KEWAJIBAN BELAJAR “GLOBAL”
(PAKET ULUL ALBAB)
QS. Ali-Imran (3) : 190-191
Khomsatun Rosalina
NIM: 2117063
Kelas D
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya.
Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Paket Ulul Albab” tanpa ada halangan suatu apapun. Sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Nabi Muhammad SAW yang kita
nantikan syafa’atnya di yaumul qiyamah.
Penulisan makalah ini
merupakan tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi di semester 3 tahun akademik
2018/2019. Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.
M. Hufron, M.Si
selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah pendidikan Islam.
2.
Ucapan
terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan bantuannya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Saya menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah
selanjutnya. Harapan kami semoga makalah ini membawa manfaat bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang.................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................... 1
C.
Tujuan................................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ulul Albab ....................................................................... 3
B.
Dalil Karakter Ulul Albab dalam Al-Qur’an dan
Penafsirannya........ 4
a)
Tafsir Al-Azhar.............................................................................. 4
b)
Tafsir Al-Lubab.............................................................................. 5
c)
Tafsir Al-Mishbah.......................................................................... 6
C.
Ulul Albab Era Milenial...................................................................... 7
D.
Aspek Tarbawi.................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan......................................................................................... 9
B.
Saran................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan
bagi seluruh umat manusia yang mau menggunakan akal pikirannya untuk memahami
penciptaan alam semesta. QS. Ali-Imran merupakan golongan Surat Madaniyah yang
terdiri dari 200 ayat. Dalam QS Ali-Imran ini terdapat banyak ayat-ayat yang
menyerukan agar manusia senantiasa memperhatikan, merenungi, serta memikirkan
segala penciptaan Allah SWT di alam semesta.
Manusia-manusia tersebut sering dinamakan kaum
“Ulul Albab”yaitu manusia yang selalu berdzikir (mengingat) kepada
Allah, selalu memikirkan dan merenungkan ciptaan Allah baik yang ada di langit
maupun di bumi. Dalam Surat Ali-Imran, Ulul Albab disebut dalam QS. Ali-Imran ayat
190-191 yang menerangkan tentang alam semesta yang didalamnya terdapat
fenomena-fenomena untuk dijadikan objek berfikir dan merenung. Segala sesuau
yang ada di alam semesta ini tidak diciptakan untuk menjadi sia-sia, namun
diciptakan untuk memberikan hikmah yang dapat ditangkap oleh Ulul Albab.
Oleh karena itu, penulis akan menjelaskan
tentang paket ulul albab dan memaparkan
beberapa tafsir dari QS. Ali-Imran (3) : 190-191. Selain itu penulis juga akan
menjelaskan bagaimana pengaplikasian dari ayat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari serta aspek tarbawi yang terkandung dalam ayat tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian
dari Ulul Albab?
2. Bagaimana karakter
Ulul Albab dalam QS. Ali-Imran: 190-191
dan penafsirannya?
3. Bagaimana kepribadian
Ulul Albab era Milenial?
4. Bagaimana spek
tarbawi yang terkandung di dalam QS. Ali-Imran: 190-191?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian ulul albab
2. Untuk
mengetahui dalil karakter ulul albab dalam QS. Ali-Imran:190-191 dan memahami
penafsirannya
3. Untuk kepribadian
Ulul Albab era Milenial
4. Untuk
mengetahui aspek tarbawi yang terkandung dalam QS. Ali-Imran:190-191
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ulil
Albab
Ulul Albab terulang sebanyak 16 kali dalam
Al-Qur’an. Sembilan diantaranya terdapat dalam Al-Qur’an Maki dan tujuh lainnya
terdapat dalam AL-Qur’an Madani. Di antara delapan yang Madaniyah, empat di
antaranya dengan redaksi memanggil.[1]
Term al-albab adalah bentuk jamak dari
term lubbu yang berarti isi atau saripati sesuatu (antonim dari kulit).
Dari definisi etimologi tersebut, dapat diambil definisi secara terminologi
bahwa, ulul albab adalah orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak
diselubungi oleh kulit, yaitu kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam
berfikir.[2]
Imam Al-Biqa’i berkata, “Albab adalah
akal yang memberi manfaat kepada pemiliknya dengan memilah sisi substansial
dari kulitnya.”. kemudian ia mendefinisikan “Yaa ulil albab yaitu
akal-akal yang bersih serta pemahaman yang cemerlang, yang terlepas dari semua
ikatan fisik sehingga ia mampu menangkap ketinggian takwa dan ia pun menjaga
ketakwaan itu.”[3]
Kaum ulul albab selalu menggunakan akalnya
untuk berpikir, merenung, menganalisis, dan menjelaskan tentang fenomena alam
semesta beserta kehidupan sosialnya yang tidak diciptakan sia-sia oleh Allah
SWT, melainkan terdapat hikmah didalamnya. Dalam hidupnya, ulul-albab selalu
berdzikir dan bertakwa kepada Allah dengan harapan mendapatkan kemenangan di
dunia dan akhirat.
B. Dalil Karakter
Ulul Albab dalam Al-Qur’an dan Penafsirannya
Paket Ulul Albab dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam beberapa surat. Salah
satunya adalah QS. Ali-Imran(3):190-191. Allah berfirman:
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari
siksa neraka.
1. Tafsir Al Azhar
Tafsir Al-Azhar menjelaskan bahwa QS.
Ali-Imran ayat 190 memaparkan tentang kejadian langit dan bumi serta siang dan
malam sebagai tanda bagi orang yang berakal. Langit dan bumi dijadikan oleh
Sang Khalik, dengan tersusun, terjangkau, dan sangat tertib. Bukan hanya
dijadikan, tetapi setiap saat tampak hidup semua, bergerak menurut aturan.
Silih berganti perjalanan malm hingga sian, betapa besar pengaruhnnya atas
hidup kita dan hidup segala yang bernyawa. Semua ini menjadi ayat-ayat bagi
orang yang berpikir, bahwa tidaklah semuanya ini terjadi dengan sendirinya. Orang
melihatnya dan mempergunakan pikiran meninjaunya, masing-masing menurut bakat
pikirannya. Semuanya akan dipesona oleh susunan tabir alam yang luar biasa.[4]
Orang yang berpikir itu “(yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sewaktu berdiri, duduk, atau terbaring.” (pangkal
ayat 191). Disini disebut Yadzkuruuna yang berarti ingat. Berpokok dari
kalimat zikir (ingat). Zikir itu hendaklah berhubungan dengan ingatan.
Kita sebut nama Allah dengan mulut karena dia telah terlebih dahulu teringat
dalam hati. Maka teringatlah dia sewaktu berdiri, duduk termenung atau tidur
berbaring. “Dan mereka pikirkan kejadian hal langit dan bumi.” Di sini
bertemu dua hal yang tidak terpisahkan, yaitu zikir dan fi’. dipikirkan
semua hal yang terjadi hingga timbullah ingatan sebagai kesimpulan dari
berpikir, yaitu bahwa semua itu tidaklah terjadi sendiri, melainkan ada Tuhan
Yang mAha Pencipta, yaitu Allah. Kemudian muncul ingatan atas kelemahan dan
kekecilan diri ini di hadapan kebesaran Maha Penciptanya.
“Ya
Tuhan kami, tidaklah Engkau jadikan (semuanya) ini sia-sia. Maha Suci Engkau!
Maka peliharalah kiranya kami dari azab neraka.” Sesudah Zikir dan Pikir,
muncullah rasa tawakkal dan ridha, menyerah dan mengakui kelemahan dirinya,
sampai timbullah bhakti dan ibadat kepada-Nya. Kemudian kita memohon ampun
kepada Allah dan memohon agar dihindarkan dari siksa neraka, karena kadang oleh
dorongan hawa nafsu kita alpa akan kewajiban kita.[5]
2.
Tafsir Al-Lubab
Didalam tafsir AL-Lubab, ayat 190 berbicara
tentang penciptaan benda-benda angkasa beserta pengaturan sistem kerja
benda-benda langit tersebut, demikian juga kejadian dan perputaran bumi yang
melahirkan silih bergantinya siang dan
malam. Menurut ayat tersebut, semua itu merupakan tanda-tanda tentang wujud dan
kemahakuasaan Allah SWT. bagi ulul-albab, yakni orang-orang yang mempunyai akal
dan jiwa yang tidak diselubungi oleh kerancuan.
Ayat 191 menjelaskan sifat-sifat Ulul Albab
itu, yaitu mereka yang mengingat Allah dalam seluruh situasi dan kondisinya:
berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring. Mereka memikirkan tentang
penciptaan dan sistem kerja langit dan bumi, dan setelah itu berkesimpulan
bahwa: Tuhan tidak meciptakan alam raya dan segala isinya dengan sia-sia atau
tanpa tujuan yang hak. Mereka menyucikan Allah dari segala kekurangan dan
keburukan yang mereka dengar atau terlintas sesekali dalam benak mereka. Mereka
juga selalu bermohon kiranya dilindungi dari azab neraka.[6]
3.
Tafsir Al-Mishbah
Ayat 190 mengundang manusia untuk berpikir,
karena sesungguhnya dalam penciptaan, yakni benda-benda angkasa seperti
matahari, bulan, dan jutaan gugusan bintang yang terdapat di langit berada
dalam pengaturan sistem kerja langit yang sangat teliti serta kejadian dan perputaran
bumi pada porosnya, yang melahirkan silih bergantinya malam dan siang
perbedaannya, baik dalam masa maupun dalam panjang dan pendeknya terdapat
tanda-tanda kemahakuasaan Allah bagiulūl-albāb, yakni orang-orang yang
memiliki akal yang murni. Kemudian ayat 191 menjelaskan
sebagian dari ciri-ciri siapa yang dinamai Ulūl-albāb. Mereka adalah
orang baik laki-laki atau perempuan yang terus-menerus mengingat Allah, dengan
ucapan dan atau hati dalam seluruh situasi dan kondisi apapun.Obyek dzikir
adalah Allah, sedangkan obyek akal pikiran adalah seluruh makhluk
ciptaan-Nya.Akal diberi kebebasan seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena
alam, dan terdapat keterbatasan dalam memikirkan dzat Allah.[7]
C. Ulul Albab Era
Milenial
Menurut pandangan Rahmat Azis, pribadi ulul
albab memiliki empat ciri utama, yaitu
a. Memiliki
kedalaman spiritual
b. Memiliki
keagungan akhlak (akhlak mulia) sesuai dengan ajaran Islam
c. Memiliki
keluasan ilmu, selalu menggunakan potensi akal fikiran dan kalbu
d. Kematangan
untuk bekerja dan berperilaku profesional sesuai dengan bidangnya.[8]
Generasi milenial merupakan generasi yang
hidup dimasa percepatan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi digital
dengan segala keunikan, kelebihan dan kekurangannya. Konseptual kepribadian
ulul albab era milenial ialah melalui internalisasi nilai kepribadian ulul
albab. Secara learning process melalui pengamalan
dzikr, fikr, dan amal saleh. Sehingga secara luaran bukan memisahkan generasi
millenial dengan keunikannya memiliki kelebihan dalam penggunaan teknologi
digital, tetapi sebagai benteng untuk tetap memiliki karakter sesuai dengan
norma dan etika Islami. Secara learning proses, melalui: a) Dzikir, b). Fikir,
c). Amal Saleh. Sehingga dapat diharapkan menghasilkan luaran memiliki ciri
keunggulan secara: a). Spiritual, b). akhlak, c). Keilmuan, d). Profesional.[9]
D. Aspek Tarbawi
(Nilai Pendidikan)
1. Perenungan atas
Segala Ciptaan Allah SWT
Mempelajari dan merenungkan semua fenomena
alam ciptaan Allah bukan sekedar untuk
mengetahui rahasia-rahasia yang ada didalamnya, melainkan sebagai wujud syukur
serta upaya mendekatkan diri dan mengabdi kepada Yang Maha Esa
2. Berpikir Disertai
Berzikir
Hakikatnya, manusia tidak cukup hanya dengan
berfikir, melainkan harus disertai dengan zikir, yakni selalu mengingat Allah
dalam situasi apapun dengan mengaitkan segala sesuatu kepada kebesaran-Nya
dengan segala cara.
3. Senantiasa
Berdoa memohon Dijauhkan dari Neraka
Manusia hendaknya selalu berdoa kepasa Allah
untuk dijauhkan dari api neraka diikuti dengan usaha berbuat baik, senantiasa
beribadah dan beramal sholeh.
4. Menuntut Ilmu
adalah Kewajiban bagi Setiap Manusia
Menuntut ilmu sudah menjadi kewajiban bagi
setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan karena dengan ilmulah kita dapat
menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ulul albab adalah manusia yang selalu
berdzikir (mengingat) Allah, selalu berfikir dan merenungkan semua ciptaan
Allah baik yang ada di langit maupun yang ada dibumi. Allah tidak menciptakan
segala sesuatu untuk menjadi sia-sia, melainkan terdapat rahasia dan hikmah di
dalamnya.
Ciri-ciri atau karakteristik utama dari kaum
Ulul Albab adalah fikir, zikir, dan beramal sholeh. Selalu berfikir tentang
semua fenomena-fenomena yang terjadi di muka bumi ini. Senantiasa berzikir
mengingat Allah dalam semua keadaan baik berdiri tegap, duduk bersimpuh, maupun
tidur terlentang. Serta selalu beramal sholeh sebagai bekal untuk kehidupan di
akhirat kelak.
B. Saran
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis dengan
senang hati bersedia menerima segara kritik dan saran yang membangun untuk
kebaikan penulis dalam menyusun makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Hamka. 2004. Tafsir AL Azhar Juz IV.
Jakarta: Penerbit Pustaka Panjimas.
Munir, Misbahul. 2018. “Membingkai
Kepribadian Ulul Albab Generasi Milenial” Jurnal Ta’limuna. Vol.7, No.1.
Qardhawi, M. Yusuf. 1998. Al-Qur’an Berbicara tentan Akal dan Ilmu
Pengetahuan. Jakarta: Gema Insani Press.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir AL-Mishbah: Pesan, Kesan, dan
Keserasian Al-Qur’an Tangerang:
Lentera Hati.
_______________. 2012. AL-LUBAB :Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari
Sura-Surah Al-Qur’an. Tangerang: Lentera Hati.
BIODATA PENULIS
Nama : Khomsatun Rosalina
Tempat, Tanggal
lahir : Pemalang, 12 Oktober 1999
Alamat : Jl. Pancakarya Rt.
02/010, No. 04 Pedurungan Timur- Taman-Pemalang
Riwayat Pendidikan : - TK Muslimat
Pedurungan Timur
-
MI Tarbiyatut Ta’alumul Huda
-
SMP Negeri 3 Taman
-
SMA Negeri 2 Pemalang
-
IAIN Pekalongan
[1] M. Yusuf Qardhawi, Al-Qur’an Berbicara
tentan Akal dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hlm.
30
[2]
M. Quraish Shihab, Tafsir
AL-Mishbah, (Tangerang: PT. Lentera Hati, 2002), hlm. 370.
[3]
M. Yusuf Qardhawi, Op.Cit.,
hlm. 31
[4]
Hamka, Tafsir AL Azhar Juz IV,
(Jakarta: Penerbit Pustaka Panjimas, 2004), hlm. 249-250.
[6]
M. Quraish Shihab, AL-LUBAB
:Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Sura-Surah Al-Qur’an, (Tangerang:
Lentera Hati, 2012), hlm. 157.
[7]
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah:
Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, (Tangerang: Lentera Hati, 2002),
hlm. 370-373.
[8] Misbahul Munir, “Membingkai
Kepribadian Ulul Albab Generasi Milenial” Jurnal Ta’limuna. Vol.7, No. 1, Maret 2018, hlm. 48-49.
[9]
Ibid., hlm. 57.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar