DERAJAT ORANG BERILMU
QS AL-MUJADALAH AYAT 11
Muhamad Agus Alawi
2117018
Kelas E
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018
Kata Pengatantar
Puji syukur atas kehadirat allah swt
atas rahamat serta petunjuknya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Tafsir tarbawi mengenai Derajat Orang
Berilmu QS Al- Mujadalah. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
keterbatasan dalam penyajian tugas ini, oleh karenanya penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan tugas
makalah ini.\
Semoga makalah ini berguna dan dapat
menambah pengetahuan pembaca. Demikian tugas ini penulis menyususun, apabila
ada kekurangan dan kesalahan penulis mohon maaf yang sebesarnya.
PENDAHULUAN
Agama
Islam di turunkan di muka bumi tidak lain sebagai Rahmat bagi seluruh alam,
maka allah mengutus rasulullah Saw untuk memperbaiki manusia dengan salah
satunya dengan pendidikan , dengan inilah manusia akan mendapat derajat yang
tinggi, dengan pendidikan inilah karakter manusia akan di didik yang lebih
baik, tetapi di zaman milenial saat ini banyak yang menggunakan kelebihan
berfikirnya untuk hal yang tidak baik, banyak orang yang berpendidikan tapi
kelakuan dan akhlaknya tidak mencontohkan sebagai pendidik. Ilmu pengetahuan
dunia tidak cukup untuk bekal di hidupnya haruslah di imbangi dengan ilmu
agama, akibat dari kurangnya ilmu agama salah satunya mudah terkena bujuk rayu
setan neraka,dan dengan kurangnya ilmu agama manusia pun bisa melakukan
kejahatan terhadap sesama manusia,oleh karennya ilmu agama sangatlah penting
untuk di ajarkan bahkan dari usia dini sampai usia lanjut.
PEMBAHASAN
BAB II
A. Ayat
dan arti
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“ Hai orang orang yang beriman, apabila di
katakan kepada kamu: berlapang lapanglah dalam
majlis – majlis,” maka lapangkanlah niscaya Allah akan melapangkan buat
kamu, dan apabila di katakan : “ berdirilah kamu, maka berdirilah niscaya Allah
akan meninggikan orang orang yang beriman di antara kamu dan orang orang yang
diberi ilmu beberapa derajat. Dan allah terhadap apa yang kamu kerjakan Maha
Mengetahui.”
B. Beberapa
pendapat tentang ilmu dari sudut pandang
a. Ilmuwan
Para
calon ilmuwan harus mempunyai motivasi
ekstra. Tanpa hal ini, yang terjadi
hanyalah lahirnya ilmuwan gadungan, pseudoscientist, ilmuwan seolah
olah. Apa yang sering di sebut ilmuwan oleh masyarakat umumnya bukanllah
ilmuwan, melainkan teknisi. Teknisi adalah seseorang yang di latih dan mempunyai
tugas atau pekerjaan untuk menerapkan teknik teknik atau prinsip prinsip yang
telah di ketahui. Sementara itu ilmuwan adalah seorang yang mencarai tahu dan
pengetahuaan sifat alamiah dari realitas
fisik. Ia menghadapi sesuatu yang tidak di ketahui. Ilmuwan menghasilkan
sesuatu yang orisinil jika ide bisa di
ukur melalui publikasinya di jurnal internasional : jika produk bisa di ukur
dari paten
Kondisi
ilmuawan di dunia ketiga, termasuk dunia
islam telah di rekam dengan baik oleh ismail raji al faruqi memberi contoh seorang dosen universitas negara
berkembang bergelar profesor yang meraih
gelar doktor di
negara barat. Dia
mendapat pendidikan di sana dan lulus dengan nilai dan prestasi sedang,
menuntut ilmu dengan motivasi rendah dan tidak mendapatkan semua ilmu yang bisa
di perolehnya di sana dia merasa cukup puas untuk lulus, mendapat gelar, kembali ke negeri asalnya, dan
mendapatkan posisi penting serta mengutungkan.
Buku buku yang di bacanya ketika masih kuliah adalah puncak pengetahuannya. Karena kini dia tidak memiliki waktu tenaga dan motivasi untuk mendobrak batas
pengetahuan yang di miliki.[1]
b. Filosof
( perselisiahan socrates dan aristoteles)
Socrates
berpendapat bahwa fadilah adalah
makrifat, maka jika manusia telah
mengetahui fadilah secara mantap, maka akalnya akan terbuka dan hatinya
akan menjadi tenang dan ia harus mempertahankan
jika tidak berarti telah terjadi kekacauan dalam makrifatnya, dan
makrifat yang ia miliki hanyalah khayalan yang tidak tertanam dalam akalnya.
Karena tidak mungkin seorang berakal, yang ingin mengetahui bahwa api bersifat
membakar kemudian membakar dirinya terlebih dahulu hanya untuk mengetahuinya.
Sementara, Aristoteles berbeda dengan gurunya atau
gurudari gurunya socrates ia berpenda makrifat semata mata tidak akan mengantarkan menuju fadilah.
Berapa banyak orang mengetahui fadilah namun mereka justru melakukan sebaliknya karena karena dorongan
insting dan nafsu mereka dan lainya
sehingga di butuhkan unsur ‘’ kemauan ‘’ di samping makrifat (pengetahuan).[2]
C. Pengertian
Secara Umum
Sesudah allah melarang para hamba dan berbisik bisik
mengenai dosa dan pelanggaran yang menyebabkan permusuhan, allah memerintahkan
kepada mereka sebab kecintaan dan kerukunan di antara orang orang mukmin, dan
di antara sebab kecintaan dan kerukunan itu adalah melapangkan tempat di
majlis (pertemuan) ketika ada orang yang
datang dan bubar apabila di minta dari kalian untuk bubar
Apabila kalian melakukan yang
demikian itu maka allah akan meninggikan tempat tempat kalian di dalam surga
surganya dan menjadikan kalian termauk orang
orang yang berbakti tanpa kekhawatiran dan kesedihan[3]
D.
Asbabunnuzul
1.
Tafsir Al maraghi
Berkata Al hasan adalah para sahabat berdesak desak
dalam satu majlis peperangan, apabila mereka berbaris untuk berperang, sehingga
sebagian mereka tidak memberikan kelapangan kepada sebagian yang lain karena
keinginannya untuk mati syahid. Dan dari
ayat ini kita mengetahui :
1.
Paras sahabat
berlomba omba untuk berdekatan dengan tempat duduk Rasulullah saw. Untuk
mendengarkan pembicaraan beliau, karena pembicaraan beliau mengandung banyak
kebaikan dan keutamaan yang besar. Oleh karena itu maka beliau mengatakan.
“hendaklah duduk berdekatan denganku orang orang yang dewasa dan berakal di
antara kamu.”
2.
Perintah untuk
memberi kelonggaran dalam majlis dan tidak merapatkanya apabila hal itu
mungkin, sebab yang demikian ini akan menimbulkan rasa cinta di dalam hati dan
kebersamaan dalam mendengar hukum hukum agama.
3.
Orang yang
melapangkan kepada hamba hamba allah pintu kebaikan dan kesenangan, akan di
lapangkan baginya kebaikan
kebaikan di dunia dan di akhirat.
2.
Tafsir Al Misbah
Ada riwayat yang menyatakan bahwa ayat di atas turun
pada hari jumat. Ketika Rasulullah saw. Berada di satu tempat yang sempit dan telah menjadi kebiasaan beliau memberi
tempat khusus buat para sahabat yang terlibat di perang badar, karena besarnya
jasa mereka. Nah ketika majlis tengah berlangsunng, beberapa orang di
antara sahabat sahabat tersebut hadir,
lalu mengucapkan salam kepada nabi saw. Nabi pun menjawab, selanjutnya
mengucapkan salam kepada hadirin, yang juga di jawab, namun mereka tidak
memberi tempat. Para sahabat itu terus
saja berdiri, maka Nabi saw memerintahkan kepada sahabat sahabatnya yang lain-
yang tidak terlibat dalam perang badar untuk mengambil tempat lain agar para
sahabat yang berjasa itu duduk di deket nabi saw, perintah nabi itu.
Mengecilkan hati mereka yang di suruh berdiri, dan di gunakan oleh kaum
munafikin untuk meecah belah dengan berkata “ katanya Nabi muhammad berlaku
adil, ternyata tidak.” Nabi mendengar kritik itu nabi bersabda :” Allah
merahmati siapa yang memberi kelapangan bagi saudaranya.” Kaum beriman
menyambut tuntunan Nabi dan ayat di atas pun turun mengukuhkan perintah dan
sabda nabi itu[4]
E.
. Tafsir
1.
Tafsir Al Misbah
Laraangan berbisik
yang di uraikan oleh ayat ayat yang lalu merupakan salah satu tuntunan
akhlak, guna membina hubungan harmonis antara sesama. Berbisik di tengah orang
lain mengeruhkan hubungan melalui pembicaraan itu. Ayat di atas masih merupakan tuntunan akhlak. Kalau ayat
yang lalu menyangkut pembicaraan rahasia, kini menyangkut perbuatan di dalam
satu majlis. Ayat di atas memberi tuntunan bagaimana menjalin hubungan harmonis
dalam satu majlis. Allah berfirman : “
hai orang orang yang beriman,, apabila di katakan kepadamu,” oleh siapapun
: “berlapang lapanglah.” Yakni berupayalah dengan sungguh sungguh walau
dengan memaksakan diri untuk memberi tempat orang lain dalam majlis majlis yakni satu tempat baik tempat duduk maupun
bukan tempat duduk, apabila di minta kepada kamu agar melakukan itu maka lapangkanlah tempat itu untuk orang
lain itu dengan suka rela. Jika kamu melakukan hal tersebut, niscaya allah akan melapangkan segala
sesuatu buat kamu dalam hidup ini Dan
apabila di katakan: “Berdirilah kamu” ke tempat yang lain atau untuk di
duduk tempatmu buat orang yang lebih wajar, atau bangkitlah untuk melakukan
sesuatu seperti untuk sholat dan berjihad, maka berdiri dan bangkitlah, allah akan meninggikan orang orang yang beriman di antara
kamu wahai yang memperkenankan tuntunan ini dan orang orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat kemuliaan di dunia dan di akhirat dan Allah terhadap apa yang kamu kerjakan sekarang
dan masa datang Maha Mengetahui
Ayat di atas tidak menyebut secara tegas bahwa allah
akan meninggikan derajat orang
berilmu tetapi menegaskan bahwa
mereka memiliki derajat derajat yakni lebih tinggi dari yang sekedar beriman
tidak di sebutkan kata meninggikan itu,sebagai isyarat bahwa sebenarnya
ilmu yang di milikinya itulah yang
berperan besar dalam ketinggian derajat yang di
perolehnya, bukan akibat akibat dari faktor di luar ilmu itu.
Tentu saja yang
di maksud dengan alladzina utu al ilm/ yang di beri pengetahuan adalah mereka yang
beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat di atas
membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang pertama sekadar beriman
dan beramal saleh, dan yang kedua beriman dan beramal saleh serta memiliki
pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini menjadi lebih tinggi bukan saja karena
nilai ilmu yang di sandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak
lain baik secara lisan atau tulisan maupun dengan keteladanan
Ilmu yang di maksud oleh ayat di atas bukan saja ilmu
agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Dalam surat Q.S Fathir (35); 27-28
Allah menguraikan sekian banyak makhluk iilahi dan fenomena alam, lalu ayat
tersebut di tutup dengan menyatakan bahwa; yang takut dan kagum kepada allah
dari hamba hambanya hanyalah ulama, ini lmenunjukan bahwa ilmu dalam pandangann
al-quran bukan hanya ilmu agama. Disisi lain itu juga menunjukan bahwa ilmu
haruslah menghasilkan khasyyab yakni
rasa takut dan kagum kepada allah yang pada giliranya mendorong yang berilmu
untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya untuk kepentingan makhluk.[5]
2.
Tafsir Al Maraghi
Telah di keluarkan oleh Ibnu Abi Hatim, dari muqatil
dia berkata, rasulullah saw, pada hari jumat pada suffah, sedang tempat itu pun
sempit. Beliau menghormati orang orang mengikuti perang badar, baik mereka itu
muhajirin atau anshor, maka datanglah beberapa orang di antara mereka itu, di
antaranya sabit inu qais mereka telah
didahului orang dalam hal tempat duduk. Lalu mereka pun berdiri di hadapan
Rasulullah kemudian mereka mengucapkan salam:“ As-salamualaikum wahai nabi wa arahmatullah wa barakatuh” Beliau
menjawab salam mereka. Kemudian mereka menyalami orang orang dan orang orang
pun menjawab salam mereka. Mereka berdiri menunggu untuk di beri kelapangan bag
mereka, tetapi mereka tidak di berikan kelapangan, hal itu terasa berat oleh
Rasulullah saw. Lalu beliau mengatakan kepada orang yang ada di sekitar beliau,
“ Berdirilah engkau wahai fulan, berdirilah engkau wahai fulan. Beliau menyuruh
beberapa orang untuk berdiri sesuai dengan jumlah mereka yang datang”. Hal itu
pun tampak berat oleh mereka dan ketidakenakan beliau tampak oleh mereka. orang
orang munafikmengencam yang demikian itu
dan mengatakan, “demi allah, dia tidak lah adil kepada mereka orang
orang itu telah mengambil tempat duduk mereka dan ingin berdekatan denganya.
Tetapi dia menyuruh mereka berdiri dan menyuruh duduk orang orang yang datang
terlambat .” maka turunlah ayat itu.
Apabila kamu di minta untuk berdiri
dari majlis rasulullah saw. Maka berdirilah kamu, sebab rasulullah saw. Itu
terkadang ingin sendirian guna merencanakan urusan urusan agama, atau
menunaikan beberapa tugas khusus yang tidak dapat di tunaikan atau di
sempurnakan penunaianya kecuali dalam keadaan sendiri.
Mereka telah menjadikan hukum ini umum
sehingga mereka mengatakan, apabila pemilik majlis mengatakan kepada siapa yang
ada di majlisnya “ Berdirilah kamu “ maka sebaiknya kata kata itu di ikuti.
Tidak selayaknya orang yang baru
datang menyuruh berdiri kepada seseorang, lalu dia duduk di tempat duduknya,
sebab telah di keluarkan oleh Al- Bukhari, Muslim dan At- Tirmizi dari Ibnu
Umar bahwa rasuullah saw. Mengatakan :
“ Janganlah seseorang menyuruh berdiri kepada orang
lain dari tempat duduknya. Akan tetapi lapangkanlah dan longgarkanlah”
Allah meninggikan orang orang mukmin
dengan mengikuti perintah perintahnya dan perintah rasul khususnya orang orang
yang berilmu di antara mereka derajat derajat yang banyak dalam hal pahala dan
tingkat tingkat keridaan
Ringkasnya, sesungguhnya wahai orang
mukmin, apabila salah seorang di antara kamu memberikan kelapangan bagi
saudaranya ketika saudaranya itu datang, atau jika ia di suruh keluar lalu ia
keluar maka hendaklah ia tidak menyangka sama sekali bahwa hal itu mengurangi haknya. Bahwa yang demikian merupakan
peningkatan dan penambahan bagi kedekatanya di sisi tuhanya. Allah Taala tidak
akan menyia nyiakan yang demikian itu. Tetapi dia akan membalasnya di dunia dan
di akhirat. Sebab barang siapa yang tawahdu kepada perintah allah, maka allah
akan mengangkat derajat dan menyiarkan namanya..
Allah mengetahui segala perbuatanmu.
Tidak ada yang samar baginya siapa yang taat dan siapa yang durhaka di antara
kamu. Dia akan membalas kamu semua dengan amal perbuatanmu orang yang berbuat
baik di balas dengan kebaikan, dan orang yang berbuat buruk akan di balasnya
dengan apa yang pantas baginya, atau di ampuninya[6]
3.
Tafsir Al azar
Pokok
hidup ini adalah iman dan pokok pengiring nya
adalah ilmu. Iman tidak di sertai ilmu dapat membawa dirinya
terperosok mengerjakan pekerjaan yang di
sangka menyebah allah. Padahal mendurhakai allah sebaliknya orang yang berilmu saja tidak di
sertai atau yang tidak membawanya kepada iman maka ilmunya itu dapat
memahayakan dirinya sendiri maupun bagi
manusia ilmu manusia tentang tenaga atom
misalnya, alangkah penting ilmu itu, itu kalu di sertai iman karena dia akan
membawa faedah yang besar bagi seluruh perikemanusiaan tetapi ilmu itu pun
dapat di pergunakan orang untuk memusnahkan sesamanya manusia karena jiwwanya
tidak di kontrol oleh iman kepada allah[7]
4.
Al Lubab
Ayat
11 memberi salah satu tuntunan bagaimana
memjalin hubungan harmonis. Ayat ini menyeru kaum beriman bahwa apabia
di katakan kepada kamu oleh siapapun “ berupayalah dengan sungguh sungguh, walu
dengan memaksakan diri untuk memberi tempat orang lain dalam majlis majlis,
baik tempat duduk maupun bukan untuk duduk maka lapangkanlah tempat itu dengan
suka rela agar kamu dapat berbagi dengan orang lain. Jika itu kamu lakukan
niscaya alllah swt melapankan segala sesuatu bagi kamu dan hidup ini dan
apabila di katakan ‘’berdirilah ketempat lain atau duduki tempatmu oleh orang
yang lebih wajar” atau bangkitlah untuk melakukan sesuatu sperti untuk shalat
dan berjihad maka berdiri dan bangkitlah. Allah swt akan meninggikan derajat
orang orang beriman di antara kamu, wahai yang memerkenankan tuntunan ini
dengan orang orang yang di beri ilmu pengetahuan. Peninggian dengan beberapa
derajat kemuliaan di dunia dan di
akhirat. Allah swt maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan sekarang dan
masa datang[8]
F.
Keutamaan beriman
dan berilmu
Allah akan
mengangkat kedudukan orang berilmu di
bandingkan dengan orang yang hanya sekedar beriman tapi tanpa ilmu. Karena
dengan ilmu, orang yang lebih mudah memahami dan menguatkan ketaqwaan kepada
allah. Sementara orang yang hanya beriman akan mudah tergoyang keimanannya jika
tidak di sertai dengan ilmu terutama dengan ilmu agama. Perlu di ketahi
Ilmu lebih berharga di bandingkan dengan harta. Terutama bagi
pencari ilmu, ilmu akan menjadikan dan membawa seseorang selalu di jalan allah ta’ala dan menemaninya
ketika di dunia sampai di hantarkannya
kedalam kubur serta membawanya kepada tempat yang di
rindukan yaitu surga. Ilmu juga akan membawa keutamaan orang yang berilmu.
PENUTUP
BAB III
Dari uraian di
atas dapat di simpulkan bahwa Qs. Almujadalah ayat 11 , memberikan gambaran
tentang perintah bagi setiap manusia untuk menjaga adab sopan santun dalam
suatu majlis pertemuan dan adab sopan santun terhadap rasullulah saw,dan
menerangkan tentang keutamaan orang berilmu yang akan di angkat derajatnya oleh
allah.
Demikian makalah ini di susun dengan segala kemampuan
dan keterbatasan penulis maka dari itu kritik dan saran selalu di harapkan,
semoga dengan adanya makalah ini mudah di pahami dan bermanfaat di masa yang
akan datang
Daftar
pustaka
Purwanto,Agus.
2008. Ayat Ayat Semesta Sisi Sisi Alquran Yang Terlupkan, Bandung : PT Mizan Pustaka.
Qardhawi,
Yusuf. 1999. Al Aqlu wal-ilmu filquranilkarim, Jakarta: Gema Insani Press.
Almaragi,
Ahmad mustafa.1993. tafsir al maraghi, semarang: PT karya toha semarang.
Dr.
Hamka,Tafsir Al azhar, jakarta : PT
Pustaka panjimas
Shihab, M Quraish.2012 Al lubab,Tanggerang : Lentera Hati. .
Shihab, M Quraish. “TAFSIR AL-MISHBAH”, (Jakarta: Lentera Hati.
PROFIL
Nama :
Muhammad Agus Alawi
Nim :
2117018
Alamat :
Temukerep, Larangan Brebes
Fakultas :
Tarbiyah
Jurusan : Pendidikan Agama Islaam
Pendidikan
- MI
Munawirussibyan Temukerep
- MTS Ma’arif NU
11 Temukerep
- SMK Syafi’i
Akrom Pekalongan
Motto Hidup : MAN
JADDA WA JADA
[1]Agus Purwanto,Ayat Ayat Semesta Sisi Sisi Alquran Yang
Terlupkan, (Bandung : PT Mizan Pustaka,2008) hlm.
[3] Ahmad mustafa Almaragi,tafsir al maraghi,(semarang: PT karya
toha semarang 1993) hlm 23
[8] M.Quraish shihab, Al lubab,(Tanggerang : Lentera Hati
2012) hlm 201
Tidak ada komentar:
Posting Komentar