URGENSI MEMPELAJARI MUHKAM-MUTASYABIH, QIRA’AT AL-QURAN DAN I’JAZ
AL-QURAN DALAM KEHIDUPAN
Lu’lu’ Hijriyah
NIM. (2318123)
Kelas B
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU
KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Urgensi Mempelajari Muhkam-Mutasyabih, Qira’at
Al-Quran Dan I’jaz Al-Quran DalamKehidupan”. Shalawat serta salam
senantiasa kami curahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang.
Disamping itu,
saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak
Muhammad Hufron, MSI selaku dosen
pengampu mata kuliahUlumul Qur’an yang telah memeberikan tugas ini kepada saya.
Saya menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah saya di
kemudian hari.
Demikian yang
dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat dengan mudah dipahami oleh para
pembaca, serta dapat memberikan wawasan yang akan berguna dalam kehidupan para
pembaca. Terimakasih.
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin
menjadi sumber ajaran islam yang pertama dan utama yang harus mereka imani serta
diaplikasikan dalamkehidupan agar memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat. Selain
itu Al-Qur’an ini hukumnya sepanjang
masa,
karena tidak
akan ada
satu manusiapun
yang mampu membawa satu kitab tandingan atau sama dengan Al-Qur’an. Jadi,
sebagai seorang muslim wajib mengimani dengan sepenuh hati. Dan sudah sewajarnya
pula mengetahui segala sesuatu tentang mukjizat Al-Qur’an. Karena ada banyak sekali hikmah yang dapat kita ambil untuk menambah keimanan kita.
Dalam upaya memahami Al-Qur’an baik
secara tekstual atau kontekstual diperlukan pemahaman tentang Ulumul Qur’an
dengan urgensi mempelajarinya dari berbagai sub bab pembahasan seperti muhkam-mutasyabih,
qiraat Al-Qur’an, dan i’jaz Al-Qur’an dalam kehidupan.
Dan diharapkan setelah kita memahaminya kita dapat
lebih mencintai Al-Qur’an dan
mengamalkannya dalam setiap segi kehidupan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut
perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian masalah
ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut
:
1.
Bagaimana urgensi mempelajari Muhkam-Mutasyabih dalam kehidupan?
2.
Bagaimana urgensi mempelajari Qiraat Al-Qur’an dalam kehidupan?
3.
Bagaimana urgensi mempelajari I’jaz Al-Qur’an dalam kehidupan?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1.
Untuk mengetahui urgensi mempelajari Muhkam-Mutasyabih dalam kehidupan.
2.
Untuk mengetahui urgensi mempelajari Qiraat Al-Qur’an dalam kehidupan.
3.
Untuk mengetahui urgensi mempelajari I’jaz Al-Qur’an dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Urgensi Mempelajari Muhkam-Mutasyabih
Apabila direnungkan lebih mendalam eksistensi ayat-ayat
mutasyabihat dalam al-Qur’an maka akan terasa bahwa kedudukannya sangat strategis
dan teramat penting. Hal ini terutama dalam
rangka mengembangkan potensi akal budi dan nalar-pikiran. Dengan adanya ayat-ayat
mutasyabihat yang kurang terang pemahamannya,
maka para ulama, pakar, ilmuan dan sebagainya berusaha mengerahkan segenap kemampuan
daya pikir dan zikir mereka untuk mengetahui makna-makna yang terselubung di
balik ungkapan yang samar-samar itu. Seandainya yang sudah jelas, maka tentunya
tidak akan ada upaya mengerahkan daya ijtihad untuk memahaminya.[1]
Usaha-usaha yang dilakukan membuat kreasi dan inovasi
tersebut secara kesinambungan untuk mencapai suatu cita-cita.Kondisi itulah
yang membuat peradaban islam berkembang sebagaimana tercatat dalam sejarah dunia,
khusunya pada abad pertengahan yang
terkenal dengan zaman keemasan islam.[2]
Perkembangan peradaban bukan disebabkan semata-mata
oleh adanya ayat-ayat mutasyabihat, tetapi sebagai pendorong pertama untuk memotivasi
para ulama agar menggunakan nalar mereka, hal ini tak dapat dilepaskan dari pengaruh
adanya ayat-ayat mutasyabihat itu. Inilah peranan penting yang patut dicatat dari
keberadaan ayat-ayat mutasyabihat itu dalam al-Qur’an. Jadi tidak benaranggapan
sebagian orang, bahwa kasamaran makud suatu ayat menjadikan fungsi al-Qur’an
sebagai petunjuk yang akan menuntun kehidupan di muka bumi menjadi berkurang,
malah sebaliknya dengan adanya ayat-ayat tersebut, kehidupan semakin maju dan
modern sebagaiana kita saksikan sekarang ini.[3]
Dengan begitu muhkam-mutasyabih tak lain
merupakan rahmat Allah atas manusia. Manusia yang memiliki keterbatasan akan
selalu membutuhkan Tuhannya. Dan adanya ayat mutasyabih, sebagai pertanda kemampuan manusia itu terbatas , betapapun
tinggi ilmunya, dan betapapun luas pengetahuannya, Allah lebih maha mengetahui
dari apapun yang manusia ketahui.[4]
B. Urgensi Mempelajari
Qiraat Al-Qur’an
Banyak kalangan orientalis yang menjadikan perbedaan qira’at sebagai
bahan untukmengkritik al-Qur’an dan menanamkan keraguan dari usaha mereka yang
ingin dicapai.
Padahal qira’at yang bervariasi tersebut berasal dari Rasulullah. Beliau
mengajarkan pada para sahabat dan sahabat mengajarkannya kepada para tabi’in
dan tabi’in mengajarkannya kepada muridnya secara mutawatir, demikian
seterusnya sampai kepada umat islam di zaman ini dan dimasa yang akan datang.
Berikut beberapa hal pentingnya mempelajari qira’at dalam kehidupan
sehari-hari, menurut Al-Qahthan:
1. Qira’at memudahkan dan meringankan umat
islam membaca al-Qur’an, dengan artian suatu lafadz yang sulit diucapkan dapat
diganti dengan lafadz yang mudah.
2. Sebagai bukti kemukjizatan al-Qur’an dari
segi kepadatan maknanya, karena suatu qira’at menunjukkan suatu hukum syara’
tertentu tanpa pengulangan lafadz. [5]
Karena perbedaan qira’at dapat menampung perbedaan makna tanpa harus mengulang
lafadznya.
3. Mununjukkan betapa terjaganya kitab Allah
ini dari perubahan dan penyimpangan. Sekalipun mempunyai sekian banyak segi
bacaan yang berbeda-beda.
4. Dapat menjelaskan hal-hal yang mungkin
belum jelas dalam qira’at yang lain atau hal yang masih global pada ayat lain.[6]
C. Urgensi Mempelajari
I’jaz Al-Qur’an
Faktor yang mendasari urgensi pembahasan I’jaz Al-Qur’an adalah
kenyataan bahwa persoalan ini merupakan salah satu diantara cabang-cabang pokok
bahasan ‘Ulum Al-Qur’an (Ilmu-ilmu ke-Al-Qur’an-an). [7]
Mukjizat yang ada pada Nabi Muhammad berupa al-Qur’an jelas berbeda
dengan mu’jizat para rasul sebelumnya. I’jazul al-Qur’an (kemukjizatan al-Qur’an)
melebihi segalanya dibanding dengan apa yang sedang mereka banggakan. Dan
keutamaan mukjizat al-Qur’an ini bukan hanya ditunjukkan pada bangsa Arab saja,
namun ak-Qur’an dengan keutamaan mukjizatnya itu diperuntukkan kepada seluruh
alam.[8]
Dengan demikian I’jazul al-Qur’an mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Untuk membuktikan kerasulan Nabi Muhammad
saw.
2. Untuk membuktikan bahwa kitab suci
al-Qur’an benar-benar merupakan wahyu dari Allah.
3. Untuk menunjukkan kelemahan mutu sastra dan
balaghah bahasa manusia.
4. Untuk menunjukan kelemahan daya upaya dan
rekayasa manusia.[9]
Dan urgensi pembahasan I’jaz al-Qur’an dapat dilihat dari dua tataran
berikut:
1. Tataran Teologis, mempelajari I’jaz
al-Qur’an akan semakin menambah keimanan seorang muslim. Selain itu, bagi
orsng-orang non-muslim juga tidak jarang I’jaz al-Qur’an menjadi pintu bagi
datangnya hidayah sehingga memutuskan untuk memeluk islam, terutama ketika
isyarat-isyarat ilmiah, yang merupakan salah satu aspek I’jaz al-Qur’an yang
sudah dapat dibuktikan.
2. Tataran Akademis, mempelajarinya akan
semakin memperkaya khazanah keilmuan kislaman, khususnya yang berkaitan dengan
‘ulum al-Qur’an. Dan salah satu inti dari ‘ulum al-Qur’an adalah mempelajari
kandungan ayat-ayat al-Qur’an yang tersusun dengan menggunakan bahasa arab.
Penggunaan bahasa arab sebagai bahasa al-Qur’an tentu bukan tanpa alasan. Maka
dari itu hanya dengan kegiatan akademis, peluang menangkap maksud sebuah ayat
akan lebih dekat untuk ditemukan.[10]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam upaya memahami Al-Qur’an baik
secara tekstual atau kontekstual diperlukan pemahaman tentang Ulumul Qur’an
dengan urgensi mempelajarinya dari berbagai sub bab pembahasan seperti
muhkam-mutasyabih, qiraat Al-Qur’an, dan i’jaz Al-Qur’an dalam kehidupan. Pentingnya ayat mutasyabihat sebagai pendorong
pertama untuk memotivasi para ulama agar menggunakan nalar mereka, hal ini tak
dapat dilepaskan dari pengaruh adanya ayat-ayat mutasyabihat itu sendiri.
I’jaz berarti melemahkan, sama halnya seperti mukjizat.Sebagai bukti
kemukjizatan al-Qur’an dari segi kepadatan maknanya, karena suatu qira’at
menunjukkan suatu hukum syara’ tertentu tanpa pengulangan lafadz. Karena
perbedaan qira’at dapat menampung perbedaan makna tanpa harus mengulang
lafadznya. Sedangkan I’jazul al-Qur’an (kemukjizatan al-Qur’an) melebihi
segalanya dibanding dengan apa yang
dibanggakan para rasul sebelum nya. Dan keutamaan mukjizat al-Qur’an ini
bukan hanya ditunjukkan pada bangsa Arab saja, namun ak-Qur’an dengan keutamaan
mukjizatnya itu diperuntukkan kepada seluruh alam.
B.
Saran
Penulis menyadar
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Namun besar harapan
penulis agar makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya. Apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar,Rosihon
dan Asep Muharom.2015. Ilmu Tafsir. Bandung: CV Pustaka Setia.
Baidan,
Nashruddin. 2011. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ilyas, Yunahar. 2015. Kuliah Ulumul Qur’an. Yogyakarta:
ITQAN Publishing.
Nasrudin, Moh. 2018. Pengantar Ilmu Al-Qur’an. Pekalongan:
PT. Nasya Expanding Managenent.
Wiwaha, Weli Arjuna. 2008. Muhkam Mutasyabih Vol.1,
No.1. Jakarta: El-Hikam.
Buku
Referensi
Profil
pemakalah
|
[1]Nashruddin
Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011),hlm. 167-167
[2]Ibid,…
hlm.168.
[5] Moh. Nasrudin, Pengantar Ilmu Al-Qur’an,
(Pekalongan: PT. Nasya Expanding Managenent,
2018),hlm.189.
[8] Moh. Nasrudin, Pengantar Ilmu Al-Qur’an,
(Pekalongan: PT. Nasya Expanding Managenent,
2018),hlm.155-156.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar