MAKALAH
HADITS TENTANG AKAL, ILMU DAN AMAL
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
:
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu : Muhammad Ghufron
Dimyati, M. S. I.
Disusun oleh :
LUTFIA RISKA
NIM: 2021 111 216
Kelas:
F
JURUSAN TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Allah
swt telah memberikan banyak kenikmatan, salah satunya yaitu akal. Dengan adanya
akal, bisa kita jadikan sebagai bekal dalam menjalankan kehidupan, karena pada dasarnya akal merupakan landasan
amal atau perbuatan setiap manusia, sehingga baik buruk perbuatan kita tak lain
karena pengaruh akal. Sehingga kita dapat memikirkan tentang segala penciptaanNya
dan membaca kalam-Nya yaitu Al-Qur’an.
Akal
yang diciptakanNya itu sekaligus menjadi hal yang dapat membedakan manusia
dengan mahkluk hidup lainnya (binatang dan tumbuhan). Manusia dibekali Allah
dengan akal, sehingga setiap manusia mempunyai rasa, cipta dan karsa yang tidak
dipunyai makhluk hidup lainnya. Dan pada dasarnya akal merupakan landasan amal
atau perbuatan setiap manusia, sehingga baik buruk perbuatan kita tak lain
karena pengaruh akal.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Materi
Hadits tentang Akal, Ilmu dan Amal
21- عَنْ
عَائِشة قَالَتْ:﴿ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ
اللهِ بِأَيِّ شَئٍ يَتَفَاضَلُ النَّاسُ فِى الدُّنْيَا ؟ قَالَ: بِالْعَقْلِ,
قَلَتْ فَفِى اْلأَخِرَةِ ؟ قَالَ: بِالْعَقْلِ. فَقَالَتْ عَائِشَةُ: اِنَّمَا
يُجْزَوْنَ بِأَعْمَالِهِمْ ؟ قَالَ وَهَلْ عَمِلُوْا اِلاَّ بِقَدْرِمَا
أُعْطَاهُمْ أَعْطَاهُمْ اللهُ مِنَ الْعَقْلِ فَبِقَدْرِمَا أُعْطُوْا مِنَ
الْعَقْلِ كَانَتْ أَعْمَالُهُمْ وَبِقَدْرِمَا عَمِلُوْا يُجْزَوِنَ﴾ ( رَاوَهُ الحَارِث فِى الْمُسْنَدِ : 823)
B.
Tarjamah
Hadits
Dari
‘Aisyah-ra- ia berkata : saya bertanya kepada Rasulullah, dengan apakah manusia
bisa utama di dunia. Rasulullah berkata ; dengan akal. Aisyah bertanya lagi :
kalau diakhirat?, Rasulullah menjawab ; dengan akal. Maka Aisyah bertanya lagi
: (bukankah) manusia sesungguhnya manusia itu dibalas hanya karena
amal-amalnya. Rasulullah menjawab : dan tidaklah manusia-manusia beramal
kecuali dengan sekedar yang Allah SWT berikan yaitu akal. Maka dengan sekedar
apa yang telah diberikan kepada mereka (akal) itulah amal-amal mereka. Dan atas
sekedar apa yang mereka kerjakan , maka mereka mendapat balasan.
C.
Mufrodat
Akal
|
عَقْلِ
|
Amalmu
|
عَمِلُوْا
|
Balasan
|
يُجْزَوْنَ
|
Yang lebih utama
|
يَتَفَاضَلُ
|
Dengan sekedar
|
بِقَدْر
|
Jugalah amal-amalnya
|
مَا أُعْطُوْا
|
Bagaimana dengan akhirat
|
فَفِى اْلأَخِرَةِ
|
D.
Biografi
Rawi (Pertama)/Mukharij
Aisyah merupakan putri dari Abu
Bakar, sehingga beliau dijuluki dengan nama Aisyah Ash Shiddiqiyah (Aisyah
binti Abi Bakar Ash Shiddieq). Ibunda beliau bernama Ummu Rumman binti ‘Amr ibn
Umaimir al Kinarriyah. Siti Aisyah lahir
pada bulan Syawal tahun ke-9 sebelum hijrah, bertepatan dengan bulan
Juli tahun 614 Masehi, yaitu akhir tahun ke-5 kenabian.[1]
Menurut
riwayat yang masyhur, Nabi saw menikahi beliau di Makkah di waktu beliau
berusia 6 tahun, sesudah sebulan Nabi saw menikahi Saudah , yaitu 3 tahun
sebelum hijrah. Pada bulan syawal sesudah 8 bulan Nabi saw berhijrah ke Madinah
ketika itu Aisyah berusia 9 tahun, baru Nabi saw berumah tangga dengan beliau.
Ketika Nabi saw wafat, beliau baru berusia 13 tahun.[2]
Beliau
meriwayatkan hadits 2.210 hadits, 297 diantaranya terdapat di dalam kitab Hadis
Bukhari-Muslim. Beliau menerima Hadits dari Nabi SAW. dan dari para sahabat.
Diantaranya ialah ayahanda beliau sendiri, Umar Hamzah ibn al-Aslamy, Sa’ad ibn
Abi Waqqash, Fatimah az-Zahrah. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh banyak sahabat
dan tabi’in.[3]
Menurut
Az-Zuhri, jika dibandingkan ilmu yang dimiliki oleh Aisyah dengan seluruh ilmu
yang dipunyai oleh permaisuri-permaisuri Rasul yang lain dan ilmu para sahabat,
maka ilmu yang dimiliki oleh Aisyah masih lebih unggul. Aisyah adalah orang
keempat diantara tujuh orang sahabat yang banyak meriwayatkan hadits. Dalam
hidupnya yang penuh jihad, Siti Aisyah wafat dikarenakan sakit pada usia 66
tahun, bertepatan dengan bulan Ramadhan, tahun ke-58 Hijriah/668 M.
E.
Keterangan
Hadits
Di
dalam hadits diatas dijelaskan bahwa akal merupakan kunci utama menuju
keselamatan dunia dan akhirat. Karena setiap perbuatan yang dilakukan manusia
dikendalikan oleh akal, sehingga bisa dikatakan bahwa baik buruknya perbuatan
yang kita lakukan tergantung pada kejernihan akal.
Berpikir
adalah sebuah keniscayaan bagi manusia, dikarenakan manusia memiliki alat yang
diberikan khusus untuk melakukannya, yakni akal. Dengan akal pula manusia mampu
menerima tuntunan langsit melalui lisan suci Rasulullah saw. Tentang fungsi
akal Rasulullah saw bersabda yang artinya “semua kebaikan didapati dengan akal,
dan tiada agama bagi orang yang tak berakal.”[4]
Al-Ilmu
itu sendiri dikenal sebagai sifat utama Allah SWT. Dalam bentuk kata yang
berbeda, Allah SWT disebut juga sebagai al-‘Alim dan ‘Aliim, yang artinya:
“Yang Mengetahui” atau “Yang Maha Tahu”. Ketika seseorang menginginkan ilmu, ia
harus mengupayakannya dengan cara mempelajarinya[5].
Dengan
akal tersebut seseorang bisa mencari ilmu. Karena dengan ilmu seseorang bisa
menjawab ketidaktahuannya mengenai berbagai hal dalam hidupnya. Sehingga dengan
ilmu tersebut seseorang bisa beramal, karena tujuan mencari ilmu adalah untuk
beramal. Dengan adanya akal akan menyempurnakan ilmu dan amal, akan tetapi akal
tidak bisa berdiri sendiri. Jadi antara akal, ilmu, dan amal berkaitan erat,
tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dan Allah akan membalas
perbuatan manusia sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.
F.
Aspek
Tarbawi
a.
Mampu membedakan
sesuatu yang benar dan salah dengan akal dan ilmu.
b.
Dengan ilmu kita
dapat menjadi manusia yang lebih berguna.
c.
Memanfaatkan
akal yang telah Allah berikan untuk suatu hal yang baik dan sesuai syari’at.
d.
Dengan akal yang
jernih dan sehat akan bisa membuat kita selamat di dunia maupun di akhirat.
e.
Manusia harus
senantiasa selalu berhati-hati dalam melaksanakan segala perbuatan, karena
setiap perbuatan akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah Swt.
f.
Akal bisa
berjalan jika ditunjuki oleh dalil syar’I yaitu dalil Al-quran dan As-Sunnah.
Tanpa cahaya ini akal tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya.
BAB III
PENUTUP
Akal
tidak seharusnya digunakan untuk memikirkan hal-hal yang tidak baik atau tidak
sesuai syari’at. Karena berawal dari akal tersebut manusia dapat menentukan
masa depan baik di dunia ataupun diakhirat. Pada dasarnya Allah memberikan akal
untuk manusia agar mampu berbuat sebaik-baiknya dan mengamalkannnya dengan
penyampaian yang baik pula agar senantiasa apa yang telah diketahui dapat
bermanfaat untuk dirinya atau orang lain.
Nabi
SAW bersabda bahwa seseorang mulia di dunia dan akhirat adalah dengan akalnya.
Akal adalah syarat untuk mengilmui sesuatu untuk beramal dengan baik dan
sempurna. Akal digunakan untuk mencari ilmu, dan dengan adanya ilmu tersebut
maka seseorang bisa beramal. Ilmu tidak bisa bisa berdiri sendiri tanpa amal,
begitu pula sebaliknya, antara ilmu, akal, dan amal saling berkaitan dan tidak
bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Fayyad, Mahmud Ali. 1998. Metodologi Penetapan Kesahihan Hadist.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
sh-Shiddieqy, Hasbyi. 1980. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Jakarta:
Bulan Bintang.
Suradji, Imam. 2006. Etika Dalam Prespektif Al-Qur’an dan
Al-Hadits. Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru.
Taman, Musliah. 2008. Pesona Dua Ummu Mukminin, Teladan Terbaik
menjadi Wanita Sukses dan Mulia. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
http://yayasan_amirul_mukminin_blogspot.com/2011/05/akal-dan-fungsinya-menurut-Al-Qur’an-dan.html.
diakses pada 17 Februari 2013
[1] Musliah taman, Pesona Dua Ummu
Mukminin, Teladan Terbaik menjadi Wanita Sukses dan Mulia, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2008)
[2] Tim Hasbyi Ash-Shiddieqy,
Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 286-287
[3] Mahmud Ali Fayyad, Metodologi
Penetapan Kesahihan Hadist. Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998, hal. 115
[4]
http://yayasan_amirul_mukminin_blogspot.com/2011/05/akal-dan-fungsinya-menurut-Al-Qur’an-dan.html.
diakses pada 17 Februari 2013
[5] Imam Suradji, Etika Dalam
Prespektif Al-Qur’an dan Al-Hadits. Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2006, Hlm.
179
dengan adanya akal manusia bisa berfikir semaunya... kadang dengan akal nya manusia bisa tersesat, dan merasa dengan akalnya yang mampu berfikir sangat luas manusia itu mempunyai ilmu yg belum org lain punya, kadang juga akal lah yang membuat percaya akan hal" yg menurutnya benar, bahkan tidak percaya adanya tuhan, bagaimana menurut pemakalah melihat orang yg berakal,dan ber ilmu namun justru akal dan ilmunya itu menggelincirkan org tersebut dlm kesesatan,jelaskan!
BalasHapusapakah ada batasan-batasan dalam menggunakan akal kita.
menurut saya walaupun dia mampu berfikir sangat luas, mempunyai ilmu yg belum org lain punya, kadang juga akal lah yang membuat percaya akan hal" yg menurutnya benar, bahkan tidak percaya adanya tuhan, akan tetapi tetap tergelincir dalam kesesatan dikarenakan dia tidak memiliki iman yang kuat.
Hapusmengenai batasan-batasan menggunakan akal, menurut saya tidak ada batasannya asalkan tidak bertentangan syari'at.
Rizqotul Maula
BalasHapus2021111265
F
Assalamu'alaikum wr.wb
Terkait dengan judul makalah akal, ilmu, dan amal, bagaimana pendapat pemakalah terkait dengan seseorang yang memiliki ilmu dan akal, akan tetapi dia tidak mengamalkan ilmunya tersebut?
Terimakasih atas jawabannya :-)
Wassalamu'alaikum wr.wb
terima kasih atas pertanyaannya,
Hapusmenurut saya ,Orang yang sudah mempunyai ilmu, tetapi ilmu tersebut tidak di amalkan maka akan sia-sia ilmu yang dia dapat. Berarti orang tersebut belum bisa memanfaatkan ilmunya atau dengan cara mengamalkannya.
Ibnu Abbas r.a berkata :
“Barangsiapa yang berusaha mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya, maka Allah akan menunjukkan mereka apa yang belum mereka ketahui”
Dalam ayat lain, Allah juga berfirman yang artinya :
Dan sesungguhnya kalau mereka MENGAMALKAN pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka).(An-Nisaa: 66)
labib maimun
BalasHapus2021 111 313
assalamu'alaikum wr. wb
akal berfungsi untuk bisa membedakan mana yang baik dan buruk. tapi kenyataanya banyak manusia yang masih berlaku tidak sesuai dengan ajaran agamanya. sudah mengetahui itu perbuatan buruk/tidak sesuai agmanya, tapi masih saja melakukan perbuatan itu.
bagaimana pebdapat pemakalah tentang hal itu?
selain akal yang berfungsi untuk bisa membedakan mana yang baik dan buruk suatu perbuatan. dan dengan iman yang kuat lah manusia itu berlaku sesuai agamanya , jadi baik buruk suatu perbuatan selain tergantung dari akal, tetapi harus di landasi iman yang kuat juga, agar perbuatannya itu sesuai dengan syariat islam.
HapusMuhammad Fahminnafi
BalasHapus2021111365
Assalaamu'alaikum wr. wb.
bagaimana menurut pemakalah agar ketiga unsur tsb (ilmu, akal, dan amal) bisa berjalan seimbang?dan faktanya malah bnyak yang tidak menyinggung soal amal..
matur tengkyu,..
menurut saya , cara menyeimbangkan akal, ilmu dan amal dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Meyakini bahwa Allah menciptakan manusia dari bumi tidak untuk sia-sia .selain itu juga dengan mengoptimalkan rukhaniyah kita yang dipersiapkan untuk menerima ilmu pengetahuan . Setelah ilmu pengetahuan kita peroleh harus meyakini bahwa kita mempunyai tanggung jawab lebih besar karena memiliki kemampuan yang lebih, yang akan memberikan perkembangan kearah perbaikan dalam memberikan amal sholeh satu sama lain atau mengamalkannya kepada oranglain .
Hapushubungan akal ilmu dan amal ialah akal adalah syarat untuk mengilmui sesuatu dan untuk beramal dengan baik dan sempurna.
jadi antara akal,ilmu dan amal saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yangg lainnya.
nur slamet
BalasHapus2021 111266
Di dalam hadits diatas dijelaskan bahwa akal merupakan kunci utama menuju keselamatan dunia dan akhirat. bukankah akal dan kemampuan seseoraang itu berbeda, lalu bagaimana bagi seseorang yang mempunyai keterbatasan akal untuk bisa menjadikan seseorang kebahagiaan dunia dan akhirat pula.
Manusia adalah adalah makhluk ciptaan manusia yang paling sempurna. Kesempurnaannya ini ditandai dengan dianugerahinya manusia dengan sesuatu yang bernama akal. Allah SWT menganugerahi manusia dengan akal bertujuan untuk menganalisa ciptaan-ciptaan Allah yang Maha Hebat agar kita bisa mengenal ke-Maha Kuasaan-Nya.
Hapusakal manusia itu tidak terbatas. Namun, selama ini akal manusia dibatasi oleh manusia itu sendiri. Akal manusia sering dibatasi oleh doktrin-doktrin yang mempunyai maksud yang terselebung, pemikiran-pemikiran tentang agama yang sempit, ideologi-ideologi yang tidak berdasar, ego, emosi, bahkan umur sekalipun.
Manusia itu sendiri yang terlalu kejam dengan membatasi pemikirannya sehingga mereka menganggap akal mereka terbatas. Padahal tidak demikian. Akal manusia terus berkembang dari hari ke hari. Terbukti dengan banyaknya penemuan-penemuan terbaru. Dari zaman prasejarah hingga sekarang, perkembangan kehidupan manusia menunjukkan bahwa akal manusia terus berkembang. Dulu, orang perlu waktu berbulan-bulan untuk pergi ke suatu tempat di muka bumi. Sekarang, hanya dengan hitungan jam, orang sudah bisa berada di belahan bumi lain. Itu bukti perkembangan akal manusia, akal yang tidak terbatas.
Kita bisa membayangkan apa jadinya dunia ini jika akal manusia terbatas. Tentunya kita akan hidup di dunia yang stagnan, dunia yang selalu monoton dan tidak ada perubahan sekalipun. Dengan ketidakterbatasan akal ini, seharusnya sebagai makhluk yang bijaksana kita harus mensyukurinya. Kita gunakan akal kita untuk hal-hal yang positif.
Terima kasih.
Fatkhu Rohmah
BalasHapus2021 111 307
F
Di dalam hadits kan dijelaskan bahwa akal merupakan kunci utama menuju keselamatan dunia dan akhirat. Lalu bagaimana dengan orang yang mengalami gangguan akalnya seperti orang yang idiot, orang yang gila dan yang lain sebagainya, tolong bisa dijelaskan!!
Orang yang gila dan orang yang idiot , kita mulai dari pengertian gila dan idiot…
HapusGila adalah kelalaian yang terdapat pada akal yang menghalangi ucapan dan perbuatan seseorang menurut yang semestinya. Maka perbuatan atau ucapan orang gila tidak dapat menurut kehendak akal.
Sedangkan Idiot Adalah kelalaian yang terdapat dalam akal yang menghalangi seseorang berfikir secara baik, sehingga ucapanya tidak menentu. Sewaktu-waktu dia berbicara seperti orang gila dan di waktu lainnya seperti orang waras; demikian pula dengan tindakannya.
Berarti orang yang gila itu menggugurkan seseorang dari beban hukum sejauh menyangkut kewajiban fisik seperti shalat, puasa, kafarah dan lainya. karena pelaksanaan dari kewajiban ini memerlukan niat, sedangkan niat orang gila tidak diperhitungkan. Dalam kewajiban menyangkut harta benda, ia tidak bebas dari hukum selama gilanya itu. Kewajiban yang harus dilakukannya akan ditunaikan dari hartanya orang lain, seperti ganti rugi dari kejahatan yang dilakukan terhadap harta orang lain.
Adapun tindakannya yang berbentuk hukum, seperti akad, perbuatan dan urusan orang gila tidak sah dan tidak diperhitungkan secara hukum, karena niat yang merupakan sahnya akad tersebut tidak diperhitungkan pada orang gila.
Meskipun ulama berbeda pendapat tentang hakikat gila dan idiot, namun semuanya berpendapat bahwa tindakan hukum orang idiot tidak sama dengan tindakan hukum orang waras. Orang idiot yang tidak mempunyai daya tamyiz sama keadaannya dengan orang gila. Dari diri orang idiot gugur taklif yang berbentuk fisik atau kewajiban badaniah, karena ia tidak mempunyai kecakapan berbuat hukum sama sekali. Tetapi kewajiban yang berbentuk materi tetap berlaku dan dibebankan kepada hartanya yang dilaksanakan oleh walinya.
Dan kebanyakan ulama berpendapat bahwa idiot yang mempunyai daya tamyiz bebas dari segala beban hukum yang bersifat badani karena idiot itu sebagai suatu penyakit sebagaimana terdapat pada orang gila, bahkan ia merupakan satu bentuk dari gila. Karena itu terhalang untuk melaksanakan beban hukum. Ke –shah-an beban hukum berdasarkan pada kemampuan memahami hukum. Pemahaman ini didasarkan pada adanya akal, sedangkan pada diri orang yang idiot itu akalnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
berkaitan dengan berilmu dan beribadah,
BalasHapusapa gunanya akal?
apa gunanya hati?
apa coba hayoo!!! silakan ditanggapi.!
lalu dalam hal gunanya, antara hati dan nafsu itu kaitannya apa? bedanya apa?
ALLAH telah menjadikan bagi jasad manusia ada hati, akal dan nafsu. Ketiga-tiga jasad batin ini mempunyai peranan atau fungsi yang tersendiri dan berbeda di antara satu sama lain. Dalam diri manusia selalu berkolaborasi antara nafsu, akal, dan hati nurani, dan tidak ada lagi yang lainnya. Manusia tanpa salah satu diantara ketiga hal tersebut, bukan lagi seorang manusia. Hal inilah yang menjadi prinsip dasar perbedaan antara manusia dan makhluk hidup lainnya.
HapusYang pertma adalah akal
Akal dijadikan oleh Allah dengan tabiat asal yang baik dan mematuhi perintah Allah. Dalam proses pemenuhan nafsu-nafsunya tersebut, manusia dibekali dengan akal. Manusia memang berpikir sebagai dasar untuk menemukan cara memenuhi nafsunya, namun yang paling menonjol dari manusia adalah karena ia memiliki akal yang bekerja bersama dengan pikiran itu.
Akal berperan dalam memberikan petunjuk tentang sesuatu, tentang apa yang bernilai atau tidak bagi diri manusia itu sendiri. Selain itu, dengan akal pun manusia dapat memiliki kreativitas dan dengannya menjadikan hidup ini dinamis.
Yang kedua adalah hati
Hati peranannya mengenal dan berperasaan. Ia juga bisa menampung ilmu pengetahuan tanpa belajar jika jiwanya bersih. Di samping itu ia menjadi raja dalam diri manusia. Akal peranannya berfikir, mengkaji dan menilai untuk menerima ilmu pengetahuan. Tabiat hati (roh) memang sudah kenal ALLAH dan mengenal kebaikan. Sebagaimana Firman Allah: "Tidakkah Aku ini Tuhan kamu (wahai roh)?" Mereka menjawab: "Bahkan kami menyaksikannya." (Al A`raf 172). Hati nurani ini bekerja sama dengan akal ketika merealisasikan nafsu dalam rangka menjadikan manusia itu lebih baik.
Hati nurani berperan dalam menentukan perealisasian nafsu yang tidak mengganggu kebebasan orang lain. Dalam hal ini, orang lain harus diutamakan karena jika tidak maka yang timbul adalah dunia yang penuh dengan suasana egois.
Kaitan hati dan nafsu
Ketika manusia merealisasikan nafsunya dengan akal namun tanpa hati nurani, maka ia bukanlah seorang manusia, karena ia tidak menyadari keterbatasannya sebagai individu yang juga harus menyadari eksistensi individu lainnya. Manusia juga tidak bisa merealisasikan nafsunya hanya dengan hati nurani, sebab akallah yang menjadi kunci dalam merealisasikan nafsu manusia. Selanjutnya, manusia tanpa nafsu pun juga tidak bisa disebut sebagai manusia, karena tidak ia tidak memiliki hasrat dan hidupnya akan statis sebab akal dan hati nuraninya tidak dipakai untuk perkembangannya.
Oleh karena itu, manusia harus memiliki keseimbangan dalam nafsu, akal, dan juga hati nuraninya. Dalam perealisasian sebuah nafsu yang dilakukan oleh akal dalam rangka menjadikan manusia itu lebih baik, manusia tidak boleh melanggar eksistensi manusia lain sebagai subjek, yakni melalui hati nuraninya.
Hati mencetuskan 'yakin' dan 'mau', nafsu pula menentukan 'mampu'. Ilmu dapat me'muas'kan akal, iman dapat me'muas'kan hati dan menjerat nafsu. Muallim (guru) mengajar untuk memberitahu, murabbi (pendidik) mendidik untuk mencetuskan mahu dan memimpin kebuasan nafsu. Hati adalah raja anggota badan. Akal adalah bendahara kepada hati. Nafsu pula pengacau yang boleh memburukkan akal dan hati. Ringkasnya, hati menentukan tindakan, akal memandu hati untuk bertindak membuat kerja dengan 'betul-betul'. Nafsu perusak kepada 'perancangan' hati dan akal!
Nur Latifah
BalasHapus2021 111 215
F
Akal bisa berjalan jika ditunjuki oleh dalil syar’I yaitu dalil Al-quran dan As-Sunnah. Tanpa cahaya ini akal tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. mohon dicontohkan!!!
Contohnya, penglihatan mata berfungsi jika ada cahaya. Apabila mendapati cahaya iman dan Al-Quran barulah akal seperti mata yang mendapatkan cahaya mentari. Jika berdiri sendiri tanpa cahaya tidak akan bisa melihat atau mengetahui sesuatu.begitu pula dengan amal tanpa ilmu juga tidak sempurna.
Hapusjadi antara akal,ilmu dan amal saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Aminah Balgis Alatas
BalasHapus2021 111 221
F
Di dalam makalah di tuliskan bahwa baik buruknya tingkah laku seseorang tergantung pada kejernihan akal. permasalahannya apabila ada seseorang yang akalnya jernih akan tetapi hatinya kotor (tidak jernih). Bagaimana pandangan pemakalah tentang hal itu?
penentu baik buruknya tingkah laku seseorang selain tergantung pada kejernihan akal akan tetapi juga kejernihan hati sesuai dengan penanya utarakan. hal ini sesuai dengan hadits yang intinya bahwa jika salah satu itu rusak maka rusaklah semuanya. salah satu disini adalah hati. dapat disimpulkan apabila hati seseorang itu kotor maka rusaklah tingkah lakunya.
HapusAminah Balgis Alatas
BalasHapus2021 111 221
F
Di dalam makalah di tuliskan bahwa baik buruknya tingkah laku seseorang tergantung pada kejernihan akal. permasalahannya apabila ada seseorang yang akalnya jernih akan tetapi hatinya kotor (tidak jernih). Bagaimana pandangan pemakalah tentang hal itu?
penentu baik buruknya tingkah laku seseorang selain tergantung pada kejernihan akal akan tetapi juga kejernihan hati sesuai dengan penanya utarakan. hal ini sesuai dengan hadits yang intinya bahwa jika salah satu itu rusak maka rusaklah semuanya. salah satu disini adalah hati. dapat disimpulkan apabila hati seseorang itu kotor maka rusaklah tingkah lakunya.
HapusM. Maulida Yulianto
BalasHapus2021 111 314
F
Bagaimana pendapat anda mengenai seseorang yang ber-amal baik, namun dia tidak mengerti ilmunya,,
terimakasih..
inti soalnya beramal tanpa ilmu ya mas ?
Hapusmenurut saya, amalan tanpa ilmu merupakan suatu amalan yang tidak akan berlaku dan sia-sia.Apabila kita tidak beramal dengan ilmu yang ada pada diri kita, kita sudah tentu tidak dapat melepasi perhitungan Allah pada Hari Akhirat kelak.
Janganlah sampai kita menjadi orang yang menyesal dan meminta dikembalikan semula ke dunia, suatu perkara yang tidak mungkin terjadi. Sebagaimana firman Allah s.w.t. dalam surah as-Sajdah ayat 12 yang bermaksud :
Wahai Tuhan kami, kami telah melihat kebenaran di hadapan mata kami, kami telah mendengar dengan sejelas-jelasnya (akan perkara yang kami ingkari dahulu); maka kembalikanlah kami ke dunia agar kami mengerjakan perkara yang baik-baik. Sesungguhnya kami sekarang telah yakin.
Maka pergunakanlah masa di dunia ini sebaik- baiknya dengan menuntut ilmu dan beramal dengannya, dan jauhilah sikap hanya berbangga-bangga dengan amalan sedangkan ilmunya tiada.
maaf mungkin Out of Topic nih..
Hapuswalaupun dia beramal dengan tulus, apakah itu hanya sia-sia??
Ning Yuliati
BalasHapus2021 111 214
F
Bagaimana pendapat anda bila ada orang yang beramal tanpa ilmu? jelaskan!
menurut saya, amalan tanpa ilmu merupakan suatu amalan yang tidak akan berlaku dan sia-sia.Apabila kita tidak beramal dengan ilmu yang ada pada diri kita, kita sudah tentu tidak dapat melepasi perhitungan Allah pada Hari Akhirat kelak.
HapusJanganlah sampai kita menjadi orang yang menyesal dan meminta dikembalikan semula ke dunia, suatu perkara yang tidak mungkin terjadi. Sebagaimana firman Allah s.w.t. dalam surah as-Sajdah ayat 12 yang bermaksud :
Wahai Tuhan kami, kami telah melihat kebenaran di hadapan mata kami, kami telah mendengar dengan sejelas-jelasnya (akan perkara yang kami ingkari dahulu); maka kembalikanlah kami ke dunia agar kami mengerjakan perkara yang baik-baik. Sesungguhnya kami sekarang telah yakin.
Maka pergunakanlah masa di dunia ini sebaik- baiknya dengan menuntut ilmu dan beramal dengannya, dan jauhilah sikap hanya berbangga- bangga dengan amalan sedangkan ilmunya tiada.
menurut saya, amalan tanpa ilmu merupakan suatu amalan yang tidak akan berlaku dan sia-sia.Apabila kita tidak beramal dengan ilmu yang ada pada diri kita, kita sudah tentu tidak dapat melepasi perhitungan Allah pada Hari Akhirat kelak.
BalasHapusJanganlah sampai kita menjadi orang yang menyesal dan meminta dikembalikan semula ke dunia, suatu perkara yang tidak mungkin terjadi. Sebagaimana firman Allah s.w.t. dalam surah as-Sajdah ayat 12 yang bermaksud :
Wahai Tuhan kami, kami telah melihat kebenaran di hadapan mata kami, kami telah mendengar dengan sejelas-jelasnya (akan perkara yang kami ingkari dahulu); maka kembalikanlah kami ke dunia agar kami mengerjakan perkara yang baik-baik. Sesungguhnya kami sekarang telah yakin.
Maka pergunakanlah masa di dunia ini sebaik- baiknya dengan menuntut ilmu dan beramal dengannya, dan jauhilah sikap hanya berbangga- bangga dengan amalan sedangkan ilmunya tiada.
Najmul Karimah 2021111078 F
BalasHapusKetika seseorang sudah mengetahui ilmu dan orang tersebut justru tertutup untuk mengamalkannya, apakah yang harus dilakukan?
teruz bagaimana menurut pemakalah sndri menyikapi tentang orang yang mengulur wktu sholat dan orang tersebut berilmu ?
didalam hadits, dijelaskan bahwa akal merupakan kunci utama keselamatan dunia akhirat, bagaimana dengan iman? apakah akal lebih utama di banding dengan iman?
BalasHapus