KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR SECARA GLOBAL
PERINTAH MEMBACA DAN BELAJAR
Q.S AL-ALAQ AYAT 1-5
M.
Rizqi Ramadhan
NIM: (2117058)
Kelas: D
JURUSAN PENDIDIKAN AGAM ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Menguasai ilmu adalah wajib hukumnya. Tidak ada kecemerlangan, kemuliaan
dan keistimewaan-keistimewaan bagi mereka yang tidak berilmu. Bahkan Allah SWT
mengancam kepada umat Islam yang enggan mencari, mengamalkan dan
menyalurkan/mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Oleh karena itu, kesadaran
belajar harus ditumbuhkan dalam hati golongan muda sedini mungkin agar mereka
menjadi golongan yang mencintai ilmu, termasuk ilmu sains. Al-Qur’an sebagai
sumber ilmu pengetahuan umat muslim harus senantiasa kita baca, telaah, pahami
dan amalkan dengan hati-hati dan tidak sembarangan. Kita sebagai orang yang
awam atau terbatas ilmu pengetahuannya tidak boleh seenaknya dalam menafsirkan
ayat-ayat Al-Qur’an. Perlu bimbingan dari Kyai, Ustadz, Ulama’ atau Guru-guru
yang dianggap telah mumpuni hal pengetahuannya dalam memahami kandungan dari
Al-Qur’an tersebut.
.
.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud membaca?
2.
Bagaimana dalil tentang perintah Membaca dan Belajar atas nama
Tuhan?
3.
Apa kelebihan seseorang yang senantiasa Membaca dan Belajar?
4.
Apa yang dimaksud membaca secara teks dan konteks?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian membaca dan belajar
2.
Untuk mengetahui dalil mengenai perintah
membaca dan belajar
3.
Untuk mengetahui kelebihan seseorang yang
senantiasa membaca dan belajar
4.
Untuk mengetahui membaca secara teks dan
konteks
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Membaca dan Belajar
Pengertian
membaca secara umum adalah suatu kegiatan yang meresepsi, menganalisis dan
menginterpretasi yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan oleh penulis dalam media tulisan[1].
Namun
dalam pandangan Islam, yang dimaksud membaca bukan sekedar membaca apa yang
tertulis saja. Karena Rasulullah SAW mendapat wahyu pertamanya di dalam gua
Hira’ yang disampaikan oleh malaikat Jibril yang datang seraya berkata. Katanya
: Iqra’ (bacalah). “Saya tidak dapat membaca”, jawab beliau. Iqra’ terambil
dari kata yang berarti menghimpun sehingga tidak selalu harus diartikan “memaca
teks tertulis dengan aksara tertentu. Sehingga selain mempunyai makna bacalah,
kata Iqra’ tersebut juga mempunyai makna telitilah, dalamilah, ketahuilah
ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda tanda zaman, sejarah, diri
sendiri, yang tertulis maupun tidak tertulis (Tekstual dan Kontekstual). Dari
peristiwa tersebut dapat kita simpulkan bahwa perintah membaca tersebut tidak
dijelaskan mengenai apa yang harus dibaca. Oleh karena itu, beberapa ulama’
membaginya menjadi 2 macam, yaitu membaca secara tekstual dan secara
kontekstual. [2] Sedangkan
pengertian belajar yaitu proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan
menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan
(Meier, 2002:111).[3]
Proses belajar nonformal yakni belajar tidak terbatas hanya dalam dunia
pendidikan secara formal. Melainkan dalam kehidupan sehari-hari, melalui pengalaman-pengalaman
yang telah dilalui dalam kehidupan. Setiap pengalaman yang dilalui pasti
mengajarkan kita tentang suatu hal, dan proses tersebut lah yang dinamakan
belajar. Sedangkan belajar secara formal biasanya diadakan dalam suatu lembaga
resmi dalam lingkup bidang pendidikan, seperti Sekolah, Pesantren, Universitas.
Dimana didalamnya terdapat sistem yang telah ditetapkan guna tercapainya tujuan
secara teratur.
Prinsip-prinsip
dalam belajar diantaranya sebagai berikut :
a. Belajar harus bertujuan dan terarah.
Tujuan akan menuntutnya untuk dapat mencapai harapan-harapannya.
b. Belajar memerlukan bimbingan, baik dari
guru atau buku/teks itu sendiri.
c. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal
yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian-pengertian.
d. Belajar memerlukan latihan dan evaluasi.
e. Belajar adalah suatu proses aktif dimana
terjadi saling pengaruh secara dinamis antara murid dengan lingkungannya.
f. Belajar harus disertai keinginan dan
kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan.
g. Belajar dianggap berhasil apabila telah
sanggup menerapkan kedalam praktek kehidupan sehari-hari. [4]
B.
Dalil tentang Perintah Membaca dan Belajar
Q.S
AL-ALAQ AYAT 1-5
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي
خَلَقََ خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍَ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمَُ الَّذِي عَلَّمَ
بِالْقَلَمَِ عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمَْ
Artinya
:
1.
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.
2.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah.
4.
Yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam.
5.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Menurut
ayat diatas, telah dijelaskan bahwa manusia diciptakan dari segumpal darah. Manusia
terdiri dari akal, jiwa dan jasmani. Akal adalah modal dasar untuk mencerna
ilmu-ilmu atau pengetahuan yang telah disediakan oleh Tuhan diseluruh semesta
ini. Sehingga manusia mempunyai keinginan untuk mengetahui siapa atau apa yang
Mahasuci, dan ketika itulah dia menemukan Tuhan dan sejak itulah ia berusaha
berhubungan dengan-Nya bahkan berusaha untuk meneladani sifat-sifat-Nya. Proses
pencaritahuan pengetahuan tersebut sering kita sebut dengan belajar. Sehingga
manusia akan senantiasa berusaha untuk mencari dan mendapatkan yang benar, yang
baik, dan yang indah. Mencari yang benar menghasilkan ilmu, mencari yang baik
menghasilkan akhlak, dan mencari yang indah menghasilkan kenikmatan. Sedangkan
kegiatan membaca merupakan salah satu rangkaian atau metode dalam proses
belajar, dalam kegiatan belajar tentu saja tidak akan terlepas dengan metode membaca.
Dan dapat dilihat bahwa Allah Swt memerintahkan agar manusia senantiasa belajar
dan mencari ilmu, Allah akan memberikan kenikmatan atau keberkahan bagi mereka
yang senantiasa mengisi kehidupannya dengan kegiatan belajar. Bahkan Allah
mengancam bagi umat manusia yang enggan mencari, menjaga, membagikan ilmunya
kepada orang lain. Sungguh, perintah membaca merupakan sesuatu yang paling
berharga yang pernah dan dapat diberikan kepada umat manusia. “Membaca” dalam
aneka maknanya adalah syarat pertama dan utama pengembangan ilmu dan teknologi,
serta syarat utama membangun peradaban.[5]
Demikianlah
makna ayat tersebut, bahwa kamu diperintahkan ketika membaca sesuatu agar
membacanya dengan nama Allah, maka arti ayat itu adalah apabila kamu membaca,
hendaknya kamu selalu membaca dengan pengertian bahwa bacaanmu itu merupakan
perbuatan yang kamu laksanakan demi Allah saja, bukan demi sesuatu selain-Nya.
Dan kaitannya dengan anjuran untuk membaca basmalah dengan lisan adalah
semata-mata untuk mengingatkan hati pada permulaan setiap pekerjaan agar
senantiasa kembali kepada Allah SWT.[6]
Sebagaimana tafsir
Al-Maraghi Q.S Al-Alaq ayat 1-5 tersebut yang menggambarkan awal mula
penciptaan manusia dan pentingnya Membaca :
Ayat 1 : Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dengan kekuasaan Allah,
Tuhan yang menciptakan engkau dan dengan kehendakNya, maka jadilah engkau orang
yang dapat membaca. Dia telah menjadikan kamu dari tidak tahu. Karena Nabi
Muhammad Saw tidak dapat membaca dan menulis, datang perintah agar beliau agar
dapat membaca, dan diberi kitab yang akan dibacanya, walaupun dia tidak dapat
menulis. Ringkasnya, Tuhan yang mencipta dan mengadakan alam ini adalah Mahakuasa
menjadikan kamu pandai membaca walaupun kamu belum bisa sebelumnya.
Ayat 2 : Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah.
Tuhan menciptakan
manusia, yakni makhluk yang paling mulia diantara makhluk lainnya, dan
menjadikan manusia sebagai pemimpin/khalifah dunia dengan ilmunya.
Ayat 3a : Bacalah!
Laksanakan membaca sesuai
yang Aku perintahkan itu!
Perintah membaca ini
diulang ulang, karena membaca hanya dapat dicapai oleh seseorang dengan
mengulang-ulang dan dibiasakan. Allah menghilangkan rintangan yang dikatakannya
(Muhammad) kepada Jibril, ketika ia berkata : “bacalah”, yaitu beliau berkata :
“Aku tidak bisa membaca, artinya; aku buta huruf.” Lalu firmanNya:
Ayat 3b : Dan Tuhanmulah paling Pemurah.
Tuhanmu Maha Pemurah
terhadap setiap orang yang mengharapkan pemberian. Oleh karena itu niscaya
mudah bagi Allah melimpahkan kenikmatan dapat membaca Al-Qur’an kepadamu.
Kemudian Allah hendak menambahkan lagi ketenangan yang merupakan pemberian baru
ini dalam firman-Nya:
Ayat 4 : Yang
mengajarkan kepada manusia dengan perantaraan qalam.
Tuhan yang Maha Pemurah
juga menjadikan qalam sebagai sarana untuk memberikan saling pengertian
diantara manusia meskipun berjauhan. Yang dimaksud Qalam adalah benda tak
berjiwa dan tidak mempunyai kekuatan untuk memberikan pengertian. Oleh karena
ituTuhan melukiskan diri bahwa Dia menciptakan manusia dari segumpal darah, mengajarnya dengan
perantaraan qalam unttuk menjelaskan tingkah laku manusia bahwa Dia menciptakan
manusia dari benda hina lalu jadi manusia yang sempurna, supaya dapat
mengetahui hakikat sesuatu.
Ayat 5 : Yang
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Tuhan yang mengeluarkan
perintahNya agar Rasulullah saw membaca, serta mengajarkan kepada manusia
seluruh ilmu yang dapat digunakan mencapai kesenangan dan membedakan dirinya
dari hewan, yang tadinya manusia tidak mengetahui apa-apa. Ayat ini menunjukkan
adanya keutamaan membaca, menulis dan ilmu pengetahuan.[7]
C.
Kelebihan seseorang yang senantiasa Belajar dan
Mengajar
1. Membuka jendela ilmu pengetahuan.
2. Menjadikan sarana ibadah dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT.
3. Membekali dirinya dengan ilmu sehingga
dapat bermanfaat bagi kehidupan Dunia dan Akherat.
4. Menjadikan ladang amal perbuatan yang tak
terputus-putus.
5. Memperluas wawasan dan dapat membuka tabir
rahasia dari yang ada di alam semesta.
6. Menaikkan derajat dirinya dihadapan Tuhan.
7. Membuat bijak dalam menghadapi suatu
permasalahan.
8. Memberantas kebodohan yang sangat
merugikan bagi kehidupan manusia
D. Membaca secara Tekstual dan Kontekstual
1. Membaca secara Tekstual
Membaca tekstual atau
memahami secara tekstual yaitu proses pembelajaran yang berdasarkan apa yang
ada sesuai teks. Kebenarannya adalah kebenaran teoretik keilmuan yang sifatnya
relatif atau nisbi, terkecuali sumber hukum Islam yang mutlak kebenarannya. Namun
yang menjadi kendala dalam memahami sesuai teks yakni dalam proses
pengaplikasiannya yang terkadang tidak sesuai dengan kondisi yang senantiasa
berubah-ubah, sehingga hal inilah yang membuat proses memahami secara tekstual
tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Al Qur’an merupakan sumber ilmu yang
paling penting bagi umat Islam, karena Al-Qur’an merupakan petunjuk.
2. Membaca secara Kontekstual
Memahami secara
kontekstual yaitu pembelajaran yang berdasarkan pengalaman, pemahaman nyata.
Sehingga kebenarannya adalah kebenaran empirik faktual yang sifatnya terkait
dengan pengalaman nyata dalam hidup. Imam Ibn Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an
Al-Azim berkata, “Allah memerintahkan kepada mereka agar umat muslim membaca
Al-Qur’an juga menelaah isi Qur’an dan melarang mereka berpaling dari Qur’an.
Allah juga memerintahkan kepada mereka agar memahami maksud ayat-ayat Qur’an
yang begitu halus lafaznya serta penuh kebijaksanaan.” Dari penjelasan tersebut
dapat kita simpulkan bahwa dalam memahami dan membaca Al-Qur’an harus
hati-hati, serta perlu penalaran sehingga dalam pengaplikasiannya sesuai dalam
kehidupan. [8]
Jika kedua basis
pembelajaran kombinasi itu digabung , dikombinasikan akan melahirkan
pembelajaran yang seintifik. Alangkah lebih bijaknya apabila dalam proses
belajar mengajar ini terdapat/ ada pembimbing sehingga dalam memahami ayat-ayat
Al-Qur’an atau sumber ilmu pengetahuan yang lain sesuai dengan tujuan dalam
teks tersebut atau tidak salah pengertian.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dari
paparan atau penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa menguasai atau mencari ilmu hukumnya wajib.
Terdapat kecemerlangan, kemuliaan dan keistimewaan-keistimewaan bagi mereka
yang berilmu. Bahkan Allah SWT mengancam kepada umat Islam yang enggan mencari,
mengamalkan dan menyalurkan/mengajarkan ilmunya kepada orang lain.
Seseorang yang senantiasa belajar maka akan memiliki pengetahuan, wawasan yang
luas dan membuat orang tersebut menjadi bijaksana dalam menyikapi suatu
permasalahan sehingga sangat erat kaitannya seseorang tersebut dapat memiliki sifat, adab dan akhlak yang terpuji.
Jika umat manusia menyadari urgensi dari kegiatan belajar mengajar maka bukan
hal yang mustahil terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas secara
pengetahuannya juga secara kepribadiannya dan tingkah lakunya.
2. Saran
Dalam
kaitannya dengan makalah kewajiban belajar dan mengajar ini diharapkan agar dapat dijadikan
wawasan dan arahan bagi para pendidik maupun calon pendidik sehingga dapat
mengambil pelajaran dari makalah ini. Kami sangat menerima kritik, saran demi
perbaikan dan sempurnanya makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Al -Maraghi, Ahmad Mustafa.
1986. Tarjamah Tafsir Al-Maraghi. Yogyakarta : Sumber Ilmu.
Tarigan, Henry Guntur. Membaca.
Kamus Terbuka Wikipedia. (https://id.wikipedia.org/wiki/Membaca.
Diakses 19 September, 2018)
Zainal Abidin, Danial. 2008.
Al-Qur’an For Life Excellence.
Bandung : Mizan Publika.
Diran, Zulkarnaini. Pembelajaran Tekstual dan
Kontekstual. (https://zulkarnainidiran.wordpress.com/2014/03/05/pembelajaran-tekstual-dan-kontekstual/.Diakses
21 September, 2018)
Ahmadi,
Abu. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Abduh,
Muhammad.1998. Tafsir Juz ‘Amma. Bandung : Mizan.
Quraish
Shihab, Muhammad. 1996. Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai
Persoalan Umat. Bandung : Mizan.
Pembuat Makalah
NAMA : M. RIZQI RAMADHAN
NIM : 2117058
TEMPAT,TANGGAL
LAHIR : PEKALONGAN, 14 JANUARI 1999
ALAMAT : LANDUNGSARI GG 19 PEKALONGAN TIMUR, KOTA
PEKALONGAN.
SEKOLAH : IAIN PEKALONGAN
SEMESTER : III
[1] Henry Guntur Tarigan.”
Membaca”, Kamus Terbuka Wikipedia, (https://id.wikipedia.org/wiki/Membaca.
Diakses 19 September, 2018)
[2]
Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai
Persoalan Umat, (Bandung : Mizan, 1996), hlm 5
[3] Zulkarnaini Diran,
Pembelajaran Tekstual dan Kontekstual, (https://zulkarnainidiran.wordpress.com/2014/03/05/pembelajaran-tekstual-dan-kontekstual/.Diakses
21
September, 2018)
[5] Muhammad Quraish Shihab, Op.Cit.
hlm 6
[7] Ahmad Mustafa
Al Maraghi, Tarjamah Tafsir Al-Maraghi, (Yogyakarta
: Sumber Ilmu, 1986), hlm 239-241
[8] Danial Zainal Abidin, Al-Qur’an For Life Excellence, (Bandung : PT Mizan Publika, 2008), hlm 48-49
Tidak ada komentar:
Posting Komentar