PA B12 : pengaruh psikologi agama thd perilaku peserta didik - word
PA B12 : pengaruh psikologi agama thd perilaku peserta didik - ppt
4) Teman Sebaya
5) Lingkungan Masyarakat
2. Berpikir Operasional juga Berpikir Kombinatoris
PA B12 : pengaruh psikologi agama thd perilaku peserta didik - ppt
MAKALAH
PENGARUH PSIKOLOGI AGAMA TERHADAP PERILAKU
PESERTA DIDIK
Disusun guna untuk memenuhi tugas
Mata kuliah:Psikologi Agama
Disusun oleh:
Siliana (2022111068)
M.Taufik Al-Hakim (2022111069)
Dial Arvio Dola (2022111070)
PBA.B
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Belajar psikologi agama tidak untuk membuktikan agama mana yang paling
benar, tapi hakekat agama dalam hubungan manusia dengan kejiwaannya , bagaimana
prilaku dan kepribadiannya mencerminkan keyakinannnya
Psikologi agama tidak berhak membuktikan benar tidaknya suatu agama,
karena ilmu pengetahuan tidak mempunyai tehnik untuk mendemonstrasikan hal-hal
yang seperti itu baik sekarang atau masa depan, Ilmu pengetahuan tidak mampu
membuktikan ketidak-adaan Tuhan, karena tidak ada tehnik empiris untuk
membuktikan adanya gejala yang tidak empiris, tetapi sesuatu yang tidak dapat
dibuktikan secara empiris bukanlah berarti tidak ada jiwa. Psikologi agama
sebagai ilmu pengetahuan empiria tidak menguraikan tentang Tuhan dan
sifat-sifatNya tapi dalam psikologi agama dapat diuraikan tentang pengaruh iman
terhadap tingkah laku manusia. Psikologi dapat menguraikan iman agama kelompok
atau iman individu, dapat mempelajari lingkungan-lingkungan empiris dari gejala
keagamaan , tingkah laku keagamaan, atau pengalaman keagamaan , pengalaman
keagamaan, hukum-hukum umum tetang terjadinya keimanan, proses timbulnya
kesadaran beragama dan persoalan empiris lainnya. Ilmu jiwa agama hanyalah
menghadapi manusia dengan pendirian dan perbuatan yang disebut agama, atau
lebih tepatnya hidup keagamaan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Psikologi Agama
Pengertian
psikologi agama
Psikologi
agama ialah ilmu tentang jiwa.Para ahli psikologi modern saat ini tidak
mengartikan psikologi sebagai ilmu tentang gejala dan aktifitas jiwa
manusia.Apa yang dimaksud jiwa itu tidak seorangpun tahu dengan sesungguhnya.
Jiwa adalah sangat abstrak dan tidak dapat diikuti oleh panca indra.[1]
B. Perilaku
psikis peserta didik
1. Unsur
psikis peserta didik
a) Dalam
diri setiap manusia, pasti melakukan berbagai aktivitas psikis baik, kognisi,
konasi, emosi, maupun campuran. Aktivitas psikis manusia dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu yang diinginkan manusia yang diwujudkan melalui gerak gerik/
perilaku Berpikir untuk memahami / mencari tahu kebenaran dari suatu hal
yang ingin di ketahuinya. Aktivitas psikis seperti ini disebut gejala
kognisi ( kognisi = pikiran )
b) Sedangkan,
ketika seorang manusia melihat sesuatu, manusia akan merasakan sesuatu lalu
diwujudkan dengan perubahan pada fisik manusia, misalnya raut wajah.
wujud simpati. Inilah yang disebut gejala emosi.
c) Gejala
konasi disebut juga kemauan, hasrat manusia untuk mencapai tujuan
tertentu. Sebagai contoh, seorang pelajar yang ingin menduduki peringkat 1 di
dalam kelas, dengan dasar kemauan, maka pelajar tersebut akan belajar dengan
tekun untuk menduduki peringkat 1 dalam kelas. Konasi diwujudkan dengan
perilaku- perilaku untuk mencapai tujuan manusia tersebut. Gejala konasi ada
yang berlangsung di luar kesadaran, seperti refleks, automatisme,
instink,dorongan. (Refleks, automatisme, instink, dorongan) dapat berlangsung
karena ada dorongan dari dalam diri manusia yang tidak dapat dikontrol sehingga
manusia dapat langsung melakukan perilaku tanpa memikirkannya terlebih dahulu.
d) Gejala
campuran, terdiri dari ( perhatian, kelelahan, sugesti.) Ketika kita,
memusatkan penglihatan maupun pendengaran pada suatu objek inilah yang disebut
perhatian. Ketika daya tahan tubuh kita menurun karena melakukan sesuatu hal,
ini disebut kelelahan. Ketika perbuatan kita mampu menguatkan atau
menggerakan pikiran , maka inilah yang disebut dengan sugesti.
Semua gejala-
gejala psikis yang telah diuraikan diatas, saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
2. Hal-hal
yang mempengaruhi psikis peserta didik
Perkembangan karakteristik individu dipengaruhi oleh hereditas dan
lingkungan. Hereditas atau keturunan merupakan aspek individu yang diwariskan
orang tua, bersifat bawaan, dan memiliki potensi untuk berkembang. Lingkungan
merupakan faktor penting di samping hereditas yang menentukan perkembangan
individu. Lingkungan ini meliputi fisik, psikis, sosial, dan religius.
1) Faktor Keluarga
1) Faktor Keluarga
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam
upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang
dan pendidikan tetang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya
yang diberikannya merupakan factor yang kondusif untuk mempersiapkan anak
menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.
2) Faktor
Hereditas (keturunan)
Sebagian besar karakteristik pada peserta didik diturunkan dari Ayahnya.
Misalnya, sikap peserta didik yang tenang, pemalu dan tidak mudah marah.
3) Lingkungan
Sekolah
peserta didik bersekolah di MAN I Kedungwuni. Di mana
sekolahnya, agama sangat diutamakan, baik dalam pelajaran maupun dalam
membentuk siswanya. Les-les tambahan pelajaran di sekolah juga diadakan, yaitu
untuk membantu mengembangkan intelektual siswa. Selain itu, tingkat
kedisiplinan di sekolahnya juga sangat tinggi.maka peserta didik
bisa menjadi seorang yang berwawasan agama luas dan
berintelegensi tinggi.
4) Teman Sebaya
Dalam bergaul baik di rumah maupun
di sekolah peserta didik memiliki teman-teman yang baik. Misalnya
,Di sekolah peserta didik memiliki kelompok teman yang agamanya baik,
inteligensi maupun moralnya juga baik. Sehingga peserta didik tidak
salah pergaulanya.
5) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan kumpulan masyarakat yang mengenal
nilai-nilai moral dengan baik. Selain itu sangat memahami norma-norma agama
sehingga dalam perkembangannya, peserta didik dapat menjadi remaja yang
bermoral dan sesuai dengan perkembangan karakteristik pada fasenya.
3. Perilaku-perilaku
intelek dan aktifitas psikis peserta didik ( remaja )
Intelegensi pada remaja tidak mudah diukur karena tidak mudah terlihat
perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut. Pada umumnya tiga sampai
empat tahun pertama menunjukkan perkembangan kemampuan yang hebat, selanjutnya
akan terjadi perkembangan yang teratur. Pada masa remaja kemampuan untuk
mengatasi masalah yang majemuk bertambah. Pada masa awal remaja, kira-kira pada
usia 12 tahun, anak berada pada masa yang disebut " Masa oerasi
formal" (berfikir abstrak). Pada masa ini remaja telah berfikir dengan
mempertimbangkan hal yang mungkin; disamping hal yang nyata (riil) (Gliedmen,
1986 : 475-475) Pada usia remaja ini anak sudah dapat berfikir abstrak dan
hipotik. Dalam berfikir operasional formal, setidak-tidaknya mempunyai dua
sifat yang penting,
yaitu:
1.
Deduktif Hipotesis ( menganalisis dengan
dugaan )
Dalam menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan
pemikiran teoritik. Yang menganalisis masalah dan mengajukan cara- cara
penyelesaian hipotesis yang mungkin. Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu
menggunakan cara berfikir induktif disamping deduktif. Oleh sebab itu dari
sifat analisis yang ia lakukan, ia dapat membuat strategi penyelesaian.
Analisis teoritik ini dapat dilakukan secara verbal. Anak lalu mengajukan
pendapat-pendapat atau prediksi tertentu, yang juga disebut proporsi-proporsi.
Kemudian mencari hubungan antra proporsi Yang berbeda- beda tadi. Berhubungan
itu maka berpikir operasional juga disebut proposisional.
2. Berpikir Operasional juga Berpikir Kombinatoris
Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan
cara melakukan analis. Misalnya anak diberi lima buah gelas berisi cairan tertentu. Suatu
kombinasi ini membuat cairan tadi berubah warna. Anak diminta untuk mencari
kombinasi ini. Anak yang berpikir operasional formal lebih dulu secara
teoritik membuat matriknya mengenai segala macam kombinasi yang mungkin
terjadi, kemudian secara sistematik mencoba mengisi setiap sel matriks tersebut
secara empirik. Bila ia mencapai penyelesaian yang betul, maka ia juga akan
segera dapat mereproduksinya.
Seorang remaja
dengan kemampuan berpikir normal tetapi hidup dalam lingkungan atau kebudayaan
yang tidak merangsang cara berpikir, misalnya tidak adanya kesempatan
untuk menambah pengetahuan, pergi ke sekolah tetapi tidak adanya pasilitas yang
dibutuhkan, maka remaja itu sampai dewasa pun tidak akan sampai pada
taraf berpikir abstrak.
C. Pengaruh
psikologi agama terhadap psikis peserta didik
1. Pengaruh
secara intelektual
Terlihat pada masa remaja, lebih memerlukan intelek dan adanya proses
kreatif yang lebih kmpleks dari pada respons bersyarat saja, pikirna dan logika
berperan dalam setiap proses keimanan, jiwa mula-mula percaya, timbul
kebimbangan, kemudian proses berfikir timbul kepercayaan yang baru atau insight
baru sebagai sintesa dari kepercayaan yang ada dan kebimbangan
2. Pengaruh
secara emosional
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti
bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak
merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman. emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk
bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan
dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana
hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih
mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi,
emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi
dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat
mengganggu perilaku intensional manusia.
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain
Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate
(benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy
(kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear
(ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman mengemukakan
beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu
:
1)
Amarah : beringas,
mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
2)
Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram,
melankolis, mengasihi diri,
putus asa
3)
Rasa takut : cemas, gugup, khawatir,
was-was, perasaan takut sekali,
waspada, tidak
tenang, ngeri
4)
Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur,
bangga
5)
Cinta
:
penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa
dekat, bakti,
hormat, kemesraan, kasih
6)
Terkejut :
terkesiap, terkejut
7)
Jengkel :
hina, jijik, muak, mual, tidak suka
8)
Malu
: malu hati,
kesal
Dari beberapa
pengertian tentang emosi diatas dapat disipulkan emosi adalah keadaan atau
dorongan untuk bertindak sehingga mendorong individu untuk memberikan respon
atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.
3. Pengaruh
secara spiritual
Menurut kamus Webster (1963) kata spirit berasal dari kata benda bahasa
latin ‘Spiritus” yang berarti nafas (breath) dan kata kerja “Spirare” yang
berarti bernafas. Melihat asal katanya , untuk hidup adalah untuk bernafas, dan
memiliki nafas artinya memiliki spirit. Menjadi spiritual berarti mempunyai
ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan
dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material. Spiritual merupakan
kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai makna hidup dan tujuan hidup.
Spiritual merupakan bagian esensial dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan seseorang.
Spiritual merupakan ekspresi dari kehidupan yang dipersepsikan lebih
tinggi, lebih kompleks atau lebih terintegrasi dalam pandangan hidup
seseorang,dan lebih dari pada hal yang bersifat indrawi. Salah satu aspek dari
menjadi spiritual adlah memiliki arah tujuan, yang secara terus menerus
meningkatkan kebijaksanaan dan kekuatan berkehendak dari seseorang, mencapai
hubungan yang lebih dekat dengan ketuhanan dan alam semesta dan menghilangkan
ilusi dari gagasan salah yang berasal dari alat indra , perasaan, dan pikiran.
Pihak lain mengatakan bahwa aspek spiritual memiliki dua proses , pertama
proses keatas yang merupakan tumbuhnya kekuatan internal yang mengubah hubungan
seseorang dengan Tuhan , kedua proses kebawah yang ditandai dengan peningkatan
realitas fisik seseorang akibat perubahan internal. Konotasi lain perubahan
akan timbul pada diri seseorang dengan meningkatnya kesadaran diri, dimana
nilai-nilai ketuhanan didalam akan termanifestasi keluar melalui pengalaman dan
kemajuan diri,
BAB
III
PENUTUP
Psikologis atau ilmu jiwa
mempelajari manusia dengan memandangnya dari segi kejiwaan yang menjadi obyek
ilmu jiwa yaitu manusia sebagai mahluk berhayat yang berbudi. Sebagai demikian,
manusia tidak hanya sadar akan dunia disekitarnya dan akan dorongan alamiah yang
ada padanya, tetapi ia juga menyadari kesadaranya itu , manusia mempunyai
kesadaran diri ia menyadati dirinya sebagai pribadi, person yang sedang
berkembang , yang menjalin hubungan dengan sesamanya manusia yang membangun
tata ekonomi dan politik yang menciptakan kesenian, ilmu pengetahuan dan tehnik
yang hidup bermoral dan beragama, sesuai dengan banyaknya dimensi kehidupan
insani.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Aziz Ahyadi , Psikologi Agama, Mertiana
Bandung
Jeanne Anne Craig. Bukan seberapa cerdas diri anda tetapi
bagaiman anda cerdas/alih bahsa Arvin saputra. (Batam: Interaksara,2004).
Suharsono. Melejitkan IQ, EQ,
SQ. (Depok: Inisiasi Press,2005).
Daniel Golman. Emitional Intelligence (terjemahan).
(Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama, 2002).
Toto Tasmara. Kecerdasan Ruhaniyah (Transendental
Inteligence). (Jakarta:
Gema Insani, 2001).
edukasi.kompasiana.com/2010/12/07
di akses 2/12/2011 jam 4.25 wib
daengmatterru.blogspot.com/.../tugas-
makalah-perkembangan-peserta.html di akses 2/12/2011 jam 4.25 wib
Daniel Golman. Emitional
Intelligence (terjemahan). (Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama, 2002).
Aliah B.
Purwakanta Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Rahmat,
jalaluddin, psikologi agama,