasal dari bahasa Inggris evaluation,
dalam bahasa Arab at-taqdir, dalam
bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value, dalam bahasa Arab al-Qimah, dan dalam bahasa Indonesia berarti
nilai. Dengan demikian secara harfiah evaluasi pendidikan dapat diartikan
sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan kegiatan pendidikan.[1]
Kesimpulannya evaluasi
merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat di
capai. Evaluasi juga merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan, dan
mengkomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambil keputusan.
Cara merupakan hal-hal
yang dilakukan seseorang untuk mencapai sebuah tujuan. Berarti cara evalasi
merupakan hal-hal yang harus dilakukan dalam melaksanakan evaluasi.
Adapun cara dalam
mengevaluasi pembelajaran itu menggunakan 2 cara, yaitu tes dan non tes.
a. Tes
Tes adalah suatu alat
atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memeperoleh data-data atau
keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara tepat dan
cepat.
Pengertian lain, tes
adalah satu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau sekelompok murid.
Dari 2 pengertian
diatas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan
atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.[2]
Macam-macam tes yang
digunakan dalam evaluasi:
1)
Ditinjau
dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas 3 macam tes yaitu:
a) Tes diagnostik
Adalah tes yang
digunakan untuk mengetahui kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan
tersebut dapat diklakukan pemberian perlakuan yang tepat.
Contoh: untuk
mengajarkan perhitungan menghitung korelasi serial, guru harus yakin bahwa
siswa sudah menguasai perhitungan tentang rata-rata dan simpangan baku. Oleh
karena itu sebelum mulai dengan menerangkan teknik korelasi serial tersebut
b) Tes formatif
Tes ini merupakan
post-test atau tes akhir proses.
c) Tes sumatif
Tes sumatif ini dapat
disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir catur
wulan atau akhir semester.
d) Tes penempatan adalah tes yang diberikan
dalam menentukan jurusan yang akan dimasuki oleh peserta didik atau kelompok
mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar.[3]
2)
Dari
segi bentuk pelaksanaannya, siswa dapat diukur melalui:
a) Tes tertulis
Tes tertulis dalam
pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pensil sebagai media
utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas ujian
secara tertulis baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan komputer.
b) Tes lisan
Tes lisan dilakukan
dengan pembicaraan langsung, tatap muka antara guru dan murid.
c) Tes perbuatan
Tes perbuatan mengacu
pada penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan
mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik.
3)
Dari
bentuk soal, siswa dapat diukur melalui:
a) Tes essay (uraian)
Tes essay adalah tes
yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun,
mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri.
Tes essay ini sangan bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan
atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.
b) Tes objektif
Adalah tes yang disusun
sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif jawabannya. Tes ini terdiri
dari berbagai macam bentuk, antara lain: tes betul-salah, tes pilihan ganda,
tes menjodohkan dan tes analisa hubungan.[4]
Dalam pengembangan tes
itu sendiri, ada 9 langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil
belajar:
a. Menyusun spesifikasi tes, yaitu yang
berisi uraian yang menunjukan keseluruhan karakteristik yang harus dimilik oleh
suatu tes. Menentukan tujuan tes. Dalam menyusun itu mencakup kegiatan
menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi tes, memilih bentuk tes, dan
menentukan panjang tes.
b. Menulis soal tes
c. Menelaah soal tes, untuk memperbaiki
soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kesalahan atau
kekurangan.
d. Melakukan uji coba tes, dilakukan untuk
memperbaiki kualitas soal.
e. Menganalisis butir soal tes, melalui
analisis butir ini dapat diketahui: tingkat kesulitan butir soal, daya pembeda,
dan juga efektifitas pengecoh
f. Memperbaiki tes
g. Merakit tes, artinya menyatukan
butir-butir soal menjadi satu bentuk soal.
h. Melaksanakan tes
i.
Menafsirkan
hasil tes, menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor[5]
b. Non-tes
Untuk menilai aspek
tingkah laku, jenis non-tes lebih sesuai sebagai alat evaluasi. Seperti menilai
aspek sikap, minat, perhatian, karakteristik, dan lainnya segi afektif dan
psikomotorik. Sedangkan bentuk-bentuk teknik non-tes yang bisa digunakan
adalah:
1) Skala bertingkat
Adalah menggambarkan
suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Biasanya
angka-angka yang digunakan diterapkan pada skala dengan jarak yang sama.
2) Kuesioner (angket)
Kuisoner adalah sebuah
daftar pertanyaan yang harus diisi oleh oleh orang yang akan dievaluasi.
Dengnan ini orang akan diketahui tentang keadaan atau data diri, pengalaman,
pengetahuan sikap atau pendapatnya dan lain-lain.
Ditinjau dari segi dari
siapa yang menjawab, maka ada 2 kuesioner: Kuisoner langsung dan tidak
langsung.
Sedangkan ditinjau dari
cara menjawabnya, ada 2 pula: kuesoner tertutup dan terbuka.
3) Daftar cocok (ceklis)
Yaitu
deretan pertanyaan (yang biasanya singkat-singkat), dimana responden evaluasi
tinggal membubuhkan tanda cocok (v) ditempat yang sudah disediakan.
4) Wawancara
Wawancara
adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari
responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Wawancara dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu: wawancara bebas dan terpimpin.
5) Pengamatan
Pengamatan
adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara
teliti serta pencatatan secara sistematis. Ada 3 macam observasi, yaitu:
observasi partisipan, sistematik dan eksperimental
6) Riwayat hidup
Adalah
gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupanya.
2. Cara melakukan umpan balik
Umpan balik adalah
pemberian informasi yang diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya tentang
keadaan siswa untuk memperbaiki atau meningkatkan pencapaian hasil belajarnya.
Termasuk dalam alat ukur lainnya itu adalah pekerjaan rumah (PR) dan petanyaan
yang diajukan guru dalam kelas.[6]
1. Ketentuan umpan balik
Dalam melakukan umpan
balik terlebih dulu evaluator memerhatikan ketentuan ataupun syarat sebelum
umpan balik dilakukan. Yaitu dengan:
a. Umpan balik tidak mempermudah belajar
jika :
1)
Siswa
sudah mengetahui jawaban yang benar sebelum memberikan jawaban atas soal
itu (misalnya “nyontek” jawaban yang
benar dari temannya tanpa mengolah soal itu dalam pikirannya sendiri).
2)
Bahan
yang hendak dipelajari terlalu sukar dimengerti oleh siswa sehingga siswa
umunya menebak jawaban soal-soal yang diberikan.
b. Umpan balik membantu dan mempermudah
belajar apabila dipenuhi syarat-syarat berikut ini:
1)
Mengkonfirmasikan
jawaban-jawaban benar yang diberikan siswa, dan menyampaiakan kepadanya
seberapa jauh dia mengerti materi belajar yang disajikan.
2)
Mengidentifikasi
kesalahan serta memperbaikinya atau menyuruh siswa memperbaikinya sendiri.[7]
2. Cara umpan balik dari jenis-jenis umpan
balik
Adang
Suherman (1998:124-16) mengemukakan beberapa jenis umpan balik berdasarkan
kajian dari beberapa literatur. Jenis-jenis umpan balik tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. General dan specific feedback
General feedback atau umpan balik umum misalnya berkaitan dengan
gerakan umum, tingkah laku siswa, atau pakaian yang digunakan. General feedback digunakan guru untuk mendorong siswa
terus belajar dan mencobanya.
Biasanya feedback jenis ini diungkapkan dengan kata-kata seperti:
bagus, hebat, mengagumkan. Ungkapan dengan kata-kata itu masih bersifat umum
sehingga tidak mencerminkan informasi yang spesifik untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan siswa.
Specifik feedback atau umpan balik khusus adalah berisikan
informasi yang menyebabkan siswa
mengetahui apa yang harus dilakukan dan mengetahui bagaimana seharusnya siswa melakukan tugas
gerak dengan benar dan bagaimana harus berlatih. Feedback ini diberikan
manakala siswa menyadari bahwa ia melakukan
kesalahan akan tetapi belum atau tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya. Contoh ungkapan specific
feedback misalnya: “ Bagus! Mata kamu
tidak terpejam pada saat menyundul bola itu!”, atau “Dapatkah lututmu lebih
ditekuk lagi !”.
2. Congruent dan Incongruent feedback
Congruent feedback adalah umpan balik yang terfokus pada aktivitas
belajar yang sedang dipelajari siswa. Misalnya pada saat siswa sedang
mempelajari footwork dalam stroke bulu tangkis. Umpan balik yang berhubungan dengan footworks tersebut dapat dikatakan
congruent feedback. Sedangkan yang berhubungan
dengan stroke sebagai incongruent feedback. Misalnya yang berkaitan dengan stroke dalam bulu tangkis
adalah cara memegang raket, follow through,
dan aspek lainnya selain footworks.
3. Simple Feedback
Simple feedback adalah umpan balik yang hanya terfokus pada satu komponen keterampilan dalam satu saat. Simple
feedback biasanya berisi satu atau dua buah kata kunci (key words) yang menggambarkan
aktivitas penyempurnaan dan diulang-ulang sebagai umpan balik selama
pembelajaran berlangsung.
Keuntungan dari penggunaan simple feedback diantaranya adalah:
a. Guru lebih mudah dan lebih akurat dalam memberikan umpan balik
karena hanya terfokus pada satu komponen
saja.
b. Memudahkan siswa menerima dan melatih penyempurnaan gerakan yang
menjadi fokus pembelajarannya.
c. Siswa akan mengingat terus apa yang dipelajarinya pada kegiatan
belajar tersebut.
4. Positive, Netral, dan Negatif Feedback
Jenis umpan balik yang lain dikemukakan oleh Adang Suherman (1998:126) yaitu umpan balik positif, umpan
balik netral, dan umpan balik negatif. Ketiga jenis umpan balik ini paling
sering dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar penjas yang bersifat praktik di
lapangan dan lebih mudah dilakukan oleh guru.
a. Umpan balik positif adalah umpan balik yang diungkapkan dengan
kata-kata bagus, menyenangkan, pintar,
menarik, dan hebat.
b. Umpan balik netral adalah umpan balik yang tidak merujuk secara
khusus kepada siswa yang melakukan kesalahan melakukan tugas gerak, tetapi
secara netral mengingatkan kepada
seluruh siswa yang sedang melakukan tugas gerak. Misalnya ketika berlatih menyundul bola, guru
berkata “lihat bola !”
c. Umpan balik negatif adalah lawan dari umpan balik positif,
meskipun jarang dianjurkan mengingat
khawatir akan merusak kepercayaan diri siswa tetapi pemberian negatif feedback dilakukan
cara-cara:
1. Implisit (tidak langsung), misalnya “Pakai awalan sebelum melempar,
jangan asal lempar saja !”.
2. Diberikan pada siswa yang tidak mengerti setelah beberapa kali
diberikan umpan balik.
3. Diberikan pada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan gurunya
(biasanya siswa yang menjadi atlet atau
yang sudah terampil). Pemberian jenis
umpan balik harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Kebutuhan siswa terkait dengan tingkat perkembangan psikososial
siswa. Pada perkembangan siswa di masa remaja yang terkadang memiliki keinginan
diperhatikan secara berlebihan atau
bahkan ingin diberikan kebebasan seluas luasnya, guru harus berhati-hati
memberikan umpan balik untuk perbaikan atau koreksi atas kekeliruan yang dilakukan siswa.
Kekurangsesuaian jenis umpan balik yang
diberikan akan berdampak kepada perasaan tidak enak, pesimistis, tidak memiliki motivasi, atau tidak memiliki
harga diri karena selalu mendapat teguran
guru. Untuk itu karakteristik siswa harus mendapat perhatian penting ketika guru akan memberikan umpan balik.
Pemberian umpan balik yang sesuai dengan kebutuhan siswa dapat
mengurangi dampak negatif tersebut. Fungsi umpan balik adalah membantu siswa untuk menilai penampilan yang tidak dapat dilihat
dan dirasakan oleh dirinya sendiri (Suherman, 1998).[8]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agar mutu pendidikan dalam sebuah lembaga pendidikan
dapat menjadi lebih baik, maka perlu akan adanya evaluasi pendidikan dan juga
umpan balik, yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada peserta didiknya.
Adapun cara yang dilakukan dalam mengevaluasi dapat
dilakukan dengan cara tes ataupun non-tes. Juga harus adanya umpan balik kepada
peserta didik agar peserta didik dapat memperbaiki apa yang seharusnya
dilakukan juga agar meningkatkan pencapaian dari hasil belajarnya.
B. Saran
Mengetahui
cara dalam memhami evaluasi dan umpan balik adalah lebih baik dari hanya
memahami pengertian akan hal itu.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Sukarsimi. 1994. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Didin Budiman, Bahan Ajar Pedagogi Olahraga FPOK UPI (File pdf, diakses tanggal 05
November 2017)
Mustakim,
Zaenal. 2009. Strategi dan Metode Pembelajaran.
Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Mustakim,
Zaenal. 2017. Strategi dan Metode Pembelajaran
(Edisi Revisi). Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Putro,
Eko Widoyoko. 2011. Evaluasi Program
Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Silverius,
Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan
Umpan Balik. Jakarta: PT. Grasindo.
Sudisjono,
Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT Grafindo Persada.
PROFIL PENULIS
Pada hari itu hari dimana seorang yang dapat
mengubah dunia lahir, tepatnya pada hari Rabu pada tanggal 26 Februari 1997.
Ia lahir diKuningan, Jawa Barat. Tepatnya didesa
Cibingbin yang penuh dengan ketenangan.
Hobinya bertafakur, dan terkadang dengan
tafakurannya itu dapat menghasilkan karya yang sangat luar biasa.
Sebelum ia kuliah di IAIN Pekalongan, ia adalah
alumni dari Sekolah MAN Ciawigebang Kuningan.
Nama seorang itu adalah Arif
Farhan Mubarok.
Kelak ia akan menjadi Motivator Terhebat dan Sukses
Dunia Akhirat. Aaamiin... J
[1]Anas Sudisjono,
Pengantar Evaluasi Pendidikan, Cet
ke-1 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 1.
[2] Daryanto, Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: PT. RINEKACIPTA, 1999) hlm. 35.
[3] Suharsimi
Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan, Cet. Ke-11, (Jakarta: PT>
GRAFINDO PERSADA, 1996) hlm. 31-36.
[4] Eko putro
widoyoko, Evaluasi program pembelajaran (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR,
2011) hlm. 46-49
[5] Ibid, hlm. 88-97.
[6] Zaenal
Mustakim, Strategi dan Metode
Pembelajaran (Edisi Revisi), Cet ke-5 (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press,
2017), hlm. 190.
[7]Suke Silverius, Evaluasi
Hasil Belajar dan Umpan Balik (Jakarta: PT. Grasindo, 1991), hlm. 149.
[8] Didin Budiman,
Bahan Ajar Pedagogi Olahraga FPOK UPI (File pdf, diakses tanggal 05-11-2017) hlm.
8-10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar