Allah Sebagai Pendidik Hakiki dan
Karakter Pendidik
( Al-Qur’an Surat Ar-Rahman ayat 1-4 dan Surat
Al-Fatihah ayat 1-4)
Ghisna Madina
NIM : 2418001
Kelas B
PENDIDIKAN
ISLAM ANAK USIA DINI
FALKUTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehigga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Allah
Sebagai Pendidik Hakiki dan Karakter Pendidik”. Penyusunan
makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Tafsir Tarbawi. Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam
bidang Tafsir.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Karena itu, kami mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk
melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu selama proses penyusunan makalah ini.
Pekalongan 17 Maret 2019
Ghisna Madina
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat
berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran
normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya
terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan
formal (sekolah) saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh
dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga jadi untuk menjadi pendidik
yang baik dan sebagai panutan Siswa dan Siswi atau Peserta didik maka kita
harus mengetahui subjek pendidikan yang baik dan memiliki kualitas yang tinggi,
maka dengan memahami Al Qur’an surat Ar-Rahman Ayat 1-4 kita sebagai calon
pendidik akan mengetahui sikap yang harus dimiliki seorang pendidik. Dan juga
sebagai seorang pendidik kita harus memiliki kriteria atau karakter yang harus
ada pada diri seorang pendidik seperti yang akan dijelaskan melalui tafsir dari
Al Qur’an surat Al Fatihah ayat 1-4 sebagai landasan atau acuan karakter
seorang pendidik.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengertian pendidik dan Allah sebagai pendidik
hakiki menurut QS. Ar-Rahman ayat 1-4
2.
Bagaimana karakter pendidik berdasarkan QS. Al Fatihah ayat
1-4
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian pendidik dan Allah sebagai
pendidik hakiki
2.
Untuk mengetahui karakter pendidik berdasarkan QS. Al Fatihah
ayat 1-4
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendidik dan Allah
Sebagai Pendidik
1.
Pengertian Pendidik
Dari segi bahasa pendidik adalah orang
yang mendidik (Poerwadarminta, 1976;250) dari segi pengertian ini timbul kesan
bahwa pendidik ialah orang yang melakukan kegiatan dalam hal mendidik. Dalam
bahasa Inggris ditemui beberapa kata yang mendekati maknanya dengan pendidik.
Kata-kata tersebut seperti teacher yang berarti guru atau pengajar,dan tutor
yang berarti guru pribadi atau guru yang mengajar dirumah (Echols dan
Shadily,1980;560). Dalam bahasa Arab dijumpai kata Ustadz, Mudarrist, Mu’allim
dan Muad’dib. Kata Ustadz jama’nya Asaatidz yang berarti teacher atau guru,
professor (gelar akademik atau jenjang dibidang intelektual), pelatih, penulis,
dan penyair (Wehr,1974:15). Sementara kataMudarris berarti teacher (guru)
,instructur (pelatih), dan lecturer (dosen). Selanjutnya kata Mual’llim yang
berarti teacher (guru) trainer (pemandu). Kemudian, kata Muad’dib berarti
Educator (pendidik) atau teacher in Quranic School(guru dalam lembaga pendidikan
al-Quran).
Muhaimin secara utuh mengemukakan karakteristik
tugas-tugas pendidik dalam pendidikan islam. Dalam rumusannya Muhaimin
menggunakan istilah-istilah ustadz, mu'alim, murabbi, mursyid,
mudarris danmu'addib.[1] Untuk lebih jelasnya, diuraikan sebagai berikut:
1. Ustadz adalah
orang berkomitmen dengan profesionalitas, yang melekat pada dirinya setiap
dedikatif, komitmen terhadap mutu, proses dan hasil kerja, serta sikap
continuous improvement.
2. Mu'allim adalah
orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta menjelaskan
fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan fungsi teoritis praktisnya, sekaligus
melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi implementasi (amaliah).
3. Murabbi adalah
orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta
mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan
malapetaka bagi dirinya, masyarakat, dan alam sekitarnya.
4. Mursyid adalah
orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri atau menjadi
pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didik.
5. Mudarris adalah
orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta memperbarui
pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan dan berusaha mencerdaskan
peserta didik, memberantas kebodohan, serta melatih keterampilan sesuai dengan
bakat, minat dan kenampuannya.
6. Mu’addib adalah
orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab dalam
membangun peradaban yang berkualitas dimasa depan.
Dalam pendidikan islam, pendidik adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa),
kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).[2]
2.
Allah Sebagai Pendidik
a.
Dalil surat ar-Rahman ayat 1-4
ٱلرَّحۡمَـٰنُ (١) عَلَّمَ
ٱلۡقُرۡءَانَ (٢) خَلَقَ
ٱلۡإِنسَـٰنَ (٣) عَلَّمَهُ
ٱلۡبَيَانَ (٤)
-
(Tuhan) Yang Maha Pemurah
-
Yang telah mengajarkan Al
Qur’an
-
Dia menciptakan manusia
-
Mengajarkannya pandai
berbicara
Ar-Rahman yang berarti Yang Maha Pemurah
merupakan surah ke 55 di antara surah-surah dalam Al-Qur’an, surah ini terdiri
atas 78 ayat. Termasuk surah-surah makkiyyah.[3]
Berikut isi kandungan dari surat ar-Rahman ayat 1-4 :
1.
Al-Qur’an surah ar-Rahman ayat 1-2
(-) Ar Rahman: salah satu diantara nama-nama
Allah yang indah (Asma’ul Husna). Dalam konteks ayat ini mengandung arti bahwa
kaum musyrikin Mekah tidak mengenal siapa ar-Rahman dan dimulainya surah ini
dengan kata tersebut bertujuan untuk mengundang rasa ingin tahu mereka dengan
harapan akan tergugah untuk mengakui nikmat-nikmat dan beriman kepada-Nya. Di
sisi lain penggunaan kata tersebut di sini sambil menguraikan nikmat nikmat-Nya,
merupakan juga bantahan terhadap mereka yang enggan mengakui-Nya itu.[4]
(-) Allama: mengajarkan (memerlukan dua
objek). Banyak ulama yang menyebutkan objeknya adalah kata al-insan / manusia
yang diisyaratkan oleh ayat berikut. Thabathaba’i menambahkan bahwa jin juga
termasuk, karena surah ini ditunjukkan kepada manusia dan jin. M. Quraish
Shihab berpendapat bahwa bisa saja objeknya mencakup selain kedua jenis
tersebut. Malaikat Jibril yang menerima dari Allah wahyu-wahyu Al-Qur’an untuk
disampaikan kepada Rasul saw. termasuk juga yang diajarkan-Nya karena bagaimana
mungkin malaikat itu dapat menyampaikan bahkan mengajarkannya kepada Nabi
Muhammad saw. sebagaimana yang dinyatakan dalam Q.S. an-Najm: 5. Bagaimana
mungkin malaikat Jibril mampu mengajarkan firman Allah itu kepada Nabi Muhammad
saw. kalau malaikat itu sendiri tidak memperoleh pengajaran dari Allah swt. di
sisi lain tidak disebutkannya objek kedua dari kata tersebut, mengisyaratkan
bahwa ia bersifat umum dan mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh
pengajaran-Nya.[5]
(-)
Al-Qur’an: adalah firman Allah swt. yang disampaikan oleh malaikat Jibril
kepada Nabi Muhammad saw. dengan lafal dan maknanya yang beribadah siapa yang
membacanya, dan menjadi bukti kebenaran mukjizat Nabi Muhammad saw. kata
Al-Qur’an juga dapat dipahami sebagai keseluruhan ayat-ayatnya yang enam ribu
lebih itu, dan dapat juga digunakan untuk menunjuk walau satu ayat saja atau
bagian dari satu ayat.[6]
2.
Al-Qur’an surah ar-Rahman ayat 3-4
(-) Al-Insan : umat manusia.
Pada kata al-Insan ini mencakup semua jenis manusia, sejak Adam as.
sampai akhir zaman.[7]
(-) Al-Bayan : kemampuan manusia untuk
mengutarakan isi hati dan memahamkannya kepada orang lain.[8]
Kata al-bayan berasal dari bana-yabinu-bayanan yang berarti nyata, terang dan
jelas. Dengan al-bayan dapat terungkap apa yang belum jelas. Pengajaran
al-bayan oleh Allah swt. tidak hanya terbatas pada ucapan, tetapi mencakup
segala bentuk ekspresi, termasuk seni dan raut muka. Menurut Al- Biqa’i, kata
al-bayan adalah potensi berpikir, yakni mengetahui persoalan kulli dan juz’i,
menilai yang tampak dan yang gaib serta menganalogikannya dengan yang tampak.
Kadang-kadang al-bayan berarti tanda-tanda, bisa juga berarti perhitungan, atau
ramalan. Itu semua disertai potensi untuk menguraikan sesuatu yang tersembunyi
dalam benak serta menjelaskan dan mengajarkannya kepada pihak lain. Sekali
dengan kata-kata, kemudian dengan perbuatan, dengan ucapan, tulisan, isyarat
dan lain-lain.[9]
B.
Karakter pendidik
menurut surat Al-Fatihah ayat 1-4
1. Pengertian karakter
Karakter merupakan unsur pokok dalam diri
manusia yang dengannya membentuk karakter psikologi seseorang dan membuatnya
berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam
kondisi yang berbeda-beda.Berbagai definisi istila atau term dari karakter itu
sendiri para tokoh dan ulama telah menjelaskannya, diantaranya adalah sebagai
berikut: Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti "to
mark" (menandai) dan memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu, seseorang yang
berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus dikatakan sebagai orang yang
berkarakter jelek, sementara seoarang yang berperilaku jujur, suka menolong
dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat
kaitanya dengan personality (kepribadian) seseorang. Seseorang bisa disebut
orang yang berkarakter (a person of character) apabila perilakunya sesuai
dengan kaidah moral.[10]
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa
Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapun yang dimaksud
berkarakteradalah berkepribadian, beperilaku, bersifat, bertabiat, dan
berwatak. Sebagian menyebutkan karakter sebagai penilaian subjektif terhadap
kualitas moral dan mental, sementara yang lainya menyebutkan karakter sebagai
penilaian subjektif terhadap kualitas mental saja, sehingga upaya mengubah atau
membentuk karakter hanya berkaitan dengan stimulasi terhadap intelektual
seseorang. Coon mendefinisikan karakter sebagai suatu penilain subjektif
terhadap kepribadiaan seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadiaan yang
dapat atau tidak dapat di terima oleh masyarakat. Karakter berarti tabiat atau
kepribadian. Karakter merupakan keseluruhan disposisi
kodrati dan disposisi yang telah di kuasai secara stabil yang mendefinisikan
seseorang individu dalam keseluruhan tata perilaku psikisnya yang menjadikannya
tipikal dalam cara berpikir dan bertindak.[11]
Dalam tulisan bertajuk Urgensi Pendidikan
Karakter, Prof. Suyanto, Ph.D. menjelaskan bahwa "karakter adalah cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan
Negara". Dalam istilah psikologi, yang disebut karakter adalah watak
perangai sifat dasar yang khas satu sifat atau kualitas yang tetap terus
menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi seorang
pribadi.[12]
2. Karakter pendidik menurut surat Al-Fatihah ayat 1-4
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ (١)
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ (٢) ٱلرَّحۡمَـٰنِ
ٱلرَّحِيمِ (٣) مَـٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ (٤)
-
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
-
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
-
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
-
Yang menguasai di Hari Pembalasan
Nilai-nilai pendidikan
Islam yang ada didalam surat Al-Fatihah di antaranya adalah nilai pendidikan
keimanan, nilai pendidikan ibadah, nilai pendidikan tentang hukum Islam
(syari’ah), dan nilai pendidikan tentang kisah-kisah bersejarah.
1.
Nilai pendidikan keimanan yang ada didalam surat Al-Fatihah,
adalah tentang diperkenalkannya sifat Allah SWT yang menyeluruh yaitu Ar-Rahman dan ar-rahim (yang
maha pengasih dan maha penyayang). Dan juga dikenalkan bahwasanya Allah SWT
adalah yang menguasai alam semesta ini, yaitu yang terdapat pada lafadz Rabb
al-Alamin. Ajaran keimanan yang terdapat dalam surat Al-Fatihah menekankan
tentang pentingnya mengenal Allah SWT, dengan mengamati secara seksama yang ada
di jagat raya ini. Dan hal ini semua terdapat pada surat Al-Fatihah ayat 1-4.
2.
Nilai pendidikan ibadah yang terkandung dalam surat
Al-Fatihah yang terdapat dalam ayat ke-5. Yang mempunyai arti “kepada-Mu
kami menyembah dan kepada-Mu kami memohon pertolongan”. Inti dari ibadah
adalah ketundukan untuk melaksanakan segala perintah dan menjauhi yang dilarang
oleh Allah SWT. Namun, ibadah tidak hanya berkutat dalam artian khusus seperti
melaksanakan Salat, Puasa, Zakat, dan Haji. Tetapi juga ibadah yang mempunyai makna
yang luas, yaitu seluruh aktivitas kebaikan yang dilakukan untuk mengangkat
martabat manusia dengan tujuan ikhlas karena Allah SWT.
Dalam perspektif pemikiran
Rasyid Ridha dalam tafsirnya Al-Manar bahwa kandungan ibadah
yang dimaknai secara luas ini juga akan menghidupkan tauhid dalam hati dan
mematrikannya dalam jiwa. Ibadah dalam arti demikianlah yang harus menjadi
tujuan dalam pendidikan Islam, supaya Islam tidak hanya yang berwujud
simbol-simbol saja namun juga etika dan estetika.
3.
Nilai
pendidikan Islam, yang ada dalam surat Al-Fatihah adalah tentang hukum agama
atau syariat. Hal ini ada dalam ayat yang ke-6, yang mempunyai arti “Tunjukilah
Kami jalan yang lurus”. Maksud dari jalan yang lurus disini adalah agama,
dengan hukum-hukumnya yang menjadi aturan bagi manusia dalam kehidupan, untuk
memecahkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan dunia maupun akhirat.
Ajaran tentang hukum agama
sangat erat kaitannya dengan sebuah kurikulum pendidikan yang merupakan produk
pemikiran manusia. Oleh karena itu dengan adanya agama, sebuah pemikiran bisa
dipagari supaya tidak menjadi liar dan brutal. Dengan tetap menyeimbangkan
antara rasionalitas akal (aqli) dan wahyu (naqli). Dan hal ini tentu saja sangat
penting di era sekarang ini.
4.
Nilai pendidikan Islam
terakhir yang termuat dalam surat Al-Fatihah adalah
tentang ajaran kisah-kisah yang bersejarah. Hal ini terdapat dalam ayat
terakhir yang artinya sebagaimana berikut “(yaitu) jalan orang-orang
yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. Di mana ayat ini memberikan
informasi tentang sejarah orang yang mendapatkan kenikmatan dan kemurkaan serta
kesesatan dari Allah SWT.
Mereka
yang mendapat kenikmatan seperti para nabi, orang-orang sholih dan lain
sebagainya. Diharapkan bisa menjadi teladan bagi umat manusia agar menjadi
baik, bukan menjadi yang buruk sebagaimana yang mendapat kemurkaan dari Allah
SWT seperti orang-orang yang mengingkari kebenaran, berbuat keburukan dan
sebagainya.
Kisah-kisah bersejarah sangat disukai
oleh kalangan banyak dan juga menjadi media untuk berdakwah, karena selain di
dalamnya banyak hikmah juga banyak motivasi. Misalnya kisah tentang ketampanan
Nabi Yusuf AS, dimana dari kisah tersebut bisa diambil hikmah bahwa ketampanan
tidak hanya luar saja tetapi juga butuh ketampanan batin.
Dengan banyaknya nilai-nilai
pendidikan Islam yang beberapa diantaranya dicontohkan dalam surat Al-Fatihah,
bisa dikatakan bahwa karakteristik yang menonjol dalam pendidikan Islam adalah
religius moralisnya. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ghazali,
bahwa bahwa karakteristik pendidikan Islam adalah agama dan moralitas yang
tidak mengesampingkan hal-hal yang bersifat duniawi, akal, dan ketrampilan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka makalah
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Dalam pendidikan islam menurut muhaimin pendidik bisa
dibedakan dengan ustadz, mu'allim, murabbi, mursyid,mudarris,
mu’addib dengan pengertian serta
tugas yang berbeda.
2.
Allah menjelaskan pada surat Ar-Rahman tentang
kuasa-Nya menciptakan manusia dan mengajarkan ilmu serta pengetahuan pada
tiap-tiap manusia.
3.
Sebagai seorang pendidik yang dijelaskan dalam
surat Al-Fatihah ayat 1-4 mengenai karakteristik
pendidikan Islam adalah agama dan moralitas yang tidak mengesampingkan hal-hal
yang bersifat duniawi, akal, dan ketrampilan.
DAFTAR PUSTAKA
Bukhari Umar, ilmu Pendidikan
Islam (Jakarta: Amzah,2010) hlm.89
Abdul Mujib & Abdul mudzakir, Ilmu
Pendidikan Islam, (jakarta: Kencana Prenada Media,2006) hlm.87
M.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah,
(Jakarta: Lentera Hati, 2008), Vol. 13, hlm. 493-494.
Ahmad
Mustafa Al-Maraghi, terj. Bahrun Abubakar dan Hery Noer Ali, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, hlm. 185.
Departemen
Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya,
hlm. 590-591
Zubaedi, Desain
Pendidikan Karakter, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2012, Cet.2)
Hlm. 12
Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia Group,2012, Cet.9) Hlm. 510.
https://makalahnih.blogspot.com/2014/09/kata-pengantar-alhamdulillahsegala-puji.html
diakses hari sabtu tanggal 16 Maret 2019 jam 15:15
BIOGRAFI
Nama : Ghisna Madina
TTL :
Tegal, 31 Agustus 2000
Hobi :
Stalker
Alamat :
Ds. Pamiritan Kec. Balapulang Kab. Tegal
Motto :
Bekerjalah sampai motivatormu menjadi sainganmu.
[1] Bukhari Umar, ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:
Amzah,2010) hlm.89
[2] Abdul Mujib & Abdul mudzakir, Ilmu Pendidikan
Islam, (jakarta: Kencana Prenada Media,2006) hlm.87
[3] Ahsin W., Kamus Ilmu Al-Qur’an,
(Jakarta: Amzah, 2008), hlm. 246.
[4] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera
Hati, 2008), Vol. 13, hlm. 493-494.
[5] Ibid., hlm. 494.
[6] Ibid., hlm. 494
[7] M. Qurash Shihab, Tafsir Al-Misbah, hlm. 494.
[8] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, terj.
Bahrun Abubakar dan Hery Noer Ali, Terjemah
Tafsir Al-Maraghi, hlm. 185.
[9] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, hlm. 590-591.
[10] Zubaedi, Desain
Pendidikan Karakter, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2012,
Cet.2) Hlm. 12
[11] Ibid., hlm 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar