Laman

new post

zzz

Minggu, 02 Oktober 2011

ilmu akhlak (2) Kelas F


MAKALAH

PENGERTIAN  ETIKA/ILMU AKHLAK, NORMA DAN ISTILAH-ISTILAH LAIN YANG BERKAITAN


                                             Mata Kuliah   : ILMU AKHLAK
                                   Dosen Pengampu  : Muhammad Ghufron, M.SI











Disusun Oleh :  
    Kelas F

Ika Korena rudito         (2021 111 236)
Mushofihati Nur M       (2021 111 240)
            Hasan Basri                  (2021 111 241)
Khulaipah                     (2021 111 242)
            Nais Stanaul Athiyah     (2021 111 280)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
      ( STAIN ) PEKALONGAN
TAHUN AKADEMIK 2011/2012



    PENDAHULUAN

Kata kata seperti “ETIKA”,”ETIS”,dan “MORAL”tidak terdengar dalam ruang kuliah saja dan tidak menjadi monopoli kaum cendekiawan. Diluar kalangan intelektual pun sering disinggung tentang hal-hal seperti itu. Memang benar, dalam obrolan dipasar atau ditengah penumpang-penumpang opelet kata-kata itu jarang sekali muncul. Tapi jika kita membuka surat kabar majalah,hampir setiap hari kita menemui kata-kata tersebut. Berulang kali kita membaca kalimat-kalimat semacam ini : “Dalam dunia bisnis etika merosot terus “,”Etika dan moral perlu ditegaskan kembali”,”adalah tidak etis,jika …”,”Di televisi akhir-akhir ini banyak iklan yang kurang etis “,dan sebagainya. Kita mendengar “moral Pancasila “ dan “etika pembangunan”. Juga dalam pidato-pidato para pejabat pemerintah kata ”etika” dan “moral”banyak dipergunakan banyak dipergunakan . pendeknya,kata-kata seperti ini mewarnai kehidupan kita sehari-hari. Dan dapat ditambah lagi kata-kata ini berfungsi dalam suasana iseng dan remeh,tapi sebaliknya dalam suatu konteks yang serius dan kadang malah amat prinsipil.
Dalam makalah ini kami akan menjelaskan sedikit tentang etika.
















                                               
                                                PEMBAHASAN

  1. Pengertian Etika

1. Asal Usul Etika
Etika (etimologi), berasal dari kata Yunani “Ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat. Idendtik dengan perkataan moral yang berasal dari kata Latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “Mores” yang berarti juga Adat atau cara hidup.          
Etika dan Moral sama artinya, tetapi dalam pemakain sehari hari ada sedikit perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk mengkaji system nilai-nilai yang ada.[1]
2.Definisi Etika
Seperti halnya dengan banyak istilah yang menyangkut konteks ilmiah, istilah “etika” pun berasal dari bahasa yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti : tempat tinggal yang biasa,; padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan,sikap, cara berfikir. dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah : adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika “yang oleh filsuf yunani besar Aristoteles (384-322 s.M.) sudah dipakai untuk menunjukan fisafat moral. Jadi jika kita membatasi diri pada asal-usul kata ini, maka “ etika “ berarti :  ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adapt kebiasaan.[2]
Dari definisi etika diatas, dapat segera diketahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut, pertama, dilihat dari segi objek pembahasanya,etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua dilhat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat  sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak pula universal. Ia terbatas,tidak berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan sebaliknya. Selain itu,etika juga bermanfaat berbagai ilmu yang membahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi,psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi, dan sebagainya. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya,etika berfungsi sebagai penilai,penentu dan penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai,buruk,mulia, terhormat, hina, dan sebagianya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilakukan oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian system nilai-nilai yang ada. Keempat, dilhat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan ketentuan zaman.
            Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan filosof barat mengenai perbuatan  baik atau buruk dapat dikelompokan kepada pemikiran etika sifatnya Humanistis dan antroposentris yakni bersifat paara pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia.[3]
Jadi etika adalah suatu ilmu yang mejelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya di lakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus di tuju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus di perbuat.[4]

B. Pengertian Akhlak dan lmu Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Menurut etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa arab  AKHLAK bentuk jamak dari mufradnya khuluq KHULUQ  yang berarti “budi pekerti”. Sinonimnya : etika dan moral. Etika berasal dari bahasa Latin,etos yang berarti “kebiasaan”. Moral berasal dari bahasa Latin juga, mores, juga berarti “kebiasaan “.
Angkatan kata “budi pekerti” ,Dalam bahasa Indonesia, merupakan kata majemuk dari kata “Budi” dan “pekerti”.Perkataan “Budi” berasal dari bahasa sansekerta, bentuk isim fa’il atau alat yang berarti “yang sadar” atau “yang menyadarakan” atau “alat kesadaran”. Bentuk mashdarnya (momonverbal) budi yang berarti “kesadaran ”.Sedang benid tuk mafulnya (objek) adalah budha,artinya “yang disadarkan”,pekerti,berasal dari Bahasa Indonesia sendiri,yang berarti “kelakuan”.
Menurut  terminologi : Kata “budi pekerti” yang terdiri dari kata budi dan pekerti; “budi” ialah yang ada pada manusia,yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, ratio,yang disebut karakter. Pekerti ialah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati, yang disebut behaviour. Jadi, budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil ratio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.[5]
2.Pengertian Ilmu Akhlak
  • Menurut Al-Ustadz Jaad Al-Maulana
Ilmu Akhlak adalah ilmu yang menyelidiki perjalanan hidup manusia di muka bumi ini dan mempergunakannya sebagai norma atau ukuran untuk mempertimbangkan perbuatan,apa yang dibiasakan mereka dari perbuatan dan perkataan dan menyingkap hakikat baik dan buruk.
  • Menurut Mahdi Ahkam
Ilmu akhlak adalah ilmu yang menyelidiki perbuatan manusia dari arah/ baik dan buruk atau ilmu percontohan tertinggi untuk perbuatan manusia dan menyelidiki perbuatan yang terakhir manusia.[6]
  1. Aturan-Aturan/ Norma-Norma dalam Etika

1. Aturan-aturan perilaku agama (adab al-din)
            Tuhan menyatakan kehendakan-Nya kepada manusia dan menetapkan kewajiban-kewajiban agama tanpa menginginkan imbalan atau keharusan yang memaksa-Nya untuk melakukan hal tersebut ; :Ia hanya berniat memberikan keuntungan kepada manusia melalui karunia-Nya yang tak terbatas,” yang dimanifestasikan melalui anugerah (ni’am) yang tak terhingga yang ia limpahkan kepada mereka. Dengan karunia dan kasih saying-Nya, tidak satupun dari tiga tipe kewajiban yang kita bebankan kepada manusia yang bentuk keyakinan, perintah dan larangan yang melampaui batas kemampuan mereka. Setiap tipe kewajiban ini, sekalipun telah ditetapkan Tuhan, secara rasional dapat diterima akal sehat. Ini adalah perintah dan larangan yang benar. “ karena ia memerintahkan suatu kewajiban yang benar (ma’ruf) dan melarang sesuatu yang salah (Munkar), sehingga perintah-Nya dan larangan-Nya terhadap  munkar menunjukan ketidakridoan-Nya.
Pemenuhan kewajiban-kewajiban ini di samping sangat esensial bagi sebuah ketaatan juga berperan sebagai sarana kebahagian abadi dalam kehidupan hari akhir.[7]
2.Aturan-aturan perilaku dunia (adab Al-Dunya)
            Bagian yangt berkaitan dengan ‘perilaku dunia” membangun tema tentang kelemahan dan rasa ketidakpuasan manusia yang sama pentingnya dengan ide-ide ukhrowi. Karena kelemahan dan rasa ketidakpuasan ini, maka manusia memerlukan bimbingan dan sikap qana’ah terhadap perbuatannya dan dengannya diharapkan dapat melawan kesombongan dan dipaksa untuk kembali kepada Tuhan.[8]
3. Aturan-aturan perilaku individu (adab Al Nafs)
            Bagian ketiga dari karya al-Mawardi Adab al-Dunya Wa al-Din juga berhubugan dengan “Perilaku Individu” dan dapat dikatakan bahwa ia sangat berminat dengan analisis mengenai kebaikan-kebaikan manusia, seperti kerendahan hati, sikap yang baik, kesederhanaan, control diri, amanat, dan terbatas dari iri hati serta kebaikan-kebaikan social, seperti ucapan yang baik dan menjaga rahasia, iffah, sabar, dan tabah, memberi nasehat baik, menjaga kepercayaan dan kepantasan.[9]

D. istilah lain tentang etika
1.Etika dan Moral
Tentang kata”moral” bahwa etimologinya sama dengan “etika” sekalipun bahasa aslnya berbeda. Jika sekarang kita memandang arti kata “moral”, perlu kita simpulkan bahwa artinya sama dengan “etika” , yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kalompok dalam mengatur tingkah lakunya.[10]
Etika dan Moral sama artinya, tetapi dalam pemakain sehari hari ada sedikit perbedaan.Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk mengkaji system nilai-nilai yang ada.[11]
2.Amoral dan Immoral
Masih mengenai istilah, perlu dibedakan antara amoral dan immoral. Disini terpaksa kita bertolak dari istilah-istilah inggris, karena dalam Bahasa Indonesia kita mengalami kesulitan. Oleh concise oxford dictionary kata amoral diterangkan sebagai “Unconcerned” With, out of the sphere of moral, non moral”. Jadi, kata Inggris amoral berarti : “tidak berhubungan konteks moral”, diluar suasana etis”, “non moral”. Dalam kamus yang sama immoral dijelaskan sebagai “opposed to morality; morality evil”. Jadi, kata Inggris “immoral” berarti : bertentangan dengan moralitas yang baik”, “secara moral buruk”,”tidak etis”.
3.Etika dan Etiket.
            Dalam rangka menjernihkan istilah harus kita simak lagi perbedaan antara “etik“ dan “ etiket “. Kerap kali dua istilah ini dicampuradukkan begitu saja, padahal diantaranya sangat hakiki. “Etika” disini berarti “ moral “ dan “ Etiket “berarti “sopan sntun “ (tentu saja, disamping arti lain: “secarik kertas yang ditempelkan pada botol atau kemasan barang”).
            Etika menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Diantara beberapa cara yang mungkin, etiket menunjukan cara yang tepat, artinya, cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Misalnya, jika saya menyerahkan sesuatu kepada atasan, saya harus menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Dianggap melanggar etiket, bila orang menyerahkan sesuatu dengan tangan kiri. Tetapi etika tidak terbatas pada cara dilakukannya sesuatu perbuatan; etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan boleh atau tidak. Mengambil barang milik orang lain tanpa izin tidak pernah dibolehkan. “jangan mencuri” merupakan suatu norma etika.[12]


                                                               PENUTUP


KESIMPULAN

            Dalam penulisan makalah ini Etika adalah suatu ilmu yang menjelaskan baik buruk menerangkan yang seharusnya dilakukan oleh manuasia kepada lainnnya, menyatakan tujuan yang harus dituju manusia didalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan apa yang harus diperbuat. Etika harus ditanamkan kepada kita dalam kehidupan kita sehari-hari agar tindakan dan perilaku sesuai dengan peraturan  dan norma-norma yang berlaku, tutur kata kesopanan dalam menghormati orang yang lebih tua.


           DAFTAR  PUSTAKA
  • -Bertens, K.1993. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • -Djatmika, Rachmat. 1992. Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia). Jakarta: Pustaka                           Panjimas.
  • -Fakhry, Majid. 1996. Etika dan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • -Ma’ruf, Farid. 1995. Etika (Ilmu Aklak). Jakarta: Pustaka Pelajar.
  • -Zubair, Achmad Charris. 1995. Kuliah Etika. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.



[1] Achmad Charis Zubair, Kuliah Etika,(Jakarta:PT Raja Grafindopersada, 1995), H.13
[2] K. Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), H.4
[3] http:// www.google.com
[4] Farid Ma’ruf, Etika(Ilmu Akhlak),(Jakarta:1975), h.3
[5] Rachmat Djatmika, Sistem Etika Islami, (Jakarta; Pustaka Panjimas,), h.26
[6] Rachmat Djatmika, Sistem Etika Islami,..., hal.27
[7]Majid  Fakhry, Etika dalam Islam, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar) h.82
[8] Majid Fakhry, Etika dalam Islam,...,h.83    
[9] Majid Fakhry, Etika dalam Islam,...,h.86
[10] K.Bertens, Etika,...,h.7
[11]  Achmad Charris Zubair,Kuliah Etika, ( Jakarta: PT. Raja Grafindopersada,1995) h.13
[12]  K. Bertens, Etika (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1993) , h: 7-9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar