MAKALAH
LEMBAGA PENDIDIKAN MASJID
“MASJID PUSAT ILMU PENGETAHUAN”
Disusun guna memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Hadis Tarbawi II
Dosen Pengampu : Muhammad Hufron, M.S.I
Disusun Oleh:
Shilfiana
2021110054
Kelas : B
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2012
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu proyek yang bertujuan mengarahkan dan memelihara perkembangan generasi manusia, guna merealisasikan tujuan akhir umat, yaitu tujuan yang diserukan oleh Allah Swt. agar kita menjadi sebaik-baiknya umat yang dikeluarkan demi kepentingan manusia. Pendidikan mempunyai berbagai sarana material (lembaga-lembaga) seperti masjid sebagai pusat penyebaran ilmu.
Masjid merupakan lembaga pendidikan Islam yang sudah ada sejak masa nabi Muhammad saw. Masjid mempunyai peranan yang penting bagi masyarakat Islam sejak awal sampai sekarang. Masjid berfungsi sebagai tempat bersosialisasi, ibadah, dan pengadilan. Tetapi yang lebih penting masjid digunakan sebagai salah satu lembaga pendidikan. Jadi, masjid selain digunakan sebagai tempat peribadahan juga digunakan sebagai sarana penyebaran ilmu pengetahuan.
Di dalam makalah ini kami akan memaparkan salah satu hadis tentang lembaga pendidikan yaitu masjid. Karena kehadirannya yang sangat urgen dalam pendidikan Islam itulah maka masjid dijadikan sebagai pusat ilmu pengetahuan. Tidak hanya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ilmu agama saja melainkan juga ilmu-ilmu umum.
HADIS NO. 7
MASJID PUSAT ILMU PENGETAHUAN
A. MATERI HADIS
اَبُوْ بُرَيْدَةَ يَقُولُ: (كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّي اللهُ عَليْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُنَا اِذْ جَاءَ الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ عَليْهِمَا قَمِيْصَانِ اَحْمَرَانِ يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ فَنَزَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّي الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الْمِنْبَرِ فَحَمَلَهُمَا وَوَضَعَهُمَا بَيْنَ يَدَيْهِ ثُمَّ قاَلَ صَدَقَ الله ُ اِنَّمَا اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ فَنَظَرْتُ اِلَى هَذَيْنِ الصَّبِيَيْنِ يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ فَلَمْ اَصْبِرْ حَتَّى قَطَعْتُ حَدِيْثِي وَرَفَعْتُهُمَا) قَالَ اَبُوْ عِيْسىَ هَذَا حَدِيْثُ حَسَنٌ غَرِيْبٌ اِنَّمَا نَعْرِفُهُ مِنْ حَدِيْثِ الْحُسَيْنِ بْنِ وَاقِدٍ
(رواه التر مذ ي فى الجا مع, كتاب النا قب عن رسول الله با ب منا قب الحسن والحسين)
B. TERJEMAH
Abu Buraidah berkata: “Rasulullah saw. berkhutbah kepada kami tiba-tiba Al-Hasan dan Al-Husain datang, mereka memakai pakaian merah berjalan kaki dan jatuh ke bumi lalu Rasulullah saw. turun dari mimbar kemudian membawa mereka dan meletakkan mereka dihadapan Beliau kemudian Beliau bersabda: Maha besar Allah dalam firmanNya: “sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah.” (QS. Al-Anfal: 28). Aku melihat kepada kedua anak ini berjalan kaki dan jatuh ke bumi lalu tidak sabar sehingga aku putus pembicaraanku dan mengangkat mereka.” Hadis ini adalah hadis hasan gharib yang kami hanya mengetahuinya dari hadis Al-Husain bin Waqid. (HR. Tirmidzi)[1]
C. MUFRODAT
Abu Buraidah berkata | اَبُوْ بُرَيْدَةَ يَقُولُ: |
Rasulullah saw. | (كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّي اللهُ عَليْهِ وَسَلَّمَ |
Berkhutbah kepada kami | يَخْطُبُنَا |
Tiba-tiba datang | اِذْ جَاءَ |
Al-Hasan dan Al-Husain | الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ |
Mereka memakai | عَليْهِمَا |
Pakaian | قَمِيْصَانِ |
Merah | اَحْمَرَانِ |
Berjalan kaki | يَمْشِيَانِ |
Dan jatuh ke bumi | وَيَعْثُرَانِ |
Lalu turun | فَنَزَلَ |
Rasulullah saw. | رَسُوْلُ اللهِ صَلَّي الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ |
Dari mimbar | مِنَ الْمِنْبَرِ |
Kemudian membawa mereka | فَحَمَلَهُمَا |
Dan meletakkan mereka | وَوَضَعَهُمَا |
Dihadapan Beliau | بَيْنَ يَدَيْهِ |
Kemudian Beliau bersabda | ثُمَّ قاَلَ |
Maha Besar Allah dalam firmanNya | صَدَقَ الله |
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah | ُ اِنَّمَا اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ |
Aku melihat | فَنَظَرْتُ |
Kepada kedua anak ini | اِلَى هَذَيْنِ الصَّبِيَيْنِ |
Berjalan kaki | يَمْشِيَانِ |
Dan jatuh ke bumi | وَيَعْثُرَانِ |
Lalu aku tidak sabar | فَلَمْ اَصْبِرْ |
Sehingga aku putus | حَتَّى قَطَعْتُ |
Pembicaraanku | حَدِيْثِي |
Dan aku mengangkat mereka | وَرَفَعْتُهُمَا |
Berkata Abu Isa | قَالَ اَبُوْ عِيْسىَ |
Hadis ini | هَذَا حَدِيْثُ |
Adalah hasan gharib | حَسَنٌ غَرِيْبٌ |
Yang kami hanya mengetahuinya | اِنَّمَا نَعْرِفُهُ |
Dari hadis Husain bin Waqid | مِنْ حَدِيْثِ الْحُسَيْنِ بْنِ وَاقِدٍ |
D. BIOGRAFI RAWI (Abu Buraidah)
Nama lengkapnya Buraidah bin Al-Hasib bin Abdullah bin Al-Harits bin Al-A’roj bin Saad bin Zarah bin udwy bin Sahm bin Mazin bin Al-Harits bin Salaman bin Aslam bin Afsha Al-Aslamy. Biasa dipanggil Abu Abdullah. Pendapat lain mengatakan Abu Sahl dan Abu Sasan.
Abu Buraidah Al-Aslami adalah salah seorang sahabat nabi Muhammad dan dia adalah salah seorang narator hadis. Dia tidak termasuk dalam salah seorang pendukung Abu Bakar selama dalam pertemuan di Saqifah.[2]
Perintah Rasulullah kepada umat Islam untuk berhijrah ke Madinah setelah mendapat tekanan dan siksaan dari kafir Quraisy memberikan makna penting bagi tersebarnya ajaran Islam. Hikmah perintah berhijrah adalah semakin banyak orang-orang yang memeluk Islam dan dukungan dari kaum Anshar. Bukan tekanan dan siksaan sebagaimana yang terjadi di Makah. Buraidah ternasuk diantara para kaum Anshar yang menyatakan diri untuk membela ajaran Islam yang dibawa Rasulullah bersama kawan-kawannya yang lain, Beliau ikut salat jamaah di belakang Rasulullah.
Dari Abdullah bin Buraidah bercerita bahwa ayahnya bersama 70 orang dari keluarganya dari bani Sahm melakukan suatu perjalanan. Kemudian berjumpa dengan Rasulullah. Rasul bertanya, “kamu siapa?” beliau menjawab, “orang yang memeluk Islam (waktu itu).” Rasulullah berkata kepada Abu Bakar, “apakah kita terima?” setelah itu rasul bertanya, “dari Bani apa?” Beliau menjawab, “dari Bani Sahm.” Rasulullah berkata, “alangkah beruntungnya kamu.”
Banyak pengalaman dan kenangan manis selama bergaul dan berinteraksi dengan sahabat-sahabat lain. Diantara sahabat yang paling dicintai adalah Ali bin Abi Thalib. Hidupnya didedikasikan untuk berjuang di jalan Allah. Beliau pernah ikut perang di Khourasan pada masa khalifah Utsman bin Affan. Beliau wafat pada masa khalifah Yazid bin Muawiyyah. Menurut Ibnu Saad beliau berusia 63 tahun.[3]
E. KETERANGAN HADIS
قَوْلُهُ (سَمِعْتُ أَبِيْ) أَيْ سَمِعْتُ وَالِدِيْ (بُرَيْرَةَ) بَدَلُ مِ،ْ مَا قَبْلَهُ (وَيَعْثِرَانِ) فِى الْفَامُوْسِ: عَثَرَ كَضَرَبَ وَنَصَرَ وَعَلِمَ أَيْ كَبًّا اِنْتَهَى وَالْمَعْنَى اَنَّهُمَا يَسْقُطَانِ عَأَى اْلاَرْضِ لِصِغَرِ هِمَا وَقِلَّةِ قُوَّتِهِمَا (صَدَقَ الله ُ) أَيْ فِيْ قَوْلِهِ (اِنَّمَا اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلاَدُكُمْ فِتْنَهٌ) اَيْ اِحْتِبَارٌ وَابْتِلاَءٌ مِنَ اللهِ تَعَالَى لِخَلْقِهِ لِيَعْلَمَ مَنْ بِطَيْعِهِ مِمَّنْ يَعْصِيْهِ (فَلأَمْ اَصْبِرْ) اَيْ عَنْهُمَا لِتَأْثِيْرِ الرَّحْمَةِ وَالرِقَّةِ فِيْ قَلْبِيْ (حَتَّى قَطَعْتُ حَدِيْثِى اَيْ كَلاَ مِى فِى الْخَطْبَةِ. قَوْلُهُ (هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ غَرِيْبٌ) وَأَخْرَبَهُ أَبُوْ دَاوُوْدَ وَالنَّسَائِيْ.[4]
Ucapan (aku mendengar Ayahku) artinya saya mendengar Ayahku (Buraidah) pengganti lafadz sebelumnya. (dan keduanya terjatuh) lafadz يَعْثِرَانِ di dalam kamus berasal dari عَثَرَ seperti ضَرَبَ, نَصَرَ, عَلِمَ, karuma, artinya terjatuh. Maksudnya Hasan dan Husain terjatuh ke tanah karena masih kecil dan lemah tenaga keduanya. Maha besar Allah dalam firmanNya اِنَّمَا اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلاَدُكُمْ فِتْنَهٌ “sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah.” Artinya cobaan dan ujian dari Allah kepada makhlukNya supaya manusia mengetahui watak orang yang bermaksiat kepada Allah. (maka saya tidak sabar) terhadap keduanya karena mencurahkan kasih sayang dan merasa kasihan di dalam hatiku (sehingga aku putus pembicaraanku) perkataanku di dalam khutbah. Ucapan (hadis ini adalah hasan gharib) hadis riwayat Abu Dawud dan Nasa’i.
F. ASPEK TARBAWI
Dari hadis diatas dapat disimpulkan bahwa masjid selain digunakan sebagai tempat peribadahan juga digunakan sebagai pusat penyebaran ilmu pengetahuan, hal ini dapat dilihat dari usaha pertama yang dilakukan Rasulullah saw. setelah tiba di Madinah yaitu membangun masjid. Dalam hadis juga disebutkan bahwa Rasul menjadikan masjid sebagai tempat penyebaran syariat Islam dan ilmu dengan cara berkhutbah. Masjidlah yang menghimpun banyak kaum muslimin. Disitulah mereka mengatur segala urusan, bermusyawarah guna mewujudkan tujuan, menghindarkan berbagai kerusakan bagi mereka, saling membahu dalam mengatasi berbagai masalah, dan menghindarkan setiap perusakan terhadap aqidah, diri, dan harta mereka.
Pada masa permulaaan Islam, masjid mempunyai fungsi yang sangat penting agung. Namun pada masa sekarang, sebagian besar dari fungsi-fungsi itu diabaikan oleh kaum muslimin. Dahulu masjid berfungsi sebagai pangkalan angkatan perang dan gerakan kemerdekaan, pembebasan umat dari penyembahan terhadap manusia atau berhala-berhala agar mereka hanya beribadah kepada Allah Swt. semata. Di samping itu, masjid berfungsi sebagai markas pendidikan. Disitulah manusia dididik supaya memegang teguh keutamaan cinta kepada ilmu pengetahuan, mempunyai kesadaran sosial serta menyadari hak dan kewajiban mereka guna merealisasikan ketaatan kepada Allah Swt., syariat, keadilan, dan rahmatNya di tengah-tengah manusia. Maka pengajaran baca tulis dimulai dari masjid Rasulullah saw. Masjid juga berfungsi sebagai pancaran moral, karena disitulah kaum muslimin menikmati akhlak-akhlak mulia. Keadaan ini mengalami pasang surut karena kemudian tujuan-tujuan duniawi menguasai sebagian pengelola para pengunjung masjid.[5]
Jika masjid tetap berada pada kedudukannya yang asli seperti yang dikehendaki Allah, selaras dengan garis tujuan pembangunannya, maka masjid akan menjadi lembaga pembinaan yang sangat penting yang memberi dampak edukatif terhadap perkembangan jiwa anak. Di dalam masjid mereka mengamati orang-orang dewasa berkumpul berdasarkan kaidah-kaidah yang bersumber dari Allah Swt. Bertambahlah dalam jiwa mereka perasaan diterima dan tergolong (ingroup feeling) dalam masyarakat muslim dan rasa turut serta dalam kemuliaan jamaah Islamiyah. Mereka mendengar berbagai khutbah dan pelajara ilmiah. Sehingga bangkitlah kesadaran akan aqidah Islam, dan makna hidup serta perangkat pranata yang disediakan Allah swt. dari masjid.
Di masjid anak-anak mempelajari dan membaca Alquran. Melalui hal itu mereka memadukan perkembangan pikiran dan budaya dengan perkembangan rohani. Selain itu, mereka mempelajari pula hadis, fiqih, dan ilmu-ilmu pelengakap seperti bahasa, sejarah Islam sebagaimana yang dikehendaki Allah Swt.
Atas dasar itu kehidupan di masjid mengajarkan kepada anak-anak bahwa segala urusan hidup itu mengikuti hubungan dengan Allah dan lahir dari tujuan pendidikan Islam yang luas, yaitu secara ikhlas mengabdikan diri kepadaNya. Makna ini tertanam di dalam jiwa anak dengan sendirinya, tanpa disengaja atau dipaksakan.
Al-Abdi dalam bukunya Al-Madkhai (Muhaimin, 1993: 246) menyatakan bahwa masjid merupakan tempat terbaik untuk kegiatan pendidikan. Dengan menjadikan lembaga pendidikan dalam masjid, akan terlihat hidupnya sunah-sunah Islam, menghilangkan bid’ah-bid’ah, mengembangkan hukum-hukum Tuhan, serta menghilangkan stratifikasi rasa dan status ekonomi dalam pendidikan. Menurut Abdurahman An-Nahlawi, masjid dapat berimplikasi sebagai tempat pendidikan, antara lain:[6]
a. Mendidik anak untuk tetap beribadah kepada Allah Swt.
b. Menanamkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan.
c. Memberikan rasa ketentraman, kekuatan, dan kemakmuran potensi-potensi ruhani manusia melalui pendidikan kesabaran, keberanian, dan optimisme.
Ada tiga prioritas utama dalam mengembangkan kualitas manusia melalui pendidikan di masjid, yaitu:
a. Meningkatkan dasar-dasar pengetahuan tentang pokok-pokok ajaran Islam sehingga menyadari bahwa Islam adalah way of life.
b. Melatih seseorang untuk melakukan kegiatan ritual murni berdasarkan Alquran dan Sunah.
c. Mendidik seseorang untuk peka terhadap kehidupan sosial.
PENUTUP
Di zaman Rasulullah saw. disamping berfungsi sebagai tempat ibadah, masjid juga berfungsi sebagai pusat pengajaran ilmu agama Islam, demikian pula di masa sahabat, tabiin dan generasi-generasi setelahnya. Bahkan sampai sekarang, sebagian masjid masih berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan dan menimba ilmu agama, tempat berkumpulnya kaum muslimin, baik yang kaya maupun yang miskin, pejabat ataupun rakyat, para ulama atau orang awam. Oleh sebab itu, masjid menjadi tempat yang strategis untuk meningkatkan ilmu, amal, dan ukhuwah umat Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Muhammad. 1399H. Tuhfatul Ahwadzi (Syarah Tirmidzi), Juz X.
Beirut: Darul Fikri.
An-Nahlawi, Abdurahman. 1996. Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam:
dalam Keluarga, di Sekolah, dan di Masyarakat. Bandung: Diponegoro.
Asrohah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Logos.
Isa, Mohammad bin Sarah At-Tirmidzi. 1992. Tarjamah Sunan At-Tirmidzi,
Juz V. Semarang: Asy Syifa.
Yasin, A. Fatah. 2008. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang
Press.
[1] Mohammad Isa bin Surah At Tirmidzi, Tarjamah Sunan At Tirmidzi, Juz V (Semarang: Asy Syifa, 1992), h. 714-715.
[2] http:dictionary.sensaqent.com/abu+buraidah+al-aslami/en-en (diakses: 20 februari, 10:03)
[3] http://awie-doank.blogspot.com/2007/08/buraidah-bin-al-hashib.html (diakses: 20 februari, 10:22)
[4] Muhammad Abdurrahman, Tuhfatul Ahwadzi (Syarah Tirmidzi), juz X (Beirut: Darul Fikri), h. 278-279.
[5] Abdurrahman An-Nahlawi. Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam: dalam Keluarga, di Sekolah, dan di Masyarakat (Bandung: Diponegoro, 1996), h. 190.
Nama : Saiful Bahri
BalasHapusNIM : 2021110052
Kelas: B
Aslmkum...
Apa relevansinya Masjid sebagai pusat ilmu pengetahuan melihat banyaknya lembaga-lembaga pendidikan formal?
nama : tri istiani
BalasHapusnim : 2021110057
kelas :B
ASSALAMUALAIKUM. . .
berdasarkan hadis diatas, matan hadis yang manakah yang menunjukkan bahwa masjid sebagai pusat ilmu pengetahuan?
terimakasih. .
nama : Khotimah
BalasHapusNIM : 2021110065
Kelas : B
Berdasarkan bagaimana pendapat anda, dengan fungsi masjid pada zaman dahulu dengan sekarang ? bagaimana perubahan yang terjadi ?
Nama : Fenni listiawati
BalasHapusNIM : 2021110078
kelas : B
pertanyaan : apakah pd masa sekarang ini masjid itu sudah berjaln sesuai dgn fungsinya shg memberikan dampak edukatif trhdp perkembangn jiwa ank, jk blum apa sebabnya ?? jelaskan !
tolong perjelaskan lagi tentang isi terjemahan hadis di atas khususnya dalam kalimat berikut ini “sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah.”
BalasHapusdina rina 2021110064
Nama : ida arisetiya
BalasHapusnim : 2021110063
"Apakah dengan munculnya lembaga-lembaga pendidikan lain seperti madrasah atau lembaga nonformal lainnya menjadikan fungsi masjid berkurang?"
Eka noviyanti
BalasHapus2021110058
B
Bagaimana caranya agar pada zaman sekarang masjid dapat berfungsi kembali sebagai tempat merealisasikan ketaatan manusia kepada Allah dan sebagai tempat pusat ilmu pengetahuan,seperti dahulu ketika dimasa Rasulullah SAW???.......
nama : A. Ainun Najib
BalasHapusnim : 2021110093
kelas : B
apa yang menyebabkan anak-anak sekarang yang telah mulai menginjak dewasa malas untuk datang ke masjid untuk mengaji.???
apa yang harus dilakukan untuk menyikapi hal tersebut.?? jelaskan..!!!
nama : Wiwid Prihartanti
BalasHapusnim : 2021110062
apakah masjid dijaman sekarang ini masih dapat dikatakan sebagai pusat ilmu pengetahuan..???
berikan alasan anda.!!
nama:Nisfi Romzanah
BalasHapuskelas:B
NIM :2021110061
apa yang menjadi faktor penyebab pada masa sekarang fungsi masjid banyak diabaikan oleh kaum muslim sendiri?tolong jelaskan!
makasih
Nama : Nurul Khabibah
BalasHapusNIM : 2021110066
Kelas: B
Saya ingin bertanya: Saya mengamati fenomena dimasyarakat kebanyakan orang tua membawa anaknya yang masih berusia balita ke masjid untuk shalat berjamaah,tujuan orang tua tersebut untuk menanamkan agama sejak usia dini,namun si anak tersebut bukan ikut sholat berjamaah tetapi malah mengganggu jamaaah yg lain yg sedang shalat..apakah orang tua tersebut salah atau tidak? jelaskan! trims
nama: mausufah hasanah
BalasHapusnim: 2021110080
kelas : B
seberapa besarkah peranan masjid sebagai pusat ilmu pengetahuan ??
nama : M. Saiful Anam
BalasHapusNIM : 202109168
KLZ : B
Pertanyaan: apa yang menyebabkan runtuhnya pendidikan masjid.faktor apa sajakah yang mempengaruhinya sehingga pendidikan di masjid sudah mulai pudar...
pendidikan ala modern yang kuat dipengaruhi oleh budaya barat termasuk salah satu faktor runtuhnya pendidikan ala mesjid...
BalasHapus