Laman

new post

zzz

Kamis, 15 November 2018

TT B K1 METODE PENDIDIKAN UNIVERSAL "METODE DAKWAH"


METODE PENDIDIKAN UNIVERSAL
"METODE DAKWAH"
QS. AN-NAHL 125
Umi Chanifatul Amaliyah
NIM. (2117219)
Kelas B 

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2018




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Melihat fenomena yang terjadi, nampaknya di zaman sekarang ini aspekaspek pendidikan Islam khusunya metode pendidikan Islam adalah hal yang sangat sulit dipraktekkan dalam dunia pendidikan yang menciptakan pendidikan yang lebih Islami, karena pada umumnya para pendidik hanya mengunnakan metode yang itu-itu saja yang dikembangkan oleh dunia barat dalam proses pendidikannya. Akan tetap tidak sedikit cendekiawan muslim sudah menggunakan metode yang tepat dalam menyampaikan suatu pembelajaran tidak hanya dunia yang mengembangkannya dengan munculnya para cendikiawan muslim sekarang ini juga sudah menunjukkan bahwa muslimpun tidak tertinggal oleh barat karena sebenarnya metode pendidikan itu sudah dijelaskan secara terperinci didalam al-Quran, namun pada prakteknya seolah-seolah orang Islam tidak mempergunakannya dan hanya sebagian kecil pendidik yang menggunakannya. Mengingat pentingnya pendidikan Islam bagi terciptanya kondisi lingkungan yang harmonis, dan juga pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya yang sempurna yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti .
Selain itu tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina harus diarahkan pada upaya mempersiapkan agar seseorang dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecendrungan dan potensi yang dimilikinya dan untuk mencapai tujuan ini diperlukan metode pendidikan yang tepat.
Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 125 merupakan ayat Alquran yang di dalamnya menjelaskan hal-hal mengenai metode pendidikan dalam islam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep dan metode pendidikan dalam Al- Qur’an surah An-Nahl ayat 125.
konsep pendidikan yang terkandung dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125: Setelah menelaah, surah An-Nahl ayat 125 bisa disimpulkan bahwa konsep pendidikan yang terdapat pada ayat ini adalah dalam menyampaikan materi pelajaran harus disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik menggunakan kata-kata yang bijak sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. Terdapat 3 metode yang terkandung yaitu metode Hikmah (perkataan yang bijak), metode Mau’idhzah
Hasanah (nasehat yang baik) dan metode Jidal (debat).
B.     RUMUSAN MASALAH
a.       Apakah  yang dimaksud metode pendidikan ?
b.      Bagaimanakah dalil dan tafsir  QS. An-Nahl 125 tentang metode dakwah ?
c.       Bagaimanakah metode dakwah dalam  pendidikan ?
d.      Bagaimanakah aplikasi pembelajaran dakwah dalam pendidikan ?

C.    TUJUAN PENULISAN
a.       Untuk mengetahui apa itu metode pendidikan
b.      Untuk mengetahui bagaimana dalil dan tafsir  qs. An-nahl 125
c.       Untuk mnegetahui bagaimana metode dakwah dalam pendidikan
d.      Untuk mengetahui bagaimana pengaplikasian pembelajaran metode dakwah


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Metode Pendidikan
Secara bahasa metode berasal dari dua kata yaitu meta dan hodos. Meta berarti ”melalui.” Dan hodos berarti ”jalan atau cara”, bila ditambah logi sehingga menjadi metodologi berarti “ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan”, oleh karena kata logi yang berasal dari kata Yunani (Greek) logos berarti “akal” atau “ilmu”. [1]
Sedangkan secara istilah, Edgar Bruce Wesley mendefinisikan metode dalam bidang pendidikan sebagai: “rentetan kegiatan terarah bagi guru yang menyebabkan timbulnya proses belajar pada murid-murid, atau ia adalah proses yang melaksanakannya yang sempurna menghasilkan proses belajar, atau ia adalah jalan yang dengannya pengajaran itu menjadi berkesan.” Disisi lain Imam Barnadib mengartikan metode sebagai suatu sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan pendidikan. Dengan demikian secara umum metode adalah cara untuk mencapai sebuah tujuan dengan jalan yang sudah ditentukan, dalam metode pendidikan dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai kurikulum yang ditentukan. Apabila ditarik pada pendidikan islam, metode dapat diartikan sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi objek atau sasaran, yaitu pribadi Islami[2]
Adapun Al-Quran sendiri secara eksplisit tidak menjelaskan arti dari metode pendidikan. Namun kata metode dalam bahasa arab dibahasakan dengan kata Al- Tariqah, banyak dijumpai dalam al-Quran. Menurut Muhammad Abd al-Baqi, didalam Al Quran kata Al-Tariqah di ulang sebanyak sembilan kali. Salah satunya kata ini terkadang dihubungkan dengan sifat dari jalan tersebut, seperti al-tariqah almustaqimah, yang diartikan jalan yang lurus.[3]
Berlandaskan pada beberapa definitif di atas dapat kami tegaskan bahwa metode pendidikan merupakan sebuah mediator yang mengolah dan mengembangkan suatu gagasan sehingga menghasilkan suatu teori atau temuan untuk menyampaikan sebuah visi pendidikan kepada tujuannya.[4]
B.     Dalil tentang Metode Dakwah dalam pendidikan ( Qs. An-Nahl 125)
1.      Teks dan terjemah Surah An-Nahl ayat 125


Terjemahnya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat  petunjuk‖.(Q.S.An-Nahl/16:125)

2.      Tafsir Surat An-Nahl : 125
Ayat di atas, Allah menegaskan bahwa Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad Saw. Untuk menikuti ajaran nabi ibrahim a.s, lalu Allah menerangkan suatu hal yang harus diikuti nabi Muhammad yaitu menyeru umat manusia kepada Allah dengan 3 cara berdakwah yang terdapat dalam ayat tersebut, diantaranya : cara-cara berdakwah dengan beberapa metode yaitu metode hikmah , metode mauidzzah hasanah, dan metode jiddal.
            Dalam tafsir ath-tahabari , menguraikan maksud dari ayat tersebut adalah allah berfirman kepada Nabi Muhammad “ serulah wahai muhammad, orang yan kepada mereka Tuhanmu mengutusmu, untuk menajaknya menaati Allah[5]. Dapat dipahami bahwa adanya ajakan atau seruan yang diperintahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Untuk mengajak umat manusia kepada jalan yang benar yakni ajaran  islam.
Ila Sabili Robbika“ kepada jalan Tuhanmu” adalah kepada syariat tuhanmu yan ditetapkan-Nya yaitu islam. [6]Bahwa allah memberikan pedoman kepada rasulnya tentang cara bagaimana mengajak manusia ke jalan Allah. Jalan Allah ddisini maksudnya ialah agama Allah yakni syariat Islam yan diturunkan kepada Nabi Muhammadd Saw.
Selanjutnya allah menjelaskan bahwa dalam ayat ini meletakkan dasar-dasar dakwah untuk menjadi pegangan bagi umatnya di kemudian hari, yaitu bil hikmati “dengan hikmah” adalah dengan wahyu allah yang disampaikannya kepadamu. Dan dengan kitabnya yang diturunkanNya kepadamu.[7] Dalam literatur lain , tafsir Al-Azhar karya Hamka menjelaskan hikmah dilakukan dengan secara bijaksana, akal budi yang mulia ,dada yang lapang dan hati yang bersih menarik perhatian oran kepada agama, atau kepada kepercayaan terhadap Tuhan.[8] Selain itu diteaskan dalam ayat al-qur’an secara keseluruhan, baik yan makki maupun madani. Bahwa hikmah dilakukan secara argumentatif dan meyakinkan.
Wal Mau Idhotil Khasanati  ðan pelajaran yang baik” adalah dengan pelajaran yang baik, yang dijadikan allah sebagai argument terhadap mereka di dalam kitabnya dan peringatan bagi mereka di dalam wahyunya seperti argument yang disebutkan allah kepada mereka ddalam surah ini ,serta nikmat-nikmat yang diingatkan allah kepada mereka di dalamnya.[9] Selain itu, mauidhotul khasanah diartikan pengajaran yang baik atau pesan yang baik yang disampaikan sebagai nasihat.[10] Adapun maidzoh dapat mengenai hati sasran bila menyampaikannya. Kata mauizoh inilah bersifat hasanah. Sebagai pendidikan dan tuntunan sejak kecil dalam pendekatan al- mauidzhotul hasanah bertujuan mencegah sasaran dari yang sesuatu yang kuran baik, mencakup perintah dan larangan yang disertai dengan unsure motivasi (targhib) dan ancaman (tarhib) yan diutarakan melalui perkataan yang melembutkan hati serta mengguah jiwa.
Wajadilhum Billaty Hiya Ahsan “ dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. Pada potonggan ayat di atas diterangkan bahwa allah swt, memeintahkan untuk membantah dengan cara yang baik, dengan menerangkan kebenaran secara lembut dann tenang.[11] Maksud ayat di atas adalah jauhkan diri dari kata-kata yang bisa menyakitkan mereka. Hal serupa juga yakni perintah untuk berebat dengan cara yang baik. Diperintahkan allah yang ditunjukkan kepada Musa dan Harun ketika diutus kepada Fir’aun.
Bantahlah dengan bantahan yang lebih baik dari selainnya yaitu memaafkan tindakan mereka yang menodai kehormatan, dan janganlah menentang Allah dalam menjalankan kwajibanmu untuk menyampaikan perintah risalah Tuhanmu kepada mereka. [12]
Bahwa dalam bermujadalah adalah berdebat atau bertukar pendapat dengan menggunakan cara yang baik, diantaranya dengan perkataan yang lunak, lemah lembut ,tidak dengan berkata kasar, sehingga tidak melahirkan permusuhan diantara kedua pihak. Hal tersebut dapat saling menghargai dan menghormati penddapat keduanya.
“Sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Ayat diatas menerangkan bahwa allah swt. Mengetahui mereka yang sesat dan menyimpang dari jalannya yakni mereka yang menyimpang dari jlaan yang lurus dan benar ke jalan yang sesat ddan kuffur.
Allah menagncam dan berjanji “ sesungguhnya tuhanmu, hai Rasul lebih mengetahui tentang orang yang menyimpang dari jalan lurus diantara orang-orang yang berselisih tentang hari sabtu dan lainnya. Serta lebih mengetahui tentang siapa diantara mereka yang menempuh jalan lurus dan benar. Dia akan member balasan kepada mereka semua, ketika mereka kembali kepada-Nya sesuai dengan hak mereka masing-masing.[13] Yakni dia mengetahui siapa yang celaka diantara mereka dan siapa yang bahagia. Keduanya telah ditetapkan disisinya dan telah selesai pemutusannya. Serulah mereka kepada Allah ta’ala janganlah kamu bersedih lantaran mereka, sebabb menunjukkan mereka bukanlah tugasmu. Sesungguhnya kamu hanyalah pember peringatan dan penyampai risalah dan kamulah yang menilainya.[14] Secara tegas tuhan mengatakan bahwa urusan member orang petunjuk atau menyesatkan orang adalah hak allah sendiri.”[15]
Setelah memahami penafsiran tersebut, dalam menyeru umat manusia menuju jalan yang benar dengan metode dakwah dengan cara yang terbaik. Adapun pemberian petunjuk dan penyesatan serta pembalasan semuanya diserahkan kepada Allah semata. Sebab, Allah maha menggetahui segalanya
M. Quraysh Shihab dalam penafsirannya, terkait dengan surah An-Nahl ayat 125. Wahai nabi Muhammad, serulah yakni lanjutkanlah usahamu untuk menyeru semua yang engkau sanggup seru kepada jalan yang ditunjukkan Tuhanmu yakni ajaran Islam dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka yakni siapa pun yang menolak atau meragukan ajaran islam dengan cara yang terbaik. Itulah tiga cara mendidik yang hendaknya engkau tempuh menghadapi manusia yang beraneka ragam peringkat dan kecenderungannya; jangan huraukan cemoohan, atau tuduhan-tuduhan berdasar kaum musyrikin dan serahkan urusanmu dan urusan mereka kepada Allah, karena sesungguhnya Tuhanmu yang selalu membimbing dan berbuat baik kepadamu Dialah sendiri yang lebih mengetahui diri siapa pun yang menduga tahu tentang siapa yng bejat jiwanya sehingga tersesat dari jalan-jalan-Nya dan Dialah saja juga yang lebih mengetahui orang-orang yang sehat jiwanya sehingga mendapat petunjuk.[16]

Kemudian beliau menjabarkan kata hikmah yakni:
―Kata hikmah antara lain berarti yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan. Dia adalah pengetahuan atau tindakan yang bebas dari kesalahan dan atau kekeliruan. Hikmah juga diartikan sebagai sesuatu yang bila digunakan/ diperhatikan akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan besar atau lebih besar. Makna ini ditarik dari kata hakamah, yang berarti kendali karena kendali menghalangi hewan/kendaraan mengarah kearah yang tidak diinginkan, atau menjadi liar. Memilih perbuatan yang lebih baik dan sesuai dari dua hal buruk pun dinamai hikmah, dan pelakunya dinamakan hakim. Thahir Ibnu ‗Asyur menggaris bawahi bahwa hikmah adalah nama himpunan segala ucapan atau pengetahuan yang mengarah kepada perbaikan keadaan dan kepercayaan manusia secara seimbang. Thabathaba‘I mengutip ar-Raghib al-Ashfahani yang menyatakan secara singkat bahwa hikmah adalah sesuatu yang mengena kebenaran berdasarkan ilmu dan akal. Dengan demikian, menurut Thabathaba‘I, hikmah adalah argument yang menghasilkan kebenaran yang tidak diragukan, tidak mengandung kelemahan tidak juga kekaburan. [17]
Lebih lanjut kemudian beliau menjelaskan, kata al-mau’izhah terambil dari kata wa’azha yang berarti nasihat. Mau’izhah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar epada kebaikan. Demikian dikemukakan oleh banyak ulama. Sedangkan kata jadilhum terambil dari kata jidal yang bermakna diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalih mitra diskusi dan menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterma oleh semua orang maupun hanya mitra bicara.
Kemudian beliau menjelaskan jidal dan mengklasifikasi menjadi tiga macam,: “jidal adalah perdebatan dengan cara yang terbaik dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan. Sedangkan ‗jidal terdiri dari tiga macam, yang buruk adalah yang disampakan dengan kasar, yang mengundang kemarahan lawan serta menggunakan dalil-dalil yang tidak benar, yang baik adalah yang disampaikan dengan sopan, serta menggunakan dalil-dalil atau dalil wahyu hanya yang diakui oleh lawan, tetapi yang terbaik adalah yang disampaikan dengan baik, dan dengan argument yang benar, lagi membungkam lawan.[18]

C.    Metode Dakwah dalam Pendidikan sesuai qs. An-Nahl 125
Pengertian dakwah secara terminologi atau istilah sangat beraneka ragam. Diantara pendapat para ahli ilmu dakwah tentang pengertian dakwah adalah sebagai berikut :
a.  Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah suatu proses menghidupkan peraturan peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain.
b. Pendapat Syaikh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyeru mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.
c. Menurut Hamzah Ya’qub dalam bukunya Publistik Islam memberikan pengertian dakwah dalam Islam ialah “mengajak umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasulnya”19
            Qurays Syihab mendefinisikan dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha untuk merubah situasi pada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanakan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek
            Menurut Hamzah dakwah adalah mengajak manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan RasulNya. Dan menurut Team Proyek Penerangan Bimbingan Dakwah Departemen Agama RI adalah setiap usaha yang mengarahkan untuk memperbaiki suasana kehidupan yang lebih baik dan layak untuk memperbaiki suasana kehidupan yang lebih baik dan layak sesuai dengan kehendak dan turunan kebenaran.21
            Sedangkan menurut Abu Bakar Zakaria dalam kitabnya ad Da’wat ila al-Islam mendefinisikan dakwah sebagai kegiatan para ulama dengan mengajarkan manusia apa yang baik bagi mereka dalam kehidupan dunia dan akhirat menurut kemampuan mereka, adapun menurut Muhammad al Khaydar Husayn mengatakan dakwah adalah mengajak kepada kebaikan dan petunjuk, serta menyuruh kepada kebajikan (ma’ruf) dan melarang kepada kemungkaran agar mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
             Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Hal ini mengandung arti ahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.24  Ada beberapa pendapat tentang definisi metode dakwah, antara lain:
1. Al-Bayayuni (1993: 47) mengemukakan definisi metode dakwah yakni cara-cara yang ditempuh oleh pendakwah dalam berdakwah atau cara yang menerapkan strategi dakwah.
2. Said bin Ali al-Qathani (1994: 101) membuat definisi metode dakwah sebagai berikut. Uslub (metode) dakwah adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendalanya.
3. ‘Abd al-Karim Zaidan (1993: 411), metode dakwah adalah ilmu yang terkait dengan cara melangsungkan penyampaian pesan dakwah da mengatasi kendala-kendalanya.
            Metode dakwah juga merupakan cara-cara sistematis yang menjelaskan arah strategis dakwah yang telah ditetapkan. Ia bagian dari startegi dakwah. Karena menjadi strategi dakwah yang masih berupa konseptual, metode dakwah bersifat lebih konkret dan praktis. Ia harus dapat dilaksanakan dengan mudah. Arah metode dakwah tidak hanya meningkatkan efektifitas dakwah, melainkan pula bisa menghilangkan hambatan-hambatan dakwah.
                Metode ceramah dikenal juga sebagai metode kuliah karena umumnya banyak dipakai di perguruan tinggi. Dan ada juga disebut orang method pidato/tabligh, karen disampaikan secara berpidato. Di dalam bahasa Inggris disebiut lecturing methode atau telling methode. Istilah lecturing berasal dari bahasa Yunani “Legire” yang berarti to teach = mengajar. Dari kata legire ditimbulkan kata lecture yang artinya memberi kuliah dengan kata atau ucapan. Dari kata lecture ditimbulkan kata lecturing yaitu cara penyajian bahan-bahan dengan lisan. Istilah telling berasal dari kata “to tell” yang artinya menyatakan sesuatu kepada orang lain dan akhirnya berarti menyajikan keterangan-keterangan dan uraian-uraian kepada orang lain sehingga ia mengerti apa yang disampaikan itu. [19]Sejak zaman Rasulullah metode ceramah merupakan cara yang paling awal yang dilakukan Rasulullah SAW. Dalam menyampaikan wahyu kepada umat. Karakteristik yang menonjol dari metode ceramah adalah peranan guru tampak lebih dominan. Sementara siswa lebih banyak pasif dan menerima apa yang disampaikan oleh guru.[20]
            Metode Ceramah adalah metode memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu dan tempat tertentu. Dengan kata lain metode ini adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini disebut juga dengan metode kuliah atau metode pidato.

D.    Aplikasi Metode Pembelajaran dakwah 
Agar metode yang digunakan dalam suatu pembelajaran bisa lebih efektif maka seorang guru harus mampu melihat situasi dan kondisi peserta didik, termasuk perangkat pendidikan. Proses kegiatan belajar mengajar untuk peserta didik yang berkemampuan sedang, tentu berbeda penggunan metodenya dengan peserta didik yang lebih pandai.
Metode ceramah misalnya, akan menjadi kurang efektif apabila digunakan di dalam ruang kelas yang jumlah peserta didiknya banyak. Karena berbagai alasan, seperti sebagian dari mereka kurang memperhatikan pembicaraan guru, mengobrol dengan teman sebangkunya, dan guru juga kurang optimal dalam mengawasi peserta didik. Kiat untuk mengoptimalkan proses pendidikan diawali dengan perbaikan rancangan pembelajaran. Namun perlu ditegaskan bahwa bagaimanapun canggihnya suatu rancangan pendidikan, hal itu bukan satusatunya faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses pendidikan. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa proses pendidikan tidak akan berhasil tanpa rancangan pendidikan yang berkualitas. Untuk menciptakan peserta didik yang berkualitas dan mampu menghadapi perkembangan zaman maka kebutuhan pembaharuan dalam metode pendidikan merupakan suatu keharusan. Kualitas pendidikan dapat dilihat dari proses dann dari segi hasil. Dari segi proses pendidikan dapat dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental maupun social dalam proses pendidikan, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi dan semangat serta percaya pada diri sendiri.[21]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Setelah penulis mengkaji dan menganalisis tentang metode pendidikan yang terdapat di dalam surat An-Nahl ayat 125, maka penulis dapat menyimpulak poinpoin sebagai berikut :
1. Di dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125 terdapat 3 macam metode pendidikan, yakni; metode Hikmah (perkataan yang bijak), metode Mau’idzhah Hasanah (Nasihat Yang Baik), dan metode Jidal (Debat).
2. Kemudian dari beberapa pendapat ahli tafsir dapat dipahami sebagai berikut :
a. metode Hikmah (perkataan yang bijak), Menurut M. Quraish Shihab, hikmah yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian orang yang diajak pada kebaikan. Sedangkan menurut Toha Yahya Umar, menyatakan bahwa hikmah meletakkan sesuat pada tempatnya dengan berfikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai keadaan zaman dengan tidak bertentangan dengan larangan Tuhan. Adapun menurut HAMKA hikmah itu menarik orang yang belum maju kecerdasannya dan tidak dapat dibantah oleh orang yang lebih pintar. Kebijaksanaan itu bukan saja dengan ucapan mulut, melainkan termasuk juga dengan tindakan dan sikap hidup. Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa metode hikmah adalah metode yang mencakup seluruh kecerdasan emosional, intelektual dan spiritual. Dan pengaplikasiannya dalam pendidikan Islam, mengindikasikan adanya tanggung jawab pendidik. Dengan pengetahuan yang dalam, akal budi yang mulia, perkataan yang tepat dan benar, serta sikap yang proporsional dari pendidik. maka tujuan pendidikan dapat terwujudkan.
b. metode Mau’idzhah Hasanah (Nasihat Yang Baik), adalah bentuk pendidikan dengan memberikan nasehat dan peringatan baik dan benar, perkataan yang lemah lembut, penuh dengan keikhlasan, sehingga peserta didik terdorong untuk melakukan segala aktivitasnya dengan baik. Dalam mau’idhzah hasanah ini mencakup targhib (seruan kearah kebaikan dan memberi iming-iming balasan kebaikan) dan tarhib (seruan untuk meninggalkan keburukan dengan member peringatan dan ancaman bagi mereka yang melanggar). Pendidikan yang disampaikan dengan bahasa yang lemah lembut, sangat baik untuk menjinakkan hati yang liar dan lebih banyak memberikan ketentraman daripada pendidikan atau pengajaran yang isinya ancaman dan kutukan-kutukan yang mengerikan. Jika sesuai tempat dan waktunya, maka tidak ada jeleknya memberikan pendidikan yang berisikan peringatan yang keras atau tentang hukuman-hukuman.
c. Metode Jidal (Debat), Metode ini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk merangsang perhatian murid dengan berbagai cara (sebagai apresiasi, selingan, dan evaluasi). Selain itu, dalam pelaksanaan metode ini, perlu menerapkan kemungkinan jawaban pertanyaan, apakah banyak mengandung masalah ataukah hanya terbatas pada jawaban “ya” dan ”tidak”.
B.     SARAN
Kesimpulan yang didapatkan, maka penulis mencoba memberikan masukan atau saransaran kepada pembaca ini :
1. Bagi seluruh pendidik formal maupun informal agar menerapkan metode-metode pendidikan yang ada dalam Al-Qur’an di antaranya adalah; metode Hikmah (perkataan yang bijak), metode Mau’idzhah Hasanah (Nasihat Yang Baik), dan Metode Jidal (Debat).
2. Hendaknya seorang pendidik mendidik peserta didik menggunakan, menuturkan perkataan-perkataan yang bijak dimana dalam hal ini termasuk salah satu metode pendidikan dalam Al-Qur’an.
3. Hendaknya pendidik memberikan nasehat dan peringatan yang baik dan benar, perkataan yang lemah lembut, penuh dengan keikhlasan, sehingga peserta didik terdorong untuk melakukan segala aktivitasnya dengan baik, di samping itu seorang pendidik juga dituntut untuk bertindak tegas dalam mendidik.
4. Seorang pendidik hendaknya membuat peserta didiknya aktif di dalam kelas dikarenakan sesuai dengan yang dianjurkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an.


DAFTAR PUSTAKA

Nizar,samsu Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009)
Surakhmat, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar (Bandung: Tarsito, 1999)
Muhammda, syadid. Metode Pembinaan Dalam Alquran (Jakarta: Robbani Press, 2003)
Muhammad bin jarir At-Thabari,abu ja’far.  Tafsir Ath- Thabari ,Terj. Jami’ Al-bayan abn Ta’wil Ayi Al-Qur’an oleh misbah , dkk. (Jakarta: Pustaka Azzam ,2009)
Hamka, Tafsir Al-azhar , Juzu’ 13 dan juzu’ 14 (Jakarta : Pustaka Panjimas, 2004)
Asy-Syanqithi , syaikhTaffsir Adhwa’ul Bayan, Terj. Adhwa’ Al-Bayan fi Idhah Al-Qu’an bi al-Qur’an oleh bari, dkk. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007)
Al-Maraghi ,ahmad Mustafa.  tafsir al-maraghi, Terj. Tfsir al-maraghi oleh K. Anshori dkk, juz XIII (Semaran: PT. Karya Toha Putra,1994)
Ar-Rifa’I,Muhammad Nasib.  kemudahan dari Allah: Ringggkasan Taffsir Ibnu Katsir, Terj. Taisiru al-aliyyul Qadir li ikhtishari tafsir ibnu katsir oleh Syihabuddin, jilid 2 (Jakarta:Gema Insani Press,1999)

Shihab,M. Quraisy. Tafsir Al-Misbah, Vol:7 (Jakarta: Lentera Hati,2002)

Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990),

 Arief, armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002)
Fannani,zain. Skripsi Tafsir Surat An-Nahl ayat 125 tetang metode pembelajaran (JAKARTA:UIN SYARIF HIDAYATULLAH,2014)


[1] Samsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hlm. 209.
[2] Surakhmat, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar (Bandung: Tarsito, 1999), hlm.  96.
[3] Syadid Muhammda, Metode Pembinaan Dalam Alquran (Jakarta: Robbani Press, 2003), hlm. 23.

[4] Syadid Muhammda, Metode Pembinaan Dalam Alquran, hlm.  23.
[5] Abu ja’far Muhammad bin jarir At-Thabari, Tafsir Ath- Thabari ,Terj. Jami’ Al-bayan abn Ta’wil Ayi Al-Qur’an oleh misbah , dkk. (Jakarta: Pustaka Azzam ,2009)hlm. 389
[6] Ibid.
[7] Ibid.
[8] Hamka, Tafsir Al-azhar , Juzu’ 13 dan juzu’ 14 (Jakarta : Pustaka Panjimas, 2004) hlm. 321
[9] At-Thabari’, Loc.Cit
[10] Hamka, loc.cit
[11]  Syaikh Asy-Syanqithi , Taffsir Adhwa’ul Bayan, Terj. Adhwa’ Al-Bayan fi Idhah Al-Qu’an bi al-Qur’an oleh bari, dkk. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007) hlm. 621
[12] At-Thabari’, loc.cit.
[13] Ahmad Mustafa Al-Maraghi , tafsir al-maraghi, Terj. Tfsir al-maraghi oleh K. Anshori dkk, juz XIII (Semaran: PT. Karya Toha Putra,1994) cet.II hlm. 290
[14] Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, kemudahan dari Allah: Ringggkasan Taffsir Ibnu Katsir, Terj. Taisiru al-aliyyul Qadir li ikhtishari tafsir ibnu katsir oleh Syihabuddin, jilid 2 (Jakarta:Gema Insani Press,1999) cet. 1, hlm. 1078-1079
[15] Hamka ,op.cit. hlm. 322
[16] M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol:7 (Jakarta: Lentera Hati,2002)hlm. 385-386
[17] Ibid,hlm. 389-387
[18] Ibid, hlm. 386-388
[19] Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), cet ke 1,hlm. 115
[20] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm. 136
[21] Zain Fannani,Skripsi Tafsir Surat An-Nahl ayat 125 tetang metode pembelajaran (JAKARTA:UIN SYARIF HIDAYATULLAH,2014) hlm. 28-29

Tidak ada komentar:

Posting Komentar