pengkur TB1 : tujuan kurikulum - word
pengkur TB1 : tujuan kurikulum - ppt
pengkur TB1 : tujuan kurikulum - ppt
Tujuan Kurikulum
Makalah Ini
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas:
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran
Dosen
Pengampu : M. HUFRON, M.S.I
Disusun
Oleh :
·
Zamrudah ( 3421010110 )
·
Milatina ( 3421010112 )
·
Maela Alfafarah ( 3421010111 )
·
Ahmad Mufid Thohir (
3421010108 )
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM (MPI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM KI AGENG PEKALONGAN
(STIKAP) YMI WONOPRINGGO
TAHUN 2012
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,,,,,
Alhamdulillah, puji syukur kepada
Allah, atas segala limpahan kasih sayang-Nya, serta nikmat yang telah diberikan
kepada kita, makalah “TUJUAN KURIKULUM”
akhirnya bisa terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tetap tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, serta semua pengikut
setinya. Amiin
Semoga Allah SWT memberikan kita
ilmu yang bermanfaat, mengajarkan kita sesuatu yang berguna dan menambahkan
ilmu pengetahuan kita. Segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan dan kita
memohon perlindungan-Nya dari penghuni neraka.
Makalah ini dibuat sebagai tugas
yang harus diselesaikan guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pengembangan Kurikulum, Sekolah Tinggi
Agama Islam Ki Ageng Pekalongan.
Dalam penulisan makalah ini kami
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah
membantu mendoakan dalam menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada:
1.
Bapak
Moh. Hufron Dimyati, M.S.I selaku dosen mata kuliah Pengembangan Kurikulum,
yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi, serta ilmu pengetahuan.
2.
Temen-temen
seperjuangan, mahasiswa STIKAP khususnya kelas T1B TA 2012
3.
Tidak
ketinggalan, penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah
memberikan segalanya, demi tercapainya cita-cita penulis.
4.
Serta
semua pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis
berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal pada mereka yang
telah memberikan semuanya penulis ucapkan Jazakumullah
Ahsanal Jaza.
Semoga
makalah ini bisa bermanfaat buat kita semua, serat penulis mohon maaf atas
semua kekurangan dalam penulisan makalah ini, saran-saran kalian bisa dikirim
lewat sms ke no:085869017526 atau kirim ke e-mail anaalthafulnissa@rocketmail.com
Pekalongan, Oktober 2012
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
............................................................................................................ i
DAFTAR ISI
.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
........................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah
..................................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Sumber-sumber
Kurikulum
................................................................................................ .. 2
B.
Tingkatan
Tujuan Kurikulum ................................................................................................. 3
C.
Perumusan
Tujuan
................................................................................................................ 4
D.
Cara
Merumuskan Tujuan ..................................................................................................... 5
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
........................................................................................................................... 6
DAFTAR
PUSTAKA
........................................................................................................................ 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada
dasarnya pendidikan merupakan proses interaksi antara pendidik dan anak didik
dalam upaya membantu anak didik mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi
tersebut dapat berlangsung di lingkungan pendidikan seperti keluarga, sekolah
dan masyarakat.
Sebelumnya
pertemuan yang lalu, sudah kita bahas bersama tentang Komponen-komponen
Kurikulum, dimana komponen-komponen yang terlibat dalam kuikulum adalah tujuan,
materi, media, dan evaluasi, komponen-komponen tersebut saling berhubungan
antara satu dengan yang lainnya[1].
Tiap
rencana harus mempunyai tujuan agar diketahui apa yang harus dicapai. Tujuan
juga memberi pegangan apa yang harus dilakukan, bagaimana cara melakukannnya.
Tujuan juga merupakan patokan untuk mengetahui hingga mana tujuan itu telah
dicapai.
Apalagi
dalam pengembangan kurikulum yang mengenai nasib jutaan anak manusia, tujuan
itu sangat penting yang harus ditanggapi secara serius. Dalam perencanaan
kurikulum dewasa ini perhatian terhadap perumusan tujuan merupakan ciri yang
paling menonjol. Kita ketahui bahwa kurikulum 1975 dinyatakan berorientasi pada
tujuan, ini tidak berarti bahwa sebelumnya tujuan itu tidak dipertimbangkan
dalam pendidikan dan pengajaran. Masalah tujuan dalam kurikulum bahkan dalam
tiap persiapan pelajaran sejak dulu sesuatu yang lazim. Namun aspek tujuan
dalam pengembangan kurikulum menonjol karena usaha untuk mengkhususkan tujuan
itu, sehingga jelas. Dalam hal ini tokoh-tokoh seperti Ralph Tayler (1949) dan Benyamin Bloom (1956) mempunyai pengaruh
yang besar sekali[2].
Dengan
diundangkannya Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah
Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi
sebagai daerah Otonom, pada hakikatnya memberi kewenangan dan keleluasan kepada
daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan serta kebutuhan masyarakatnya
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai denga peraturan perundangan yang
berlaku. Namun dilapangan sering menjadi bias, sehingga dampak otonomi ini telah
membuat birokrasi di daerah sarat dengan penguasa otoriter.
Perubahan
sistem yang dimaksud adalah dari yang sebelumnya bersifat sentralistik menjadi
desentralistik[3].
Pergeseran pola dalam pengelolaan pendidikan ini merupakn upaya pemberdayaan
daerah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya upaya peningkatan mutu
pendidikan adalah menyempurnakan kurikulum, diantaranya tentang Tujuan
Kurikulum itu sendiri.
B. Rumusan
Masalah
Dalam
makalah ini kami merumuskan beberapa masalah pokok, yaitu:
1.
Dari
mana sumber-sumber tujuan kurikulum?
2.
Tingkatan-tingkatan
tujuan kurikulum?
3.
Bagaimana
cara merumuskan tujuan kurikulum?
4.
Bagaimana
cara menentukan Perumusan tujuan?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sumber-sumber
Tujuan
Kurikulum
disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan
Dari
manakah diperoleh tujuan kurikulum?
Menurut
Taba, tujuan kurikulum itu bisa diperoleh di beberapa sumber, diantaranya:
1.
Kebudayaan
Masyarakat
2.
Individu
3.
Mata
Pelajaran, disiplin ilmu
Fungsi pendidikan dapat dipandang
sebagai pengawet dan penerus kebudayaan agar anak menjadi anggota masyarakat
sesuai dengan pandangan hidup atau falsafah bangsa dan negara. Ada kalanya
diharapkan agar sekolah turut serta memberantas kekurangan-kekuranagan dalam
masyarakat misalnya, polusi, pengrusakan alam, narkotika, dan berusaha secara
aktif untuk memperbaiki dan membangun masyarakat yang lebih bahagia. Seperti
kita ketahui penganut konsep rekontruksi sosial sangat mengutamakan tujuan
serupa itu. Kurikulum yang dihasilkan lebih bersifat “society centered” atau berorientasi pada masyarakat. Oleh sebab
kurikulum ini ditentukan oleh orang dewasa, maka kurikulum itu juga bersifat “adult-centered”. Kurikulum ini banyak ditentukan
oleh golongan yang ingin mengutamakan anak sebagai sumber utama bagi tujuan
kurikulum dalam bentuk kurikulumyang ”child-centered”.
Pertentangan antara kurikulum
yang society-centered dan child-centered dalam praktek tidak setajam apa yang
digambarkan dalam teori. Antara anak dan masyarakat senantiasa terdapat
interaksi. Anak hidup dalam masyarakat, memperoleh tujuan hidupnya dari
masyarakat. Kebutuhannya ditentukan oleh masyarakat tempat ia hidup. Tujuan
pendidikan tidak dapat dipahami semata-mata berdasarkan kepentingan individu.
Adanya perbedaan individu yang juga harus diperhatikan dalam pendidikan justru
dapat memperkaya kehidupan masyarakat. Maka sebenarnya individualisasi dan
sosialisasi bukan dua hal yang bertentangan melainkan yang bersifat komplementer
dan saling melenngkapi.
Sumber tujuan ketiga ialah pengetahuan yang dituangkan dalam
berbagai disiplin ilmu. Anak dikirim ke sekolah oleh orang tua agar anak itu
belajar ilmu, mengumpulkan sebanyak-banyaknya pengetahuan. Di samping berbagai
tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan sekolah, aspek pengetahuan masih
tetap merupakan tujuan utama, yang diperoleh melalui berbagai mata pelajaran.
Aspek inilah yang dapat membawa anak kepada tingkat pendidikan yang
setinggi-tingginya.
Apa yang diutamakan dalam
pengembangan kurikulum banyak bergantung pada konsep para pengembang tentang
kurikulum,apakah sebagai rekontruksi sosial, aktualisasi diri, atau
kognitif-akademik. Seperti yang telah kami kemukakan semua konsep itu biasanya
diterapkan dalam setiap kurikulum dewasa ini sekalipun dalam proporsi penekanan
yang berbeda-beda. Pendirian itu juga bertalian dengan konsep pengembangan
kurikulum tentang fungsi sekolah, apakah konservasi (pengawetan) dan transmisi
(penerus) kebudayaan, ataukah sebagai transformasi kebudayaan atau rekontruksi
sosial, ataukah sebagai aktualisasi diri atau pengembangan individu.
2
Kurikulum disusun untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memerhatikan tahap perkembangan
peserta didik dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian sesuai dengan jenis
dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.[4]
Pencapaian idealisme tujuan pendidikan nasional itu secara sistematis dapat
dilakukan dengan melakukan perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum atau lebih
tepatnya pengembangan kurikulum menjadi penting karena dinamika ilmu
pengetahuan berkembang dengan begitu cepat sehingga menimbulkan
kebutuhan-kebutuhan baru.
Pada dasarnya pengembangan
kurikulum sejenis KBK masih tetap melakukan rujukan pada kurikulum-kurikulum
sebelumnya dengan perubahan pada pendekatan, orientasi, maupun sistem
pengelolaannya. Hal ini terjadi karena adanya perubahan trend zaman, sehingga
harus dipikirkan mana yang harus tunduk pada perubahan yang terjadi.
B.
Tingkat
tujuan Kurikulum
Merumuskan tujuan kurikulum ternyata banyak
seluk-beluknya. Tujuan itu berbeda-beda tingkatannya. Ada tujuan pada tingkat
nasional yang bertakian erat dengan falsafah bangsa dan negara dan dengan
politik negara pada suatu saat. Tujuan
pendidikan nasional tak dapat tiada bersifat sangat umum seperti membentuk
manusia Pancasila, manusia demokrasi, manusia yang taqwa kepada Tuhan, manusia
pembangunan, dan sebagainya.
Segala tujuan kurikulum lainnya
harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional itu dan harus merupakan langkah
dan sumbangan ke arah perwujudannya. Ini dilakukan melalui berbagai tingkatan
pendidikan dari Taman Kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Tiap lembaga
pendidikan mempunyai apa yang disebut tujuan
institusional. Tujuan ini pun masih sangat umum dan tak akan tercapai oleh
satu tingkatan pendidikan saja. Maka karena itu kita lihat bahwa tujuan
institusional dalam kurikulum 1975 bagi SD, SMP, dan SMA bunyinya sama. Jadi
sukar dibedakan tujuan apakah sebenarnya yang harus dicapai di SD, SMP, dan
SMA.
Tujuan institusional pendidikan
suatu sekolah, selalu dijabarkan dari tujuan pendidikan yang lebih luas, yaitu
tujuan pendidikan nasional. Sesuai dengan kurikulum 1975, pembakuan tujuan
institusional itu dituangkan dalam buku I tentang “Ketentuan-ketentuan pokok”
dalam bentuk tujuan umum dan tujuan pendidikan khusus[5].
Tujuan umum pendidikan akan
berupa pernyataan-pernyataan tujuan yang lebih umum akan dicapai oleh proses
pendidikan di sekolah. Sedangkan tujuan khususnya sudah merupakan
pernyataan-pernyataan khusus yang memuat tujuan pendidikan ditinjau dari bidang
pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap.
Tujuan tiap lembaga pendidikan
dicapai melalui berbagai pelajaran yang lazim disebut tujuan kurikuler. Tujuan yang tercantum dalam tujuan institusional
ternyata tidak dapat dicapai melalui salah satu matapelajaran, misalnya
berpikir kritis objektif. Tujuan ini terdapat dalam berbagai matapelajaran atau
bidang studi.
Agar dapat berpikir kritis ini
dapat dicapai seharusnya tiap guru menyadari tujuan itu dan dengan sengaja
berusaha untuk mengembangkannya dalam pelajaran yang diberikan masing-masing.
Prinsip ini lebih penting lagi bila mengenai tujuan nasional, yaitu membentuk
manusia Pancasila.
3
Selain itu tiap matapelajaran
mempunyai bukan hanya satu melainkan beberapa tujuan. Kesusastraan misalnya
antara lain bertujuan untuk memperkenalkan pengarang, ahli sastera serta
karyanya, dapat pula membangkitkan kepekaan keindahan bahasa, atau mendidik
siswa menghasilkan karya sastera, dan sebagainya.
Walaupun setiap matapelajaran
mempunyai tujuan, sering tujuan itu kurang disadari oleh guru maupun para
siswa. Mereka misalnya tidak menyadari dan tidak dapat merumuskan tujuan kimia,
sejarah, fisika, IPS, bahkan agama PMP selain penguasaan sejumlah pengetahuan
yang diperlukan untuk menghadapi penilaian dan ujian. Dengan demikian hakikat
suatu matapelajaran serta nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya tidak dimanfaatkan
sepenuhnya untuk membentuk pribadi siswa sebagai individu dan sebagai
warganegara.
C.
Perumusan
Tujuan
Agar suatu tujuan dapat
diwujudkan diingikan agar perumusannya spesifik. Tiap matapelajaran mempunyai
sejumlah tujuan, seperti menghargai keindahan karya sastera. Namun tujuan
serupa itu masih dianggap umum dan harus dirinci lagi, dispesifikan, sehingga
berupa bentuk kelakuan yang dapat diamati dan dengan demikian dapat pula diukur
taraf ketercapainnya.
Hilda
Taba
memberikan beberapa petunjuk tentang cara merumuskan tujuan, antara lain:
a.
Tujuan
itu hendaknya berdimensi dua, yakni mengandung unsur proses dan produk. Yang
termasuk proses antara lain menganalisis, menginterpretasi, mengingat, dan
sebagainya. Produk adalah bahan yang terdapat dalam tiap matapelajaran. Jadi
tujuan dapat berbunyi seperti: menganalisis sebab-sebab terjadinya revolusi,
menafsirkan makna peraturan pajak, memahami dan menghafal rumus-rumus tentang
gravitasi, dan sebaginya.
b.
Menganalisis
tujuan yang bersifat umum dan kompleks menjadi spesifik sehingga diperoleh
bentuk kelakuan yang diharpkan dan diamati.
c.
Memberi
petunjuk tentang pengalaman apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu.
Misalnya menghasilkan karya sastera tidak diperoleh dengan membaca karya
sastera akan tetapi dengan membuat suatu karangan yang mengandung corak seni.
d.
Menunjukkan
bahwa suatu tujuan tidak selalu dapat dicapai segera akan tetapi ada kalanya
memakan waktu yang lama, seperti berfikir kritis, menghargai seni sastera, dan
sebagainya. Sering dalam perumusan tujuan timbul kesan bahwa suatu ketrampilan
berfikir atau sikap dapat diwujudkan dalam satu-satuan pelajaran tertentu.
e.
Tujuan
harus realistis dan dapat diterjemahkan dalam bentuk kegiatan atau pengalaman
belajar tertentu. Tujuan yang terlampau umum dan muluk sering mirip dengan
slogan-slogan yang indah, merupakan harapan-harapan yang hampa. Itu sebabnya
sering terdapat jurang yang lebar antara apa yang dicantumkan dalam buku
kurikulum dengan apa yang nyata dilakukan di dalam kelas. Yang satu disebut ”ideal curriculum”, yang merupakan
cita-cita, yang kedua ”real curriculum” kurikulum yang nyata. Sekalipun setiap
kurikulum selalu menggambarkan “das sollen”, apa yang dicita-citakan namun
janganlah hendaknya terlampau jauh jaraknya dengan “das sein”, yang nyata.
Rencana apapun yang terlampau menjauhi apa yang dapat direalisasikan akan
menimbulkan kekecewaan, atau akan menghilangkan makna rencana, atau makna dalam
hal ini kurikulum, yang akhirnya tidak dipedulikan dan hanya disimpan dalam
lemari di kantor kepala sekolah saja.
4
f.
Tujuan
itu harus komprehensif , artinya meliputi segala tujuan yang ingin dicapai di
sekolah, bukan hanya penyampaian informasi, akan tetapi juga ketrampilan
berfikir, hubungan sosial, sikap terhadap bangsa dan negara, dan sebagainya.
D.
Cara
Merumuskan Tujuan
Tentang
cara merumuskan tujuan, Robert F. Mager memberi
petunjuk, sebagai berikut:
1.
Tujuan
itu harus spesifik dan dinyatakan dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati dan
dapat diukur, hingga manakah tujuan itu dicapai.
2.
Harus
dinyakan dalam kondisi apa tujuan itu
dicapai, misalnya apakah menghitung dengan menggunakan kalkulator.
3.
Harus
pula ditentukan kriteria tentang
tingkat keberhasilan yang harus dicapai oleg siswa, misalnya membaca rata-rata
sekian kata dalam satu menit.
4.
Dalam
perumusan tujuan hendaknya digunakan kata-kerja
yang menunjukan apa yang dapat dilakukan siswa setelah belajar. Misalnya kata
kerha memahami, tidak serasi karena tidak dapat diobservasi, sebaliknya kata
kerja “dapat menjelaskan”, “menyebutkan” menunjukkan bentuk kelakuan yang nyata
yang dapat diamati bahkan diukur kebenarannya.
Davies, cs., memberikan petunjuk
yang dapat melengkapi cara perumusan tujuan spesifik menurutMager.
Langkah-langkah yang mereka anjurkan ialah:
·
Cari
atau tentukan suatu tujuan yang ada maknanya bagi siswa.
·
Tentukan
suatu “referent situation” yaitu suatu situasi dimana tujuan itu dapat
diterapkan secara nyata, misalnya berbahas inggris dalam toko inggris.
·
Tulis
suatu teks berkenaan dengan situasi refernsi itu yang dengan cermat
menggambarkan kondisi, kelakuan, dan standar kelakukan dalam situasi itu.
Tujuannya ialah agar siswa dapat menerapkan apa yang dipelajarinya dalam
situasi nyata.
·
Tulis
tujuan instruksional dalam bentuk kelakuan yang nyata yang berhubungan dengan
situasi referensi itu[6].
Baik pada Magermaupun Davies,
cs., diinginkan agar apa yang dipelajari itu menjadi milik siswa, benar-benar
dikuasainya dan dapat diterapkannya.
5
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari isi
makalah diatas bisa di simpulkan:
o
Tujuan
kurikulum menentukan apa yang harus dicapai, apa yang harus dilakukan,
bagaimana cara melakukan, dan merupakan petunjuk hingga manakah tujuan itu
telah tercapai.
o
Kurikulum
1975 berorientasi pada tujuan untuk mengarahkan segala aspek kurikulum yang
lainnya.
o
Tujuan
harus dikhususkan agar lebih jelas diketahui dalam perencanaan
komponen-komponen lainnya dalam kurikulum.
o
Sumber-sumber
bagi tujuan kurikulum adalah: kebudayaan dan masyarakat, individu dan
kebutuhannya, disiplin ilmu dan matapelajaran.
o
Tujuan
pendidikan mempunyai berbagai tingkatan: nasional, institusional, kurikuluer.
Tujuan pada tingkatan yang lebih rendah harus memberi sumbangan untuk
merealisasikan tujuan yang lebih tinggi.
o
Tujuan
harus secara lebih spesifik. Untuk itu sejumlah tokoh memberikan petunjuk
antara lain, Hilda Taba, Robert Mager, Davies, cs. Semua petunjuk saling
melengkapi.
o
Keputusan
tentang tujuan kurikulum diambil pada berbagai tingkatan. Pada tingkat yang
paling tinggi keputusan itu bersifat politis yang berkenaan dengan falsafah dan
politik negara, pada tingkat paling rendah bersifat teknis.
6
DAFTAR
PUSTAKA
t
Baharuddin.
2011. Pendidikan Humanistik. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media
t
S.
Nasution. 1993. Pengambangan Kurikulum.
Bandung: Citra Aditya Bakti
t
Nurhadi.
Muljani A. 1983. Administrasi Pendidikan
di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset
t
Zaini,
Muhammad, MA. 2009. Pengembangan
Kurikulum Konsep Implementasi
Evaluasi dan Inovasi. Yogyakarta: Teras
7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar