MAKALAH
RUMAH SEBAGAI MADRASAH
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi 2
Dosen Pengampu : Muhammad Ghufron, M. S. I
Disusun Oleh:
Fina Atiqotul Maula
2021110200
Kelas: E
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu. Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi laum muslimin. Kewajiban tersebut tidak pandang bulu, baik laki-laki maupun perempuan, baik orang kaya maupun orang miskin.
Mencari ilmu juga tidak mengenal usia dan tidak ada batasan waktunya. Dari kecil sampai tua nanti pun kita harus tetap menuntut ilmu untuk bekal kita menjalani hidup di dunia dan di akhirat. Karena mustahil seseorang akan menjalani hidup dengan baik jika dia tidak punya ilmu.
Oleh karenanya, mencari ilmu itu bisa kita lakukan di mana saja, tidak hanya pada lembaga formal saja. Seperti rumah, rumah tidak hanya bisa dijadikan tempat tinggal saja, tetapi juga bias dijadikan sebagai sarana untuk mencari ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. HADITS
حدثنى عثمان بن هندن عبدالله بن عثمان بن الارقام بن ابي الارقام المحزومى قال : اخبرنى ابي عن يحيى بن عثمان بن الارقام حدثنى جدى عثمان ابن الارقام انه كان يقول: أنا ابن سبع الاسلام، أسلم أبي سابع سبعة وكانت داره على الصفا وهي الدرالتى كان النبي صلي الله عليه وسلم يكون فيها في الاسلام وفيها دعا الناس الى الاسلام (رواه الحاكم).[1]
B. TERJEMAH
Diceritakan kepadaku oleh Utsman bin Hindun Abdullah bin Utsman bin al-Arqam bin Abi al-Arqam al-Mahzumi berkata: dari Yahya bin Utsman bin al-Arqam diceritakan kepadaku oleh kakekku Utsman ibn al-Arqam sesungguhnya berkata: saya adalah anak ketujuhnya Islam. Ayah saya masuk Islam ketujuh dari orang tujuh. Rumahnya ada di Shafa, yaitu rumah yang didiami Nabi di mana Islam itu ada dan di mana Nabi mengajak manusia untuk masuk Islam.
C. MUFRODAT
Terjemah | Lafadh |
Anak ketujuh | ابن سبع |
Masuk Islam | أسلم |
Ketujuh dari tujuh | سابع سبعة |
Rumah | دار |
Mengajak Manusia | دعا الناس |
D. BIOGRAFI RAWI
Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam adalah termasuk sahabat Nabi yang pertama-tama masuk Islam. Dia adalah seorang pengusaha yang cukup berpengaruh, dari suku Makhzum dari kota Mekkah.
Tetapi, ada yang menarik dari sosok sahabat yang satu ini. Ia sama sekali tidak terkenal. Kita tidak tahu kelebihannya apa jika dibandingkan seperti sahabat-sahabat lain.
Memang benar, ia yang bernama lengkap Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam, merupakan orang ketujuh dari Assabiqunal Awwalun, golongan sahabat yang pertama memeluk Islam. Dan rumahnya berlokasi di bukit Safa, yang merupakan basecamp untuk berdakwah nabi pada masa dakwah sirri, sembunyi-sembunyi.
Selain itu, nama bapak dari sahabat yang satu ini pun sama sekali tidak dikenali dalam sejarah. Sehingga, para sejarawan terpaksa mengidentifikasi sahabat ini dengan menyebut nama bapaknya dengan sebutan “Abil Arqam”; menjadi Arqam bin “Bapaknya Arqam”.
Namun ternyata, justru sebenarnya kelebihannya ada di sini, pada ketidakterkenalan-nya sahabat yang satu ini. Dengan tidak terkenalnya ia, maka dapat dipastikan orang-orang kota Mekkah pun tidak begitu peduli apa yang terjadi di dalam rumahnya. Terlebih, rumahnya tersebut berada di pinggiran kota Mekkah, di Bukit Safa. Dan dapat kita bayangkan hiruk pikuknya kota Mekkah yang merupakan kota suci tujuan sentral peziarah agama samawi seperti ini, sekaligus sebagai salah satu kota transit perdagangan kafilah-kafilah, tentunya kecil kemungkinan orang-orang akan memperhatikan siapa dan apa yang dilakukan orang lain.
Berbicara mengenai Arqam bin Abil Arqam,. Mungkin peran sahabat mulia satu ini bisa kita kaitkan juga dengan peranan besar berkaitan intelijen. Atau juga bisa saja kita menyebutnya dengan tokoh dasar dunia intelijen. Perannya sangat rahasia. Ia berani tidak dikenal oleh sejarah, demi keberhasilan sebuah dakwah. Perannya pun tidak banyak dipuji. Meskipun begitu, terang ia tidak pernah gagal samasekali.
Cukup satu yang dapat kita simpulkan, ia merupakan tokoh besar yang bekerja dengan ikhlas, tanpa perlu sebuah pujian, apalagi ketenaran.[2]
E. KETERANGAN HADITS
Masjid bukanlah satu-satunya tempat disenggarakannya pendidikan Islam. Rumah-rumah juga memainkan peranan penting dalam mentransmisikan ilmu dan pengetahuan umum. Sebagai tempat transmisi keiilmuan, rumah muncul lebih awal dari pada Masjid. Sebelum Masjid dibangun, ketika di Makkah Rasulullah menggunakan rumah al-Arqam sebagai tempat memberikan pelajaran bagi kaum muslimin.[3]
Rumah Arqam bin Arqam merupakan tempat pertama berkumpulnya kaum muslimin beserta Rasulullah untuk belajar hukum-hukum dan dasar-dasar ajaran Islam. Rumah ini merupakan lembaga pendidikan pertama/ madrasah yang pertama sekali dalam Islam. Adapun yang mengajar adalah Rasulullah sendiri.[4] Selain itu Beliau juga menggunakan rumah beliau sebagai tempat berkumpul untuk belajar Islam.[5]
Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tempat kita berlindung dari binatang buas, tempat untuk berteduh ketika teriknya panas matahari maupun hujan. Akan tetapi, rumah juga dapat berfungsi sebagai madrasah, tempat kita belajar, sehingga dari situ kita dapat memeroleh ilmu, dan pengetahuan baru.
Dari masa Rasulullah sampai sekarang masih banyak rumah ulama’ yang dijadikan sebagi tempat untuk belajar. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya ilmu bagi kehidupan manusia sehingga mencari ilmu itu tidak terbatas tempatnya dan dapat dilakukan di mana saja, termasuk rumah kita.
Dengan dijadikannya rumah sebagai madrasah, untuk memeroleh ilmu, kita tidak hanya melalui lembaga formal saja, tetapi kita juga dapat memerolehnya melalui lembaga non formal yang dengannya dapat menambah wawasan kita.
Akan tetapi rumah bukanlah tempat yang ideal untuk belajar. Hal ini dikarenakan baik penghuni-penghuni rumah ataupun pelajar-pelajar tidaklah akan dapat merasakan kesentosaan di situ, dan amat sukarlah mereka antara ketrentraman rumah dengan kesibukan dan kebisingan pelajaran.[6] Hal tersebut tidak berlaku jika antara penghuni rumah dengan para pelajar di tempat itu tidak merasa saling terganggu
F. ASPEK TARBAWI
1. Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi dapat juga digunakan sebagai sarana untuk belajar.
2. Dengan dijadikannya rumah sebagai madrasah, kita tidak hanya memeroleh ilmu melalui pendidikan formal saja.
3. Dengan dijadikannya rumah sebagai madrasah juga, dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita terlebih jika dalam lembaga formal tidak diajarkan
4. Orang yang mempunyai pengetahuan lebih, dapat mengamalkannya kepada orang lain melalui rumahnya
5. Mempermudah kita dalam mencari ilmu
6. Dapat memperkuat ukhuwah islamiyah
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Dari hadits di atas, dapat diambil kesimpulan, bahwa rumah juga bisa kita jadikan tempat untuk belajar. Adapun nilai-nilai tarbawinya:
1. Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi dapat juga digunakan sebagai sarana untuk belajar.
2. Dengan dijadikannya rumah sebagai madrasah, kita tidak hanya memeroleh ilmu melalui pendidikan formal saja.
3. Dengan dijadikannya rumah sebagai madrasah juga, dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita terlebih jika dalam lembaga formal tidak diajarkan
4. Orang yang mempunyai pengetahuan lebih, dapat mengamalkannya kepada orang lain melalui rumahnya
5. Mempermudah kita dalam mencari ilmu
6. Dapat memperkuat ukhuwah islamiyah
DAFTAR PUSTAKA
Asrahah,Hanun.. 1999. Sejarah Pendidikan Islam. Jakaarta:Logos
Muhammad al Ma’ruf bil Hakim an Naisaburi, Abi Abdillah. 1978. Mustadrik juz 4. Baerut: Darul Fikr .
Nata, Abudin. 1997 Filsafat Pendidikan Islam . Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Nizar, Samsul. 2009. Sejarah Pendidikan Isalm. Jakarta: Kencana.
http://sejarah.kompasiana.com/2011/11/15/sosok-misterius-sahabat-rasul-arqam-bin-abil-arqam/
[1] Abi Abdillah Muhammad al Ma’ruf bil Hakim an Naisaburi, Mustadrik, juz 4, Baerut: Darul Fikr, 1978, hal 502.
[3] Hanun Asrahah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakaarta:Logos,1999), hal. 67
[4] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Isalm, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 36
[5] Asrahah, op. Cit., Hal. 67
[6] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hal. 117
Dyah Titis Pratita
BalasHapus2021110221
kelas E
Bagaimana menurut pendapat anda, tentang cara kita mengatur atau mengkondisikan para pelajar, saat para pelajar itu belajar dirumah agar tidak mengganggu orang-orang yang ada dirumah?
terima kasih atas pertanyaannya, menurut saya untuk menkondisikan keadaaan tersebut adalah dengan cara kita mengambil perhatian dari pesrta didik kita. kita sebagaiseorang pendidik harus mampu mengambil perhatian anak didik kita agar materi kita dapat tersampaikan dengan baik dan anak didik kita bisa menangkap dan paham akan apa yang kita sampaikan. seperti contohnya, disaat anak didik kita gaduh, kita bisa memberikan pertanyaan kepada mereka terkait dengan materi yang sedang diajarkan pada saat itu. memang betul, rmah bukanlah tempat umum yamg dapat kita pergunakan sekehendak kita, akan tetapi kita sebagai pendidik juga harus menjamin ketentraman orang-orang yang ada di dalamnya.
HapusKisrowiyah
BalasHapus2021110231
E
Bagaimana sikap kita sebagai pendidik, jika rumah yang kita gunakan sebagai tempat belajar terjadi keributan??????
menurut saya,kita harus melihat dulu keributannya, jika keributannya itu dari peserta didiknya, kita sebagai seorang pendidik harus bisa mengkondisikannya sebaAIK mungkin.adapun cara mengkondisikannya sesuai dengan kreativitas pendidik masing-maasing. kemudian jika keributan itu barasal dari penghuni rumah tersebut,jika keributannya itu berupa pertengkaran antara penghunu rumah karena suaaaatu masalah yang cukup serius,maka tindakan yang harus kita ambiladalah membubarkan proses belajarnya.akan tetapi jikahamya sekedar tangisan anak kecil, ya,,,,,,,, kita itdak perlu menghentikannya.
HapusHammydiati Azifa L I
BalasHapus2021110208
Kelas E
Menurut anda adakah kriteria rumah ideal yang dapat dijadikan sebagai madrasah??