Laman

new post

zzz

Rabu, 15 Februari 2012

makalah 1 hadits 1 lembaga pendidikan Islam: Rumah Tangga


makalah

Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah              : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu : Muhammad Hufron M.S.I














Disusun Oleh:
TOTO SUWIRYO
202109390
KELAS A



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
PENDAHULUAN

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi kenikmatan kepada kita semua, dan atas karunia kenikmatan tersebut sehingga kita dapat merasakan indahnya sebuah proses hidup di dunia sampai sekarang ini. Shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada Nabi Agung junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan banyak contoh suri tauladan yang baik bagi kita semua.
Dalam makalah ini akan sedikit dibahas hadits yang menjelaskan tentang “rumah tangga penuh kasih sayang” yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam keluarga beliau. Dengan demikian dimaksudkan agar kita semua sebagai umat beliau yang juga akan ataupun sudah mengalami kehidupan berumah tangga bisa mencontoh perangai dari suri tauladan kita tersebut. Semoga bermanfaat bagi kita yang mempelajarinya, Amin.




“ Rumah Tangga Penuh Kasih Sayang ”


A.    Hadits
قَا لَ أَ بُو عَبْدِ اللهِ الْجَدَ لِيُّ قُلْتُ لِعَا ئِشَةَ كَيْفَ كَا نَ خُلُقُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَهْلِهِ     قَا لَتْ :
 كَا نَ أَحْسَنَ النَا سِ خُلُقًا لَمْ يَكُنْ فَا حِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَلَا صَخَّا بًا بِا لْأَ سْوَا قِ وَلَا يَجْزِئُ     بِالسَّيِّئَةِ مِثْلَهَا وَلَكِنْ يَعْفُوْ وَيَصْفَحُ (رواه أاحمد فى المسند, با قى مسند الأ نصار)

B.     Terjemah
“ Telah berkata Abu Abdillah Al-Jadali, saya bertanya kepada Aisyah r.a tentang perangai Rasulullah SAW dalam keluarganya, lalu beliau berkata : Rasulullah SAW adalah manusia yang paling baik akhlaknya, bukan orang yang keji, bukanlah orang yang sengaja berbuat keji, bukan orang yang suka berteriak-teriak di pasar-pasar, dan tidak membalas kejelekan dengan kejelekan yang sama, tetapi beliau suka memaafkan dan berjabat tangan.”
( Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Muhammad bin Ja’far, dari Syu’bah, dari Abi Ishak, dari Abi Abd al-Jadali, yang bersumber dari Aisyah ra )[1]

C.    Mufradat (kata-kata penting):
اَحْسَنَ         : lebih baik
خُلُقًا           : budi pekerti  
فَا حِشًا          : orang yang keji
مُتَفَحِّشًا         : perkataan yang keji
صَخَّابًا          : berteriak-teriak
أَسْوَا قِ         : pasar-pasar
سَيِّئَةْ            : kejelekan
يَصْفَحْ          : berjabat tangan
D.    Biografi Rowi
Di katakan oleh ibnu said: Namanya Abd bin Abd bin Abdillah bin abi al-Amar bin Habib bin A’id bin Malik bin Waslah bin Umar bin Romah bin Yaskur bin Ud’wan bin Umar bin Qais I’lani bin Mudhir dan nama panggilannya adalah Abdurahman bin Abd. Beliau termasuk tabi’in yang terkenal dengan nama Abu Abdillah dan beliau lahir di kuffah.[2]

E.     Keterangan Hadits
 مُتَفَاحِشًاKata Fahsy (keji) artinya segala sesuatu yang keluar dari kadar yang normal sehingga dianggap buruk, ia mencakup perkataan, perbuatan dan sifat, tetapi lebih sering digunakan untuk perkataan. Adapun Mutafahhisy adalah orang yang sengaja berbuat keji dan sering melakukannya. Ad-Dawudi mengemukakan pandangan ganjil dan berkata: Al-Faahsy adalah yang berkata keji dan Mutafahhisy adalah yang menggunakan kata-kata kotor untuk membuat orang tertawa.[3] Al-Qodhi berkata “saya tidak pernah menjumpai Rasulullah saw berbuat keji baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. صَخَّابًا  berteriak ya’ni beliau tidak pernah teriak-teriak di pasar,  لَا يَجْزِئُ السَّيِّئَةْbahwa beliau tidak pernah membalas kejelekan ataupun kejahatan orang yang menjahatinya dengan kejahatan yang sama, tetapi beliau membalasny dengan kebaikan dan memaafkannya,  يَصْفَحْ beliua tidak pernah menyindir di depan orang yang berbuat kejelekan kepadanya.
Ini adalah hadis hasan shohih dan dikeluarkan oleh Al-Bukhori dari hadis Abdullah bin Umar.[4]

F.     Aspek tarbawi
Dalam suatu rumah tangga, keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama dimana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupanya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tidak bisa hilang. Dari sini keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personil-personilnya.[5] Jelas seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW pada hadits di atas, dengan beliau tidak pernah berbuat keji apalagi sengaja untuk berbuat keji, mengucapkan kata-kata kotor, tidak membalas kejelekan dengan kejelekan tetapi malah memaafkan kejelekan orang lain, maka secara langsung ataupun tidak langsung beliau telah mengajarkan kepada keluarganya akhlak yang baik sekaligus kasih sayang kepada sesama makhluk Allah.
Apabila orang tua selalu peduli terhadap pendidikan anak, baik dalam akhlak, kasih sayang maupun pendidikan formalnya yaitu sekolah, maka orang tua tersebut berarti sudah mencoba menjadi orang tua yang bertanggung jawab. Karena dengan demikian si anak dapat memperoleh hak-haknya dalam keluarga yaitu memperoleh pendidikan moral maupun spiritual.



PENUTUP

Kesimpulan
Kerukunan dalam rumah tangga merupakan cermin adanya kebahagiaan di dalamnya, dimana penghuninya harus mempunyai sifat dan sikap yang baik. Di dalam keluarga orang tua merupakan guru pertama bagi anak-anaknya sehingga haruslah bisa mencontohkan sikap dan pribadi yang baik dalam menjalani aktivitas setiap hari khususnya di dalam rumah.
Sebagai seorang muslim kita mempunyai suri tauladan yang baik yaitu Rasulullah saw karena beliau adalah makhluk yang sempurna dalam segala hal termasuk akhlak dan budi pekerti. Di dalam keluarganya beliau menjadi panutan bagi istri-istri dan anak-anaknya karena beliau mempunyai sifat dan dan budi pekerti yang luhur.



DAFTAR PUSTAKA

Abdul Latif, Abdul Wahab.  1283-1353 H. Tuhfatul Ahwadi Juz 6. Mesir: Darul Fikr.
Alwi, M. Tarsyi.  1998. Terjemah Hadits mengenai Pribadi dan Budi Pekerti Rasulullah SAW. Bandung: CV. Diponegoro.
Al-Atsqalani, Ibnu Hajar. 852 H. Tahdzibut Tahdzib. Mesir: Darul Fikr.
Abdullah bin Baz, Abdul Aziz. 2009. Fathul Baari, buku 29. Jakarta: Pustaka Azami.
Zuhri, Moh. 1992. Terjemah Sunan At-Tirmidzi Jilid 3. Semarang: CV. As Syifa.


 


[1] Moh. Zuhri, Terjemah Sunan At-Tirmidzi jilid 3 (Semarang: CV. As Syifa, 1992), hal. 520
[2] M. Tarsyi Alwi, Terjemah Hadits mengenai Pribadi dan Budi Pekerti Rasulullah SAW (Bandung: CV. Diponegoro, 1998), hal. 276
[3] Ibnu Hajar al-Atsqalani, Tahdzibut Tahdzib (Mesir: Darul Fikr, 852 H), hal. 170
[4] Abdul Aziz Abdullah bin Baz, Fathul Baari, buku 29 (Jakarta: Pustaka Azami, 2009), hal 180
[5] Abdul Wahab Abdul Latif, Tuhfatul Ahwadi Juz 6 (Mesir: Darul Fikr, 1283-1353 H), 158