Laman

new post

zzz

Minggu, 24 Februari 2019

UQ E 2b Sejarah Turunnnya Al-Qur’an


Sejarah T
Sejarah Turunnnya Al-Qur’an
Fatiatur Rohmah
NIM. (2318060)
Kelas E 

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019


KATA PENGANTAR


Puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Turunnya AL-Qur’an” sesuai rencana, sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, para sahabatnya, serta orang-orang yang mau mengikuti sunnah-sunnahnya.
Ucapan terimakasih kami tujukan kepada bapak Muhammad Hufron,M.S.I selaku dosen mata kuliah Ulumul Qur’an atas tugas yang telah di berikan sehingga menambah wawasan penulis tentang identitas negara.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan inpirasi terhadap pembaca. Amin yaa robbal ‘alamin.



Pekalongan, 26 Febuari 2019



Penulis







DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR................................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C.     Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Turunnya Al-Qur’an................................................................................................ 2
B.     Ayat yang Pertama dan Terakhir Turun.................................................................. 4
C.     Nabi dan Penerimaan Wahyu.................................................................................. 5
D.    Ruang Lingkup Kajian Nuzul Al-Qur’an................................................................ 6

BAB III PENUTUP

A.    Simpulan.................................................................................................................. 7
B.     Saran........................................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 8

BUKU REFERENSI.................................................................................................. 9

PROFIL PENULIS..................................................................................................... 10














BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sejarah turunnya Al-Qur’an dan cara pemeliharaannya merupakan salah satu pokok bahasan yang sangat penting untuk dikaji dalam mata kuliah Ulumul Qur’an, di mana Al- qur’an adalah kalam Allah ang bernilai mukjizat yang di turunkan pada rasulullah melalui malaikat Jibril yang diriwayatkan secara mutawatir dan membacanya adalah bernilai ibadah.  Oleh karena itu sebagai umat Islam setidaknya mengetahui tentang Al- qur’an, salah satunya adalah sejarah turunnya dan pemeliharaannya.
Dalam pokok bahasan ini akan dibahas beberapa sub pokok bahasan yang dianggap sangat penting dalam pembahasan sejarah turunnya Al-Qur’an dan cara pemeliharaannya tahapan turunnya Al – qur’an, cara al – qur’an di turunkan, dan cara- cara pemeliharaannya. Yang nantinya akan di bahas dalam makalah ini
Dalam hal ini kami hanya mengambil sebagian kecil dari beberapa sub pokok bahasan yang lain dan kami anggap sub pokok itulah yang dianggap sangat penting untuk dikaji lebih dalam lagi sehingga kita sebagai umat islam mengerti dan memahami tentang sejarah dan pemeliharaan al Qur’an.Untukitu semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan sebaik-baiknya bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
B.     Rumusan Masalah

1.      Menjelaskan sejarah turunnya Al-Quran
C.    Tujuan Penulisan
      Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk memenuhi tugas perkuliahan juga agar kami khususnya semua mahasiswa pada umumnya mampu memahami sejarah turunnya Al-Quran.


BAB II
PEMBAHASAN

Sejarah Turunnya Al-Qur’an

Al-qur’an diturunkan pada masyarkat Arab saat itu adalah untuk meluruskan patologi sosial masyarakat Arab dan sebagai kitab petunjuk bagi seluruh umat manusia. Tata nilai masyarakat Arab sudah sedemikian parahnya sehingga perlu adanya kitab petunjuk untuk meluruskan kondisi tersebut. Tata nilai dan perubahan yang dibawa oleh Al-Qur’an mampu memberikan pengaruh yangn cukup mendalam pada diri orang Arab sehingga Islam mampu membangun tatanan baru masyarakat yang kokoh berlandaskan Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah suatu ajaran yang berkepentingan terutama untuk menghasilkan sikap moral yang benar bagi tindakan manusia. Tindakan yang benar, apakah itu tindakan politik keagamaan ataupun sosial, dipandang al-qur’an sebagai ibadah (pengabdian terhadap Allah). Karena itu, Alqur’an mengutamakan semua penekanan moral dan faktor-faktor psikologis yang melahirkan kerangka berfikir yang benar bagi tindakan.[1]

A.    Turunnya Al-Qur’an

An-nuzul secara bahasa berarti al-hulul, yaitu penurunan.[2] An-nuzul juga bermakna bergeraknya sesuatu dari atas ke bawah.[3] Dengan demikian, an-nuzul adalah proses turunnya pemberitaan dengan melalui lafaz-lafaz dalam bentuk huruf-huruf. Maksudnya, turunnya yang membawa Al-Qur’an baik turunnya ke langit dunia maupun kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karenanya Al-Qur’an memiliki tiga periode:[4]
a)      Ketika di Bait al-Muhfuz. Maksudnya, sebelum Al-qur’an disampaikan kepada Rasulullah, sebagai utusan Allah terhadap manusia, ia terlebih dahulu disampaikan kepada lawh al-mahfuzh, yaitu suatu lembaran yang terpelihara di mana Al-qur’an pertama kalinya ditulis pada lembaran tersebut.
b)      Kemudian diturunkan ke langit pertama dengan sekaligus. Penurunan tahap kedua ini bertepatan dengan malam lailatul qadar.
c)      Kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur melalui Jibril selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, atau selama 23 tahun.[5] Jibril menyampaikan wahyu ke dalam hati Nabi, sehingga setiap kali wahyu itu disampaikan beliau langsung menghafalnya.
Al-qur’an turun kepada Nabi Muhammad SAW melalui Jibril a.s secara berangsur-angsur sesuai dengann berbagai kejadian dan kebutuhan manusia serta situasi dan kondisi. Proses ini berlangsung sampai tanggal 17 Ramadhan, yaitu hari penurunan awal surat Iqra’ yang merupakan awal penurunan Al-qur’an. Jangka waktunya adalah 6 bulan dan lima hari. [6]
Ada dua cara penurunan (tanzil) :
Pertama: Nabi Saw.ke luar dari dimensi fisik manusiawinya dan memasuki dimensi rohani Malaikat kemudian menerimanya dari Jibril.
Kedua: Malaikat Jibril ke luar dari dimensi rohani malaikatnya dan memasuki dimensi fisik manusiawi kemudian Rasulullah SAW.menerima darinya. Cara pertama dirasakan paling berat bagi Nabi SAW.[7]

Ada empat hikmah atau tujuan kenapa Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur, yaitu sebagai berikut:
1.      Menetapkan atau menguatkan hati Nabi SAW. Dengan turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur, maka berarti Nabi SAW akan selalu berjumpa dengan Jibril dan menerima Al-Qur’an. hal ini secara psikologis akan berpengaruh kepada Nabi SAW dalam menyampaikan risalah ilahi; ia akan menjadi tegar dan kuat.
2.      Berangsur-angsur dalam mendidik umat yang sedang tumbuh ini untuk menanamkan ilmu dan amal. Hal ini dapat memberikan kemudahan kepada para sahabat dalam memahami dan menghafal setiap ayat yang diturunkan, terlebih lagi mengamalkannya. Betapa sulitnya memahami dan menghafal ayat-ayat yang begitu banyak jika ia diturunkan secara sekaligus. Dan bahkan lebih sulit lagi mengamalkannya, karena perintah dan larangan yang begitu banyak muncul secara bersamaan. Maka untuk itulah Allah menurunkan ayat-ayat tersebut secara berangsur-angsur.
3.      Menyesuaikan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa itu. paling tidak ada dua hal yang menyebabkan perlunya penyesuaian penurunan ayat dengan peristiwa yang sedang terjadi; pertama akan menimbulkan kesan yang mendalam sehingga umat Islam benar-benar merasakan betapa butuhnya mereka kepada Al-Qur’an. bagaikan orang yang sedang sakit, kemudian diberikan obat langsung menyembuhkannya. Dan kedua adalah berguna untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan para sahabat secara langsung dengan wahyu yang diturunkan ketika itu juga atau menunggu beberapa lama. Hal ini selain menimbulkan kesan yang dalam kepada para penanya, juga dapat menambah keyakinan mereka bahwa Al-Qur’an benar-benar datang dari Allah, sehingga Nabi harus menunggu turunnya ayat berkenaan.
4.      Memberikan isyarat yang nyata kepada musuh-musuh Islam, bahwa Al-Qur’an adalah kalam Tuhan yang datang dari Allah, bukan perkataan Nabi. Jika ia kalam Muhammad SAW maka ia dapat mengungkapkannya kapan dan dimana saja, tidak perlu menunggu.[8]

B.     Ayat yang Pertama dan Terakhir Turun

Al-Qur’an pertama kalinya diturunkan kepada Nabi Muhammad pada 17 Ramadhan tahun pertama kenabian atau di waktu Muhammad telah di angkat menjadi Nabi. Surah yang pertama kali turun adalah AL-Alaq (96) ayat 1-5, yaitu

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang maha mulia. Yang mengajar manusia (dengan  perantaraan) qalam. Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Ayat yang terakhir turun adalah Surah AL-Ma’idah (5) ayat 3. Ayat ini turun di Padang Arafah ketika Rasulullah menunaikan haji te rakhir, dan ia masih hidup beberapa bulan lagi setelah itu. sedangkan Q.S Al-Baqarah (2) ayat 281, turun 9 hari atau 81 hari menjelang Rasul SAW wafat.

C.    Nabi dan Penerimaan Wahyu
Al-qur’an menyebutkan, ada tiga cara penyampaian misi ilahiah itu kepada para nabi dan rasul, yaitu melalui wahyu, pembicaraan di balik hijab, dan atau Allah mengirim seorang utusannya.
Dari tiga cara penyampaian misi ilahiah itu, dua di antaranya langsung dari Allah kepada Nabi dan satu lainnya melalui perantaraan malaikat. Adapun yang langsung dari Allah kepada para nabi adalah melalui wahyu dan pembicaraan di balik tabir.
Wahyu, menurut Al-Hijazi, berarti menyampaikan sesuatu ke dalam hati, sama ada di waktu bangun ataupun di waktu tidur.[9] Menurut Ar-Zarqani wahyu itu adalah pemberitahuan Allah kepada hamba pilihannya mengenai segala macam hidayah dan ilmu yang ingin disampaikan dengan cara tersembunyi dan tidak terjadi pada manusia biasa.[10]
Pembicaraan di balik tabir merupakan salah satu cara Allah menyampaikan risalah-Nya kepada Nabi. Nabi tidak melihat Allah, tetapi ia dapat menerima hidayah atau risalah tersebut, seperti yang dialami oleh Nabi Musa.
Cara lainnya adalah melalui perantaraan malaikat. Hal ini me;iputi empat cara[11], yaitu sebagai berikut.
1.      Malaikat menyampaikan ke dalam hati Nabi, di mana Nabi tidak melihatnya.
2.      Malaikat datang kepada Nabi seperti seorang laki-laki dan lalu menyampaikan misi ilahiah itu kepadanya.
3.      Malaikat datang kepada Nabi seperti bunyi bel.
4.      Malaikat datang kepada Nabi dalam bentuk aslinya sebagai malaikat. Kemudian ia menyampaikan misi ilahiah itu kepada Rasul sesuai dengan apa-apa yang Allah kehendaki.
D.    Ruang Lingkup Kajian Nuzul Al-Qur’an

Bahasan mengenai nuzul Al-Qur’an mencakup berbagai aspek, di antaranya aspek sosiologis historis turunnya suatu ayat, yaitu bagaimana situasi dan kondisi masyarakat Arab ketika diturunkannya suatu ayat. Dalam kajian ulum Al-Qur’an hal ini disebut dengan asbab nuzul.
Selain sosiologis historis, kajian nuzul Al-Qur’an mencakupi pula keberadaan, situasi, kondisi dan iklim yang sedang dialami Rasulullah ketika menerima suatu ayat, yaitu apakah Nabi ketika menerima suatu ayat berada di kediamannya atau dalam perjalanan, siang atau malam, dan di musim dingin atau musim panas.




















BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Al-qur’an diturunkan pada masyarkat Arab saat itu adalah untuk meluruskan patologi sosial masyarakat Arab dan sebagai kitab petunjuk bagi seluruh umat manusia. Tata nilai masyarakat Arab sudah sedemikian parahnya sehingga perlu adanya kitab petunjuk untuk meluruskan kondisi tersebut. Tata nilai dan perubahan yang dibawa oleh Al-Qur’an mampu memberikan pengaruh yangn cukup mendalam pada diri orang Arab sehingga Islam mampu membangun tatanan baru masyarakat yang kokoh berlandaskan Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah suatu ajaran yang berkepentingan terutama untuk menghasilkan sikap moral yang benar bagi tindakan manusia. Tindakan yang benar, apakah itu tindakan politik keagamaan ataupun sosial, dipandang al-qur’an sebagai ibadah (pengabdian terhadap Allah). Karena itu, Alqur’an mengutamakan semua penekanan moral dan faktor-faktor psikologis yang melahirkan kerangka berfikir yang benar bagi tindakan.


B.     Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna. Jadi, diharapkan untuk pembimbing dan pembaca agar dapat memberikan kritik dan sarannya agar makalah ini dapat menjadi lebih baik kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya, dan kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran setelah membaca makalah ini. Amin.






DAFTAR PUSTAKA


Hamid, Abdul.2016. Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Kencana
      Prenada Media Group
Muhammad, Syeikh.2002. Studi Al-Qur’an  Al-Karim. Bandung: CV Pustaka Setia
      Abidin, Zainal. 1992. Seluk Beluk Al-Qur’an. Jakarta: Rineka Cipta
      M Yusuf, Kadar. 2012. Studi Al-Qur’an. Jakarta:Amzah


BUKU REFERENSI











PROFIL PENULIS



Nama                     : Fatiatur Rohmah
NIM                      : 2318060
Jurusan      : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Kelas                     : Ulumul Qur’an E
Tempat Lahir         : Pekalongan
Tanggal Lahir        : 13 November 2000
Alamat      : Tangkil Tengah No. 62 Kedungwuni
Motivasi    : Waktu Adalah Uang




[1] Fazlur Rahman, Islam, terj. Ahsin Muhammad (Bandung: Pustaka, 1994), 354.
[2] Abu al-Hasan al-Mursiy, Al-Muhkam Wa al-Muhith al-A’zham, (Beirut: Dar al-Kutub, 2000), Juz 9, h.49.
[3] Abu al-Hasan al-Andalusy, Al-Mukhassas li Ibn Sayyidah, (Beirut: Dar Ihya, 1996), Juz 3, Cet. Ke-1, h. 312.
[4]  Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, (Mesir: Al-Haiah, 1990), h.28.
[5] Kadar M.Yusuf, Studi Al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 2012), hlm.17.
[6] Syeikh Muhammad, Studi Al-Qur’an Al-karim (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm.93.
[7] Zainal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur’an (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm.69.
[8] Ibid, hlm:19.
[9] Hijazi, At-Tafsir Al-Wadhih, Jilid III, hlm.379.
[10] Az-Zarqani, Manahil Al-Irfan, Jilid I, hlm.56.
[11] Sayyid Quthb. Fi Zhilal Al-Qur’an, Jilid V, Kairo: Dar Asy-Syuruq, 1998,hlm.3170.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar