Kesaksian
Allah SWT
Dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 18
Titi Amalia (2117017)
Kelas: E
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN /PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis
panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan segala Rahmat dan
Karunia-Nya. Berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah yang berjudul “Kesaksian
Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 18” ini.
Shalawat dan Salam
kita curahkan kepada Baginda Rasullullah Muhammad SAW. yang telah membawa
ummatnya dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan penerangan Islam dan
Pengetahuan.
Penulis
sadar bahwa makalah ini masih jauh dari titik kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun dari Pembaca sangat penulis harapkan
agar makalah ini mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat berguna bagi para Pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pekalongan,
01 September 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I PENDAHULUAN.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A. Latar belakang masalah . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Rumusan
masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. Tujuan
penulisan makalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB II PEMBAHASAN.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . .
1. Pengertian
ilmu pengetahuan...................................................
2. Pengertian
Sains......................................................................
3. Teori-teori
tentang ilmu pengetahuan dan Sains......................
4. Dalil
tentang orang berilmu......................................................
5. Kedudukan
ilmu dalam kehidupan..........................................
BAB III PENUTUP. . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A.
Simpulan.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B.
Saran-saran.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C.
DAFTAR PUSTAKA.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . .
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan yang berkembang sekarang ini
semakin pesat. Hal ini didorong karena semakin pesatnya pula teknologi dan
informasi yang dikembangkan oleh para ahli. Akan tetapi, ilmu pengetahuan yang
berkembang terkadang tidak selalu berupa kebenaran. Oleh sebab inilah penulis
tertarik untuk membahas tentang ilmu pengetahuan dan hai-hal lain yang dirasa
mempunyai keterkaitan.
B. Rumusan
Masalah
1)
Apa
pengertian ilmu?
2)
Apa
pengertian ilmu pengetahuan atau Sains ?
3)
Apa saja teori-teori tentang ilmu pengetahuan?
4) Surat apa yang ada dalam al-qur’an
yang dijadikan dalil tentang orang berilmu?
5) Bagaimana kedudukan ilmu pengetahuan
dalam kehidupan?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1.
Mengetahui
pengertian ilmu .
2.
Mengetahui
pengertian Sains.
3.
Mengetahui teori-teori
yang membahas tentang ilmu pengetahuan.
4.
Mengetahui surat dalam
al-qur’an yang dijadikan dalil tentang orang berilmu.
5.
Mengetahui kedudukan ilmu
dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
ILMU
Kata ilmu diartikan sebagai segala sesuatu yang menunjukkan
kepada bekas atau yang memiliki keistimewaan. Kata ilmu berasal dari bahasa
Arab ‘alima-ya’lamu-‘ilman, yang berarti mengetahui, mengenal memberi tanda dan
petunjuk.[1]
Dalam bahasa indonesia ilmu sering disamakan dengan
sains yang berasal dari bahasa inggris “science”. Kata “science”
itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu “scio”, “scire” yang
artinya pengetahuan. “Science” dari bahasa latin “scientia”, yang
berarti pengetahuan.
Jadi, ilmu adalah suatu pengetahuan sedangkan
pengetahuan merupakan informasi yang didapatkan dan segala sesuatu yang
diketahui manusia. Ilmu dan pengetahuan memang terkadang sulit dibedakan oleh
sebagian orang karena memiliki makna yang berkaitan dan sangat berhubungan
erat. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan dan definisinya tidak semudah yang
diperkirakan. Adanya berbagai definisi tentang ilmu pengetahuan ternyata belum
dapat menolong untuk memahami hakikat ilmu pengetahuan itu.
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli
Barat, diantaranya sebagai berikut:
1.
Mohammad
Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan
hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun itu
menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
2.
Ralph
Ross dan Ernest Van Den Hagg, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum,
sistematik, dan keempatnya serentak.
3.
Karl
Pearson, mengatakn ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan
konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.[2]
Sedangkan
beberapa ulama Islam menjelaskan definisi ilmu sebagai berikut :
1.
Imam
Ragib dalam buku Mufardat Al-Qur’an menyatakan bahwa ilmu adalah mengetahui
sesuatu berdasarkan hakikatnya yang sebenarnya.
Imam Ragib
membagi ilmu menjadi dua macam, yakni ilmu teoritis dan ilmu praktis. Ilmu
teoritis adalah ilmu yang menuntut lebih dari sekadar mengetahui ilmunya saja
sedangkan ilmu praktis adalah ilmu yang tidak sempurna kecuali jika diamalkan
seperti ibadah, akhlak dan seterusnya.
2.
Al-
Manawi dalam bukunya at-taufiq menyatakan bahwa ilmu adalah keyakinan yang
mutlak tetap yang sesuai dengan kenyataan.
Dalam hal definisi ilmu tidak ada perbedaan antara Islam dan Barat dimana
beliau semua mengartikan ilmu sebagai sebuah kebenaran yang sesuai dengan
realitas. Namun titik perbedaanya mengenai sumber ilmu yang diakui dimana Barat
hanya mengenal ilmu yang bersifat empiris dan tidak mengakui wahyu.[3]
Pengetahuan merupakan informasi yang didapatkan dan segala sesuatu yang
diketahui manusia. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik
berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Jika pengetahuan tersebut
dapat memuaskan manusia, maka disebut pengetahuan yang benar dan pengetahuan
yang salah disebut kekeliruan.
Sedangkan pengertian ilmu pengetahuan adalah sebuah definisi tentang alam
semesta dengan menggunakan bahasa yang bisa dimengerti dan difahami oleh
manusia sebagai manusia untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu.
Ilmu
dan pengetahuan memang terkadang sulit dibedakan oleh sebagian orang karena
memiliki makna yang berkaitan dan sangat berhubungan erat. Membicarakan masalah
ilmu pengetahuan dan definisinya tidak semudah yang diperkirakan. Adanya
berbagai definisi tentang ilmu pengetahuan ternyata belum dapat menolong untuk
memahami hakikat ilmu pengetahuan itu.[4]
B.
PENGERTIAN
ILMU PENGETAHUAN ATAU SAINS
IPA atau sains merupakan salah satu cabang ilmu yang
fokus pengkajiannya adalah alam dan proses-proses yang ada di dalamnya.[5]
Ilmu artinya pengetahuan yang benar, yaitu bersifat rasional dan obyektif.
Pengetahuan alam adalah pengetahuan yang berisi tentang alam dan segala isinya.[6]
IPA biasanya disebut dengan kata “sains” yang berasal dari kata “natural
science”. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam
sedangkan science artinya ilmu pengetahuan.
Adapun pandangan Islam mengenai sains dilihat dari
segi kemampuan yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia, yakni
kemampuan dalam menggunakan akalnya serta memikirkan segala apa yang ada di
alam semesta ini. Hal ini sebagaimana tercantum dalam ayat al-Qur’an surat
Ar-Rahman ayat 33 yang berbunyi:
يمَعْشَرَ الْجِنّ
وَالْاِنْسِ اِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ اَقْطَارِالسَّمَوَاتِ
وَالْاَرْضِ فَانْفُذُوْا اِلاَّ بِسُلْطَانِ
“Hai
jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintas) penjuru langit
dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan” (QS. Ar-Rahman:33)
Dalam ayat tersebut Allah SWT memberikan kesempatan
kepada manusia untuk melakukan pemikiran (menggunakan akalnya dan eksplorasi
terhadap alam semesta. Upaya penaklukan ruang angkasa harus dilihat sebagai suatu
ibadah manusia yang ditujukkan selain untuk memahami rahasia alam, juga demi
masa depan kehidupan manusia.[7]
Agama dan Sains tidak selamanya berada dalam
pertentangan dan ketidaksesuaian. Banyak kalangan yang berusaha mencari
hubungan antara keduanya. Sekelompok orang berpendapat bahwa agama tidak
mengarah kan pada jalan yang dikehendakinya dan agama juga tidak memaksakan
sains untuk tunduk pada kehendaknya. Kelompok lain berpendapat bahwa sains dan
agama tidak akan pernah dapat ditemukan, keduanya adalah entitas yang berbeda
dan berdiri sendiri.[8]
C.
TEORI-TEORI TENTANG
ILMU PENGETAHUAN
Teori pengetahuan sebenarnya adalah cabang dari struktur filsafat,
selain teori hakikat dan teori nilai. Teori pengetahuan ini membahas tentang
bagaimana cara mendapatkan pengetahuan. Teori pengetahuan terbagi menjadi :
1.
Empirisme
Jhon
Locke seorang bapak empirisme dari Britania mengatakan bahwa saat manusia
dilahirkan akalnya merupakan jenis buku catatan yang kosong. Di dalam buku
catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman indrawi. Jhon Locke juga
mengatakan bahwa pengetahuan yang kita peroleh adalah dengan menggunakan dan
membandingkan ide-ide yang di dapat dari sistem indera.
2.
Rasionalisme
Rasio
berarti akal. Rasionalisme berarti suatu paham diman sumber pengetahuan berasal
dari akal. Rene Descartes, bapak rasionalisme berusaha menemukan yang tidak
dapat diragukan.
3.
Fenomenalisme
Fenomenalisme adalah suatu paham untuk
mencari pengetahuan berdasarkan gejala atau pengalaman yang terjadi. Immanuel
kant, membuat uraian tentang pengertian pengalaman yakni segala sesuatu yang
merangsang alat indrawi kemudian diterima oleh akal dan secara sistematis dapat
dinalar.
4.
Intuisionisme Intuisi adalah hal yang
bersifat alamiah. Intuisionisme adalah suatu aliran atau paham yangmenganggap
bahwa intuisi (naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran.
Menurut Henry Bergson seorang filsuf
asal prancis mengemukakan bahwa intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui
secara langsung dan seketika. Analisa atau pengetahuan yang diperoleh dengan
jalan pelukisan tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung
dari pengetahuan intuitif. Seorang intuitif memperoleh pengetahuan dengan cara
mengetahui beberapa bagian dari suatu peristiwa namun tidak mengalami
keseluruhannya.
5.
Metode Ilmiah
Ada
suatu perbedaan antara ilmu pengetahuan dengan filsafat, jikalau ilmu
membicarakan kenyataan yang sebenarnya, maka filsafat bicara tentang bagaimana
cara memperoleh jawaban sehingga muncullah metode ilmiah sebagai sarana untuk
memperoleh pengetahuan. Metode ilmiah dimulai dengan pengamatan-pengamatan dan
berakhir dengan pengamatan pula.
D.
DALIL YANG BERKAITAN DENGAN ORANG BERILMU
Belajar atau menuntut ilmu merupakan hal yang sangat penting untuk
mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Tanpa ilmu, manusia tidak
dapat melakukan segala hal. Untuk mencari nafkah perlu ilmu, beribadah perlu
ilmu bahkan makan dan minumpun perlu ilmu. Dengan demikian belajar merupakan
sebuah kemestian yang tidak dapat ditolak apalagi terkait dengan kewajiban
seorang hamba Allah SWT.
Tidak ada agama seperti agama Islam dan tidak ada kitab suci yang
seperti Al-Qur’an yang begitu mengutamakan ilmu dan menganjurkan manusia untuk
mencarinya .[9]
Seperti kesaksian Allah SWT dalam QS. Ali Imran 3:18 :
شَهِدَ للّهُ اَنَّهُ لاَاِلهَ اِلاَّهُوَ وَالْملئِكَةُ وَاُو لُوْ
الْعِلْمِ قَا ئِمَ بِالْقِسْتطِ لاَاِلهَ اِلاَّ هُوَ الْعَزِيْززالْحكِيْمُ
“Allah menyatakan bahwa tiada tuhan melainkan Dia. Para malaikat
dan orang-orang yang berilmu juga menyatakannya. Dia Yang menegakkan keadilan.
Tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Ali Imran 3:18)
Allah Ta’ala telah mempersaksikan (menyatakan), bahwa cukuplah
Allah yang menjadi saksi. Dia adalah saksi yang paling jujur dan adil serta
penutur yang paling benar. “Bahwa tiada tuhan melainkan Dia” dan hanya Dia
sendirilah yang menjadi Tuhan atas seluruh makhluk. Allah berfirman, “Namun
Allah mempersaksikan apa yang telah diturunkan kepadamu.” Kemudian Allah menyertakan
para malaikat dan orang-orang berilmu tentang kesaksian-Nya. Allah berfirman, “
Para malaikat dan orang-orang yang berilmu juga mempersaksikan .” Hal ini menunjukkan
betapa Allah SWT memberikan keistimewaan yang besar kepada orang-orang yang
berilmu dimana dalam segi ini adalah
para ulama. “ Dia Yang menegakkan keadilan,” Dalam segala hal Allah SWT akan
senantiasa adil. “ Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” . Allah mempunyai
sifat Al-‘Aziz yang artinya dzat yang tidak dapat ditandingi sisi Kebijaksanaan
perkataan, perbuatan, syariat dan ketetapan-Nya.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada
Zubeir, dia berkata (483), “Ketika Rasulullah SAW. Membaca ayat “ Allah
persaksikan bahwa tiada tuhan melainkan Dia, demikian para malaikat
mempersaksikan”. Saya mendengar beliau mengatakan “Ya Tuhanku, aku pun
mempersaksikan”.
Abu al-Qasim ath –Thabrani meriwayatkan dalam Mu’jam al kabir
dengan sanadnya dari Ghalib al-Qathan, dia berkata, “Saya datang ke Kufah untuk
urusan dagang. Saya menginap dengan A’masy. Pada malam hari, tatkala saya
hendak turun, A’masy pun bangkit kemudian shalat malam. Dia membaca ayat dan
sampai pada “Allah mempersaksikan” hingga ayat “ Sesungguhnya agama pada sisi
Allah adalah Islam”. Kemudian dia mengatakan “Akupun bersaksi dengan apa yang
dipersaksikan Allah. Aku ingin menitipkan kesaksian ini kepada Allah SWT. aku
juga ingin menitipkan kesaksianku pada sisi Allah bahwa sesungguhnya agama pada
sisi Allah ialah Islam sebagai suatu titipan”. ‘Amasy mengatakan hal itu
beberapa kali. Saya berkata, “Sungguh aku mendengar sesuatu dalam ayat itu.
Ketika pagi tiba, saya menemuinya dan berkata, “Hai Abu Muhammad,
saya mendengar Anda mengulang-ngulang ayat itu. A’masy berkata “Bukankah
kandungannya telah disampaikan telah disampaikan kepadamu?” Saya menjawab
“Sudah sebulan saya bersama Anda, namun Anda belum pernah memberitahukannya
kepadaku. A’masy berkata “Demi Allah, aku tidak akan menceritakannya kepadamu
sebelum satu tahun.” Maka, akupun tinggal bersamanya selama satu tahun.
Setelah satu tahun berlalu, maka saya bertanya, “Hai Abu Muhammad,
setahun telah berlalu”. A’masy berkata bahwa Rasullullah SAW. Bersabda “Pada
hari kiamat akan ditampilkan pemilik titipan ayat itu, lalu Allah Azza wa Jalla
berkata, “Hamba-Ku telah berjanji kepada-Ku dan Aku adalah yang paling berhak
memenuhi janji itu. Masuklah ke dalam surga”.[10]
E.
KEDUDUKAN ILMU
DALAM KEHIDUPAN
Banyak sekali ayat al-Qur’an yang mendorong manusia untuk mencari
dan memilki ilmu pengetahuan, seperti ketika al-Qur’an menyuruh manusia untuk
mengamati alam semesta, bertafakkur dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya ilmu dalam kehidupan. Secara singkat penghargaan al-Qur’an terhadap
ilmu dapat disederhanakan sebagai berikut:
1.
Pengangkatan
manusia sebagai khalifah, serta dibedakannya manusia dari makhluk lain karena
ilmu yang dimilikinya.
وَعَلَّمَ ادَمَ
الْاَسْمَاءَكُلَّهَاثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلئِكَةِ فَقَالَ اَنْبِئُوْنِى
بِاَسْمَاءِ هؤُلَاءْ كُنْتُمْ صدِقِيْن
قَالُوا سُبْحَانَك لاعِلْم لَنَا اِلاَّ
مَاعَلَّمْتَنَا اِنّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْم
“Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku
nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”Mereka menjawab:
“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana”.
(QS.
Al-Baqarah:31-32)
2.
Karena hakekat
manusia tidak bisa dipisahkan dari kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,
maka ilmu yang disertai iman adalah ukuran derajat manusia sehingga manusia
yang ideal adalah manusia yang mencapai ketinggian iman, ilmu dan amal.
3.
يَرْفَعِ الّلهُ الَّذِيْنَ امَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوْاعِلْمَ
دَرَجتٍ........
“Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
(QS.al-Mujadalah:11)
4.
Al-Qur’an
diturunkan dengan ilmu Allah SWT dan hanya dapat direnungkan maknanya oleh
orang-orang yang bertaqwa, beriman dan berilmu.
5.
Al-Qur’an
memberikan isyarat bahwa yang memimpin ummat adalah yang memilki ilmu
pengetahuan, sebagaimana Thalut dipilih sebagai raja Israil juga karena
kelebihan pengetahuannya. Begitu juga tokoh-tokoh lain yang dipilih oleh
al-Qur’an sebagai contoh orang yang berhasil juga karena ilmu yang dikuasainya.
6.
Allah melarang
manusia untuk mengikuti sesuatu yang tidak ada ilmu tentangnya. Sebagaimana
Allah SWT menegur Nabi Nuh AS ketika ia memohon sesuatu yang tidak ia ketahui.
ولَاتَققْفُ مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ اِنَّ اسَّمْعَ
وَاالْبَصَرَوالْفُؤَادَ كُلُّ اُولئِكَ كَانَ عنْهُ مَسْئُوْلاً
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai
pertanggungan jawabnya”. (QS. Al-isra
/17: 36)
7.
Allah
memberikan contoh bagaimana orang awam tertarik dengan kemewahan dunia seperti
Qarun berbeda dengan orang yang berilmu yang tahu bahwa kemewahan dunia
bukanlah sesuatu yang bernilai abadi dan segala-galanya.
وقَالَ
الَّذِيْنَ اُوتُوالْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللهِ خَيْرٌ لِمَنْ امَنَ
وَعَمِلَ صَالِحًا وَلاَ يُلَقّهَا اِلاَّ الصّبِرُوْنَ
“Berkatalah
orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala
Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan
tidak diperoleh pahala itu kecuali orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Qashash:80)[11]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
ilmu diartikan sebagai
segala sesuatu yang menunjukkan kepada bekas atau yang memiliki keistimewaan.
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab ‘alima-ya’lamu-‘ilman, yang berarti
mengetahui, mengenal memberi tanda dan petunjuk.
Dalam bahasa indonesia ilmu sering disamakan dengan
sains yang berasal dari bahasa inggris “science”. Kata “science”
itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu “scio”, “scire” yang
artinya pengetahuan. “Science” dari bahasa latin “scientia”, yang
berarti pengetahuan.
IPA atau sains merupakan
salah satu cabang ilmu yang fokus pengkajiannya adalah alam dan proses-proses
yang ada di dalamnya. Adapun pandangan Islam mengenai sains dilihat dari segi
kemampuan yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia, yakni kemampuan
dalam menggunakan akalnya serta memikirkan segala apa yang ada di alam semesta
ini.
Untuk mendapatkan sebuah ilmu
pengetahuan diperlukan pula berbagai teori-teori yang digunakan, diantaranya
Empirisme, Rasionalisme, Fenomenalisme, Instutionisme, dan Metode Ilmiah.
Belajar atau menuntut ilmu merupakan
hal yang sangat penting untuk mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat. Banyak sekali ayat al-Qur’an yang mendorong manusia untuk mencari dan
memilki ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah QS. Ali Imran :18. Perintah
untuk menuntut ilmu merupakan salah satu hal yang sangat ditekankan dalam Islam
dikarenakan banyaknya kemuliaan yang akan didapatkan untuk seseorang yang
berilmu.
B. Saran – saran
Menuntut ilmu merupakan
kewajiban bagi setiap Muslim. Tidak hanya ilmu Agama saja melainkan kita juga
dianjurkan untuk memepelajari ilmu pengetahuan yang lain yang bisa membantu
kemaslahatan kehidupan. Oleh sebab inilah penting bagi kita untuk mengetahui
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan itu sendiri. Selain
itu, alangkah lebih baiknya jika kita juga megetahui salah satu dalil yang
berkaitan dengan orang berilmu agar hati kita semakin yakin tentang
keistimewaan dan kemuliaan orang yang berilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Nasib
Ar-Rifa’i, Muhammad. 1999. Kemudahan Dari Allah
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani.
Munir Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi Mengungkap Pesan Al-Qur’an
Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Sukses Offset.
Surahman
Amin. 2015. Ilmu Dan Orang Berilmu Dalam Al-Qur’an Makna
Etimologis,Klasifikasi, dan Tafsirnya. Vol.24 No. 1. hlm.131-141.
Eldes Dafrita,
Ivan. 2015. Ilmu Dan Hakekat Ilmu Pengetahuan Dalam Nilai Agama. Jurnal
pendidikan. IAIN Pontianak. hlm. 160-161.
Lubis,
Zulfahmi. Kewajuban Belajar. UIN Sumatra Utara , hlm. 237.
Ratnawati,
Eris. Sri Rahayu, dan Prayitno. Pemahaman Hakikat Sains (NOS) Mahasiswa Tahun
Ketiga Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Malang. Hlm. 1.
Baharuddin. Relasi Antara Science Dan Agama. Jurnal IAIN Pontianak.
hlm. 78
[1] Surahman Amin, “Ilmu dan Orang Berilmu Dalam Al-Qur’an Makna
Etimologis, Klasifikasi, dan Tafsirnya”, Vol.24 No. 1, Januari 2015,
hlm.131-141.
[2] Ivan Eldes Dafrita, “Ilmu dan Hakekat Ilmu Pengetahuan Dalam
Nilai Agama”, IAIN Pontianak, 2015, hlm. 161.
[3] Zulfahmi Lubis, “Kewajiban belajar”, UIN Sumatra Utara , hlm.
237.
[4] Ivan Eldes Dafrita, “Ilmu dan Hakekat Ilmu Pengetahuan Dalam
Nilai Agama”, Jurnal pendidikan, IAIN Pontianak, 2015, hlm. 160-161.
[5] Eris Ratnawati, Sri Rahayu, dan Prayitno, “Pemahaman
Hakikat Sains (NOS) Mahasiswa Tahun Ketiga Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Negeri Malang”, hlm. 1.
[7] Baharuddin, “Relasi
Antara Science Dengan Agama”, Jurnal IAIN Pontianak, hlm. 78.
[8] Baharuddin, “Relasi
Antara Science Dengan Agama ”, Jurnal IAIN Pontianak, hlm.82.
[10] Muhammad nasib ar-rifa’i, Kemudahan Dari
Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta : Gema
Insani , 2006), Cet-10, Jilid 1, hlm. 494-496.
[11] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi
Mengungkap Pesan Al-Qur’an Tentang Pendidikan, (Yogyakarta:
Sukses Offset, 2008) Cet-1, hlm. 103-205.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar